Anda di halaman 1dari 14

APLIKASI PROGRAM COOLOD-N2 UNTUK ANALISIS TERMOHIDROLIK

TERAS REAKTOR TRIGA


Sudjatmi K.A. 1), Endiah Puji Hastuti2),
1)
P3TKN –BATAN ,2) P2TRR-BATAN

ABSTRAK
Aplikasi Program COOLOD-N2 untuk Analisis Termohidrolik Teras Reaktor
TRIGA. Telah dilakukan pembuatan model perhitungan untuk menganalisis karakteristik
termohidrolik teras reaktor TRIGA 2000. Selanjutnya model perhitungan tersebut
digunakan dalam perhitungan dengan paket program COOLOD-N2, yang dikembangkan
untuk perhitungan teras reaktor menggunakan elemen bakar berbentuk rod (batang).
Analisis dilakukan pada daya penuh reaktor TRIGA, 2MW untuk menunjukkan
karakteristik termohidrolik batang elemen bakar pada kanal rerata dan kanal terpanas.
Perhitungan dengan masukan daya 2000 KW dan faktor daya puncak radial 1,92
menunjukkan bahwa suhu bahan bakar maksimum teras reaktor TRIGA 2000 adalah
727,48 C dan DNBR adalah 1,81. Besaran-besaran ini masih memenuhi batas
keselamatan yang ditetapkan, walaupun suhu air pendingin sudah sama dengan suhu air
saturasi. Bila perhitungan dilakukan dengan nilai faktor daya puncak radial  1,47 atau
faktor daya puncak total  1,874, maka diperoleh hasil suhu air pendingin < suhu air
saturasi, artinya tidak terjadi pendidihan saturasi pada teras reaktor. DNBR akan mencapai
1 bila daya menjadi 3700 kW, dan faktor daya puncak radial 1,92.

Kata kunci: TRIGA, COOLOD-N2, karakteristik termohidrolik, kanal rerata, kanal


terpanas

ABSTRACT
Application of COOLOD-N2 Code for Thermalhydraulic Analysis of TRIGA Reactor
Core. Computational model for thermalhydraulic characteristic analysis of TRIGA 2000
Reactor core has been made. Then the model is used in the calculation using COOLOD-
N2, which developed for analysis of reactor core with fuel rod.
Analysis on the 2 MW core shows the thermalhydraulic characteristic of fuel rod on the
average and the hottest channel. With the input radial power peaking factor of 1.92, the
calculation shows that the maximum fuel temperature is 727.48 C and DNBR is 1.81.
Both these values fullfill the safety limits, even the coolant temperature reachs the
saturated temperature. If we assume the radial peaking factor  1.47 or the total peaking
factor  1,874, the coolant temperature < saturated temperature, means no saturation
boiling takes place in the core. At the radial peaking factor = 1.92, DNBR will be 1, if the
power reachs 3700 kW

Key Word : TRIGA, COOLOD-N2, thermalhydraulic characteristic, average channel,


hottest channel

1
PENDAHULUAN

Teras reaktor TRIGA Bandung telah ditingkatkan dayanya dari 1MW menjadi
2MW. Dengan demikian maka analisis karakteristik termohidrolik maupun marjin
keselamatannya perlu dihitung ulang. H. Pudjorahardjo [1] telah melakukan analisis
termohidrolik TRIGA dengan daya 1MW dengan menggunakan paket program Heathyde
yang dimodifikasi. E. Umar dalam Laporan Analisis Keselamatan Reaktor TRIGA 2MW [3]
melakukan perhitungan karakteristik termohidrolik teras reaktor dengan menurunkan
persamaan perpindahan panas secara analitis yang dibandingkan dengan hasil perhitungan
pemasok yang menggunakan program TAC-2D, dengan perbedaan yang signifikan.
Japan Atomic Energy Research institute (JAERI) telah mengembangkan paket
program COOLOD-N2 yang merupakan modifikasi dari COOLOD-N. Program ini telah
terverifikasi dengan baik dan telah digunakan untuk menganalisis karakteristik
termohidrolik teras reaktor JRR-4 Jepang dan RSG-GAS di Serpong. Program COOLOD-
N2 mempunyai kemampuan untuk menghitung karakteristik termohidrolik pada teras
reaktor dengan bahan bakar berbentuk batang, baik dengan moda pendinginan konveksi
paksa maupun konveksi bebas/alam. Program COOLOD-N2 ini telah diverifikasi untuk
[2]
JRR-4 TRIGA-16 Fueled Core . Dalam analisis ini dilakukan pemodelan untuk
mengaplikasi program COOLOD-N2 untuk menghitung karakteristik termohidrolik reaktor
TRIGA 2MW.

