Anda di halaman 1dari 31

TUGAS DISKUSI PERAWATAN SALURAN AKAR

Dosen pengampu :
Drg. Raditya Nugroho, Sp.KG
Konservasi Gigi 1

Disusun oleh :
Despiana Nursyifa K. 221611101001 Gilang Kartika G. H. 221611101013
Rizka Maya Silvia 221611101002 Ratna Indah Cahyani 221611101014
Kurnia Nada Y. S. 221611101003 Arini Tri Jayanti 221611101015
Sausan Armaneta M. 221611101004 Alya Yamuna Azhari 221611101016
Ratna Widyawati 221611101005 Mustika Sugiarti 221611101017
Sigiq Elan Utami 221611101006 Dwiki Tugas I. N. 221611101018
Nadia Alfiana Uba 221611101007 Hilmi Achmad W. 221611101019
Syafika Nuring F. 221611101008 Ayu Widiastutik 221611101020
Monica Tri Untari 221611101009 Dhea Kartika Suradi 221611101021
Refina Dikta E. 221611101010 Regia Pramesti A. S. 221611101022
Elsha Amirotul L. 221611101011 Annisa Agustin M. 221611101023
Rina Nanda Prasasti 221611101012 Rana Salsabila S. 221611101024

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2022
1. OUTLINE CAVITY ENTRANCE
Outline Cavity Entrance adalah proyeksi ruang pulpa ke permukaan gigi di
bagian cingulum atau oklusal. Outline Cavity Entrance digambarkan pada
bagian palatal / lingual gigi anterior atau bagian oklusal gigi posterior. Outline
preparasi digambarkan sesuai dengan lebar dan bentuk ruang pulpa, serta saluran
akar yang akan dituju waktu pembukaan akses dalam kavitas gigi.

Gambar 1. Macam-macam outline cavity entrance (Garg, 2011)


A. Gigi Rahang Atas
a. Insisivus / Caninus
Outline cavity entrance adalah proyeksi ruang pulpa ke permukaan gigi di
bagian singulum (fossa caecum). Outline cavity entrance digambar pada
bagian palatal gigi anterior. Tujuannya adalah untuk menghindari
terbuangnya jaringan gigi yang berlebihan pada waktu preparasi cavity
entrance. Bentuk outline cavity entrance gigi insisiv dan kaninus adalah
oval atau kadang-kadang bulat atau ovoid dengan diameter labiopalatal
lebih besar, karena tidak memiliki tanduk pulpa

Gambar 2. Outline form gigi Insisiv dan Caninus RA


b. Premolar
Bentuk outline cavity entrance premolar rahang atas adalah oval
memanjang / seperti ginjal dengan arah bukal palatal

Gambar 3. Outline form gigi premolar RA (Tanda panah); (A): Potongan


Longitudinal dan (B) Pandangan Oklusal
c. Molar
Bentuk outline cavity entrance molar rahang atas yaitu triangular dengan
alas sejajar bukal.

Gambar 4. Outline form molar RA berbentuk triangular (Tanda Panah)


B. Gigi Rahang Bawah
a. Insisivus

Gambar 5. Outline form insisivus RB


Akses untuk gigi insisivus sentral dan lateral rahang bawah berbentuk
segitiga.
b. Caninus

Gambar 6 : Outline form kaninus RB


Bentuk outline form kaninus rahang bawah mirip seperti kaninus pada
rahang atas. Pada gigi kaninus terdapat satu tanduk pulpa dan satu orifice
sehingga proyeksi outline pada insisal berbentuk oval atau bulat.
c. Premolar

(a) (b)
Gambar 7 : Outline form premolar satu (a) dan premolar dua (b) RB
Panjang rata-rata gigi premolar pertama rahang bawah 21,9 mm, sedangkan
untuk panjang gigi premolar kedua rahang bawah memiliki panjang rata-
rata 22,3 mm. Keduanya memiliki bentuk outline yang sama yaitu
berbentuk oval dalam arah bukal lingual, namun terkadang dapat berbentuk
bulat.
d. Molar

(a) (b)
Gambar 8 : Outline form molar satu (a) dan molar dua (b) RB
Akses molar mandibula lebih trapesium dengan alasnya pada mesial dan
puncaknya pada distal. Molar biasanya memiliki dua akar dengan dua
saluran akar pada akar mesial dan satu pada akar distal.

2. CAVITY ENTRANCE
Cavity entrance yang dibuat harus tegak dan bersih dari atap pulpa sehingga
didapat lapang pandang yang baik menuju ruang pulpa dan orifice. Orifice
adalah lubang akses ke dalam saluran akar yang terletak pada dasar ruang pulpa
yang perlu diperhatikan letak dan jumlahnya.
a. Lakukan preparasi cavity entrance sesuai dengan gambaran outline yang
telah dibuat dengan endo access bur atau round diamond bur mulai dari fossa
(cekungan) oklusal sampai mengenai dentin dan menembus ruang pulpa
pada sudut tegak lurus dengan email
b. Kemudian dilanjutkan dengan fissure diamond bur diarahkan sesuai outline
preparasi hingga atap pulpa hilang/bersih (Gambar 2)
c. Lakukan pembukaan berbentuk corong ke oklusal agar diperoleh bukaan
langsung pada saluran akar untuk menghilangkan atap pulpa dan tanduk
pulpa dari arah dalam ke luar mengikuti anatomi internal
d. Jalan masuk langsung diuji dengan menempatkan ujung lurus eksplorer
endodontik ke dalam orifice saluran (Gambar 3)
e. Irigasi kamar pulpa dengan NaOCl menggunakan syringe untuk
membersihkan sisa-sisa organis, kemudian keringkan dengan cotton pellet

Gambar : Cavity entrance A) Preparasi jalan masuk ke ruang pulpa menggunakan


round bur B) Preparasi akses dilanjutkan dengan menggunakan fissure bur (Garg,
2010)
Gambar : A) Akses kavitas dipreparasi hingga ke dentin B) Preparasi dilanjutkan dengan
fissure bur C) Orifices diidentifikasi dengan endo eksplorer atau file D) Lapisan dentin
yang menghalangi orifice dihilangkan (Torabinejad et al., 2020)

Kesalahan-kesalahan yang mungkin dapat terjadi pada waktu preparasi cavity


entrance, antara lain:
a. Preparasi salah arah menyebabkan terjadinya step atau perforasi ke lateral
b. Preparasi terlalu dalam dapat menyebabkan perforasi menembus bifurkasi
c. Jika preparasi cavity entrance terlalu lebar maka dinding kavitas menjadi
tipis dan mudah pecah jika ditumpat

Prinsip Cavity Entrance


Menurut Black, dalam tahapan cavity entrance terdapat empat prinsip yang harus
diketahui. Prinsip tersebut adalah outline form, convenience form, pengambilan
jaringan dentin yang terinfeksi dan restorasi yang rusak dan toilet of cavity
(Torabinejad et.al,2020).

