Anda di halaman 1dari 14

Kebebasan Kreatifitas Manusia Dalam Islam

Makalah ini dibuat untuk memenuhi


Tugas mata Kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan

DISUSUN OLEH :
Kelompok 7
1. (1830501140)
2. M. ZULKIPLI (1830501126)
3. RAMADHANI K. (1830501141)

DOSEN PEMBIMBING :
CATUR WIDIATMOKO, S.UD, M.Hum

PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM / D


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2019
KATA PENGANTAR


Puji dan syukur tiada terhingga penulis sampaikan kehadirat Ilahi Rabbi
Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam tak lupa
penulis sampaikan kepada baginda Nabi Muhammad saw., keluarganya,
sahabatnya, dan seluruh pengikutnya yang telah mengenalkan Islam kepada
seluruh umat manusia. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyelesaian
makalah ini tidak sedikit mengalami kesulitan, hambatan, dan gangguan baik yang
berasal dari penulis sendiri maupun dari luar. Namun berkat bantuan, motivasi,
bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.

Palembang, 03 Mei 2019

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI ....................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................
1.3 Tujuan.........................................................................................................................

BAB II. PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Karya Ilmiah.............................................................................................
2.2 Prinsip-prinsip Karya ilmiah......................................................................................
2.3 Ciri-ciri Karya ilmiah.................................................................................................
2.4 Jenis-jenis Karya ilmiah.............................................................................................
2.5 Teknik menyusun karya ilmiah...................................................................................

BAB III. PENUTUPAN


3.1 Kesimpulan...............................................................................................................13
3.2 Saran.........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang sebaik-baiknya, bahkan
merupakan makhluk yang paling mulia jika dibandingkan dengan makhluk-
makhluk lainya, oleh karena itu dibekali dengan akal pikiran. Manusia yang
merasa dirinya memiliki akal, tentunya memiliki perspektif pemikiran yang
berbeda-beda. Ketika setiap manusia memiliki suatu perbedaan dalam hal
apapun maka hakikatnya manusia memiliki kebebasan, entah itu kebebasan
dalam berfikir, berkehendak, berkreativitas, serta kebebasan melakukan
apapun di muka Bumi ini. Kebebasan merupakan problem yang terus-
menerus digeluti dan diperjuangkan oleh manusia. Keinginan manusia
untuk bebas merupakan keinginan yang sangat mendasar.1 Oleh karena
itu tidak mengherankan kalau dalam sejarah perkembangan pemikiran
muncul berbagai pendapat yang berusaha menjawab problem tersebut.
Meskipun demikian tetap harus diakui bahwa persoalan kebebasan manusia
merupakan suatu persoalan yang masih tetap terbuka sampai dewasa ini.
Mengapa? Karena titik tolak yang digunakan untuk menjawab persoalan itu
bukan hanya sering kali berbeda, namun juga sering kali bertentangan.
Kebebasan adalah suatu kata yang enak kedengaranya, menarik hati dan
pendengaran. Kebebasan telah memberi ilham bagi timbulnya berbagai
nyanyian dan pujaan, sehingga membuka pintu bagi cita-cita yang tinggi
memenuhi tuntutan hak-hak orang teraniaya dan tertekan. 2 Melihat
perkembangan zaman yang semakin modern sekarang ini, perkembangan
gaya hidup manusia yang semakin mengikuti perkembangan zaman dalam
hidup berpola bebas dan banyak sekali manusia itu sendiri tidak mengenal arti
kebebasan yang sebenar-benarnya, dan juga ketika melihat peserta didik
zaman sekarang yang masih di bawah umur khususnya banyak sekali terlibat
kedalam jurang kriminalis seperti seks bebas, memakai narkoba, perselisihan
antar sekolah, hidup terlalu bermewahan yang harusnya perilaku tersebut
tidak terjadi pada peserta didik di zaman globalisasi ini, seakan-akan
manusia bermental hedonis dan liberalis yang merubah dirinya tidak ada

4
bedanya dengan binatang, maka dari itu kebebasan manusia dipertanyakan
kembali dalam perihal ini yang memang dilihat kurang sekali dalam
mengeksplor kreativitas.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kebebasan manusia dalam pandangan Islam?
2. Bagaimana kebebasan kreatifitas manusia dalam Islam?

C. Tujuan
1. Agar mengetahui bagaimana konsep kebebasan manusia dalam
pandangan Islam?
2. Agar mengatahui Bagaimana kebebasan kreatifitas manusia dalam Islam?

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kebebasan Manusia Dalam Pandangan Islam


Islam merupakan agama yang menganjurkan umatnya untuk selalu
berinovasi dan menuntut ilmu pengetahuan. Perhatikan firman Allah:

“Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan” (QS 96: 1). Demikian
pula dalam hal kebebasan. Rasulullah bersabda, ‫عن سهل بن سعد قال جاء جبريل إلى‬
‫النبي صلى ا عليو و سلم فقال يا محمد عش ما شئت فانك ميت واعمل ما شئت فانممك مجممزي بممو واحبممب مممن‬
‫الناس‬9 ‫شئت فانك مفارقو واعلم ان شرف المؤمن قيام الليل وعزه استغناؤه عن‬
“Dari Sahil bin sa’ad telah datang kepadaku Malaikat Jibril dan berkata,
‘Hai Muhammad, hiduplah sesuka hatimu, maka sesungguhnya engkau akan
mati.
Dan cintailah apa yang engkau cintai, sesungguhnya engkau pasti akan
berpisah dengan kecintaanmu itu. Dan, beramallah apa yang engkau
kehendaki, karena sesungguhnya engkau akan mendapatkan balasan. Lalu,
ketahuilah bahwa semulia-mulianya orang mukmin ialah orang yang
melaksanakan tahajud dan manusia yang terhormat adalah orang yang tidak
meminta-minta kepada orang lain’.” (HR Baihaqi dari Jabir).
Hadist di atas menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang
menjunjung kebebasan manusia. Islam memberikan kebebasan hidup,
kebebasan beramal, kebebasan berkreativitas, kebebasan mencintai dan
dicintai, kebebasan bekerja, bahkan kebebasan berpendapat. Namun,
kebebasan yang diajarkan Islam bukanlah kebebasan tanpa batas. Melainkan
kebebasan yang bertanggung jawab, yaitu suatu kebebasan yang
dipertimbangkan secara matang dan komprehensif.
1. Pandangan Islam tentang Manusia
Manusia adalah makhluk Tuhan yang diciptakan dengan bentuk
raga yang sebaik-baiknya dan rupa yang seindah-indahnya dilengkapi
dengan berbagai organ psikofisik yang istimewa seperti panca indera dan

6
hati agar manusia bersyukur kepada Allah yang telah menganugerahi
keistimewaan-keistimewaan itu. Keistimewaan-keistimewaan yang
dianugerahkan Allah kepada manusia antara lain adalah kemampuan
berfikir untuk memahami alam semesta dan dirinya sendiri, akal untuk
memahami tanda-tanda keagungan-Nya, nafsu yang paling rendah sampai
yang tertinggi kalbu untuk mendapat cahaya tertinggi, dan ruh yang
kepadanya Allah SWT mengambil kesaksian manusia. Manusia adalah
benda hidup yang selalu bergerak. Manusia berkembang terus dalam
usahanya mencari yang lebih baik, dan yang lebih baik itu adalah dalam
perwujudan kemanusiaan (self-actualization).
Lewat al-Qur‟an Allah memberikan rahasia-rahasia tentang
manusia. Al-Qur‟an memberikan gambaran tentang manusia sebagai
berikut :

a. Menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif, nun dan sin semacam
insan, ins, atau annas.
b. Menggunakan kata basyar.
c. Menggunakan kata bani Adam, dan zuriyat adam.
Kata basyar dari akar kata yang pada mulanya berarti
“menampakkan sesuatu dengan baik dan indah”. Dari akar kata yang
sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar
karena memiliki kulit yang jelas, dan berbeda dengan kulit binatang yang
lain. Proses kejadian manusia sebagai basyar, melalui tahap-tahap

7
sehingga mencapai tahap kedewasaan. Sebagaimana dijelaskan dalam QS
al-Rum : 20

Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia


menciptakan kamu dari tanah, Kemudian tiba-tiba kamu (menjadi)
manusia yang berkembang biak.
Kata insan terambil dari kata uns yang berarti jinak, harmonis, dan
Nampak. Kata insan dalam al-Qur‟an digunakan untuk menunjukkan
kepada manusia dengan segala totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang
berbeda antara seseorang dengan yang lain. Akibat perbedaan fisik,
mental dan kecerdasan.
Kita dapat mengenal manusia dan membedakanya dari
makhlukmakhluk yang lain melalui ciri-cirinya. Diantara ciri-ciri tersebut:
a. Manusia mempunyai raga dengan bentuk yang sebaik-baiknya,
dengan rupa dan bentuk yang sebaik-baiknya ini diharapkan manusia
menjadi bersyukur kepada Allah.
b. Manusia itu sebaik dari segi fitrah. Dia tidak mewarisi dosa asal
usulnya. Ciri utama fitrah manusia adalah menerima Allah sebagai
Tuhan
c. Ruh. Al-Qur‟an secara tegas menyatakan bahwa kehidupan manusia
tergantung pada wujud ruh dan badan.
d. Kebebasan, kemauan atau kebebasan berkehendak, yaitu kebebasan
untuk memilih tingkahlaku sendiri, kebaikan atau keburukan.
e. Akal. Akal dalam pengertian Islam, bukan otak melainkan daya
berpikir yang terdapat dalam jiwa manusia. Akal dalam Islam
mempunyai ikatan pada tiga unsur yakni pikiran, perasaan dan
kemauan.
f. Nafs. Nafs atau nafsu seringkali dikaitkan dengan gejolak atau
dorongan yang terdapat dalam diri manusia apabila dorongan itu
berkuasa dan manusia tidak mengndalikanya, maka manusia akan

8
tersesat. Kesesatan tersebut menjadi karena manusia yang dikuasai
nafsunya itu tidak menggunakan hati dan indra (mata dan telinga
yang dimilikinya).
Secara global tujuan dan fungsi penciptaan manusia itu dapat
diklasifikasikan kepada dua, yaitu:
a. Khalifah
Al-Qur‟an menegaskan bahwa manusia diciptakan Allah sebagai
pengemban amanat. Diantara amanat yang dibebankan kepada manusia
memakmurkan kehidupan di bumi. Karena amat mulianya manusia
sebagai pengemban amanat Allah, maka manusia diberi kedudukan
sebagai Khalifah-Nya di muka Bumi.
b. Abd (Pengabdi Allah)
Konsep abd mengacu pada tugas-tugas individual manusia sebagai hamba
Allah. Tugas ini diwujudkan dalam bentuk pengabdian ritual kepada Allah
SWT dengan penuh keikhlasan. Pemenuhan fungsi ini memerlukan
penghayatan agar seorang hamba sampai pada tingkat religiusitas dimana
tercapainya kedekatan diri dengan Allah SWT. Bila tingkat ini berhasil
diraih, maka seorang hamba akan bersikap tawadhu‟, tidak arogan dan
akan senantiasa pasrah pada semua titah perintah Allah SWT (tawaqqal).
Hanna Djumhana Bastaman (1995) mengemukakan bahwa pandangan
Islam tentang manusia antara lain dapat disimpulkan dari riwayat Nabi Adam a.s :
a. Manusia itu mempunyai derajat yang sangat tinggi sebagai khalifah
Allah untuk pemegang amanah-Nya, beribadah kepada-Nya. Hal ini
dijelaskan dalam surah al Baqarah ayat 30.
b. Manusia tidak mengandung dosa asal atau dosa turunan.
c. Manusia merupakan kesatuan dari empat dimensi; fisik-biologis,
mental-psikis, sosio-kultural dan spiritual.
d. Dimensi spiritual (rohani) memungkinkan manusia mengadakan
hubungan dan mengenal Tuhan melalui cara-cara yang diajarkan-Nya.
e. Manusia memiliki kebebasan berkehendak (freedom of will) yang
memungkinkan manusia untuk secara sadar mengarahkan dirinya
kearah keluhuran atau kearah kesesatan.

9
f. Manusia memiliki akal sebagai kemampuan khusus dan dengan akal
itu mengembangkan ilmu serta peradaban.
g. Manusia tidak dibenarkan hidup tanpa bimbingan dan petunjuk –Nya.
2. Kebebasan Manusia dalam Islam
Dalam mengartikan arti kebebasan terdapat dua kata imbuhan dari
kata kebebasan yaitu ke-an, Asal kata kebebasan yakni bebas, yang
dikatakan Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
menjelaskan arti kata “bebas” yakni:

a. Lepas sama sekali (tidak terhalang, terganggu, dsb sehingga dapat


bergerak, berbicara, berbuat, dsb dengan leluasa)
b. Lepas dari (kewajiban, tuntutan, ketakutan, dsb.); tidak dikenakan
(pajak, hukuman dsb.); tidak terikat atau terbatas;
c. Merdeka (tidak diperintah atau sangat dipengaruhi oleh Negara lain).
Arti pertama dan kedua yang dikemukakan Poerwadarminta itu arti
yang umum dan dasariah (sedangkan arti “merdeka” sudah merupakan
arti khusus, karena diterapkan pada hubungan antarnegara). Arti yang
umum tadi terdapat dalam semua arti khusus dan mendasarinya. Arti
ini memang arti yang paling elementer dan fundamental. Akan tetapi
yang paling mendasar belum tentu paling kaya akan isi, paling tinggi
dan luhur.
Dalam artinya yang umum, kata “bebas” bisa menunjuk misalnya
kepada keadaan “lepas dari kewajiban atau tuntutan apapun”. Disini
“bebas” menjadi sama artinya dengan leluasa, sesuka hati,

10
sewenangwenang, membiarkan naluri dan hawa nafsu tak terkekang.
Seorang manusia yang mencita-citakan kebebasan macam itu, taraf
hidupnya dalam hal ini tidak melebihi taraf hewan. Dalam arti ini
seekor anjing pun dapat “bebas” berkeliling (tidak terikat oleh tali),
burung terbang “bebas” (tidak dikurung dalam sangkar) dan binatang
buas berkeliaran di hutan secara “bebas”.
Seorang disebut bebas, apabila:

a. Dapat menentukan sendiri tujuan-tujuanya dan apa yang


dilakukanya.
b. Dapat memilih antara kemungkinan-kemungkinan yang tersedia
baginya.
c. Tidak dipaksa/terikat untuk membuat sesuatu yang tidak akan
dipilihnya sendiri ataupun dicegah dari berbuat apa yang dipilihnya
sendiri, oleh kehendak orang lain, Negara atau kekuasaan apapun.

3. Macam-macam Kebebasan
Dilihat dari segi sifatnya, kebebasan itu dapat dibagi tiga: Pertama
kebebasan jasmaniah, yaitu kebebasan dalam menggerakkan dan
mempergunakan anggota badan yang kita miliki. Dan kita dijumpai
adanya batas-batas jangkauan yang dapat dilakukan oleh anggota badan
kita, hal itu tidak mengurangi kebebasan, melainkan menentukan sifat dari
kebebasan itu. Manusia misalnya berjenis kelamin dan berkumis, tetapi
tidak dapat terbang, semua itu tidak disebut melanggar kebebasan

11
jasmaniah kita, karena kemampuan terbang berada di luar kapasitas
kodrati yang dimiliki manusia. Yang dapat dikatakan melanggar
kebebasan jasmaniah hanyalah paksaan, yaitu pembatasan oleh seorang
atau lembaga masyarakat berdasarkan kekuatan jasmaniah yang ada
padanya.
Kedua, kebebasan kehendak (rohaniah), yaitu kebebasan untuk
menghendaki sesuatu. Jangkauan kebebasan kehendak adalah sejauh
kemungkinan untuk berfikir, karena manusia dapat memikirkan apa saja
dan dapat menghendaki apa saja. Kebebasan kehendak berada dengan
kebebasan jasmaniah. Kebebasan kehendak tidak dapat secara langsung
dibatasi dari luar. Orang tidak dapat dipaksakan menghendaki sesuatu,
sekalipun jasmaniahnya dikurung.
Ketiga, kebebasan moral dalam arti luas berarti tidak adanya
macam-macam ancaman, tekanan, larangan dan lain desakan yang tidak
sampai berupa paksaan fisik. Dan dalam arti sempit berarti tidak adanya
kewajiban, yaitu kebebasan berbuat apabila terdapat
kemungkinankemungkinan untuk bertindak. Selain itu kebebasan itu
meliputi segala macam kegiatan manusia, yaitu kegiatan yang disadari,
disengaja dan dilakukan demi suatu tujuan yang selanjutnya disebut
tindakan. Namun bersamaan dengan itu manusia juga memiliki
keterbatasan atau dipaksa menerima apa adanya. Misalnya keterbatasan
dalam menentukan jenis kelaminnya, keterbatasan kesukuan kita,
keterbatasan asal keturunan kita, bentuk tubuh kita, dan sebagainya.
Namun keterbatasan yang demikian itu sifatnya fisik, dan tidak
membatasi kebebasan yang bersifatnya rohaniah. Dengan demikaian
keterbatasanketerbatasan tersebut tidak mengurangi kebebasan kita.

12
B. Kebebasan Kreatifitas Manusia Dalam Islam
Pada dasarnya kreativitas dirumuskan dalam aspek pribadi, proses,
press, dan produk yang disebutnya sebagai four P‟s of creativity: person,
prosess, press, product. Dan kebanyakan rumusan definisi kreativitas
berfokus pada salah satu dari empat “P” ini.
Pertama, definisi kreativitas berkenaan dengan person,
sebagaimana dirumuskan Sternberg, bahwa kreativitas merupakan titik
pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis: intelegensi, gaya
kognitif, dan kepribadian/motivasi. Ketiga segi alam pikiran ini akan
sangat membantu untuk memahami apa yang melatarbelakangi individu
yang kreatif. Kedua, berkenaan dengan proses di mana kreativitas
meliputi seluruh proses kreatif mulai dari menemukan masalah hingga
menyampaikan hasil dari proses kreatif. Ketiga, berkenaan dengan press
(dorongan), baik dari internal diri berupa hasrat mencipta atau bersibuk
diri secara kreatif maupun dari eksternal, yaitu lingkungan sosial
psikologis atau lainnya. Keempat, berkenaan dengan produk yang
memberi aksentuasi pada orisinalitas atau kombinasi yang menghadirkan
cara pandang baru.
Manusia bebas memilih aktifitasnya dan mengembangkan
kreatifitasnya. Manusia bebas selama ia mengamalkan proses pemilihan
di antara berbagai pilihan di berbagai suasana kehidupanya. Kebebasan
manusia itu terbatas sebab watak kejadianya dan sebab watak

13
kehidupanya dengan oang lain. Ia bebas dalam batas-batas yang
dibenarkan oleh berbagai potensinya yang terbatas itu. Ia bebas sekedar
kebebasan orang lain dalam mengekspolitasi kebebasanya. Jadi manusia
itu bebas mengamalkan aktivitas terus menerus yang bertujuan memilih
yang sesuai dengan apa yang di anggapnya sesuai dengan konsepnya
tentang dirinya dan apa yang membawa kepada pertumbuhan dan
perkembangan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia memiliki kebebasan yang telah Allah SWT limpahkan kepada
kita termasuk salah satunnya kebebasan kreatifitas, karna kreatifitas
merupakan anugerah dari Allah SWT jadi sudah sewajarnya untuk
mengembangkan kreatifitas tersebut . Didalam Islam, kebebasan kreatifitas
sangat didukung bias dilihat dari QS Al-Alaq ayat 1, disitu telah menyuruh
untuk berfikir kritis yang mana merupakan suatu jalan menuju kekreatifan.
B. Saran
Penulis berharap, dengan adanya makalah tentang kebebasan krearifitas
manusia dalam Islam, pembaca dapat memahami kebebasan-kebebasan
tentang Kreatifitas

14

Anda mungkin juga menyukai