Anda di halaman 1dari 5

BAGAIMANA PENDEKATAN KETERAMPILAN BERFUNGSI?

Pendekatan keterampilan itu sangat deskriptif: hal itu menggambarkan


kepemimpinan dari pendekatan perspektif keterampilan. Bukan menyediakan cara
untuk sukses dalam kepemimpinan, pendekatan keterampilan justru memberikan
struktur untuk memahami karakter dari kepemimpinan yang efektif. Di dalam
bagian sebelumnya, telah dibicarakan perspektif keterampilan dengan didasarkan
pada karya Katz (1955) dan Mumford, Zaccaro, Haeding, et al. (2000). Apa yang
dikatakan oleh masing-masing karya ini tentang struktur dan fungsi
kepemimpinannya?
Pendekatan tiga keterampilan dari Katz menyatakan bahwa kegunaan dari
keterampilan kepemimpinan tertentu beragam, tergantung pada di manakah posisi
pemimpin di dalam hierarki manajemen. Untuk pemimpin yang ada di tingkat
bawah manajemen, keterampilan teknis dan hubungan manusia adalah yang
terpenting. Ketika pemimpin bergerak ke manajemen level menengah, penting
kalau mereka memiliki semua tiga keterampilan itu: teknis, manusia, dan
konseptual. Di tingkatan manajemen puncak, penting untuk menampilkan
keterampilan konseptual dan hubungan manusia.
Pendekatan ini didukung dalam kajian tahun 2007 yang menganalisis
keterampilan yang diperlukan eksekutif di tingkatan manajemen yang berbeda.
Peneliti menggunakan model empat keterampilan, yang serupa dengan pendekatan
Katz, untuk menilai keterampilan kognitif, keterampilan antarpribadi,
keterampilan bisnis, dan keterampilan strategis dari 1.000 manajer di tingkatan
junior, menegah, dan senior dari suatu organisasi. Hasilnya menunjukkan bahwa
keterampilan antarpribadi dan kognitif lebih diperlukan, daripada keterampilan
bisnis dan startegis untuk mereka yang ada di tingkat manajemen bawah. Tetapi
ketika seseorang menaiki tangga karier, penerapan keempat keterampilan
kepemimpinan ini menjadi perlu (Mumford, Campion, & Morgeson, 2007).
Di dalam model keterampilan mereka, Mumford, Zaccaro, Harding, et al.
(2000) memberikan suatu gambaran yang lebih kompleks tentang bagaimana
keterampilan terkait dengan perwujudan kepemimpinan yang efektif. Model
keterampilan mereka menyatakan bahwa hasil kepemimpinan adalah hasil terbaik
dari kompetensi pemimpin di dalam keterampilan pemecahan masalah,
keterampilan penilaian sosial, dan pengetahuan. Masing-masing kompetensi
tersebut memiliki banyak kumpulan kemampuan, dan setiap kompetensi itu dapat
dipelajari serta dikembangkan. Selain itu, model tersebut menggambarkan
bagaimana elemen individual seperti kemampuan kognitif umum, kemampuan
kognitif yang konkret, motivasi, dan kepribadian memengaruhi kompetensi
pemimpin. Dan akhirnya, model tersebut menggambarkan bagaimana pengalaman
karier serta pengaruh lingkungan memainkan suatu peran dalam kinerja
kepemimpinan, baik langsung maupun tidak langsung.
Pendekatan keterampilan bekerja dengan memberikan peta tentang cara
mencapai kepemimpinan yang efektif dalam suatu organisasi: pemimpin perlu
memiliki keterampilan pemecahan masalah, keterampilan penilaian sosial, dan
pengetahuan. Pekerja bisa menyempurnakan kecakapan mereka dalam bidang ini
lewat pelatihan dan pengalaman. Walaupun setiap elemen pribadi pemimpin
memengaruhi keterampilannya, keterampilan pemimpin itu sendirilah yang paling
penting dalam membicarakan masalah organisasi.