1. Outline Form
Outline form merupakan proyeksi dari ruang pulpa menuju ke
permukaan gigi baik di bagian lingual dan palatal (pada gigi anterior) dan
bagian oklusal (pada gigi posterior). Outline form harus dibuat dengan tepat
baik bentuk dan lokasinya agar orifice dan saluran akar mudah ditemukan,
dan tidak membuang terlalu banyak jaringan. Untuk mendapatkan bentuk
yang benar, maka dalam membuat outline form haruslah mengetahui
anatomi ruang pulpa. Ada tiga faktor tentang kamar pulpa saat membuat
outline form yang harus diketahui untuk mendapatkan cavity entrance yang
baik, yaitu:
a. Ukuran kamar pulpa
Pada gigi permanen muda, kamar pulpa berukuran lebih besar dan
tanduk pulpanya lebih dekat terhadap tepi insisal. Hal ini menyebabkan
outline form yang dibuat lebih meluas agar atap dan tanduk pulpa juga
terambil seluruhnya. Selain itu, cavity entrance pada gigi ini juga harus
cukup luas karena tahapan preparasi saluran akarnya nanti juga akan
membutuhkan instrumen preparasi dan bahan pengisi yang lebih besar.
Sedangkan outline form gigi permanen dewasa baik bentuk dan
ukurannya tidak meluas karena ada kemungkinan ruang pulpanya sudah
mengalami penyempitan akibat reaksi terhadap adanya iritan (karies,
penyakit pulpa) atau proses degeneratif.

b. Bentuk kamar pulpa


Outline form harus mendekati atau sesuai dengan anatomi kamar
pulpa gigi yang akan dirawat saluran akarnya. Contohnya, pada gigi
premolar RA, anatomi kamar pulpanya lebih memanjang ke arah
bukopalatal dan lebih sempit ke arah mesiodistal. Hal ini membuat
outline formnya berbentuk oval yang memanjang ke bukolingual. Contoh
lainnya adalah gigi molar yang memiliki kamar pulpa berbentuk
triangular karena posisi orifice yang jika disatukan akan membentuk
bentukan segitiga, maka proyeksi ke permukaan oklusalnya juga harus
berbentuk triangular.

c. Jumlah, posisi dan pembengkokan akar


Untuk dapat melakukan preparasi pada tiap saluran akar dengan
efisien dan tanpa gangguan, cavity entrance dapat sedikit diperluas tanpa
mengurangi terlalu banyak jaringan gigi yang sehat. Kadang cavity
entrance dapat dimodifikasi dan berbeda dari outline form awal jika
saluran akar yang seharusnya ada belum ditemukan. Hal ini dilakukan
agar preparasi dapat dilakukan dengan lebih mudah dan dengan akses
yang lurus (convenience form).
2. Convenience Form
Menurut Black prinsip ini didefinisikan sebagai modifikasi dari outline
form untuk mendapatkan akses yang tepat dan lurus yang memudahkan
tahapan preparasi dan pengisian saluran akar. Adanya modifikasi ini
memberikan keuntungan sebelum dilakukannya preparasi saluran akar,
contohnya seperti:

a. Akses yang tidak terganggu ke orifice


Dalam melakukan cavity entrance, hal yang harus diperhatikan
adalah adanya jalan masuk yang lurus untuk instrumen preparasi. Tidak
boleh ada gangguan dari dinding dentin atau struktur pulpa yang
tertinggal. Untuk menghindari hal ini, dinding kavitas yang mengganggu
masuknya alat dapat dipreparasi, tetapi struktur mahkota harus
dipertahankan sebanyak mungkin untuk menjaga kekuatan gigi.
Kegagalan dalam hal ini dapat mempengaruhi kesuksesan perawatan dan
dapat memperlama durasi perawatan.

b. Kontrol sepenuhnya terhadap instrumen preparasi


Jaringan dentin dan pulpa yang tidak terpreparasi dan tertinggal
dapat menyebabkan instrumen preparasi seperti K-File bergerak tanpa
terkontrol. Gerakan yang tidak terkontrol ini dapat menyebabkan
terbentuknya ledge atau step di dalam saluran akar, bahkan dapat
menyebabkan patahnya instrumen. Jaringan di sekitar orifice yang dapat
mengganggu harus diambil sehingga gerakan instrumen dikontrol hanya
oleh dua faktor, yaitu jari operator pada handle instrumen dan dinding
saluran akar pada ujung instrumen.

3. Pengambilan jaringan dentin yang terinfeksi dan restorasi yang rusak


Pada tahapan cavity entrance juga harus dilakukan pengambilan
jaringan dentin yang rusak untuk menghilangkan sebanyak mungkin bakteri
dalam kamar pulpa secara mekanis. Jaringan pulpa vital yang sudah
dianastesi dan yang nekrotik juga harus diambil seluruhnya agar kavitas
bersih dan memudahkan pandangan terhadap orifice. Tahapan ini dapat
dibantu dengan menggunakan ekskavator.
4. Toilet of Cavity
Setelah jaringan nekrotik terambil, dapat dilakukan pembersihan
dengan menggunakan larutan irigasi seperti sodium hipoklorit. Larutan ini
juga memiliki sifat antibakteri yang baik sehingga dapat membantu
pembersihan sisa-sisa bakteri dan jaringan yang tidak terambil secara
mekanis. Yang harus diperhatikan dalam melakukan pembersihan dengan
larutan irigasi adalah tidak boleh ada tekanan menuju saluran akar karena
debris dapat terdorong ke saluran akar.