Dari hasil diskusi antara penulis dengan pembuat program M. KAMINAGA telah
berhasil dibuat suatu pemodelan untuk teras TRIGA Bandung hingga program COOLOD-
N2 dapat diaplikasikan. Dalam makalah ini disampaikan hasil perhitungan karakteristik
termohidrolik teras TRIGA dengan menggunakan data-data reaktor TRIGA Bandung.
Perhitungan dilakukan pada daya penuh dengan jumlah elemen bakar 107 buah, untuk
mengetahui karakteristik termohidrolik pada elemen bakar rerata dan elemen bakar
terpanas, pada moda pendinginan konveksi bebas keadaan tunak.
Diharapkan hasil perhitungan ini dapat menjadi salah satu pembanding hasil
perhitungan yang telah ada. Di samping itu diharapkan pula agar program COOLOD-N2
dapat diaplikasikan untuk menganalisis parameter termohidrolik teras reaktor TRIGA
TEORI
Deskripsi Program COOLOD-N2.

2
COOLOD-N2 adalah program perhitungan yang digunakan untuk menganalisis
karakteristik termohidrolik teras reaktor riset pada kondisi tunak. Program ini merupakan
pengembangan dari program COOLOD-N yang semula hanya untuk menghitung
parameter termohidrolik pada elemen bakar berbentuk pelat. Adanya
penambahan/modifikasi yang dilakukan memungkinkan digunakannya COOLOD-N2
untuk menganalisis parameter termohidrolik teras reaktor berbahan bakar bentuk batang.
Moda pendinginan konveksi paksa dan konveksi bebas dapat diselesaikan dengan
COOLOD-N2. Untuk menghitung suhu di dalam batang menggunakan persamaan
konduksi panas satu dimensi. Selain itu COOLOD-N2 berkemampuan untuk menghitung
fluks panas pada awal dan akhir pendidihan inti menggunakan persamaan Lund, yang
umumnya digunakan untuk reaktor TRIGA.

Model Perhitungan Distribusi Suhu di dalam Batang Elemen Bakar.


Pembangkitan panas di dalam bahan bakar dianggap konstan sepanjang arah radial.
Dengan cara membagi batang menjadi 5 mesh, dengan model perhitungan ke arah radial
seperti terlihat pada Gambar 1.

yW

yB
yU

selang

TUo Kanal
Pendingin
TBU
ng
Kelongso

Bahan
Bakar
TWB
r=o Pendingin

TW
yU
yB

yW Tb

Gambar 1. Model perhitungan suhu batang elemen bakar.


Persamaan distribusi suhu di dalam batang elemen bakar menggunakan persamaan
konduksi panas satu dimensi. Persamaan konduksi panas pada setiap mesh adalah sebagai
berikut:
1. Suhu pendingin bulk, Tb
L
Tb  Tin  Fb 1
GAC p  Q( Z )dZ .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .....(1)
0
3
2. Suhu permukaan luar kelongsong: TW
3. Suhu permukaan kelongsong bagian dalam: TWB

qW
TW  Tb  F f hW .......... .......... .......... .............................. .................... .............................. ...( 2)
qU yU
TqWBW  TqWU 22F
y
y W
U
W kW ln yyWB .......................................................................................................(3)
qU y 2U
 TW  FW 2 kW ln yyWB
4. Suhu permukaan bahan bakar: TBU

qU
TBU  TWB  FB hWB ...............................................................................................................(4)

5. Suhu maksimum bahan bakar: TUo

q 2
TUo  TBU  FU 4 kU yU .........................................................................................................(5)
q U yU
qU  2

Dalam model perhitungan pendingin dengan moda pendinginan konveksi bebas digunakan
persamaan dasar kekekalan massa antara kanal yang dipanaskan dan kanal yang tidak
dipanaskan. Laju alir massa yang melalui kanal bypass teras reaktor G j akan sebanding
dengan laju alir massa yang melewati kanal yang dipanaskan Gi, yang dapat dinyatakan
dengan:

