Oleh
NURDIAN ADI SYAPUTRA
NIM:61511A0135
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2019
ii
DAFTAR ISI
1. Wawancara ....................................................................................... 33
2. Dokumentasi .................................................................................... 34
3. Observasi .......................................................................................... 34
BAB I
PENDAHULUAN
adil dan makmur yang merata secara material dan spiritual berdasarkan
dan wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu, dan
Indonesia Tahun 1945 Pasal 33 ayat (1) yang berbunyi: Perekonomian disusun
Pasal tersebut dikatakan bahwa produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua,
1
Undang-Undang Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, UU No. 20 Tahun 2008,
LN No. 93 Tahun 2008, TLN No. 4866, Penjelasan Umum.
2
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2
koperasi.3
apabila dikelola secara baik dan hati-hati.Untuk itu saat ini banyak koperasi
sistem ekonomi yang baik dalam skala mikro maupun makro. Lembaga
keuangan yang bisa dilihat dari segi kedudukan dan perannya ialah, lembaga-
3
Arifin Sitio, Koperasi Teori dan Praktik, (erlangga sinopsis, Jakarta, 2001), hal. 128.
4
Warkum Sumitro, Asas –Asas Perbankan Islam Dan Lembaga-Lembaga Terkait ( Raja
Grofindopersada, Jakarta, 1996), hal. 49.
3
yang memiliki landasan hukum yang kuat sehingga dapat memberi peran yang
5
Deni K.Yusuf, Mekanisme Pemberian Kredit dan Pembiayaan di BMT, BMT dan Bank
Islam: Instrumen lembaga keuangan syari’ah, (Pustaka Bani Quraisy, Bandung, 2004), hal. 135.
6 6
Minako Sakai, Kacung Marijan, Community Development through Islamic, (Australian
National: Crawford School of Economics and Government, 2004), hal.1.
4
bahwa:7
7
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Dan Menengah Nomor: 16
/Per/M.KUKM/IX/2015 hal. 19.
8
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pengawasan Koperasi Simpan
Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi
5
sistem perbankan yang sehat, kokoh, dan kuat. Dukungan kontrol terhadap
9
(1) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, Tentang Perubahan atas Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1992, LN No.31 Tahun 1992, TLN No.3472, Tentang Perbankan.
10
Undang-undang Nomor 25 tahun 1992, LN No. 116 Tahun 1992, TLN No. 3502,
Tentang Perkoperasian
11
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008, LN No. 31 Tahun 2008, TLN No.
3472,Tentang Perbankan Syariah
6
sebagaimana yang diketahui bahwa BMT memiliki dua fungsi utama yakni
prinsipnya merupakan lembaga amanah (trust), maka setiap insan BMT harus
karena hal ini sangat mempengaruhi tingkat performance lembaga. Untuk itu
berikut:13
12
Meylla Qurrata Ainy, Penerapan Prinsip Kehati-hatian dalam Pelaksanaan
Pembiayaan di BMT Bina Ummah Yogyakarta, (Magasid Asy-Syariah, Yogyakarta, 2014), hal.
10
13
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wal Tamwil (BMT), (Yogyakarta UUI
Press Yogyakarta (Anggota IKAPI, Yogyakarta, 2004), hal. 149
7
kecil dan menengah dalam bentuk bantuan modal usaha. Sebagai lembaga
mitra atau para pengusaha yang hendak menjalin kemitraan usaha dengan
proses pembiayaan ini adalah dengan melakukan analisis kelayakan usaha dan
14
Kautsat Riza salman, Akutansi Perbankan Syariah, (Jakarta, Akademia Permata,
2012), hal. 224
8
dan aspek sosial ekonomi. Layak berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha
belum tentu layak dibiayai, karena tidak cukup hanya layak usaha namun
dengan istilah 5C. Selain itu lembaga keuangan syariah juga memperhatikan
BMT diharapkan mempunyai efek yang sangat kuat terhadap ekonomi lemah
memandirikan para pengusaha kecil dan tentunya BMT harus peka sebelum
prosedur yang telah ditetapkan pihak BMT agar tidak terjadi kendala di
15
Ibid. hal 145
9
kredit, faktor-faktor tersebut datang baik dari sisi intern maupun dari ekstern.
tempo.