3. TEKNIK PREPARASI SALURAN AKAR


A. Teknik Preparasi Konvensional
Teknik preparasi saluran akar konvensional/standar (Ingle). Teknik
standar/konvensional, yang diperkenalkan oleh Ingle, melibatkan penentuan
panjang kerja diikuti dengan penempatan file ukuran terkecil/reamer hingga
panjang kerja penuh. Instrumen diputar searah jarum jam untuk mengikat
dentin dan kemudian ditarik. Instrumen dibersihkan dan kemudian
dimasukkan kembali sampai menjadi longgar.
Teknik konvensional mempertimbangkan dua pedoman untuk
instrumentasi:
1. Saluran akar harus diperbesar setidaknya tiga ukuran di luar ukuran
instrumen pertama yang mengikat saluran akar.
2. Saluran akar harus diperbesar sampai semua dentin yang terinfeksi dari
saluran akar dihilangkan dan muncul potongan dentin putih bersih pada
bilah instrumen.
Teknik preparasi :
1. Preparasi saluran akar dilakukan dengan menggunakan K-file. Sebelum
melakukan preparasi saluran akar jarum untuk preparasi saluran akar
diletakkan pada endo stand
2. File untuk preparasi digunakan secara berurutan mulai dari nomer terkecil
yang dapat masuk ke dalam saluran akar sesuai panjang kerja sampai
nomer terbesar seimbang dengan diameter saluran akar.
3. Setelah panjang sesuai, file dimasukkan saluran akar dan digerakkan
dengan memutar alat 90° sampai 180° searah jarum jam kemudian
diputar kembali berlawanan arah. Saat preparasi, alat preparasi saluran
akar menempel pada dinding saluran akar. Tindakan ini dilakukan
sampai stopper tepat pada batas cusp tertinggi (sesuai panjang kerja)
dan alat dapat digerakkan dengan tanpa hambatan
4. Saluran akar diirigasi untuk membersihkan serbuk dentin yang terasah.
Kavitas dikeringkan dengan cotton pellet atau potongan cotton roll dan
saluran akar dikeringkan dengan paperpoint tetapi tidak boleh sampai
kering karena saat preparasi saluran akar dalam keadaan basah. Irigasi
saluran akar dilakukan secara bergantian antara 2 bahan irigasi dan
diakhiri dengan akuades steril (akuades steril, sodium hipoklorit,
akuades teril)
5. K-file dimasukkan lagi ke dalam saluran akar sampai stopper tepat pada
batas cusp tertinggi dan dengan gerakan push and pull mengasah
dinding saluran akar sehingga dinding saluran akar menjadi halus.
Kemudian dilakukan irigasi saluran akar
6. Tahap preparasi saluran akar dianggap selesai yaitu jika bagian dentin
yang terinfeksi telah terambil, saluran akar cukup lebar untuk tahap
pengisian saluran akar, sesuai dengan panjang kerja, dan dinding
saluran akar halus.
Teknik ini tidak dapat melakukan debride saluran dengan bentuk yang
rumit; obturasi area tersebut bergantung pada sealer saja. Teknik ini juga
terkait dengan kesalahan prosedural seperti ledging, zipping, perforasi,
kehilangan panjang kerja terutama dalam kasus kanal melengkung (karena
ukuran instrumen meningkat menjadi lebih kaku).
Teknik ini tidak lagi diikuti, karena pembesaran tiga kali tidak cukup
dalam beberapa kasus, dan dalam kasus lain, mungkin tidak diperlukan.
Kehadiran serutan dentin yang bersih juga bukan merupakan parameter
konfirmasi preparasi saluran akar.
B. Teknik Preparasi Step Back
Teknik preparasi step back (telescopic canal preparation/serial root
canal preparation) merupakan teknik preparasi dari apikal ke koronal yang
dilakukan dengan cara pengurangan bertahap dari panjang kerja (biasanya
1 mm), dari instrumen yang terkecil hingga terbesar hingga menghasilkan
saluran akar yang melebar dan meruncing (tapering). Teknik ini digunakan
untuk mempertahankan penyempitan apikal dan menghasilkan bentuk
corong bertahap dari apikal ke koronal, sehingga dapat mempertahankan
bentuk anatomi akar (Garg, 2014). Teknik step back dapat dilakukan pada
akar yang bengkok dan sempit pada ⅓ apikal dengan menggunakan hand
file stainless steel k-file atau NiTi file yang lebih fleksibel atau lentur.
Tahap preparasi saluran akar teknik step back (Rao 2017; Garg, 2014):
1. Saluran akar di eksplorasi menggunakan file terkecil, file nomor 10/15
2. Tentukan panjang kerja
3. Preparasi dilakukan dengan gerakan watch winding motion sesuai
panjang kerja sampai file nomor 25 hingga instrumen menjadi longgar
dan kemudian irigasi. File nomor 25 disebut dengan Master Apical File
(MAF).
4. Preparasi dilanjutkan dengan file nomor 30 dengan panjang kerja
dikurangi 1 mm dari MAF dan lakukan irigasi.
5. Lakukan pengontrolan panjang kerja semula dengan memasukkan file
nomor 25 (MAF) hingga sepanjang panjang kerja (rekapitulasi)
6. Preparasi dilanjutkan lagi dengan file nomor 35 dengan panjang kerja
dikurangi 2 mm dari MAF, lakukan irigasi dan rekapitulasi kembali
menggunakan MAF sesuai panjang kerja.
7. File berikutnya nomor 40 dengan panjang kerja dikurangi 3 mm dari
MAF, demikian pula untuk file berikutnya nomor 45 sampai 60 atau 80.
Irigasi dan rekapitulasi menggunakan MAF.
8. Tahapan preparasi selesai, jika jaringan dentin telah bersih dan halus
(dapat dilihat dari bersihnya jarum preparasi setelah dikeluarkan dari
dalam saluran akar). Setelah preparasi selesai, keringkan dengan paper
point yang telah disterilkan
Irigasi dilakukan dengan NaOCl dan aquadest yang dimasukkan dalam
syringe untuk membersihkan sisa jaringan nekrotik maupun serbuk
dentin yang terasah. Setiap penggunaan file untuk preparasi digunakan
pelumas/pelunak dentin untuk mengatasi penyumbatan saluran akar
(gel EDTA, RC-Prep).

Gambar : Teknik preparasi step back menghasilkan preparasi apikal kecil dan
membesar ke arah koronal dengan panjang kerja yang dikurangi 1 mm
berturut-turut untuk menghasilkan bentuk yang lancip/taper (Sumber: Garg,
N. and Garg, A., 2014. Textbook of endodontics Ed. 3. Jaypee Brothers
Medical Publishers).

C. Teknik Preparasi Step Down


Teknik step down dilakukan pada daerah saluran akar dekat mahkota
sebelum preparasi pada sepertiga apikal dilakukan. Teknik ini dilakukan
untuk mempreparasi saluran akar gigi molar yang bengkok. Alat yang
digunakan pada teknik preparasi Step-down selain file adalah bur Gates-
Glidden. Preparasi dapat dibagi menjadi 3 proses akses koronal, akses
radikular dan akses apikal dimana akses koronal dan radikular digunakan
untuk memperoleh arah masuk yang lurus ke sepertiga apikal. Akses
koronal dibuat dengan menggunakan bur bulat. Akses radikular dibuat
menggunakan file headstoem dan bur GGD nomor 2 dan 3. Akses apikal
dibersihkan dengan menggunakan file-K no.15 atau no.20 dan untuk
menghilangkan langkah yang digunakan file-K no.25 yang merupakan file
apeks utama.
D. Teknik Preparasi Crown Down Pressureless
Dalam teknik crown down pressureless, dokter gigi akan menyiapkan
saluran akar dari mahkota gigi kemudian membentuk saluran akar hingga
menuju ke bagian apikal saluran akar (Gbr. 1). Morgan dan Montgomery
menemukan bahwa teknik “crown down pressureless” ini menghasilkan
bentuk kanal yang lebih bulat jika dibandingkan dengan teknik step back
biasa. Selain itu, banyak penelitian telah menunjukkan bahwa pembesaran
apikal yang lebih besar tanpa menyebabkan transportasi apikal dapat dicapai
jika obstruksi koronal dihilangkan.

Gambar 1 : Teknik crown down pressureless


Tahapan teknik crown down pressureless :
1. Preparasi akses kavitas sampai tidak ada penghalang pada ruang pulpa
(Gbr. 2). Cari lubang kanal dengan explorer tajam yang menunjukkan
pengikatan di ruang pulpa.

Gambar 2. A dan B: Akses garis lurus ke sistem saluran akar


2. Isi kavitas akses dengan bahan irigasi dan mulailah preflaring dari
orificium kanal (Gambar. 3). Preflaring sepertiga koronal kanal dapat
dilakukan dengan menggunakan Gates-Glidden drill atau instrumen
putar nikel-titanium.