G
i 1
i  G
j 1
j  Go .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .....( 6)

Sedangkan korelasi antara kehilangan tekanan di dalam kanal yang dipanaskan di dalam
teras reaktor adalah Pci(I=1 sampai Imaks.), korelasi kehilangan tekanan di dalam kanal
yang tidak dipanasi (bypass) Pbj (j=1 samapai jmaks.), dan gaya dorong Pdi (I=1 sampai
Imaks.) dinyatakan dengan:
Pci (Gi )  Pbj (G j )  Pdi (Gi )......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......( 7)
Pbj (G j )  Pb ( kons tan)

Gaya angkat (driving force) dalam pendinginan konveksi bebas dinyatakan dengan
perbedaan antara densitas pendingin kanal yang dipanaskan dan kanal yang tidak

4
dipanaskan (by pass) . Besarnya gaya angkat yang menyebabkan terjadinya perpindahan
panas fluida pendingin pada moda pendinginan ini dihitung berdasarkan distribusi suhu
pendingin sepanjang kanal pendingin. Besarnya distribusi suhu tersebut bergantung pada
pembangkitan daya reaktor.
Fluks panas pada akhir pendidihan inti pada bahan bakar berbentuk batang
merupakan fungsi kecepatan pendingin, tingkat subcooling dan tekanan. Persamaan Lund
digunakan untuk memperkirakan terjadiya DNB, besarnya fluks panas kritis berdasarkan
persamaan tersebut dinyatakan dengan:

q Lund  0,5 f c Vint er C p (Tc  Tout )..................................................................................(8)

Fraksi void yang terjadi pada daerah subcooled boiling dihitung berdasarkan
[2].
korelasi AHMAD dan korelasi ZUBER atau kombinasi antar keduanya Sedangkan
sifat-sifat konduktivitas termal material penyusun bahan bakar batang dihitung sebagai
fungsi suhu.

Data input
Data input yang digunakan diperoleh dari Laporan Analisis Keselamatan reaktor
TRIGA Bandung dan dari hasil perhitungan program CITATION yang dilakukan oleh T.
Alfa.[3] Pembangkitan daya reaktor pada sebatang elemen bakar dihitung oleh program
dengan cara menganggap bahwa setiap batang elemen bakar mempunyai pembangkitan
panas yang sama. Meskipun demikian COOLOD-N2 juga dapat menghitung pembangkitan
daya elemen bakar yang berbeda. Analisis dilakukan untuk mengetahui karakteristik
elemen bakar rerata dan elemen bakar terpanas. Perbedaan antara keduanya terletak pada
faktor puncak daya nuklir radial dan faktor teknisnya. Sedangkan data distribusi daya
aksialnya tidak berbeda.
Informasi data input COOLOD-N2 secara garis besar terdiri dari:

Kartu A : berisi judul perhitungan


Kartu B : merupakan kartu kendali, format data
Kartu C : berisi parameter termohidrolik
Kartu D : berisi data HE dan menara pendingin (subroutine tidak tersedia)
Kartu E : berisi korelasi perpindahan panas dan kondisi aliran teras.

5
Kartu F : berisi data elemen bakar dan teras, termasuk faktor kanal panas
Kartu G : berisi data aliran system pendingin primer

Input Coolod-N2 diambil dan dihitung dari data geometri teras reaktor TRIGA
2000,dapat dilihat pada gambar 1 dan tabel 1.

3,7465 cm

0,6071 cm

3,7702 cm

4,3536 cm 3,6449 cm

Gambar 2. Geometri elemen bakar reaktor TRIGA 2000

Tabel 1. Data input perhitungan COOLOD-N2 untuk TRIGA Bandung.

PARAMETER NILAI
Pembangkitan daya, MW 2
Jumlah batang bahan bakar 107
Suhu pendingin masuk ke teras reaktor, oC 32,2
Tekanan pendingin masuk ke teras reaktor, kg/cm2 abs. 1,69175
Geometri batang:
Panjang elemen bakar, cm 72
Diameter ekivalen, cm 1,8304
Diameter, cm 3,7465
Pitch/D 1,162
Geometri teras/kolam pendingin:
Koefisien tahanan di sisi masukan elemen bakar 1,3
Koefisien tahanan di sisi keluaran elemen bakar 0,3

6
Panjang luas aliran, cm 72
Koefisien kehilangan karena friksi untuk aliran laminar 64,0
Diameter hidrolika ekivalen teras reaktor, cm 25,1436
Luas tampang lintang aliran di sisi masukan kolam reaktor, cm2 625,2075
Luas subbuluh di sepanjang elemen bakar, cm2 2,694
Luas tampang lintang aliran di sisi keluaran kolam reaktor, cm2 625,2075
Faktor-faktor puncak daya:
FR 1,92
FCOOL, FFILM, FHFLX, FCLAD, FBOND, FMEAT 1,00

1,800

1,600

1,400

1,200
Distribusi Daya

1,000

0,800

0,600

0,400

0,200

0,000
0,0 10,0 20,0 30,0 40,0
Jarak Aksial Bahan Bakar (cm)

Gambar 3. Distribusi Daya Aksial Pada Kanal Maksimum Elemen Bakar TRIGA 2000

HASIL PERHITUNGAN dan PEMBAHASAN

Seperti telah dijelaskan di atas, program COOLOD-N2 digunakan untuk


menghitung perpindahan panas, baik dengan moda pendinginan konveksi paksa maupun
konveksi alam. Analisis karakteristik termohidrolik di dalam reaktor TRIGA dilakukan

7
dengan moda pendinginan konveksi alam, menggunakan korelasi Lund, yaitu korelasi
empiris untuk perpindahan panas pada batang vertikal dengan arah aliran pendingin dari
bawah ke atas. Agar COOLOD-N2 dapat digunakan untuk menganalisis reaktor TRIGA,
maka perlu dilakukan pemodelan distribusi aliran hidrolika agar sedekat mungkin
menyerupai keadaan yang sesungguhnya di dalam teras reaktor TRIGA. Pemodelan arah
aliran untuk reaktor TRIGA, dimensi teras reaktor dan kolam reaktor dapat dilihat pada
Gambar 4.

D=198,1
A=30822

4877

6500

Gambar 4. Arah distribusi aliran pendingin dan dimensi teras/kolam reaktor TRIGA

Model distribusi aliran di atas teras, sepanjang teras dan di bawah teras digunakan
sebagai salah satu masukan dalam perhitungan COOLOD-N2, yaitu perhitungan
penurunan aliran pendingin sepanjang teras reaktor. Kecepatan aliran pendingin dapat
menaikkan pressure drop di dalam daerah teras reaktor dengan cara mengubah deskripsi
data, hal ini dapat dilakukan dengan syarat tekanan pendingin di dalam teras harus sama
dengan tekanan luas tampang lintang aliran.

8
Diagram aliran pendingin di teras reaktor TRIGA untuk masukan program
COOLOD-N2 secara garis besar ditunjukkan oleh Gambar 5.

Core bypass Core bypass

Data arah Arah aliran


aliran Down ke teras
Flow reactor
Upflow

Gambar 5. Diagram arah aliran pendingin di teras reaktor TRIGA

Pengambilan panas yang dibangkitkan oleh elemen bakar, dilakukan oleh pendingin yang
berasal dari core bypass dan sirkulasi pendinginan konveksi alamiah, dengan arah aliran
dari bawah ke atas. Adanya aliran pendingin bypass ini akan membantu driving force
sehingga memperbaiki mekanisme perpindahan panas di daerah teras reaktor. Data input
besarnya aliran pendingin bypass ini tidak dilakukan secara langsung melainkan hanya
sebagai initial guest saja. Agar supaya besarnya aliran yang sebenarnya mendekati harga
eksak, maka pembuatan data input model aliran teras harus dibuat seteliti mungkin dan
dimodelkan hingga menyerupai keadaan sebenarnya.
Kartu data input COOLOD-N2 yang harus dicermati adalah kartu F dan kartu G.
Kartu G3 (1) adalah suplai pendingin ke teras reaktor seperti ditunjukkan oleh Gambar 6.