Igtishady’’
16
Ibid hal 146
10
B. Rumusan Masalah
tujuan dan kegunaan dari penelitian yang akan dicapai, sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
atau prinsip yang menyatakan bahwa bank dalam menjalankan fungsi dan
penyaluran dana yang berasal dari dana yang dihimpun tersebut. Hal ini
hatian ini agar bank selalu dalam keadaan sehat menjalankan usahanya
yang berlaku di dunia perbankan. Dalam Pasal 12 dan Pasal 29 ayat (2)
17
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta, Kencana Prenada Media
Group, 2008), hal. 134
13
Pasal 29 ayat (2), (3) dan (4) Undang-undang No. 10 Pahun 1998. Pasal
18
Rahmadi Usman, Hukum Perbankan di Iindonesia, (Jakarta, PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2001), hal. 18
19
http://kuliahade,wordpress.com/2010/04/19/hukum-perbankan-asas-dan-prinsip-
perbankan/
14
a. Character (Watak/Kepribadian)
Character merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat atau
watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar harus
dapat dipercaya. Untuk membaca watak atau sifat dari calon debitor
dapat dilihat dari latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat
pribadi cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga,
hobi dan jiwa sosial. Dari sifat dan watak ini dapat dijadikan suatu
ukuran tentang kemauan nasabah untuk membayar.
b. Capacity (Kemampuan)
Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan
nasabah dalam membayar kredit, dari penilaian ini terlihat kemampuan
nasabah dalam mengelola bisnis. Kemampuan ini dihubungkan dengan
latar belakang pendidikan dan pengalamannya selama ini dalam
mengelola usahanya, sehingga akan terlihat kemampuannya dalam
mengembalikan kredit yang disalurkan . Capacity sering juga disebut
dengan nama Capability
c. Capital (Modal)
Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak
dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporam rugi laba)
yang disajikan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi
likuiditas dan solvabilitasnya, rentabilitas dan ukuran lainnya. Analisis
capital juga harus menganalisis dari sumber mana saja modal yang ada
sekarang ini, termasuk persentase modal yang digunakan untuk
membiayai proyek yang akan dijalankan berapa modal sendiri dan
berapa pinjaman.
d. Condition (Kondisi Ekonomi)21
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi
sosial dan politik yang ada sekarang dan prediksi untuk di masa yang
ajan datang. Penilaian kondisi atau prospek bidang usaha yang dibiayai
hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik sehingga
kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.
e. Colleteral (Argunan)
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang
bersifat fisik maupn nonfisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah
kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahan dan
kesempurnaannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan
yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.
20
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2002), hal.
117-119
21
Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah STAIN Pamekasa, 2016, hal. 74
15
dilaksanakan karena nasabah tidak berada dalam posisi untuk menilai dan
atas transaksi berdasarkan pesanan yang bersifat mengikat ini adalah lebih
22
Abdul Ghofur Anshori, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, ed.
Tarmizi dan Suryani, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), hal. 146.
23
Ibid hal 147
16
raguan atau ketidak jelasan dan tidak dapat dijamin atau dipastikan
1. Pengertian pembiayaan
24
.Nur Arif, Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah, (Alfabeta, Jakarta, 2012), hal. 42
17
dikenal, karena bank syariah memiliki skema yang berbeda dengan bank
bentuk pembiayaan.25
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
2. Tujuan pembiayaan
1) Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberian suatu pembiayaan
(KJKS) bahwa pembiayaan yang diberikan baik berupa uang atau
jasa yang akan benar-benar diterima kembali dimasa mendatang.
25
Muhammad Syafi’I Antonio, 2001, Bank Syariah dan Teori Ke Praktik, (Gemar Insani
Press, Jakarta, 2001), hal. 160
26
Faizal Abdullah, Manajemen Perbankan (Teknik Analisa Kinerja Kuangan Bank),
(Unifersitas Muhammadiyah Malang, 2003), hal. 82
18
27
Muhammad, Manajemen Pembiayaan syariah, (UPP AMP YKPN), Tahun,2005, Hal.