Gambar 3. Mengisi ruang pulpa dengan larutan irigasi


3. Gates-Glidden drill dapat digunakan setelah memeriksa orifice kanal
dengan file nomor #10 atau #15. Pendekatan mahkota ke bawah dimulai
dengan Gates-Glidden yang lebih besar terlebih dahulu (Gbr. 4).
Setelah itu, Gates-Glidden drill dengan diameter yang lebih kecil dapat
digunakan ke dalam kanal dengan tambahan mm untuk menyelesaikan
coronal flaring. Penggunaan Gates-Glidden drill harus disertai dengan
kehati-hatian agar tidak menyebabkan pemotongan dentin yang
berlebihan, melemahkan akar sehingga dapat muncul “Coke Bottle
Appearance” pada hasil foto radiografi (Gbr. 5).

Gambar 4. Penggunaan Gates-Glidden untuk preflaring

Gambar 5. “Coke bottle appearence” yang disebabkan oleh penggunaan


Gates-Glidden drill yang berlebihan
4. Seringlah melakukan irigasi dengan natrium hipoklorit dan rekapitulasi
dengan file yang lebih kecil (biasanya file nomor #10) untuk mencegah
penyumbatan saluran akar.
5. Setelah membentuk bagian koronal dan melakukan pembesaran pada
akar bagian tengah, jelajahi saluran akar dan tentukan panjang kerja
dengan menggunakan instrumen kecil (Gbr. 6).

Gambar 6. Menetapkan panjang kerja menggunakan instrumen kecil

6. Masukkan file yang lebih besar ke bagian koronal saluran akar dan
siapkan (Gbr. 7). Selanjutnya masukkan file dengan ukuran yang lebih
kecil secara progresif lebih dalam ke saluran akar secara berurutan dan
siapkan bagian apikal saluran akar (Gbr. 8 dan 9).

Gambar 7. Penggunaan file yang lebih besar untuk menyiapkan sepertiga


koronal

Gambar 8. Persiapan saluran akar di sepertiga tengah

Gambar 9. Preparasi apikal saluran akar

7. Preparasi apikal akhir disiapkan dan diselesaikan bersama dengan


irigasi yang sering pada saluran akar.
E. Teknik Preparasi Balance force
Dalam mengelola anatomi saluran akar yang lebih sulit seperti saluran
akar bengkok dan dilaserasi dengan kesalahan prosedural minimal, Roane
et al. memperkenalkan teknik balanced force pada tahun 1985. Teknik hand
movement yang disebut teknik balanced force untuk preparasi saluran akar
yang bengkok dengan K-file. Teknik ini menggambarkan gerakan rotasi
dengan file Flex-R, tetapi bisa juga digunakan K-file dan instrumen lain
seperti GT hand file. Merupakan teknik yang lebih unggul dibanding teknik
lain yang menggunakan hand instrumen.

Teknik balanced force melibatkan tiga langkah prinsip. Langkah


pertama (setelah insersi pasif instrumen ke kanal) adalah rotasi searah jarum
jam sekitar 90 derajat untuk melibatkan dentin. Langkah kedua, instrumen
yang berada di kanal dengan gaya aksial yang memadai dan diputar
berlawanan sampai longgar dari dentin dinding saluran akar. Ini
menghasilkan suara klik karakteristik. Pada langkah ketiga, file dikeluarkan
dengan rotasi searah jarum jam untuk dibersihkan. Namun, karena file yang
digunakan dengan teknik balanced force tidak precurved, pada setiap
gerakan keluar yang penting adalah filing stroke. Dan karena bentuk file
yang digunakan ini dapat menyebabkan lead jalur kanal. Oleh karena itu,
dalam banyak kasus, klinisi dapat maju lebih jauh ke apikal daripada
menarik file, tergantung pada tingkat kesulitan.

Gambar diagram handle movement selama preparasi balanced force.


Tahapan preparasi Balance Force :

1. Setelah insersi Flex-R atau NiTi Flex K-file tanpa tekanan,


instrumen diputar searah jarum jam 90 derajat, hanya menggunakan
tekanan apikal.
2. Instrumen diputar berlawanan arah jarum jam 180 sampai 270
derajat; Tekanan apikal yang cukup digunakan untuk menjaga file
pada kedalaman yang sama selama langkah ini. Serutan dentin
dibuang dengan bunyi klik khas
3. Langkah ini mirip dengan langkah 1 dan memasukkan instrumen
lebih ke apikal.
4. Setelah dua atau tiga siklus, file tersebut dengan serpihan dentin
dikeluarkan dari saluran akar dengan rotasi searah jarum jam.

4. BAHAN IRIGASI
Macam Larutan Irigasi Terdapat dua macam larutan irigasi yang digunakan
di kedokteran gigi, yaitu non-bactericidal irrigants dan bactericidal irrigants.
Non-bactericidal irrigants merupakan larutan irigasi yang tidak memiliki efek
antibakteri. Contoh dari non-bactericidal irrigants yaitu Saline, larutan anestesi
lokal, dan air destilasi. Sedangkan bactericidal irrigants merupakan larutan
irigasi yang memiliki efek antibakteri (Iqbal, 2012:154). Contoh dari bactericidal
irrigants yang sering digunakan dikedokteran gigi yaitu Sodium hipoklorit
(NaOCl), Klorheksidin (CHX), Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA), dan
Mixture of tetracycline, an acid, and detergent (MTAD) (Tanumihardja,
2010:109).
a. Sodium hipoklorit (NaOCl) (Konsentrasi 0,5%- 5,2% ada juga yang 6%)
NaOCl adalah agensia pereduksi berupa larutan jernih berwarna seperti
warna Jerami dengan pH > 11 (Mulyawati, 2011:206). Konsentrasi yang
efektif yaitu pada 5,2% namun NaOCl konsentrasi 2,5% adalah yang paling
sering digunakan karena menurunkan potensi toksisitas namun tetap
mempertahankan kemampuannya untuk melarutkan jaringan lunak dan
aktifitas antibakteri serta mencegah terjadinya efek kausatik jika terjadi
ekstrusi. Saat menggunakan konsentrasi NaOCl yang rendah,
direkomendasikan untuk meningkatkan volume dan waktu eksposurnya
(Grossman 2021:301).
NaOCl di dalam air menunjukan reaksi keseimbangan dinamis seperti
yang ditunjukan oleh reaksi berikut:

Reaksi saponifikasi, menghasilkan sabun dan gliserol. Sabun membuat


tegangan permukaan menjadi berkurang sehingga memudahkan pelepasan
debris dari dinding saluran akar. Jika asam hipoklorus (HOCl−) dan ion
hipoklorit (OCl−) yang terbentuk dari reaksi tersebut berkontak dengan
jaringan organik maka akan melepaskan klorin yang mampu menghambat
enzim bakteri, merusak sintesis DNA, dan menghidrolisis asam amino
sehingga merusak metabolisme bakteri (Tanumihardja, 2010:109). Hal ini
dibuktikan dengan kemampuan NaOCl 2,5% dalam membunuh E.faecalis
(100%) dalam waktu 10 menit (Sujatmiko dan Endang dalam Mozartha, et
al., 2019:23).
1. Kelebihan: pelarut jaringan lunak dan memiliki efek antibakteri. Pada
prosedur preparasi saluran akar, NaOCl akan melarutkan kolagen pada
dentin saluran akar sehingga mudah untuk dipreparasi (Mulyawati,
2011:206-207).
2. Kekurangan: rasanya yang kurang enak, sitoksitas dan efek akusatik
pada jaringan periradikular yang sehat jika terjadi ekstrusi pada saat
prosedur irigasi, dan tidak dapat melarutkan smear layer (Grossman,
2021:301).