Daerah teras reaktor


Daerah inlet ke
inlet region Teras

9
Gambar 6. Diagram suplai pendingin ke teras. Gambar 7. Diagram suplai pendingin
(Kartu G3(1)) plenum bawah (Kartu G3(2))

Sedangkan kartu G3(2) adalah suplai pendingin antara teras reaktor dan plenum bawah,
seperti ditunjukkan pada Gambar 7. Kartu G2 dan G3 dapat tidak ada jika memang tidak
ada suplai air tambahan, akan tetapi sebagai opsi kartu G3 ini juga dapat diisi dengan data
dummy.
Dalam perhitungan COOLOD-N2, daya yang dibangkitkan diperoleh dari daya
rerata yang dihasilkan oleh elemen bakar di dalam teras reaktor Perhitungan pertama
dilakukan pada kanal rerata di posisi tersebut dimana faktor radial dan faktor
ketidakpastian teknis tidak diperhitungkan. Perhitungan kedua dilakukan pada kanal
terpanas dimana pada posisi tersebut dianggap memiliki faktor radial dan faktor ketidak
pastian teknis maksimum. Hasil perhitungan pada kanal rerata dan kanal panas
ditunjukkan pada Tabel 2.

Karakteristik Termohidrolik Pada Kanal Rerata


Pada kanal rerata ini daya total yang dibangkitkan oleh bahan bakar adalah 100%. Faktor
ketidakpastian dianggap = 1. Hasil perhitungan menunjukkan kecepatan aliran pendingin
berkisar antara 29,95 cm/detik sampai 31,43 cm/detik. Kecepatan pendingin sebesar ini
akan menyebabkan perbedaan temperatur antara kanal inlet dan outlet sebesar 55,2 oC.,
o
yang berarti bahwa temperatur pada kanal outlet adalah 87,40 C. Temperatur di
permukaan kelongsong yang bersentuhan dengan pendingin berkisar antara 133,58 oC –
137,97 oC dengan distribusi sesuai faktor puncak daya aksialnya. Sedangkan temperatur
saturasi berkisar pada nilai 113,43 oC, jadi pada kondisi rerata belum terjadi pendidihan
saturasi di teras reaktor.

Tabel 2. Hasil perhitungan karakteristik termohidrolik kanal bahan bakar TRIGA


PARAMETER HASIL PERHITUNGAN
Kanal Rerata Kanal Panas Kanal Panas
Daya total Bahan bakar, 2000 2000 2000
kW
Jumlah elemen bakar 107 107 116

10
Faktor daya puncak radial 1,92 1,92 1,92
Fluks panas kelongsong
maks., W/cm2 50,95 97,82 90,22
Kecepatan pendingin, - 31,43 30,3
cm/detik
Suhu pendingin, oC 87,40 113,43 113,43
Suhu saturasi, oC 113,43 113,43 113,43
Suhu kelongsong 134,32 137,97 137,49
maksimum, oC
Suhu maksimum “meat”, 456,10 727,48 685,15
o
C
Batas keselamatan DNBR - 1,81 1,95

Karakteristik Termohidrolik Pada Kanal Terpanas


Pada kanal terpanas dianggap bahwa faktor ketidakpastian yang meliputi hasil perkalian
faktor pendingin, film, kelongsong, bond dan meat seperti terlihat pada data input
mencapai nilai 1,92 atau faktor daya total 2,448. Perhitungan dengan mempergunakan 116
elemen bakar dengan faktor daya puncak tetap yaitu 1,92 memperbaiki batas keselamatan
DNBR dari 1,81 menjadi 1,95. Dengan perubahan itu suhu bahan bakar juga menjadi jauh
lebih kecil yaitu dari 727,48 C menjadi 685,15 C. Perbandingan hasil perhitungan secara
umum dapat dilihat pada Table 2
Pada Gambar 8 dapat dilihat karakteristik temperatur pendingin, temperatur kelongsong
dan fluks panas sebagai fungsi tinggi bahan bakar dan pada Gambar 9 dapat dilihat
karakteristik temperatur bahan bakar, Temperatur awal pendidihan inti , temperatur jenuh
dan fluks panas sebagai fungsi tinggi bahan bakar
Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa pada ketinggian 30 cm bahan bakar aktif, suhu air
telah mencapai suhu saturasi, berarti sudah mulai terjadi pendidihan saturasi diteras
reaktor, meskipun reaktor masih aman karena DNBR masih cukup cukup jauh diatas 1,
yaitu 1,81.
Pada gambar 10.dapat dilihat karakteristik temperatur air pendingin pada berbagai tingkat
daya dan temperatur saturasi sebagai fungsi tinggi bahan bakar, sedangkan pada gambar
11. dapat dilihat karakteristik DNBR sebagai fungsi daya