KEKUATAN
Dalam sejumlah cara, pendekatan keterampilan berkontribusi secara
positif pada pemahaman kita tentang kepemimpinan. Pertama, model yang
terpusat kepada pemimpin itulah yang menekankan pentingnya pengembangan
keterampilan kepemimpinan tertentu. Ini adalah pendekatan pertama untuk
membuat konsep dan menciptakan struktur dari proses kepemimpinan yang terkait
dengan keterampilan. Walaupun penelitian awal tentang keterampilan menyoroti
kegunaan keterampilan dan nilai dari keterampilan di seluruh tingkatan
manajemen, penelitian terbaru menempatkan keterampilan yang dipelajari sebagai
inti dari kinerja kepemimpinan yang efektif di semua tingkatan manajemen.
Kedua, pendekatan keterampilan itu secara alamiah dan menarik. Dengan
menggambarkan kepemimpinan dari sudut keterampilan, hal itu membuat
kepemimpinan tersedia untuk semua orang. Tidak seperti kepribadian,
keterampilan merupakan kompetensi yang bisa dipelajari atau dikembangkan. Hal
itu seperti bermain olahraga seperti tenis atau golf. Bahkan tanpa kemampuan
alamiah di dalam olahraga ini, orang bisa memperbaiki teknik permainan mereka
dengan latihan dan instruksi. Hal yang sama pun berlaku dalam kepemimpinan.
Ketika kepemimpinan dianggap sebagai kumpulan keterampilan, hal itu menjadi
proses yang bisa dipelajari dan dipraktikkan orang untuk menjadi lebih baik dalam
melakukan pekerjaan mereka.
Ketiga, pendekatan keterampilan memberi pandangan yang luas tentang
kepemimpinan yang menyertai banyak komponen yang beragam, termasuk
keterampilan pemecahan masalah, keterampilan penilaian sosial, pengetahuan,
elemen individual, pengalaman karier, dan pengaruh lingkungan. Masing-masing
komponen ini dapat dibagi lagi menjadi sejumlah subkomponen. Hasilnya adalah
gambaran tentang kepemimpinan yang mencakup banyak faktor. Karena hal itu
mencakup sangat banyak variabel, pendekatan keterampilan bisa mencakup
banyak kompleksitas kepemimpinan yang tidak ditemukan di model lain.
Yang terakhir, pendekatan keterampilan memberikan struktur yang sangat
konsisten dengan kurikulum sebagian besar program pendidikan kepemimpinan.
Program pendidikan kepemimpinan di seluruh penjuru negeri secara tradisional
mengajari siswa dalam hal, seperti pemecahan masalah, upaya mengatasi konflik,
pembelajaran (learning), dan kerja tim. Isi dari kelas ini hampir mencerminkan
banyak komponen dalam model keterampilannya. Intinya, pendekatan
keterampilan memberi struktur yang membantu untuk menyusun kurikulum
pendidikan dan program pengembangan kepemimpinan.