b. Ethylenediaminetetraacetic Acid (EDTA) (konsentrasi 15%/17%)


Ethylenediaminetetraacetic acid atau yang biasanya disebut EDTA
merupakan agen chelating dalam endodontik untuk preparasi saluran akar
yang sempit dan terkalsifikasi. Chelation merupakan proses fisika-kimia yang
dapat mendorong penyerapan dari ion positif multivalen yang bereaksi
dengan ion kalsium dalam hidroksiapatit sehingga menyebabkan perubahan
struktur mikro dentin dan perubahan rasio kalsium-fosfor dari permukaan
dentin. Hal ini menyebabkan dekalsifikasi dentin sehingga saluran akar lebih
mudah dilakukan instrumenasi tetapi EDTA kurang efektif pada mikroba
dibandingkan NaOCl (Kalluru, et al., 2014:39; Mulyawati, 2011:207).
Penggunaan NaOCl diikuti dengan EDTA dianjurkan oleh beberapa
dokter untuk menghilangkan smear layer. (Bellinda, et al., 2016:119).
Penggunaan EDTA 17% selama 10 menit menunjukan adanya erosi yang
berlebihan pada peritubular dan intertubular dentin. Maka, penggunaan yang
disarankan adalah 1-5 menit dalam saluran akar untuk mencapai efek yang
diinginkan. (Iqbal, 2012:156).
1. Kelebihan: kemampuannya untuk menghilangkan bahan anorganik dari
smear layer, efektif dalam melunakan dentin, tingkat demineralisasinya
sebanding dengan waktu paparan, dan tidak memiliki efek merusak jika
digunakan secara klinis sebagai larutan irigasi (Grossman, et al., 2021:
302).
2. Kekurangan: dapat menyebabkan iritasi tingkat sedang, efek antibakteri
yang rendah, efektifitasnya yang semakin ke apikal akan semakin
berkurang dikarenakan volume larutan yang kurang memadai, ukuran
saluran akar yang semakin kecil yang membatasi sirkulasi dan aksi dari
larutan, atau variasi anatomis seperti tubulus yang sklerotik
(Tanumihardja, 2010:111).
c. Klorheksidin diglukonat (CHX) (konsentrasi 2%)
Klorheksidin adalah basa kuat yang paling stabil dalam bentuk
Klorheksidin diglukonat (CHX). Konsentrasi 2% menurut beberapa
penelitian efektivitasnya hampir sama dengan NaOCl 5,25% (Gupta, et al.,
2012:43; Tanumihardja, 2010:111). Kemampuan antimikroba dari CHX
melawan bakteri gram-negatif dipengaruhi oleh kemampuanya untuk
menembus dinding sel mikroba atau membran luar dan menyerang sitoplasma
dalam membran bakteri, atau membran plasma ragi (Haapasalo, et al.,
2010:295). CHX sangat efektif dalam melawan E. faecalis, yang merupakan
patogen yang paling sering ditemukan dalam saluran akar yang telah
dilakukan pengisian saluran akar namun menunjukan kegagalan klinis
(Grossman, et al., 2021:304).
1. Kelebihan: antibakteri spektrumnya yang luas, toksisitas rendah, larut
dalam air (Mulyawati, 2011:207), dapat bertahan lama dengan
kemampuannya melekat pada dinding saluran akar (Grossman, et al.,
2021:304), tidak mengiritasi jaringan periapikal, kurang toksik
dibandingkan dengan larutan lain, dan bau yang tidak menyengat
(Tanumihardja, 2010:111).
2. Kekurangan: kurangnya kemampuan untuk melarutkan jaringan
nekrotik, kurang efektif terhadap bakteri gram-negatif (Mulyawati,
2011:207), tidak menghilangkan smear layer sehingga harus
dikombinasikan dengan larutan irigasi lain (Grossman, et al., 2021:304).
d. Mixture of Tetracycline, An Acid, and Detergent (MTAD)
Mixture of tetracycline, an acid, and detergent atau disebut juga MTAD
merupakan bahan irigasi yang berupa kombinasi dari beberapa komponen
untuk mendapatkan efek antibakteri dan sifat chelating yang pertama kali
dikenalkan sebagai larutan irigasi oleh Torabiejad dan Johnson pada tahun
2003 (Tanumihardja, 2010:112). MTAD terdiri atas 3% larutan cair
doksisiklin (antibiotik spektrum luas), 4,25% asam sitrat (agen
demineralisasi), dan 0,5% polysorbate 80 detergent (Tween 80) (Grossman,
2021:305). Tetrasiklin merupakan antibiotik bakteriostatik namun dalam
konsentrasi tinggi dapat memiliki efek bakterisida. Doksisiklin yang
merupakan antibiotik golongan tetrasiklin, asam sitrat, dan Tween 80
bersama-sama dapat memiliki efek untuk merusak dinding sel dan pada
membran sitoplasma bakteri (Hargreaves dan Berman, 2016:259).
MTAD biasanya digunakan setelah penggunaan irigasi dengan larutan
NaOCl 1,3% dan dilaporkan lebih efektif dibandingkan dengan NaOCl 5,25%
namun ada pula penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan MTAD
setelah NaOCl membuat aefek antibakterinya menurun. Hal ini mungkin
dikarenakan proses oksidasi MTAD oleh NaOCl. MTAD digunakan karena
kelebihannya yaitu mampu menghilangkan smear layer, antibakteri, dan
kurang erosif terhadap dentin jika dibandingkan dengan EDTA
(Tanumihardja, 2010:112).
5. BAHAN STERILISASI SALURAN AKAR
Sterilisasi saluran akar gigi dengan medikasi intra saluran akar yang
bertujuan menghilangkan bakteri pada saluran akar gigi, yaitu dengan cara
memasukkan suatu bahan pengisi dengan menggunakan teknik tertentu kedalam
ruang pulpa yang sebelumnya terdapat jaringan pulpa, yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya infeksi tulang. Salah satu tahapan penting dalam
melakukan perawatan saluran akar gigi adalah pemberian medikamen pada
saluran akar gigi. Medikamen yang digunakan dalam perawatan saluran akar gigi
dapat dibagi atas beberapa kelompok besar yaitu golongan fenol,
aldehida/formadelhida, halida/halogen, kalsium hidroksida, dan antibiotic.
Bahan medikamen yang paling umum digunakan adm hidroksida memiliki efek
antimikroba dan kemampuan menetralisir toksin serta produk bakteri, sehingga
sangat efektif digunakan sebagai material sterilisasi saluran akar. alah kalsium
hidroksida.
Kalsium hidroksida sebagai material sterilisasi saluran akar harus
beraplikasi langsung dengan dinding saluran akar. Bahan pencampur perlu
ditambahkan pada serbuk Ca(OH)2, untuk mendapatkan sediaan pasta sehingga
memudahkan aplikasinya dalam saluran akar. Terdapat tiga jenis bahan
pencampur yaitu bahan pencampur encer, kental dan bahan pencampur berbahan
dasar minyak. Bahan pencampur jenis encer menyebabkan ion Ca2+ dan OH-
terurai dengan cepat serta menjadi mudah larut saat beraplikasi dengan jaringan
dan cairan jaringan.Kalsium hidroksida memiliki sifat biologis yang
menguntungkan sebagai medikamen intrakanal. Namun demikian hasil
penelitian menunjukkan bahwa aplikasi langsung Ca(OH), dengan dinding
saluran akar, berpengaruh terhadap perubahan sifat fisik dentin (Kusuma, 2016;
Kambaya dkk., 2021).
Kalsium hidroksida memiliki beberapa kelebihan, salah satunya memiliki
sifat antibakterial yang baik, bersifat kompatibel terhadap jaringan rongga mulut,
serta mengurangi peradangan pada jaringan periapeks. Selain memiliki beberapa
kelebihan, kalsium hidroksida juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya
adalah kekuatan komprehensif yang rendah sehingga dapat berpengaruh pada
kestabilan kalsium hidroksida terhadap cairan di dalam saluran akar gigi,
sehingga dapat melarutkan bahan medikamen saluran akar gigi (Kusuma, 2016;
Kambaya dkk., 2021).
6. WAKTU PENGISIAN SALURAN AKAR
Saluran akar yang telah dipreparasi hendaknya dilakukan pengisian
saluran akar. Waktu yang tepat dilakukan pengisian saluran akar adalah pada
saat saluran akar kering, tidak terdapat cairan yang keluar dari saluran akar
(Nugroho, 2013). Selain itu terdapat berbagai faktor seperti gejala pasien, status
pulpa dan periradikular dan kesulitan prosedur yang mempengaruhi waktu
pengisian saluran akar dan jumlah janji temu.