304
28
Wangsawidijaja, Pembiayaan Bank Syariah, (PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2012), hal. 42
19
Syari’ah dalam Pasal 1 ayat (3) disebutkan bahwa akad adalah perjanjian
tertulis yang memuat ijab (penawaran) dan kabul (penerimaan) antara bank
dengan pihak lain yang berisi hak dan kewajiban masing-masing pihak
yang menimbulkan kewajiban berprestasi pada salah satu pihak dan hak
bagi pihak lain atas prestasi tersebut secara timbal balik. Perbankan
29
Syarifudin Arif Manunggal, Pengantar Manajemen Keuangan Syariah, (Tulungangung
Press, Jakarta, 2011), hal. 159
20
yang rukun dan syaratnya telah diatur dalam Al-Quran, Hadits, Ijmak dan
Qiyas.30
keuntungan yang telah disepakati antara bank dan nasabah. Prinsip dalam
perbankan merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli,
dimana bank akan membeli barang yang dibutuhkan oleh nasabah atau
mengangkat nasabah sebagai agen bank atau sebagai kuasa bank untuk
dianggap telah dimasukkan pula ke dalam perjanjian itu, meskipun hal itu
5. Prosedur Pembiayaan
30
Ibid hal 161
31
Ibid hal. 163
32
Sultan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam, (PT.Kreatama, Jakarta, 2005), hal. 13
21
BMT diambil dari kata-kata Baitul Mal Wa Tamwil atau biasa ditulis
harfiah baitul maal berarti rumah dana dan Baitul Tamwil berarti rumah
usaha.
33
Ibid hal. 14
34
Ibid hal. 16
35
Muhammad Ridwan, Op.Cit, hal. 158
22
merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sosial. Peran sosial BMT
akan terlihat pada definisi baitul maal, sedangkan peran bisnis BMT
terlihat dari definisi baitul tamwil. Sebagai lembaga sosial, baitul maal
memiliki kesamaan fungsi dan peran dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ),
oleh karenanya baitul maal harus didorong agar mampu berperan secara
zakat, infaq, sedekah, wakaf dan sumber dana-dana sosial yang lain, dan
positif yang dapat diterima masyarakat pada umumnya, hal ini dapat
36
Ibid hal. 159
23
lain yang dilarang dilakukan oleh lembaga keuangan bank. Pada dataran
sisitem mudhārabah (bagi hasil) atau murabahah (jual beli) yang dijamin
37
Ibid hal. 160
24
dalam aktivitas BMT tidak mengandung unsur riba yang dilarang menurut
syariah.
a. Kekayaan adalah amanah Allah SWT yang tidak dapat dimiliki oleh
siapapun secara mutlak;
b. Manusia diberi kebebasan bermuamalah selama bersama dengan
ketentuan syariah;
c. Manusia merupakan khalifah Allah dan pemakmur di muka bumi;
d. Menjunjung tinggi keadilan serta menolak setiap bentuk ribawi dan
pemusatan sumber dana ekonomi pada segelintir orang atau seelompok
orang saja.
Dengan demikian keberadaan BMT menjadi organisasi yang syah dan legal.
Sebagai lembaga keuangan Syariah, BMT harus berpegang teguh pada prinsip-
prinsip Syariah. Keimanan menjadi landasan atas keyakinan untuk mau tumbuh
sukses di dunia dan akhirat juga keterpaduan antara sisi maal dan tamwil (sosial
38
Ibid hal. 162
25
Perkoperasian, yaitu modal terdiri dari simpanan pokok dan surat modal koperasi
(SMK). Dalam hal ini BMT disebut sebagai Koperasi Jasa Keuangan Syariah
(KJKS), sehingga BMT yang beroperasi secara sah di wilayah Republik Indonesia
adalah BMT yang berbadan hukum koperasi yang izin operasionalnya dikeluarkan
oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Usaha Menengah atau
Perkoperasian.39
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan
39
Ibid hal. 164
40
Ibid hal. 165
26
b. Koperasi Konvensional :
1) Berdasarkan bunga, dikarenakan bank konvensional menerapkan
bunga sudah lama sehingga masyarakat sudah banyak yang kenal
dengan metode tersebut;
2) Bunga bisa berubah pada tiap bulannya;
3) Bank kovensional lebih kreatif dalam menciptakan produk-
produknya dengan metode yang sudah teruji dan berpengalaman;
4) Bunga dihitung sampai perjanjian selesai;
5) Aktiva: kewajiban + modal.