KRITIK
Seperti semua pendekatan lain untuk kepemimpinan, pendekatan
keterampilan juga memiliki sejumlah kelemahan. Pertama, cakupan pendekatan
keterampilan tampaknya meluas hingga keluar dari batasan kepemimpinan.
Contoh, dengan memasukkan motivasi, pemikiran kritis, kepribadian, dan
penanganan konflik, pendekatan keterampilan membicarakan lebih dari sekadar
kepemimpinan. Contoh lain dari cakupan model ini adalah, model ini melibatkan
dua jenis kecerdasan (yaitu, kemampuan kognitif umum dan kemampuan kognitif
konkret). Walaupun kedua bidang dipelajari secara luas di dalam bidang psikologi
kognitif, mereka jarang dibicarakan dalam penelitian kepemimpinan. Dengan
memasukkan sangat banyak komponen, model keterampilan Mumford dan yang
lain, menjadi lebih umum serta kurang akurat dalam menjelaskan kinerja
kepemimpinan.
Kedua, terkait dengan kritik pertama, model keterampilan ini lemah dalam
nilai analitis. Hal itu tidak menjelaskan secara spesifik bagaimana variasi dalam
keterampilan penilaian sosial dan keterampilan pemecahan masalah memengaruhi
kinerja. Model itu menyatakan bahwa komponen ini terkait, tetapi hal itu tidak
menggambarkan dengan akurat bagaimana hal itu berfungsi. Intinya, model
mungkin salah karena hal itu tidak menjelaskan bagaimana keterampilan
menghasilkan kinerja kepemimpinan yang efektif.
Selain itu, pendekatan keterampilan bisa dikritik karena mengklaim bukan
sebagai model sifat ketika sebenarnya banyak komponen di dalam model ini
mencakup elemen individual, yang menyerupai sifat. Walaupun Mumford dan
Kolega menggambarkan kemampuan kognitif, motivasi, dan variabel kepribadian
sebagai faktor yang berkontribusi untuk kompetensi, ini juga merupakan faktor
yang biasanya dianggap sebagai variabel sifat. Intinya adalah, komponen elemen
individual dari model keterampilan itu dikendalikan oleh sifat, dan hal itu
mengubah model dari suatu pendekatan keterampilan semata ke kepemimpinan.
Kritik akhir dari pendekatan keterampilan adalah, hal itu mungkin tidak
cocok atau tidak tepat diterapkan di konteks kepemimpinan lain. Model
keterampilan disusun dengan menggunakan banyak contoh dari anggota militer
dan mengamati kinerja mereka di dinas ketentaraan. Hal ini menimbulkan
pertanyaan: Bisakah hasilnya digeneralisasikan ke populasi atau latar organisasi
lain? Walaupun sejumlah penelitian menyatakan bahwa temuan di angkatan
bersenjata ini bisa digeneralisasikan ke kelompok lain (Mumford, Zaccaro,
Connelly, et al., 2000), lebih banyak penelitian diperlukan untuk membicarakan
mengenai kritik ini.
PENERAPAN
Terlepas dari daya tariknya bagi akademisi dan ahli teori, pendekatan
keterampilan tidak banyak digunakan di latar kepemimpinan terapan. Contoh,
tidak ada paket pelatihan yang didesain khusus untuk mengajari orang
keterampilan kepemimpinan dari pendekatan ini. Walaupun banyak program telah
didesain untuk mengajarkan keterampilan kepemimpinan dari orientasi konseling
secara umum, beberapa dari program ini didasarkan pada kerangka kerja
konseptual yang telah dipaparkan di bab ini.
Terlepas dari ketiadaan program pelatihan resmi, pendekatan keterampilan
menawarkan informasi yang berharga tentang kepemimpinan. Pendekatan ini
memberi cara untuk menjelaskan keterampilan pemimpin, dan memimpin di
semua tingkatan dalam organisasi bisa menggunakan itu. Selain itu, pendekatan
ini membantu kita untuk mengenali kekuatan dan kelemahan kita dalam hal
keterampilan teknis, manusia, dan konseptual ini. Dengan membuat suatu daftar
keterampilan seperti yang telah di sediakan di akhir bab ini, orang bisa
mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang kompetensi kepemimpinan
mereka. Nilai mereka memungkinkan mereka untuk belajar tentang bidang di
mana mereka mungkin ingin mencari pelatihan tambahan, untuk meningkatkan
kontribusi mereka bagi organisasi.
Dari perspektif yang lebih luas, pendekatan keterampilan dapat digunakan
di masa depan sebagai model untuk desain program pengembangan
kepemimpinan yang luas cakupannya. Pendekatan ini memberi bukti untuk
mengajarkan pemimpin aspek penting dari mendengarkan, pemecahan masalah
yang kreatif, keterampilan untuk menangani konflik, dan banyak lagi.

Anda mungkin juga menyukai