a) Gejala Pasien
● Jika pasien datang dengan sensitivitas pada perkusi, hal ini menunjukkan
peradangan pada ruang ligamen periodontal, kanal tidak boleh diobturasi
sebelum peradangan mereda.
● Dalam kasus pulpitis ireversibel, obturasi dapat diselesaikan dalam sekali
kunjungan jika sumber nyeri utama, yaitu pulpa telah diangkat.
● Secara umum jika pasien menunjukkan gejala yang parah dan diagnosisnya
adalah periodontitits apikal atau abses simtomatik (akut), obturasi
dikontraindikasikan (Torabinejad dkk., 2015).

b) Pulpa dan Status Periradikular


 Gigi dengan pulpa vital dapat diobturasi pada kunjungan yang sama.
 Gigi dengan pulpa nekrotik dapat diselesaikan dalam sekali kunjungan jika
gigi tidak bergejala.
 Adanya sedikit eksudat purulen dapat mengindikasikan kemungkinan
eksaserbasi. Jika kanal ditutup, tekanan dan kerusakan jaringan selanjutnya
dapat terjadi dengan cepat (Garg and Garg, 2010).
c) Procedural concern
● Kasus yang sulit yang memakan waktu dan mungkin dapat dikelola dengan
lebih baik dalam beberapa janji temu. Jika periode pengobatan akan
melebihi 2 jam da/atau dokter percaya bahwa ia mungkin lebih siap untuk
menangani kasus ini pada pertemuan selanjutnya, obturasi harus ditunda
(Torabinejad dkk., 2015).
● Pasien mungkin memerlukan beberapa janji temu singkat karena kondisi
medis mereka seperti keadaan pikiran psikologis dan kelelahan mereka
(Garg and Garg, 2010)

7. MACAM-MACAM TEKNIK PENGISIAN SALURAN AKAR


Tujuan utama pengisian saluran akar adalah mendapatkan penutupan tiga
dimensi yang komplit pada sistem saluran akar. Berbagai teknik diperkenalkan
untuk mengisi saluran akar dengan bahan pengisi saluran akar, salah satunya
adalah teknik kondensasi lateral dan teknik single-cone (Grossman, et al., 2021).
a) Teknik single cone
Teknik single-cone adalah teknik yang menggunakan satu kerucut
utama dan preparasi saluran akar menggunakan instrumen putar ProTaper
system. Penggunaan teknik single-cone hanya membutuhkan waktu yang
sedikit bila dibandingkan dengan teknik kondensasi lateral. Kekurangan
teknik ini adalah kurang efektif dalam pengisian saluran akar karena kerucut
utama yang besar tidak selalu bisa mengisi variasi anatomis yang terjadi di
saluran akar sehingga mengakibatkan porositas, pelarutan semen
(Grossman, et al., 2021).
Cara pengisian teknik single cone

1. Guttap-point yang sudah dicobakan dan dilakukan foto trial diberi tanda
sesuai panjang kerja kemudian dimasukkan dalam alkohol.
2. Sebelum melakukan pengisian saluran akar disiapkan terlebih dahulu
pasta saluran akar. Pasta saluran akar yang digunakan pada skill lab ini
adalah seng-oksida hCKM. Caranya yaitu bubuk (seng oksida) dan
cairan (ChKM) dicampur dengan gerakan memutar sampai konsistensi
yang tepat (bila spatula semen diangkat maka pasta saluran akar juga
terangkat dan tidak terputus setinggi 1 inci).
3. Jarum lentulo diberi stopper sesuai panjang kerja dan diberi pasta
saluran akar sepanjang saluran akar saja. Jarum lentulo+pasta saluran
akar dioleskan ke dinding saluran akar (stopper tepat pada batas cusp
tertinggi).
4. Guttap point yang sudah diberi tanda dengan ballpoint sesuai dengan
panjang kerja diulasi dengan pasta (sepanjang saluran akar) dan
dimasukkan ke dalam saluran akar sampai dengan batas tanda tersebut.
Hasil pengisian ditunjukkan ke instruktur.
5. Pilih ekskavator yang dapat masuk ke ruang pulpa kemudian
dipanaskan di atas api spiritus sampai membara. Guttap-point dipotong
1-2 mm di bawah dasar ruang pulpa atau sebatas orifis dengan
ekskavator panas. Hasil pemotongan guttap ditunjukkan ke instruktur.
6. Kavitas ditutup kapas dan ditumpat sementara menggunakan fletcher
atau cavit.

b) Teknik kondensasi lateral


Teknik pengisian saluran akar kondensasi lateral dengan menggunakan
satu guttap percha utama, kemudian ditambahkan guttap percha tambahan
di sekelilingnya. Untuk pengisian ini diperlukan alat spreader. Biasanya di
indikasikan pada saluran akar berbentuk lonjong atau saluran akar yang
dipreparasi dengan teknik step back.

Tahap pengisian saluran akar kondensasi lateral :

1. Bongkar tumpatan sementara dengan bur dan ekskavator


2. Irigasi saluran akar dengan NaOCl
3. Rekapitulasi saluran akar
4. Irigasi saluran akar dengan NaOCl
5. Lakukan pencampuran pasta saluran akar sesuai petunjuk pabrik
6. Ulasi dinding saluran akar dengan pasta saluran akar menggunakan
jarum lentulo.
7. Guttap percha utama yang telah diolesi pasta saluran akar dimasukkan
ke dalam saluran akar sampai menunjukkan initial fit yang baik di
daerah apikal.
8. Spreader dimasukkan sampai 2mm dari panjang kerja, disela dinding
saluran akar dan guttap percha, ditekan kearah lateral untuk
memberikan tempat bagi guttap percha tambahan.
9. Selanjutnya guttap percha tambahan dimasukkan dan ditekan lagi
kearah lateral dengan menggunakan spreader tadi sampai saluran akar
penuh dan padat.
10. Guttap percha dipotong 1-2 mm dibawah dasar ruang pulpa (sebatas
orifice)dengan ekskavator yang ujungnya telah dipanaskan diatas api
bunsen brander sampai membara. Pilih diameter ekskavator yang dapat
dengan mudah masuk kedalam kavitas ruang pulpa.Tekan guttap percha
dengan plugger sampai ± 1 mm di bawah orifice
11. Isi kavitas dengan cotton pellet sampai penuh
12. Lakukan foto pengisian
13. Dasar kavitas ditutup dengan basis semen merata dan halus
(Deshpande, PM. 2015.)