41
M. Nur Rianto Al-Arif, Dasar-dasar Ekonomi Islam, (PT. Era Audicitra Intermedia,
Solo, 2011), hal. 320
42
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Kencana, Jakarta,2010), hal.
13
27
tantangan global
Jafril Khali , prinsip syariah dalam perbankan” jurnal Hukum Bisnis, Edisi Nomor 20
43
lainnya.44
PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil Menengah) dan jika dan jika
telah mencapai nilai aset tertentu segera menyiapkan diri ke dalam badan
hukum koperasi.45
47
M. Nur Rianto Al-Arif, Op.Cit, hal. 354
48
Muhammad Ridwan, Op.cit, hal. 172
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Metode Pendekatan
Adapun metode pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini antara lain:
d) Hasil penelitian.
bersangkutan.
34
Yaitu bahan hukum yang mengikat dan merupakan bahan pokok, yang
yang diperoleh dari literature hukum, hasil penelitian artikel ilmiah, maupun
website yang terkait dengan penelitian bahan hukum sekunder pada dasarnya
Dengan adanya bahan hukum sekunder maka penelitian akan tebantu untuk
49
http://www/daringobrolhukum.wordpress.com/Tanggal 17, 2019
35
syariah
d. Laporan Penelitian
e. Hasil Penelitian
dan penunjuk terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder
yaitu:50
a. Kamus Hukum
Teknik dan pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:51
1. Wawancara
ini berfungsi untuk memperoleh data yang valid dari pihak-pihak yang
50
http://www/daringobrolhukum.wordpress.com/Tanggal 17, 2019
51
http://www.eprints.undip.ac.id/40985/3/BAB III Metode Penelitian. Tanggal 24, 2019.
36
E. Analisis Data
menggambarkan dan menjelaskan data yang diperoleh dari teori dan dari hasil
analisis yang menggabungkan data primer dan data sekunder yang telah
tersebut dipisahkan antara data yang relevan dengan data yang tidak relevan.
Metode deduktif yaitu dengan cara pengabilan kesimpulan yang berpijak pada
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Abdul Ghofur Anshori, 2014, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, ed.
Tarmizi dan Suryani, (Jakarta: Sinar Grafika)
Andri Soemitra, 2010, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Kencana, Jakarta:)
Arifin Sitio, 2001, Koperasi Teori dan Praktik, (erlangga sinopsis, jakarta,)
M. Nur Rianto Al-Arif, 2011, Dasar-dasar Ekonomi Islam, (PT. Era Audicitra
Intermedia, Solo)
Muhammad Syafi’I Antonio, 2001, Bank Syariah dan Teori Ke Praktik, (Gemar
Insani press, Jakarta
B. Peraturan-peraturan
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Dan Menengah nomor:
16/Per/M.KUKM/IX/2015.
Undang-undang Nomor 25 tahun 1992, LN No. 116 Tahun 1992, TLN No. 3502,
Tentang Perkoperasian.
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008, LN No. 31 Tahun 2008, TLN No. 3472
Tentang Perbankan Syariah.
C. Jurnal
Jafril Khalil, 2002 , “prinsip syariah dalam perbankan” jurnal Hukum Bisnis,
Edisi Nomor 20 Bulan Agustus
40
D. Internet
http://kuliahade,wordpress,com/2010/04/19/hukum-perbankan-asas-dan-prinsip-
perbankan/