11
160 120

140
100
120

Fluks Panas (W/Cm2)


80

Temperatur ( 0 C)
100

80 60

60
40
40
20
20

0 0
0 10 20 30 40
Jarak Aksial Bahan Bakar (Cm)
T Pendingin T Kelongsong T ONB
T Jenuh Fluks Panas

Gambar 8. Karakteristik temperatur pendingin, kelongsong, TONB, T jenuh


dan fluks panas sebagai fungsi tinggi bahan bakar
800 120
700

)
2
100

Fluks Panas (W/Cm


600
Temperatur ( 0 C)

80
500
400 60
300
40
200
20
100
0 0
0 10 20 30 40
Jarak Aksial Bahan Bakar (Cm)
T Bahan Bakar T ONB Fluks Panas

Gambar 9. Karakteristik temperatur bahan bakar, awal pendidihan inti ,


dan fluks panas sebagai fungsi tinggi bahan bakar

12
120

100

Temperatur ( 0 C)
80

60

40

20

0
0 10 20 30 40 50
Jarak Aksial Bahan Bakar (Cm)

500kW 1000 kW 1500 kW 2000 kW T SAT

Gambar 10. Karakteristik temperatur air pendingin pada berbagai tingkat daya dan
temperatur saturasi sebagai fungsi tinggi bahan bakar

8
7
6
5
DNBR

4
3
2
1
0
0 500 1000 1500 2000 2500
Daya (kW)

Gambar 11. Karakteristik DNBR sebagai fungsi daya

Perhitungan dengan merubah nilai faktor daya puncak radial 1,47, berarti faktor daya
puncak total 1,874 meperbaiki nilai DNBR menjadi 2,36 dan pendidihan belum terjadi.
Jadi, bila terjadinya pendidihan tidak diinginkan, maka elemen bakar harus diatur
sedemikian sehingga nilai faktor daya puncak radial  1,47.
Dengan masukan faktor daya puncak radial 1,92, maka perhitungan DNBR mencapai 1,
bila dimasukan daya 3700 kW.

13
KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada perhitungan dengan daya 2000 kW dan faktor daya puncak radial 1,92 atau
faktor daya puncak total 2,448 memberikan hasil bahwa kanal rerata suhu
pendingin (102,99 C) masih dibawah suhu saturasi (113,43 C), berarti pada kanal
rerata belum terjadi pendidihan.
2. Pada perhitungan dengan daya 2000 kW dan faktor daya puncak radial 1,92 atau
faktor daya puncak total 2,448 memberikan hasil bahwa kanal panas suhu
pendingin telah mencapai suhu saturasi, jadi telah mulai terjadi pendidihan.
3. Dari gambar 10 dapat dilihat bahwa pendidihan mulai terjadi ketika reaktor
beroperasi 1500 kW.
4. Penambahan elemen bakar dari 107 elemen bakar menjadi 116 elemen bakar
memperbaiki batas keselamatan DNBR dan menurunkan suhu bahan bakar.
5. Perhitungan dengan daya 2000 kW dan faktor daya puncak radial 1,47 atau faktor
daya puncak total 1,874 memberikan hasil bahwa kanal panas suhu pendingin
belum mencapai suhu saturasi dan memperbaiki nilai DNBR menjadi 2,36.
6. DNBR mencapai 1 bila daya dinaikkan menjadi 3700 kW, dengan anggapan daya
puncak radial 1,92.

DAFTAR PUSTAKA:
1. RAHARDJO,H.P., YASID P.I., RAZAK D.A., dan SOEKODIJAT B., Uji Coba
Pemanfaatan Program HEATHYD Untuk Analisis Termohidrolik Teras Reaktor
TRIGA Bandung, Proceeding Seminar Reaktor Nuklir dan Penggunaannya,
Bandung 26-27 Oktober 1988.
2. KAMINAGA M., COOLOD-N2: A Computer Code, For The Analyses of Steady-
State Thermal Hydraulics in Research Reaktors, JAERI-M, 94-052, March 1994.
3. Anonim, Laporan Analisis Keselamatan Reaktor TRIGA 2000, Bandung,Revisi 2.

14

Anda mungkin juga menyukai