8. MACAM-MACAM PENGISI SALURAN AKAR


Bagian terakhir dari suatu perawatan endodontik adalah melakukan
pengisian saluran akar. Bahan pengisi saluran akar yang digunakan harus
menutup seluruh sistem saluran akar terutama di daerah apikal yang banyak
terdapat saluran akar tambahan. Menurut sejarah, pengisian merupakan tahap
yang sangat kritis, dan menjadi penyebab dari hampir seluruh kegagalan
perawatan. Bahan pengisi saluran akar merupakan bahan yang dimasukkan pada
saluran akar setelah gigi di preparasi dan diirigasi. Bahan ini diberikan untuk
memberikan kekuatan pada gigi, yaitu sebagai bahan pengganti dentin dan
jaringan yang diambil saat preparasi (Ingle, 2019).
Pengisian saluran akar perlu dilakukan untuk mempertahankan sisa gigi
yang sudah kosong akibat eksterpasi jaringan pada perawatan endodontik. Ada
beberapa kriteria yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan tindakan pengisian
saluran akar yaitu gigi bebas dari rasa sakit, saluran akar bersih dan kering, tidak
terdapat nanah dan tidak terdapat bau busuk (Tarigan, 2013).
Tahap perawatan saluran akar antara lain: preparasi saluran akar yang
meliputi pembersihan dan pembentukan, disinfeksi, dan pengisian saluran akar.
Keberhasilan perawatan saluran ini dipengaruhi oleh preparasi dan pengisian
saluran akar yang baik, terutama pada bagian sepertiga apikal. Kegagalan
perawatan 60% diakibatkan pengisian yang kurang baik. Pengisian saluran akar
dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam saluran akar
melalui koronal dan periapikal (Walton, 2009).
Bahan pengisi saluran akar yang ideal menurut Grossman (2014) harus
memiliki beberapa kriteria yaitu bahan harus mudah dimasukkan ke dalam
saluran akar, dapat menutup saluran secara lateral dan juga secara apikal, tidak
menyusut setelah disisipkan, tahan terhadap kelembaban, harus bakterisida atau
setidaknya dapat mencegah pertumbuhan bakteri, radiopak, tidak menodai
struktur gigi, tidak mengiritasi jaringan periradikular atau mempengaruhi
struktur gigi, harus steril atau mudah dan cepat disterilisasi segera sebelum
insersi dan harus mudah dikeluarkan dari saluran akar jika diperlukan.
Bahan pengisi saluran akar dapat dibagi menjadi (Haesman, 2010) :
A. Bahan padat
Bahan padat mempunyai lebih banyak keuntungan dibandingkan
bahan semisolid, yaitu kemampuan untuk mengontrol Panjang pengisian,
kemampuan yang cukup dalam beradaptasi terhadap iregularitas dan
menciptakan seal adekuat.

1. Gutta percha, merupakan derivate getah kering dari familia sapotaceae.


Terdiri dari 20% gutta percha dan 80% Zinc Oxide. Gutaperca memiliki
beberapa sifat yaitu dimensi stabil, antibakteri, tidak menyebabkan
perubahan warna dentin, radiopak, mudah dimanipulasai, dapat
dilunakkan oleh panas, dapat dilunakkan oleh pelarut organik, dapat
dikeluarkan dari saluran akar bila diperlukan dan tidak menimbulkan
reaksi alergi untuk hampir semua individu. Gutaperca memiliki
kekurangan yaitu tidak dapat menempel pada dinding saluran akar
sehingga membutuhkan siler sebagai bahan pengikat antara gutaperca
dan dinding saluran akar (Walton dan Torabinejad, 2009).
2. Silver Points, lebih flexibel dibandingkan gutta percha, namun cukup
kaku. Mempunyai kelebihan tidak mudah melengkung dan lebih mudah
digunakan untuk akar sempit dan bengkok
3. Resilon, merupakan bahan pengganti gutta percha berbahan resin
polimer polikaprolakton yang digunakan Bersama dengan Epiphany,
sealer resin untuk membentuk ikatan adhesi pada permukaan bahan inti
resin, dinding saluran akar, dan sealer. Komposisinya adalah bahan inti
polyester, kaca bioaktif, dan filler radiopak (bismuth oxychloride dan
barium sulfate) dengan komposisi filler sekitar 65%.

B. Bahan pasta
1. Zinc Oxide dan Eugenol, tipe yang paling sering ditemui adalah N2 atau
RC2B yang merupakan derivate dari formula sargenti dan mengandung
opaquer, oksida metalik (timah) atau klorida (merkuri), beberapa
steroid, plasticizer, paraformaldehid, dan bahan lainnya.
2. Plastis, sealer resin-based seperti AH26 dan diaket, dapat digunakan
sebagai bahan obturasi tunggal, namun bahan ini mempunyai kerugian
yang sama seperti Zinc Oxide Eugenol yang menjadikan bahan ini tidak
popular digunakan.
3. Sealer terbagi menjadi 7, yaitu; berbahan dasar pelarut, berbahan dasar
ZnOE, berbahan dasar ionomer kaca, berbahan dasar resin, kalsium
hidroksida, silicon, & mineral Trioxide-Aggregate.

