Anda di halaman 1dari 24

TUGAS PSA DOKTER RADIT (jgn lupa dapusnya)

- persiapan alat bahan psa 1


Alat
1. Alat Dasar ( Kaca mulut, sonde lurus dan sonde bengkok, pisent, ekskavator)
2. Plastis filling instrument
3. Mikromotor high speed dan handpiece contra angle
4. Bur untuk cavity entrance
5. Gates glidden drill
6. Bunsen
7. Pisau model
8. Pisau malam
9. Petridish bersekat
10. Gunting kecil
11. Glass plate
12. Pensil tinta
13. Spatula semen
14. Stoper semen
15. Finger plugger
16. Jarum lentulo
17. Finger spreader
18. Jarum miler
19. Jarum ekstirpasi
20. K File no 06-60
21. Nitiflex no 15-40
22. Botol untuk menyimpan alat irigasi
23. Peeso reamer
24. Penggaris
25. Tempat jarum/Endo stand
26. Alat irigasi (disposible syringe) + Maxiprobe
27. Endo block
28. Cotton pellet
29. Paper point
30. Cotton roll

Bahan
1. Bahan irigasi (NaOCl 2,5%, akuades, chlorhexidine)
2. Sealer pasta ( ZnO+Chkm)
3. Tumpatan Sementara
4. Bahan pengisi (Guttap point)
(Tim SL Blok 2.4.8K, 2016)
Tim SL Blok 2.4.8K. 2016. Buku Praktikum Skills Lab Konservasi Gigi Semester IV Tahun Akademik
2016-2017. Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya.

- desain outline, prinsip cavity entrance 3

Outline cavity entrance merupakan proyeksi dari ruang pulpa ke permukaan gigi di bagian
palatal atau lingual pada gigi anterior atau oklusal pada gigi posterior.Tujuan pembuatan outline untuk
menghindari terbuangnya jaringan gigi berlebihan pada waktu preparasi cavity entrance. Outline form
dibuat dengan bentuk yang baik dan lokasi yang tepat agar orifice dan saluran akar mudah ditemukan
dan tidak banyak membuang jaringan.

Gambar 1. outline cavity access gigi. (A: Insisif sentral, B: insisif lateral, C: Caninus, D: Premolar
pertama, E: Premolar kedua, F: Molar 1, G: Molar 2, H: Molar 3 maxilla; I: Insisif sentral, J: insisif
lateral, K: Caninus, L: Premolar pertama, K: Premolar kedua, M: Molar 1, N: Molar 2 mandibula)
(Sumber; Caicedo et. al, 2008)

Cavity entrance Molar pertama rahang atas

Kamar pulpa molar pertama rahang atas biasanya berbentuk triangular dan bukaan aksesnya adalah
segitiga hingga sedikit persegi pada permukaan oklusal. Persiapan akses harus distal ke mesial marginal
ridge, di sepertiga tengah buccolingual dan mesial dari transverse ridge. Preparasi harus diambil dengan
tidak merusak transverse ridge selama persiapan atau untuk memperpanjang akses.
A. Entrance selalu diperoleh melalui permukaan oklusal semua gigi posterior. Penetrasi awal adalah
dibuat tepat di tengah pit mesial, dengan bur diarahkan ke lingual.
B. Menurut ukuran ruangan bur bulat No. 4 panjang biasa digunakan untuk membuka ke dalam
ruang pulpa. Bur harus diarahkan menuju lubang kanal palatal atau menuju lubang kanal
mesiobukal, di mana yang terbesar ruang di dalam kamar ada. Ketika sudah tercapai orifice akan
terasa jatuh ke kamar pulpa. Jika ruangan terkalsifikasi dengan baik, penetrasi awal dilanjutkan
sampai contra-angle bersandar pada oklusal.
C. Sebuah explorer endodontik digunakan untuk menemukan lubang dari kanal palatal, mesiobukal,
dan distobukal.
D. Selanjutnya, Bur bulat dengan kecepatan rendah digunakan untuk melepas atap ruang pulpa
Dinding bagian dalam dan lantai tidak boleh dipotong kecuali ada kesulitan dalam menemukan
lubang. Bur bulat No. 2 dengan panjang operasi diperlukan untuk menjelajahi lantai ruangan.
E. Finishing preparasi pada dinding kavitas menggunakan diamond bur.
F. Final preparasi tanpa hambatan kelubang kanal dan tidak boleh menghalangi instrumen.
Tingkatkan kemudahan akses dengan mencondongkan semua instrumentasi dari bukal.
Perhatikan bahwa preparasi dindingnya sangat halus, dan lubangnya terletak pada sudut pulpa-
aksial yang tepat dari dasar pulpa (Caicedo et. al, 2008)

DAPUS
Caicedo, R et.al. 2008. Guidelines for Access Cavity Preparation in Endodontics. A Peer-Reviewed
Publication.

Desain Outline Cavity Entrance Rahang Bawah


Gambar. Outline cavity entrance pada gigi-gigi rahang bawah (Chong, 2010)

Cavity entrance molar pertama rahang bawah


● Orifisium mesiobukal berada di bawah cusp mesiobukal. Orifisium mesiolingual terletak pada
depression yang dibentuk oleh dinding mesial dan lingual. Orifisium distal berbentuk oval
dengan diameter terbesar di bukolingual, terletak distal dari groove bukal. Orifisium dari semua
kanal biasanya terletak di ⅔ mahktota sisi mesial
● Enamel ditembus dengan round bur No.4 pada fossa sentral di tengah antara batas mesial dan
distal. Batas mesial adalah garis yang menghubungkan ujung cusp mesial dan batas distal
adalah garis yang menghubungkan groove bukal dan lingual.
● Bur dimasukkan pada fossa sentralis yang mengarah ke akar distal. Setelah "drop" ke dalam
kamar pulpa terasa, lepaskan seluruh atap kamar pulpa dengan bantuan round bur atau
tapered fissure bur
● Cari orifisium kanal dengan eksplorer endodontik yang tajam, terakhir selesaikan dan ratakan
kavitas dengan sedikit divergensi ke arah oklusal
● Jika terdapat empat saluran, bentuk rongga akses berbentuk belah ketupat (rhomboid) tetapi
jika terdapat dua saluran, rongga akses berbentuk oval dengan dimensi lebih lebar ke arah
bukolingual.

● Bentuk dan ukuran akses kavitas dapat bervariasi sesuai dengan ukuran, bentuk dan lokasi dari
orificium kanal.
Chong, Bun San. 2010. Harty’s endodontics in clinical practice. 6th Edition. London: Elsevier. 46-50

Garg, Nisha. 2010. Textbook of Endodontics, 2nd Edition. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publishers. 196

Prinsip Cavity Entrance

Prinsip umum untuk akses endodontik adalah outline form, convenience form, caries removal, dan toilet
of the cavity.
1. Outline Form
Outline form adalah bentuk yang direkomendasikan untuk akses gigi normal dengan bukti
radiografis dari ruang pulpa dan ruang kanal. Outline form memastikan bentuk dan lokasi yang
benar dan memberikan akses garis lurus ke bagian apikal saluran akar atau ke lengkungan pertama.
Preparasi akses harus menghilangkan struktur gigi yang akan menghambat pembersihan dan
pembentukan kanal. Outline form adalah proyeksi anatomi gigi internal ke struktur akar eksternal.
Bentuknya bisa berubah seiring waktu. Sebagai contoh, pada gigi anterior dengan tanduk pulpa
mesial dan distal, aksesnya berbentuk segitiga. Pada individu yang lebih tua dengan adanya
kalsifikasi membuat tanduk pulpa menjadi tidak ada, sehingga aksesnya berbentuk bulat telur.
2. Convenience Form
Convenience form memungkinkan modifikasi bentuk garis besar yang ideal untuk memfasilitasi
penempatan dan manipulasi instrumen yang tidak kaku. Sebagai contoh, penggunaan instrumen
putar nikel-titanium membutuhkan akses garis lurus. Akses dapat dimodifikasi untuk
memungkinkan penempatan dan manipulasi instrumen nikel-titanium. Contoh lain adalah gigi
premolar yang menunjukkan tiga akar. Bentuk outline mungkin dibuat lebih segitiga untuk
memudahkan lokasi kanal.
3. Caries Removal
Caries removal sangat penting karena beberapa alasan. Pertama, menghilangkan karies
memungkinkan berkembangnya lingkungan aseptik sebelum memasuki ruang pulpa dan ruang
radikular. Kedua, memungkinkan penilaian restorabilitas sebelum perawatan. Ketiga, penghilangan
karies memberikan struktur gigi yang sehat sehingga restorasi sementara yang memadai dapat
ditempatkan. Struktur gigi yang tidak didukung dihilangkan untuk memastikan segel koronal selama
dan setelah perawatan sehingga titik referensi untuk penentuan panjang tidak hilang jika terjadi
fraktur.
4. Toilet of The Cavity
Toilet of the cavity melibatkan mencegah bahan dan benda memasuki ruang pulpa dan ruang kanal.
Kesalahan umum adalah memasuki ruang pulpa sebelum struktur koronal atau bahan restorasi
disiapkan secara memadai. Akibatnya, bahan-bahan ini memasuki ruang saluran akar dan dapat
menyumbat bagian apikal saluran akar.

DAPUS:

Walton, R. E., & Torabinejad, M. 2015. Endodontics: principles and practice. Elsevier.
- teknik preparasi SA

a. Teknik Preparasi Konvensional


Teknik preparasi saluran akar konvensional/standar (Ingle). Teknik
standar/konvensional, yang diperkenalkan oleh Ingle, melibatkan penentuan panjang
kerja diikuti dengan penempatan file ukuran terkecil/reamer hingga panjang kerja
penuh. Instrumen diputar searah jarum jam untuk mengikat dentin dan kemudian ditarik.
Instrumen dibersihkan dan kemudian dimasukkan kembali sampai menjadi longgar.
Teknik konvensional mempertimbangkan dua pedoman untuk instrumentasi:
1. Saluran akar harus diperbesar setidaknya tiga ukuran di luar ukuran
instrumen pertama yang mengikat saluran akar.
2. Saluran akar harus diperbesar sampai semua dentin yang terinfeksi dari
saluran akar dihilangkan dan muncul potongan dentin putih bersih pada
bilah instrumen.
Teknik preparasi :
1. Preparasi saluran akar dilakukan dengan menggunakan K-file. Sebelum
melakukan preparasi saluran akar jarum untuk preparasi saluran akar
diletakkan pada endo stand
2. File untuk preparasi digunakan secara berurutan mulai dari nomer terkecil
yang dapat masuk ke dalam saluran akar sesuai panjang kerja sampai
nomer terbesar seimbang dengan diameter saluran akar.
3. Setelah panjang sesuai, file dimasukkan saluran akar dan digerakkan
dengan memutar alat 90° sampai 180° searah jarum jam kemudian
diputar kembali berlawanan arah. Saat preparasi, alat preparasi saluran
akar menempel pada dinding saluran akar. Tindakan ini dilakukan
sampai stopper tepat pada batas cusp tertinggi (sesuai panjang kerja) dan
alat dapat digerakkan dengan tanpa hambatan
4. Saluran akar diirigasi untuk membersihkan serbuk dentin yang terasah.
Kavitas dikeringkan dengan cotton pellet atau potongan cotton roll dan
saluran akar dikeringkan dengan paperpoint tetapi tidak boleh sampai
kering karena saat preparasi saluran akar dalam keadaan basah. Irigasi
saluran akar dilakukan secara bergantian antara 2 bahan irigasi dan
diakhiri dengan akuades steril (akuades steril, sodium hipoklorit, akuades
teril)
5. K-file dimasukkan lagi ke dalam saluran akar sampai stopper tepat pada
batas cusp tertinggi dan dengan gerakan push and pull mengasah dinding
saluran akar sehingga dinding saluran akar menjadi halus. Kemudian
dilakukan irigasi saluran akar
6. Tahap preparasi saluran akar dianggap selesai yaitu jika bagian dentin
yang terinfeksi telah terambil, saluran akar cukup lebar untuk tahap
pengisian saluran akar, sesuai dengan panjang kerja, dan dinding saluran
akar halus
Trial Guttap :
1. Pemilihan guttap-point dengan diameter sesuai dengan file terakhir yang
digunakan pada waktu preparasi saluran akar
2. Guttap-point tersebut diberi tanda dengan ballpoint sesuai dengan
panjang kerja, kemudian guttap-point dimasukkan ke dalam saluran akar
sebatas tanda (tanda terletak pada cusp tertinggi). Guttap-point yang
memenuhi syarat adalah yang dapat masuk saluran akar sebatas panjang
kerja dan rapat dengan dinding saluran akar (terutama pada sepertiga
apikal) yaitu jika ditarik terasa ada hambatan.
3. Dilakukan foto trial

Teknik ini tidak dapat melakukan debride saluran dengan bentuk yang rumit;
obturasi area tersebut bergantung pada sealer saja. Teknik ini juga terkait dengan
kesalahan prosedural seperti ledging, zipping, perforasi, kehilangan panjang kerja
terutama dalam kasus kanal melengkung (karena ukuran instrumen meningkat menjadi
lebih kaku).

Teknik ini tidak lagi diikuti, karena pembesaran tiga kali tidak cukup dalam
beberapa kasus, dan dalam kasus lain, mungkin tidak diperlukan. Kehadiran serutan
dentin yang bersih juga bukan merupakan parameter konfirmasi preparasi saluran akar.

Dapus :
Wilson, Nairn HF. 2019. Essentials of Endodontics. 2nd ed. New Delhi: CBS Publishers
& Distributors Pvt. Ltd.
Kokate, Sharad. 2016. Short Textbook of Endodontics. 1st ed. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers (P) Ltd.
b) teknik step back 1
TEKNIK PREPARASI STEP BACK
Teknik preparasi step back (telescopic canal preparation/serial root canal preparation)
merupakan teknik preparasi dari apikal ke koronal yang dilakukan dengan cara pengurangan bertahap
dari panjang kerja (biasanya 1 mm), dari instrumen yang terkecil hingga terbesar hingga menghasilkan
saluran akar yang melebar dan meruncing (tapering). Teknik ini digunakan untuk mempertahankan
penyempitan apikal dan menghasilkan bentuk corong bertahap dari apikal ke koronal, sehingga dapat
mempertahankan bentuk anatomi akar (Garg, 2014). Teknik step back dapat dilakukan pada akar yang
bengkok dan sempit pada ⅓ apikal dengan menggunakan hand file stainless steel k-file atau NiTi file
yang lebih fleksibel atau lentur.
Tahap preparasi saluran akar teknik step back (Rao 2017; Garg, 2014):
1. Saluran akar di eksplorasi menggunakan file terkecil, file nomor 10/15
2. Tentukan panjang kerja
3. Preparasi dilakukan dengan gerakan watch winding motion sesuai panjang kerja sampai file
nomor 25 hingga instrumen menjadi longgar dan kemudian irigasi. File nomor 25 disebut dengan
Master Apical File (MAF).
4. Preparasi dilanjutkan dengan file nomor 30 dengan panjang kerja dikurangi 1 mm dari MAF dan
lakukan irigasi.
5. Lakukan pengontrolan panjang kerja semula dengan memasukkan file nomor 25 (MAF) hingga
sepanjang panjang kerja (rekapitulasi)
6. Preparasi dilanjutkan lagi dengan file nomor 35 dengan panjang kerja dikurangi 2 mm dari MAF,
lakukan irigasi dan rekapitulasi kembali menggunakan MAF sesuai panjang kerja.
7. File berikutnya nomor 40 dengan panjang kerja dikurangi 3 mm dari MAF, demikian pula untuk
file berikutnya nomor 45 sampai 60 atau 80. Irigasi dan rekapitulasi menggunakan MAF.
8. Tahapan preparasi selesai, jika jaringan dentin telah bersih dan halus (dapat dilihat dari
bersihnya jarum preparasi setelah dikeluarkan dari dalam saluran akar). Setelah preparasi selesai,
keringkan dengan paper point yang telah disterilkan

Irigasi dilakukan dengan NaOCl dan aquadest yang dimasukkan dalam syringe untuk
membersihkan sisa jaringan nekrotik maupun serbuk dentin yang terasah. Setiap penggunaan file
untuk preparasi digunakan pelumas/pelunak dentin untuk mengatasi penyumbatan saluran akar (gel
EDTA, RC-Prep).

Gambar X. Teknik preparasi step back menghasilkan preparasi apikal kecil dan membesar ke arah
koronal dengan panjang kerja yang dikurangi 1 mm berturut-turut untuk menghasilkan
bentuk yang lancip/taper (Sumber: Garg, N. and Garg, A., 2014. Textbook of endodontics
Ed. 3. Jaypee Brothers Medical Publishers).
DAPUS

Rao, J., 2017. Qrs for Bds IV Year, Vol 2-E Book. India: Elsevier

Garg, N. and Garg, A., 2014. Textbook of endodontics Ed. 3. Jaypee Brothers Medical Publishers.

c) Teknik Crown Down Pressureless

Dalam teknik crown down pressureless, dokter gigi akan menyiapkan saluran akar dari
mahkota gigi kemudian membentuk saluran akar hingga menuju ke bagian apikal saluran akar
(Gbr. 1). Morgan dan Montgomery menemukan bahwa teknik “crown down pressureless” ini
menghasilkan bentuk kanal yang lebih bulat jika dibandingkan dengan teknik step back biasa.
Selain itu, banyak penelitian telah menunjukkan bahwa pembesaran apikal yang lebih besar
tanpa menyebabkan transportasi apikal dapat dicapai jika obstruksi koronal dihilangkan.
Gambar 1. Teknik crown down pressureless

Tahapan teknik crown down pressureless

1. Preparasi akses kavitas sampai tidak ada penghalang pada ruang pulpa (Gbr. 2). Cari
lubang kanal dengan explorer tajam yang menunjukkan pengikatan di ruang pulpa.

Gambar 2. A dan B: Akses garis lurus ke sistem saluran akar

2. Isi kavitas akses dengan bahan irigasi dan mulailah preflaring dari orificium kanal (Gbr.
3). Preflaring sepertiga koronal kanal dapat dilakukan dengan menggunakan Gates-
Glidden drill atau instrumen putar nikel-titanium.

Gambar 3. Mengisi ruang pulpa dengan larutan irigasi

3. Gates-Glidden drill dapat digunakan setelah memeriksa orifice kanal dengan file nomor
#10 atau #15. Pendekatan mahkota ke bawah dimulai dengan Gates-Glidden yang lebih
besar terlebih dahulu (Gbr. 4). Setelah itu, Gates-Glidden drill dengan diameter yang
lebih kecil dapat digunakan ke dalam kanal dengan tambahan mm untuk menyelesaikan
coronal flaring. Penggunaan Gates-Glidden drill harus disertai dengan kehati-hatian agar
tidak menyebabkan pemotongan dentin yang berlebihan, melemahkan akar sehingga
dapat muncul “Coke Bottle Appearance” pada hasil foto radiografi (Gbr. 5).

Gambar 4. Penggunaan Gates-Glidden untuk preflaring

Gambar 5. “Coke bottle appearence” yang disebabkan oleh penggunaan Gates-Glidden


drill yang berlebihan

4. Seringlah melakukan irigasi dengan natrium hipoklorit dan rekapitulasi dengan file yang
lebih kecil (biasanya file nomor #10) untuk mencegah penyumbatan saluran akar.
5. Setelah membentuk bagian koronal dan melakukan pembesaran pada akar bagian
tengah, jelajahi saluran akar dan tentukan panjang kerja dengan menggunakan
instrumen kecil (Gbr. 6).

Gambar 6. Menetapkan panjang kerja menggunakan instrumen kecil

6. Masukkan file yang lebih besar ke bagian koronal saluran akar dan siapkan (Gbr. 7).
Selanjutnya masukkan file dengan ukuran yang lebih kecil secara progresif lebih dalam
ke saluran akar secara berurutan dan siapkan bagian apikal saluran akar (Gbr. 8 dan 9).
Gambar 7. Penggunaan file yang lebih besar untuk menyiapkan sepertiga koronal

Gambar 8. Persiapan saluran akar di sepertiga tengah

Gambar 9. Preparasi apikal saluran akar

7. Preparasi apikal akhir disiapkan dan diselesaikan bersama dengan irigasi yang sering
pada saluran akar.

DAPUS: Garg, N. and Garg, A., 2010. Textbook of endodontics Ed. 2. Jaypee Brothers Medical
Publishers.

d) step down 1
Teknik step down dilakukan pada daerah saluran akar dekat mahkota sebelum preparasi pada
sepertiga apikal dilakukan. Teknik ini dilakukan untuk mempreparasi saluran akar gigi molar yang
bengkok. Alat yang digunakan pada teknik preparasi Step-down selain file adalah bur Gates-Glidden.
Preparasi dapat dibagi menjadi 3 proses akses koronal, akses radikular dan akses apikal dimana akses
koronal dan radikular digunakan untuk memperoleh arah masuk yang lurus ke sepertiga apikal. Akses
koronal dibuat dengan menggunakan bur bulat. Akses radikular dibuat menggunakan file headstoem
dan bur GGD nomor 2 dan 3. Akses apikal dibersihkan dengan menggunakan file-K no.15 atau no.20
dan untuk menghilangkan langkah yang digunakan file-K no.25 yang merupakan file apeks utama.

Daftar pustaka: Walton, R. E. & Torabinejad, M. 2008. Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia edisi 3.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

e) balance force 1

Teknik Balanced Force

Dalam mengelola anatomi saluran akar yang lebih sulit seperti saluran akar bengkok dan dilaserasi
dengan kesalahan prosedural minimal, Roane et al. memperkenalkan teknik balanced force pada tahun
1985.

Teknik hand movement yang disebut teknik balanced force untuk preparasi saluran akar yang
bengkok dengan K-file. Teknik ini menggambarkan gerakan rotasi dengan file Flex-R, tetapi bisa juga
digunakan K-file dan instrumen lain seperti GT hand file. Merupakan teknik yang lebih unggul
dibanding teknik lain yang menggunakan hand instrumen.

Teknik balanced force melibatkan tiga langkah prinsip. Langkah pertama (setelah insersi pasif
instrumen ke kanal) adalah rotasi searah jarum jam sekitar 90 derajat untuk melibatkan dentin. Langkah
kedua, instrumen yang berada di kanal dengan gaya aksial yang memadai dan diputar berlawanan
sampai longgar dari dentin dinding saluran akar. Ini menghasilkan suara klik karakteristik. Pada langkah
ketiga, file dikeluarkan dengan rotasi searah jarum jam untuk dibersihkan. Namun, karena file yang
digunakan dengan teknik balanced force tidak precurved, pada setiap gerakan keluar yang penting
adalah filing stroke. Dan karena bentuk file yang digunakan ini dapat menyebabkan lead jalur kanal.
Oleh karena itu, dalam banyak kasus, klinisi dapat maju lebih jauh ke apikal daripada menarik file,
tergantung pada tingkat kesulitan.

Gambar. Diagram handle movement selama preparasi balanced force. Langkah 1: Setelah insersi Flex-R
atau NiTi Flex K-file tanpa tekanan, instrumen diputar searah jarum jam 90 derajat, hanya menggunakan
tekanan apikal. Langkah 2: Instrumen diputar berlawanan arah jarum jam 180 sampai 270 derajat;
Tekanan apikal yang cukup digunakan untuk menjaga file pada kedalaman yang sama selama langkah
ini. Serutan dentin dibuang dengan bunyi klik khas Langkah 3: Langkah ini mirip dengan langkah 1 dan
memasukkan instrumen lebih ke apikal. langkah 4: Setelah dua atau tiga siklus, file tersebut dengan
serpihan dentin dikeluarkan dari saluran akar dengan rotasi searah jarum jam.

Dapus

Hargreaves KM. Berman LH. Cohen’s pathways of the pulp. 11th edition. Elsevier. 2016. p : 241-3

Garg Nisha, Amit Garg. Textbook of Endodontics. New Delhi. 2014. p. 238-49

Torabinejad M, Walton RE, Fouad AF. Endodontics Principles and Practice. 2015. P : 283-8

Darcey J, Taylor C, Jawad S, Hunter M. Modern Endodontic Principles Part 3: Preparation. Dental
Update. 2015 Nov. P : 810-22

f) ultrasonic/sonic 1
Instrumen digunakan pada handpiece yang bergerak mendekati atau lebih cepat dibandingkan
Kfile standartnya yang sering digunakan. Ultrasonic endodontic merupakan sistem yang berdasarkan
sumber energi pada 20-25 kHg mengaktifkan endodontic file dengan hasil aktivasi 3 dimensi dari file
pada sekitar medium. Teknik aktivasi sonik terbukti sebagai metode yang efektif untuk desinfeksi
saluran akar, sistemnya dapat secara efektif membersihkan saluran utama, membersihkan smear layer
dan mempersiapkan pengisian saluran lateral. Gelombang getaran ultrasonik dapat digunakan sebagai
aktivasi bahan irigasi saluran akar dengan menggunakan handpiece ultrasonik. Handpiece ultrasonik
meneruskan sound wave ke files endodontik yang menghasilkan getaran 25.000 getaran/detik
menyebabkan acoustic streaming dari larutan irigasi. Acoustic streaming merupakan shockwaves yang
dihasilkan dengan kecepatan lebih dari 5000mph dalam larutan. Larutan irigasi mencapai efek biologis-
kimia aktif ketika mengalami ultrasonasi seperti kavitasi dan acoustic streaming. Kavitasi terjadi ketika
energi ultrasonik menciptakan gelembung yang membesar ke titik tertentu kemudian collapse. Collapse
dari gelembung tersebut menghasilkan pressure-vacuum effect yang membersihkan saluran akar yang
irregular dan membunuh mikroorganisme (Puspita, dkk 2019).

Gambar 1. Micro Mega 1500 Sonic Air Handpiece. Aktivasi dengan tekanan dari turbine udara
dan tersedia water spray pada alat tersebut (Ingle, 2019).
Pembuangan debris dari dinding saluran akar terjadi melalui kavitasi yang terjadi dalam larutan
irigasi. Irigasi ultrasonik dibagi menjadi dua jenis, yang pertama adalah kombinasi dari instrumentasi
simultan dan irigasi ultrasonik (UI), yang kedua beroprasi tanpa instrumentasi simultan dan disebut
sebagai Passive Ultrasonic Irrigation (PUI). PUI lebih efektif daripada irigasi menggunakan syringe dan
needle dalam membuang sisasisa jaringan pulpa dan debris dentin. PUI lebih efektif karena kecepatan
dan volume aliran irigasi yang jauh lebih tinggi yang tercipta di saluran akar selama irigasi ultrasonik.
Ultrasonik dapat secara efektif membersihkan debris dan bakteri dari sistem saluran akar, tetapi tidak
dapat secara efektif melewati apical vapor lock. Irigasi sonik beroperasi pada frekuensi yang lebih
rendah dibandingkan dengan irigasi ultrasonik (1-6 kHz). EndoActivator merupakan salah satu bentuk
irigasi sonik yang menggunakan tip non-cutting polimer, dengan cepat mengagitasi larutan irigasi
selama perawatan. EndoActivator merupakan metode yang efektif untuk membersihkan saluran akar
(Ingle, 2019).

Teknik:
● Panjang kerja ditentukan
● Saluran akar dengan file komvensional no 15-25 disertai irigasi
● Dengan diamond ultrasonic no 25-45 digunakan dengan gerakan memotong dan menarik diikuti
gerakan sirkumferensial
Cara Kerja Ultrasonic:
● Handipiece dihubungkan dengan piozobelectrical ceramic untuk meneruskan dan memindahkan
energi gelombang ultrasonic ke file silindris yang berisikan cairan irigasi yang terpisah dialirkan
melalui handpiece

REFERENSI :
● Puspita, D., Djuanda, R., & Evelyna, A. (2019). Perbedaan Kebersihan Sepertiga Apikal Saluran Akar dari
Smear Layer Menggunakan Sistem Aktivasi Ultrasonik dan Sonik. SONDE (Sound of Dentistry), 4(1), 26-
32.
● Rotstein, I., & Ingle, J. I. (Eds.). (2019). Ingle's endodontics. PMPH USA.

- pengukuran panjang kerja+ekstirpasi jar pulpa+ sterilisasi saluran akar 2


Udah

- teknik pengisian saluran akar :

A. THERMOPLASTIC GUTTA PERCA

Teknik thermoplastic gutta perca memerlukan penggunaan alat berbentuk seperti pistol yang bekerja
melunakkan dan memadatkan guttap point serta mendorongnya ke arah apikal, alat ini disebut dengan
obturation gun / pen atau obturator (Gambar 1).

Gambar 1. Obturator berupa obturation pen dan obturation gun.


Tahap Pelaksanaan:
1. Preparasi canal pada saluran akar sesuai panjang kerja yang dibutuhkan, kemudian uji
kesesuaian ukuran gutta percha yang dibutuhkan dan cek kekuatan tahanannya (tug back).
2. Keringkan saluran akar dengan paper point kemudian masukkan obturation pen dengan
meninggalkan ruang kurang lebih 5 mm dari total panjang kerja untuk menyesuaikan gutta
percha, kemudian diaplikan stopper untuk menandai titik referensinya.
3. Lubrikasi gutta percha dengan sealer kemudian masukkan secara perlahan pada saluran akar
hingga ke apikal.
4. Tempatkan ujung obturation pen dan nyalakan. Obturation pen digunakan untuk memotong
gutta percha dan mampatkan hingga ke 6-9 mm dari apikal selama 2 detik.
5. Matikan obturation pen untuk mendinginkan dalam kondisi tetap mendorong gutta percha ke
arah apikal selama 8 detik, kemudian nyalakan kembali kurang lebih 2 detik untuk kemudian
memampatkan gutta percha kembali hingga 4-7 mm dari apikal.
6. Masukkan ujung obturation gun hingga menggapai bagian atas dari gutta percha dan tunggu 5
detik.
7. Dorong secara perlahan gutta percha yang sudah meleleh hingga cairan tersebut mendorong
obturation gun kembali ke permukaan/
8. Padatkan gutta percha yang leleh tersebut menggunakan obturation pen dengan ujung yang
lebih besar.
Kelebihan Thermoplastic Gutta Percha:
1. Menghasilkan peningkatan densitas gutta-percha di daerah apikal, menghindari filtrasi atau
ruang kosong.
2. Memberikan fluiditas yang lebih besar di saluran lateral, mengisi saluran aksesori.
3. Memiliki adaptasi yang lebih baik dibandingkan teknik yang lain.
4. Menghasilkan massa yang sangat homogen di seluruh saluran.
5. Sistem injeksi gutta-percha termoplastik suhu tinggi dan rendah menunjukkan hasil yang lebih
baik daripada kondensasi lateral tradisional.
Kekurangan Thermoplastic Gutta Percha:
1. Kurang dapat membawa gutta percha dengan tepat ke foramen apikal dan tidak melebihinya
walaupun metode ini dapat mengisi saluran lateral pada semua celah-celahnya.
2. Apabila pengisian melebihi foramen apikal (overfilling) dapat menyebabkan Spagetthi
Phenomenon.

Gambar 2. Spaghetti Phenomenon.


b) kondensasi vertikal 1

Teknik kondensasi vertikal ( teknik “guta-perca panas”)

Merupakan suatu teknik menggunakan plugger yang dipanaskan kemudian dilakukan


kondensasi pada gutaperca yang telah dilunakkan dengan panas ke arah vertical. Sehingga guta-perca
akan mengalir dan mengisi seluruh lumen saluran akar.

Dasar teknik kondensasi vertikal adalah :

1) bentuk saluran akar harus meruncing seperti corong secara kontinyu dari orifis hingga apeks.

2) Hasil preparasi yang dicapai harus sesuai dengan bentuk asli saluran akar.

3) Bentuk foramen apikal tidak boleh diubah (mengalami transformasi).

4) Foramen apikal harus kecil agar kelebihan gutta percha tidak terdorong melalui foramen saat
kondensasi vertikal.

Prosedur kondensasi vertical :

- Master cone dipaskan terlebih dahulu sesuai dengan instrumentasi terakhir

- Dinding saluran akar dilapisi dengan sealer

- Gutta percha diberi sealer

- Ujung koronal master cone dipotong dengan exsavator panas

- Pluger dipanasi hingga merah dan segera didorong ke dalam sepertiga koronal gutta percha.
Sebagian gutta percha koronal terbakar oleh pluger bila diambil dari saluran
- Sebuah pluger dengan ukuran yang sesuai dimasukkan dan tekanan vertikal dikenakan pada gutta-
percha yang telah dipanasi untuk mendorongnya ke arah apikal

- Aplikasi panas berganti-ganti oleh pluger dan kondensasi diulangi sampai gutta percha plastis
menutup saluran aksesoris dan saluran akar utama hingga ke apek

Keuntungan teknik ini adalah penutupan saluran akar bagus sekali, ke arah apikal dan lateral.
menghasilkan pengisian saluran akar yang homogen serta guta-percha yang mampu beradaptasi
secara baik dengan dentin

Kerugian teknik ini adalah memerlukan waktu yang lama, ada resiko fraktur vertikal akar akibat
kekuatan yang tidak semestinya, dan kadang pengisian yang berlebih dengan gutta percha dan sealer
tidak dapat dikeluarkan kembalidari jaringan apikal.

Dapus teknik kondensasi vertikal

Walton RE, & Torabinejad M. 1998. (Penerjemah. N. Sumawinata). Prinsip dan praktek ilmu endodonsi.
Cetakan ke-1. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC. 305

Bachtiar, Zulfi amalia. 2016. Perawatan Saluran Akar Pada Gigi Permanen Anak Dengan Bahan Gutta
Percha. Medan. Jurnal PDGI Vol. 65, No. 2, Mei-Agustus 2016 | Hal. 60–67 | ISSN 0024-9548

Purba, martha hasianna. 2015. Pengaruh Pembebanan Dinamis Pada Integritas Interface Dinding
Dinding Saluran Akar Dan Bahan Obturasi Pada Hari ke-3 dan ke-7: InVitro. Tesis. Program
Pendidikan dokter speasialis Ilmu Konservasi Gigi Universitas Sumatra Utara.

c) teknik kondensasi lateral 1

d) single cone 1
Teknik single cone dilakukan dengan memasuk kan gutta point tunggal ke dalam saluran akar
dengan ukuran sesuai dengan diameter preparasinya. Untuk menambah adaptasi gutta point
dan kerapatannya terhadap dinding saluran akar ditambahkan semen saluran akar (sealer). Teknik
ini membutuhkan lebih sedikit waktu, bahan, dan pengalaman dibandingkan teknik kondensasi lateral.
Gutta percha yang digunakan harus sesuai dengan hasil akhir preparasi saluran akar. Namun, banyak
menyebabkan kebocoran hasil obturasi yang paling tinggi dibanding dengan teknik lain karena teknik
ini tidak dapat menutup saluran akar dengan sempurna.
Indikasinya adalah saluran akar berbentuk bulat, tergantung pada teknik preparasinya (konvensional),
satu saluran akar hanya diisi satu guttap, dan bahan yang digunakan adalah pasta saluran akar. Teknik
dari single cone ini adalah:
a. Pilih guttap yang sesuai dengan ukuran nomor alat preparasi saluran akar yang digunakan terakhir.
b. Guttap kemudian dicobakan terlebih dahulu ke dalam saluran akar dan diambil data
radiografisnya. Apabila posisi dan ukuran guttap tampak sudah pas maka lakukan obturasi, apabila
belum maka guttap harus diganti atau ulangi preparasi saluran akar.
c. Aduk sealer di atas pelat kaca, kemudian usapkan lentulo ke selapis tipis sealer kemudian masukkan
ke dalam saluran akar sesuai panjang kerja, putar searah jarum jam dan tarik keluar. Lentulo dapat
digerakkan dengan menggunakan low speed maupun manual. Hasilnya, pasta akan teroles pada
dinding saluran akar.
d. Sepertiga guttap bagian ujung dioleskan pada selapis tipis sealer di pelat kaca kemudian masukkan
kembali ke dalam saluran akar sesuai panjang kerja dengan menggunakan pinset endodontik.
e. Guttap yang berlebih dipotong hingga batas orifisium menggunakan ekskafator yang telah dipanasi
dan kavitas ditumpat menggunakan basis semen fosfat.
DAFPUS
Grossman, L., Oliet, S., Rio, C., Ilmu Endodontik Dalam Praktik, EGC, Jakarta.

e) Sectional Cone (syadira)


Teknik obturasi sectional cone merupakan modifikasi dari teknik single cone, dimana sebagian segmen
dari master gutta-percha (3-5mm) diletakkan pada plugger yang sudah dipanaskan, untuk selanjutnya
mengisi bagian apeks saluran akar dengan cara mengayunkan plugger ke depan dan belakang. Teknik
ini membuat bagian apikal dari saluran akar terisi gutta-percha dengan sempurna, berbeda dengan
teknik single cone yang masih memungkinkan adanya saluran akar yang tidak terisi apabila ukuran
gutta-percha dan ukuran saluran akar tidak sesuai.
DAPUS:
Santos, M.D., Walker III, W.A. and Carnes Jr, D.L., 2009. Evaluation of apical seal in straight canals
after obturation using the Lightspeed sectional method. Journal of endodontics, 25(9), pp.609-612.

f) inverted cone
Teknik ini dibandingkan dengan teknik pengisian saluran akar biasanya yang bagian cone sempitnya
berada di ujung apikal. Hasilnya teknik biasa menghasilkan pengisian saluran sebanyak 68,3 %
sedangkan teknik inverted cone 97,6% (Wu dkk, 2004).

Gambar. Representasi skematis dari 2 jenis kerucut utama. A, Kerucut master gutta-percha ukuran
standar 50 di kanal dengan ujungnya yang sempit pada posisi apikal. B, Kerucut induk terbalik di
saluran dengan ujung besar di posisi apikal. Yang lebar bagian dari kerucut Ukuran 20 standar telah
dihapus, bagian yang tersisa (ujung besar, diameter 0,5 mm) digunakan sebagai master terbalik
kerucut. Kerucut master standar dan terbalik memiliki diameter apikal yang sama dan pas di saluran
apikal.
Dapus : Wu, Min-Kai, Sjoerd D. de Groot, Luc W. M. van der Sluis, Paul R. Wesselink. 2004. The effect
of using an inverted master cone in a lateral compaction technique on the density of the gutta-percha
Fill. Journal of Oral Surgery, Oral Medicine, Oral Pathology, Oral Radiology, and Endodontology.
96(3): 345-350

Anda mungkin juga menyukai