9. MACAM MACAM SEALER SALURAN AKAR


Bahan sealer konsep dasarnya adalah sealer saluran akar lebih penting dari
pada bahan pengisi inti. Sealer saluran akar akan menuntaskan tugas untuk
memberikan kerapatan yang ketat, sedangkan bahan inti berfungsi sebagai
kendaran bagi sealer. Sealer saluran akar harus digunakan bersama-sama dengan
bahan pengisi apapun tehnik atau bahan yang digunakan. Inilah yang membuat
sifat fisik dan pelekatan sealer menjadi penting. Keberhasilan perawatan saluran
akar pada saat ini ditentukan oleh pembersihan dan disinfeksi saluran akar
dengan bahan kimia serta mekanis disertai dengan penambahan yang baik.
Sangat tidak relevan jika keberhasilan ditentukan oleh sealer atau bahan penutup
saluran akar saja seperti pasta atau semen. Syarat-syarat sealer menurut Grosman
adalah (Rusmiany, et al., 2017):
a. Tidak terjadi pengerutan pada saat pengerasan, dimensi sealer saluran akar
harus tetap stabil.
b. Dapat diukur waktu pengerasannya, sealer saluran akar harus memiliki
waktu kerja yang cukup panjang agar pelekatan dan manipulasinya dapat
dilakukan dengan baik kemudian tetap mengeras dengan baik setelah
pengisian selesai.
c. Sifat adesif, siler saluran akar yang adesif dengan dinding saluran akar
adalah sifat yang paling didambakan. Suatu bahan yang benar-benar adesif
akan membentuk ikatan yang kuat antara bahan inti dan dentin sehingga
dapat menutup rongga yang ada. Sealer berbasis Zinc Oxide Eugenol tidak
memiliki sifat adesif sama sekali sedangkan yang plastik/resin memiliki
sifat adesif.
d. Rontgen Foto, Sealer saluran akar harus bisa terlihat di radiograf, namun
makin radiofak silernya, gelombang udara dalam obturasinya makin tidak
jelas terlihat.
e. Tidak mewarnai gigi, sisa sealer saluran akar dalam mahkota tidak boleh
mewarnai mahkota dikemudian hari. Saat ini, semua sealer saluran akar
yang dites, terutama sealer yang berbasis Zinc Oxide Eugenol atau yang
mengandung logam berat dapat mewarnai dentin.
f. Larut dalam pelarut, kelak beberapa hari, bulan atau tahun kemudian setelah
pengisian selesai, mungkin diperlukan pemasangan pasak atau perawatan
ulang.
g. Tidak larut dalam cairan jaringan dan jaringan mulut, sealer jaringan akar
tidak boleh hancur jika berkontak dengan cairan jaringan. Namun sealer
yang ada sekarang masih agak larut terutama jika berkontak dengan cairan
mulut.
h. Menciptakan kerapatan yang baik, Sifat fisik yang jelas-jelas penting. Bahan
harus menciptakan dan tetap dapat mempertahankan kerapatan baik kearah
apek, lateral, maupun korona.

Sealer pengisi saluran akar digunakan bersamandengan bahan pengisi


saluran akar. Penggunaanya mutlak untuk suksesnya tahap pengisian saluran
akar. Semua tehnik modern menggunakan sealer salurana akar yang memberikan
daya lekat tinggi yang menunjang keberasilan perawatan endodontic (Rusmiany,
et al., 2017).
Menurut Walton, fungsi dari semen pengisi saluran akar antara lain:

a. Untuk menyemen bahan pengisi saluran akar


b. Untuk melapisi salurana akar yang tidak sesuai dengan bahan pengisi.
c. Sebagai bahan pengisi saluran akar tambahan dan kelainan resobsi dan
ruangan yang tidak terisi cone master gutta percha.
d. Mengontrol pertumbuhan bakteri yang masih berada di dalam saluran akar.

Ada lima jenis sealer:

1. Zinc Oxide Eugenol


Bahan ini mengandung zinc oxide dan sampai saat ini masih dipakai.
Bahan ini bersifat sitoksik, relatif rapuh dan larut dalam cairan jaringan.
Dapat menimbulkan iritasi terhadap jaringan periapikal apabila dipakai
dalam dosis yang cukup tinggi. Variasi berbagai jenis mempunyai waktu
pengerasan dan karakteristik flow yang berbeda. Misal pada pengisian
saluran akar yang sulit, bahan ini mempunyai waktu pengerasan yang
lambat.
2. Kalsium Hidroksida
Sealer jenis ini hampir memenuhi semua persyaratan bahan pengisi yang
baik dan telah terbukti bahwa sealer jenis ini menghasilkan penutupan
apeks yang baik daripada zinc oxide eugenol. Selain itu kalsium hidroksida
dapat digunakan untuk mengontrol eksudat, perdarahan dan resobsi akar
karena trauma.
3. Silikon
Sealer dengan bahan dasar silikon pada pemakean lee endotill, terjadi
penyusutan dan mutlak dibutuhkan persiapan saluran akar yang betul-
betul kering.
4. Glassionomer
Saat ini banyak digunakan antara lain ketak endo. Menurut Gunawan,
sealer jenis ini ternyata lebih efektip daripada siler zinc oxide eugenol
dalam mencegah kebocoran dan menghasilkan penutupan apeks yang
lebih baik. Jika dibanding dengan sealer kalsium hidroksida. Dengan
demikian dianjurkan pema glass ionomer sebagai pasta pengisi saluran
akar.
5. Resin
Semen saluran akar resin tidak begitu popular daripada zinc oxide eugenol
dan kalsium hidroksida. Semen resin tidak larut di dalam cairan mulut.
Dalam hal ini ikatannya dengan dentin, semen yang disebut sebagai semen
adhesif, semen ini tidak mempunyai potensi antikariogenik. Bersifat
antibakteri, namun dapat menyebabkan peradangan sampai beberapa
minggu.
DAFTAR PUSTAKA

Deshpande, PM. 2015. Comprehensive review on recent root canal filling materials
and techniques – An update. International Journal of Applied Dental
Sciences. Vol.1(5): 30-34

Garg, N., and A. Garg. 2010. Textbook of Endodontics. 2nd Edition. Jaypee
Brothers Medical Publishers: New Dehli.

Grossman L.I., 2014. Ilmu Endodontik Dalam Praktek, Alih Bahasa Abyono R.,
Edisi II, EGC, Jakarta.

Grossman, L. I., V. Gopikrishna dan B. S. Chandra. 2021. Endodontic Practice.


Edisi Ke-14. New Delhi: Wolters Kluwer.

Hargreaves, K. M. dan L. H. Berman. 2016. Cohen’s Pathways of the Pulp. Edisi


Ke-11. Kanada: Elsevier.

Ingle, J.L., dan Bakland, L.K. 2019. Endodontic. 7th ed. Philadelphia: Lea dan
Febiger.

Kambaya, P. P., Jumiati, Masyhudi. 2021. Uji Efek Antibakteri Ekstrak Etanol
Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) sebagai Kandidat Bahan
Medikamen Saluran Akar Gigi terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus
secara In Vitro. Mulawarman Dental Journal. 1(1): 1-9.

Kusuma, A. R. P. 2016. Pengaruh lama aplikasi dan jenis bahan pencampur serbuk
kalsium hidroksida terhadap kekerasan mikro dentin saluran akar. ODONTO:
Dental Journal. 3(1): 48-54.

Nugroho, Raditya. 2013. Perawatan Endodontik-Restorasi pada Kerusakan Gigi


Anterior secara Efektif Efisien dan Estetik (Case report). The Indonesian
Journal of Health Science. 4(1): 78-84

Rusmiany, P., D. M. Wedagama, dan N. P. O. K. Dewi. Penggunaan Bahan resin


sebagai Sealer Adesif pada Pengisian Saluran Akar. Interdental Jurnal
kedokteran Gigi. 13(2): 4-8.

Tarigan R., 2013, Perawatan Pulpa Gigi (Endodontik), Widya Medika, Jakarta.

Torabinejad, M. dan R. E. Walton. 2015. Endodontics: Principles and Pratice. Edisi


Ke-5. Missouri: Elsevier Saunder.

Torabinejad, M., Fouad, A. and Shabahang, S., 2020. Endodontics e-book:


Principles and practice. Elsevier Health Sciences.

Walton E.R. dan Torabinejad M. 2009, Obturasi Saluran Akar, Prinsip dan Praktik
Ilmu Endodonsia, Alih Bahasa Narlan S., dkk Edisi Kedua, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai