Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“TRANSPLANTASI GINJAL”

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas:


Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen Pengampu:
Nurma Afiani, S. Kep., Ners., M. Kep.,

Disusun Oleh:
 Wina Sriandini : 1507. 14201. 450
 Martha Yeni Koro : 1608. 14201. 526

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES WIDGYAGAMA HUSADA
MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin-Nya
makalah yang berjudul Transplantasi Ginjal. Terima. Terima kasih kami ucapkan
kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada
Ibu Nurma Afiani, S. Kep., Ners., M. Kep., selaku dosen pengampu mata kuliah KMB 2
di STIKES Widyagama Husada Malang.
Makalah ini membahas tentang penyebab utama mengapa seorang pasien
harus dilakukan transplantasi ginjal, serta prognosis setelahnya. Kami harap makalah
ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca khususnyabagi sekan sesama
mahasiswa keperawatan. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna,
maka dari itu kritik dan saran sangat kami harapkan untuk perbaikan dalam
penyusunan makalah selanjutnya.

Malang, Agustus 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit Ginjal Kronis di dunia saat ini mengalami peningkatan dan
menjadi masalah kesehatan serius, hasil penelian Global Burden of Disease
tahun 2010, Penyakit Ginjal Kronis merupakan penyebab kematian peringkat
ke 27 di dunia tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke 18 pada tahun
2010 Lebih dari 2 juta penduduk di dunia mendapatkan perawatan dengan
dialisis atau transplantasi ginjal dan hanya sekitar 10% yang benar-benar
mengalami perawatan tersebut. Sepuluh persen penduduk di dunia mengalami
Penyakit Ginjal Kronis dan jutaan meninggal setiap tahun karena tidak
mempunyai akses untuk pengobatan.
Transplantasi ginjal telah banyak dilaksanakan di seluruh dunia,
sejumlah lebih dari 20.000 orang tiap tahun. Di Singapura telah dilakukan lebih
dari 842 transplantasi ginjal dengan total donor cadaver 588 dan 282 donor
hidup. Di Indonesia sejak tahun 1977 hingga sekarang baru mampu
mengerjakan sekitar 300 lebih transplantasi. Hal ini disebabkan karena
Indonesia masih menerapkan sistem donor hidup.4 Di Bali, selama enambelas
tahun terakhir 46 pasien (35 orang laki-laki dan 11 orang perempuan) penyakit
ginjal stadium akhir menjalani transplantasi ginjal, sebagian besar diantaranya
dikerjakan di luar negeri dengan menggunakan donor cadaver.
Saat ini, transplantasi ginjal merupakan terapi pilihan pada gagal ginjal
kronik stadium akhir yang mampu memberikan kualitas hidup menjadi normal
kembali. Pada dasarnya tujuan utama transplantasi ginjal adalah untuk
meningkatkan kualitas hidup dan harapan hidup bagi penderita gagal ginjal.
Kelangsungan hidup pasien-pasien transplantasi ginjal ditentukan oleh
beberapa faktor diantaranya adalah skrining penderita, persiapan
pratransplantasi, pendekatan bedah yang diambil pada waktu transplantasi dan
penatalaksanaan penderita paska transplantasi termasuk penggunaan obat-
obat imunosupresif.

1.2. Tujuan Penulisan


1.2.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan transplantasi ginjal.

1.2.2. Tujuan Khusus


1. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dari ginjal
2. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dari transplantasi ginjal
3. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana etiologi terjadinya
transplantasi ginjal
4. Mahasiswa mampu menjelaskan beberapa termologi dalam
transplantasi ginjal

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Ginjal


Ginjal adalah organekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip
kacang. Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran
(terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam
bentuk urin.
a. Letak

Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau


abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati
dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga
disebut kelenjar suprarenal). Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak
di belakang peritoneum yang melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di
sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah
ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati. Sebagian dari bagian atas ginjal
terlindungi oleh costae ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh
dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu
meredam goncangan.

b. Struktur Detail
Pada orang dewasa, setiap ginjal memiliki ukuran panjang sekitar 11
cm dan ketebalan 5 cm dengan berat sekitar 150 gram. Ginjal memiliki
bentuk seperti kacang dengan lekukan yang menghadap ke dalam. Di tiap
ginjal terdapat bukaan yang disebut hilus yang menghubungkan arteri renal,
vena renal, dan ureter.

c. Organisasi
Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi
disebut medulla. Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medulla
ginjal manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan
saluran pengumpul. Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar
yang disebut kapsula. Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang
dapat berjumlah lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia
dewasa. Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama
elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian
mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul
dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan
dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor.
Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin. Sebuah
nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula
(atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus).
Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut
glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus
mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus
memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring
melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula
Bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma
darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah
yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen. Di antara
darah dalam glomerulus dan ruangan berisi cairan dalam kapsula Bowman
terdapat tiga lapisan:
1. kapiler selapis sel endotelium pada glomerulus
2. lapisan kaya protein sebagai membran dasar
3. selapis sel epitel melapisi dinding kapsula Bowman (podosit)
Dengan bantuan tekanan, cairan dalan darah didorong keluar dari
glomerulus, melewati ketiga lapisan tersebut dan masuk ke dalam ruangan
dalam kapsula Bowman dalam bentuk filtrat glomerular. Filtrat plasma darah
tidak mengandung sel darah ataupun molekul protein yang besar. Protein
dalam bentuk molekul kecil dapat ditemukan dalam filtrat ini. Darah
manusia melewati ginjal sebanyak 350 kali setiap hari dengan laju 1,2 liter
per menit, menghasilkan 125 cc filtrat glomerular per menitnya. Laju
penyaringan glomerular ini digunakan untuk tes diagnosa fungsi ginjal.
Jaringan ginjal. Warna biru menunjukkan satu tubulus.
Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian yang
mengalirkan filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus
konvulasi proksimal. Bagian selanjutnya adalah lengkung Henle yang
bermuara pada tubulus konvulasi distal. Lengkung Henle diberi nama
berdasar penemunya yaitu Friedrich Gustav Jakob Henle di awal tahun
1860-an. Lengkung Henle menjaga gradien osmotik dalam pertukaran
lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel yang melapisi tubulus memiliki
banyak mitokondria yang menghasilkan ATP dan memungkinkan terjadinya
transpor aktif untuk menyerap kembali glukosa, asam amino, dan berbagai
ion mineral. Sebagian besar air (97.7%) dalam filtrat masuk ke dalam
tubulus konvulasi dan tubulus kolektivus melalui osmosis. Cairan mengalir
dari tubulus konvulasi distal ke dalam sistem pengumpul yang terdiri dari:
 tubulus penghubung
 tubulus kolektivus kortikal
 tubulus kloektivus medularis

Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut


aparatus juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel
juxtaglomerular. Sel juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan
sekresi renin Cairan menjadi makin kental di sepanjang tubulus dan saluran
untuk membentuk urin, yang kemudian dibawa ke kandung kemih melewati
ureter.

2.2. Definisi
Transplantasi ginjal melibatkan menanamkan ginjal dari donor hidup
atau kadaver menusia resipien yang mengalami penyakit ginjal tahap akhir
(Brunner and Suddarth). Transplantasi ginjal dapat dilakukan secara
“cadaveric” (dari seseorang yang telah meninggal) atau dari donor yang masih
hidup (biasanya anggota keluarga).
Transplantasi (cangkok) ginjal adalah proses pencangkokan ginjal ke
dalam tubuh seseorang melalui tindakan pembedahan. Ginjal baru bersama
ginjal lama yang fungsinya sudah memburuk akan bekerja bersama-sama
untuk mengeluarkan sampah metabolisme dari dalam tubuh.

2.3. Etiologi
Penyakit gagal ginjal terminal (stadium terakhir)

2.4. Beberapa Terminologi dalam Transplantasi


1. Autograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal
dari individu yang sama.
2. Isograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal
dari saudara kembar.
3. Allograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal
dari individu lain dalam spesies yang sama.
4. Xenograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal
dari spesies yang berbeda. Misalnya ginjal baboon yang ditransplantasikan
kepada manusia.
2.5. Syarat-Syarat Transplantasi Ginjal
1. Recipient
a. Usia 13-60 tahun
b. Tidak mengidap penyakit berat, keganasan, TBC, hepatitis, Jantung
c. Harus dapat menerima terapi imunosupresif dalam waktu yang lama
dan harus patuh minum obat
d. Sudah mendapat HD yang teratur sebelumnya
e. Mau melakukan pemeriksaan pasca transplantasi ginjal.

2. Donor
a. Usia 18-50 tahun
b. Mempunyai motivasi yang tinggi tanpa paksaan
c. Kedua ginjal normal, tidak terinfeksi
d. Tidak mengidap penyakit berat yang dapat memperburuk fungsi ginjal
dan komplikasi setelah operasi
e. Hasil laboratorium semuanya dalam batas normal.

Jika donor hidup tidak tersedia, pasien harus menunggu jaringan yang
diambil dari mayat yang cocok, dan untuk mendapatkan donor yang cocok
akan diatur oleh organisasi dibawah aturan pemerintah yaitu organisasi yang
dibiayai secara federal yang mengkoordinasi pertukaran organ,dan dengan
sistim komputer akan mencocokkan donor mayat dengan calon penerima.

2.6. Cara Transplantasi Ginjal


1. Ginjal yang rusak diangkat. Kelenjar adrenal dibiarkan ditempatnya arteri
dan vena renal diikat.
2. Ginjal transplan diletakkan di fosa iliaka.
3. Arteri renal dari ginjal donor dijahit ke arteri iliaka dan vena renal dijahit
kevena iliaka.
4. Ureter ginjal donor dijahit kekandung kemih atau ke ureter pasien

2.7. Persiapan Transplantasi Ginjal


1. Persiapan Resipient Keluarga
Perawat mempunyai peran penting sebagai advokat untuk memastikan
bahwa semua upaya dibuat untuk menentukan dan bertindak atas keinginan
pasien berkenan dengan pendonoran dan perawat juga berperan vital dalam
mendukung keluarga secara psikologis, terutama saat mereka mencoba
menerima donor dari mayat, serta sebagai koordinator transplan yaitu
memastikan bahwa keluarga mendapatkan informasi yang diperlukan untuk
memberikan surat persetujuan. Setelah ada persetujuan dari keluarga, tim akan
menjelaskan mengenai operasi dan perawatannya:
 Lokasi dan letak ginjal baru
 Penggunaan bermacam-macam peralatan yang mungkin diperlukan selama
perawatan
 Pengambilan darah yang sering dilakukan
 Untuk mencegah infeksi pasien ditempatkanditempat khusus, dimana
anggota keluarga tidakdiperbolehkan masuk
 Kemungkinan timbul komplikasi seperti infeksi, rejeksi setelah operasi
 Mobilisasi: merubah posisi, membatukkan, latih duduk dan berdiri serta cara
nafas efektif.
 Dengan demikian diharapkan pasien dan keluarga akan merasa aman dan
dapat bekerja sama dan bersikap lebih terbuka untuk membantu
perawatan.

2. Persiapan Donor dan Keluarga


Pada prinsipnya sama dengan persiapan operasi pada umumnya
hanya spesifikasinya 2jam sebelum operasi resipient dan donor dikompres
dengan cairan bethadin pada daerah yang akan dioperasi dan setelah
operasi resipient masuk kedalam ruangan khusus dan steril.

3. Persiapan ruangan dan Peralatan


Ruangan yang akan dipakai setelah operasi 2 hari sebelumnya harus
dibersihkan,semua peralatan dan obat-obatan dimasukkan ke ruangan
tersebut dengan disinari ultraviolet selama 24jam. Resipient transplantasi
biasanya dirawat dalam area lengkap yang dirancang secara khusus baik
untuk fase penyembuhan maupun fase pemulihan, hal ini untuk menghindari
pemindahan pasien, menurunkan resiko terhadap infeksi bagi pasien yang
mengalami imunosupresan.

4. Persiapan pasien sebelum operasi


Persiapan ini termasuk pengkajian yang berhubungan dengan riwayat
penyakit yang lalu (mis: HT,DM,kanker), tingkat kecemasan pasien,
pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur transplan,efek samping
dari pembedahan juga termasuk pemeriksaan laboratorium, ECG,
pemeriksaan radiologi (mis: foto thorak,USG ginjal,CT scan ginjal,
IVP),pemeriksaan fisik (mis: BB, TTV, pola eliminasi urine, adakah tanda-
tanda infeksi, gangguan pernafasan, tanda-tanda kelebihan/kekurangan
cairan elektrolit) dan dialisis dalam 24 jam pembedahan. Dialisis ini
dilakukan untuk menggembalikan kimia darah ke kadar mendekati normal,
memperbaiki perubahan agregasi trombosis yang ditimbulkan oleh uremia
dan mengeluarkan kelebihan cairan.
Bila donor hidup, persiapan dapat dilakukan sehari sebelum
transplantasi, tetapi bila donor mayat/cadaver semua persiapan harus
selesai dalam beberapa jam.

5. Persiapan Pasien Setelah Transplantasi


 Setelah operasi pasien langsung ditempatkan diruangan khusus yang
telah disediakan peralatan dan obat-obatan
 Memonitor tanda-tanda vital, tingkat kesadaran pasien dan derajat nyeri
 Menghitung jumlah line intravena yang terpasang, catat tempat insisi,
jenis cairan dan kecepatan tetesan
 Monitor balutan abdomen dan catat apakah ada drain
 Catat dan amati letak kateter urether serta drainase urine dari tiap
kateter
 Temukan akses vaskuler dan tentukan patensinya dengan meletakkan
jari atau stetoskop tepat diatas tempat akses dan raba atau dengarkan
karakteristik bunyi denyutan disebut desiran (bruit)
 Bila terpasang NGT sambungkan selang tersebut ke sistim drainase
yang sesuai
 Ukur lingkar abdomen pada insisura iliaka, ini merupakan informasi
dasar yang digunakan nanti untuk pengkajian ada tidaknya komplikasi
(mis: kebocoran uretra, limfosel atau perdarahan)
 Pada pasien anak dipantaunya lebih sering daripada pasien dewasa
karena sifat dinamik dari cairan anak dan status kardiovaskuler seperti
tekanan darah, BB
 Rungan harus ditutup dan hanya anggota tim transplantasi ginjal yang
diperkenankan masuk
 Setiap petugas yang memasuki ruangan harus memakai masker dan
baju serta alas kaki yang khususKeluarga pasien tidak diperkenankan
masuk ruangan tersebut, hanya diperbolehkan melihat melalui kaca,
semua itu dilakukan untuk mencegah infeksi.

2.8. Persiapan Pembedahan


1. Persiapan pra-operatif untuk calon resipien bertujuan untuk :
a) Menilai kemampuan menjalani operasi besar.
b) Menilai kemampuan menerima obat imunosupresi untuk jangka waktu
yang lama.
c) Menilai status vaskular tempat anastomosis.
d) Menilai traktus urinarius bagian bawah.
e) Menghilangkan semua sumber infeksi.
f) Menilai dan mempersiapkan unsur psikis.

2. Persiapan pra-operatif untuk calon donor bertujuan untuk ;


a. Menilai kerelaan (tak ada unsur paksaan atau jual beli)
b. Menilai kemampuan untuk nefrektomi
c. Menilai akibat jangka panjang ginjal tunggal
d. Menilai kemungkinan anastomosis
e. Menilai kecocokan golongan darah ABO, HLA dan crossmatch.

2.9. Obat-Obat Imunosupresi


Untuk mencegah terjadinya rejeksi, kepada pasien yang mengalami
transplantasi ginjal diberikan obat-obat imunosupresi. Pilihan obat, kombinasi
obat serta dosis obat tergantung kepada respons dan kecocokan antara
antigen donor dengan resepien disamping faktor lain. Ada berbagai macam
obat imunosupresi yang tersedia, pada umumnya dikelompokkan menjadi:
1. Obat imunosupresi Konvensional :
a. Siklosporin- A
b.Kortikosteroid
c. Azatioprin
d. Antibodi monoklonal: OKT-3
e. Antibodi poliklonal : ALG (antilyphocyte globulin), ATG (anti thympocyte
globulin)

2. Obat imunosupresi baru


Ada lebih dari 12 obat imunosupresif baru yang diteliti, namun sampai
saat ini yang dianggap memenuhi syarat dari hasil percobaan klinis dan sudah
dipakai luas hanyalah tacrolimus dan mycophenolate mofetil (MMF).
Catatan :
a. Efek samping tacrolimus hampir sama dengan siklosporin
b. Infeksi yang timbul biasanya CMV (cytomegalo virus)
c. ATG (anti thympocyte globulin)
d. ALG (anti limpocyte globulin)
e. MMF (micophenolate mofetil)

Obat imunosupresan berguna untuk mencegah reaksi penolakan, yaitu


reaksi dimana sistem tubuh menyerang ginjal baru yang dicangkokkan. Obat
imunosupresan harus diminum setiap hari selama ginjal baru terus berfungsi.
Kadang-kadang, reaksi penolakan tetap terjadi walaupun penderita sudah minum
obat imunosupresan. Jika hal ini terjadi, penderita harus kembali menjalani dialisis,
atau melakukan transplantasi dengan ginjal lain. Obat imunosupresan akan
melemahkan daya tahan tubuh, sehingga dapat mempermudah timbulnya infeksi.
Beberapa jenis obat imunosupresan juga dapat merubah penampilan.
Wajah akan tampak lebih gemuk, berat badan bertambah, timbul jerawat, atau bulu
di wajah. Tetapi tidak semua resipien mengalami gejala tersebut. Selain itu,
imunosupresan juga dapat menyebabkan katarak, diabetes, asam lambung
berlebihan, tekanan darah tinggi, dan penyakit tulang.

2.10. Keuntungan dan Kekurangan Transplantasi Ginjal


1. Keuntungan Transplantasi Ginjal:
a. Ginjal baru akan bekerja seperti halnya ginjal normal.
b. Penderita akan merasa lebih sehat dan "lebih nomal".
c. Penderita tidak perlu melakukan dialysis
d. Penderita yang mempunyai usia harapan hidup yang lebih besar.

2. Kekurangan Transplantasi Ginjal:


a. Butuh proses pembedahan besar.
b. Proses untuk mendapatkan ginjal lebih sulit atau lebih lama.
c. Tubuh menolak ginjal yang dicangkokkan.
d. Penderita harus rutin minum obat imunosupresan, yang mempunyai
banyak efek samping.

2.11. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Transplantasi ginjal


A. Pengkajian
a) Anamnesa
 Identitas Klien: Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat, no
register, Tanggal MRS, Tanggal Pengkajian, Diagnosa medis
 Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan
dengan keluarga, pekerjaan, alamat.
 Keluhan Utama
Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, biasanya
datang dengan keluhan nyeri pada pinggang, bengkak/edema pada
ekstremitas, perut kembung, sesak, urine output sedikit sampai tidak
dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera
makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah,
napas berbau ( ureum ), dan gatal pada kulit.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan obat-obat
nefrotoksik, Benign prostatic hyperplasia, dan prostektomi. Kaji
adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi system
prkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan penyakit
hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi
penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-
obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat
kemudian dokumentasikan.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji onet penurunan urine output, penurunan kesadaran,
perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit,
adanya nafas berbau ammonia, dan perubahan pemenuhan nutrisi.
Kaji pula sudah kemana saja klien meminta pertolongan untuk
mengatasi masalahnya dan mendapat pengobatn apa.

 Riwayat Kesehatan Keluarga


Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami
penyakit yang sama. Bagaimana pola hidup yang biasa di terapkan
dalam keluarga, ada atau tidaknya riwayat infeksi system perkemihan
yang berulang dan riwayat alergi, penyakit hereditas dan penyakit
menular pada keluarga.
 Riwayat Psikososial
Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan
dialysis akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada
gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan
pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan, gangguan
konsep diri ( gambaran diri ) dan gangguan peran pada keluarga.
 Lingkungan dan tempat tinggal
Mengkaji lingkungan tempat tinggal klien, mengenai
kebersihan lingkungan tempat tinggal, area lingkungan rumah, dll.
b) Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum dan TTV
- Keadaan umum : Klien lemah dan terlihat sakit berat
- Tingkat Kesadaran : Menurun sesuai dengan tingkat uremia
dimana dapat mempengaruhi system saraf pusat
- TTV : Sering didapatkan adanya perubahan RR meningkat,
tekanan darah terjadi perubahan dari hipertensi ringan sampai
berat
 Sistem Pernafasan
lien bernafas dengan bau urine (fetor uremik), respon uremia
didapatkan adanya pernafasan kussmaul. Pola nafas cepat dan
dalam merupakan upaya untuk melakukan pembuangan karbon
dioksida yang menumpuk di sirkulasi

 Sistem Hematologi
Pada kondisi uremia berat tindakan auskultasi akan
menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda khas efusi
pericardial. Didapatkan tanda dan gejala gagal jantung kongestif, TD
meningkat, akral dingin, CRT > 3 detik, palpitasi, nyeri dada dan
sesak nafas, gangguan irama jantung, edema penurunan
perfusiperifer sekunder dari penurunan curah jantungakibat
hiperkalemi, dan gangguan kondisi elektrikal otot ventikel.
Pada system hematologi sering didapatkan adanya anemia.
Anemia sebagai akibat dari penurunan produksi eritropoetin, lesi
gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah merah, dan
kehilangan darah, biasanya dari saluran GI, kecenderungan
mengalami perdarahan sekunder dari trombositopenia.
 Sistem Neuromuskular
Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral,
seperti perubahan proses berfikir dan disorientasi. Klien sering
didapatkan adanya kejang, adanya neuropati perifer, burning feet
syndrome, restless leg syndrome, kram otot, dan nyeri otot.
 Sistem Kardiovaskuler
Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau
peningkatan aktivitas system rennin- angiostensin- aldosteron. Nyeri
dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi pericardial, penyakit
jantung koroner akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal
jantung akibat penimbunan cairan dan hipertensi.
 Sistem Endokrin
Gangguan seksual : libido, fertilisasi dan ereksi menurun
pada laki-laki akibat produksi testosterone dan spermatogenesis
yang menurun. Sebab lain juga dihubungkan dengan metabolic
tertentu. Pada wanita timbul gangguan menstruasi, gangguan
ovulasi sampaiamenorea.
Angguan metabolism glukosa, resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Pada gagal ginjal yang lanjut (klirens
kreatinin < 15 ml/menit) terjadi penuruna klirens metabolic insulin
menyebabkan waktu paruh hormon aktif memanjang. Keadaan ini
dapat menyebabkan kebutuhan obat penurunan glukosa darah akan
berkurang. Gangguan metabolic lemak, dan gangguan metabolism
vitamin D
 Sistem Perkemihan
Penurunan urine output < 400 ml/ hari sampai anuri, terjadi
penurunan libido berat
 Sistem pencernaan
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia, dan diare
sekunder dari bau mulut ammonia, peradangan mukosa mulut, dan
ulkus saluran cerna sehingga sering di dapatkan penurunan intake
nutrisi dari kebutuhan.
 Sistem Muskuloskeletal
Di dapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot,
nyeri kaki (memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/ berulangnya
infeksi, pruritus, demam ( sepsis, dehidrasi ), petekie, area ekimosis
pada kulit, fraktur tulang, deposit fosfat kalsium pada kulit jaringan
lunak dan sendi, keterbatasan gerak sendi.
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder
dari anemia dan penurunan perfusi perifer dari hipertensi.

c) Pemeriksaan Bio-Psiko
a. Pre-operative
- Status nutrisi : kebutuhan nutrisi, obesitas, penggunaan obat dan
alcohol
- Status pernafasan : pola pernafasan, frekwensi dan kedalaman
- Status kardiovaskuler :fungsi system kardiovaskuler
- Fungsi hepatic : fungsi hepar
- Fungsi endokrin: pemeriksaan kadar gula darah
- Fungsi imonologi : reaksi alergi sebelumnya, medikasi, transfuse
darah
- Terapi medikasi sebelumnya : segala medikasi sebelumnya,
termasuk obat –obatan yang dijual bebas dan frekwensi
penggunaanya
- Pertimabanagn gerontology : lansia dianggap memiliki resiko
pembedahan yang lebih buruk dibandingkan pasien yang lebih
muda
b. Pasca operatif
- Status pernafasan : frekwensi kedalaman , pola pernafasan
- Status sirkulasi dan kehilangan darah : tanda-tanda vital , tekana
darah arteri dan vena sentral , warna dan suhu kulit , keluaran
urin , keadaan luka insisi , dan selang drainase
- Nyeri : lokasi dan intesitas nyeri sebelum dan sesudah pemberian
preoart analgesic , adanya distensi abdomen
- Drainase ; keluaran urin dan drainase ( jumlah,warna,tipenya )
dari selang yang di pasang pada saat pembedahan, penurunan
atau tidak adanya drainase urin

B. Diagnosa
Pre Operasi
- Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan dari
transplantasi ginjal.
Post Operasi
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya insisi luka operasi,
spasme otot, atau adanya distensi abdomen/kandung kemih.
2. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan drainase urin ;
resiko tinggi infeksi berhubungan denagn drainase urin.
B. Intervensi
Pre Operasi
No DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx 1 Tujuan: menurunkan ansietas dan 1. Kaji ketakutan dan kecemasan pasien 1. Memberi data dasar untuk
cemas praoperatif sebelum dilakukan pembedahan pengkajian praoperatif
Kriteria hasil : 2. Kaji pengetahuan pasien mengenai 2. Memberiakn dasar yang lebih
- Rasa cemas berkurang
prosedur pembedahan dan lanjut
- Pasien dapat menyebutkan proses
3. Memudahakan pemahan akan
kemungkinan hasil akhir
transplantasi ginjal
reaksi atau respon pasien
- Wajah rileks. pembedahan.
3. Evaluasi perubahan makna bagi terhadap kemungkinan hasil
pasien dan anggota keluarga atau akhir pembedahan
4. verbalisasi respon sering
pasangannya
4. Dorong pasien untuk mengutarakan diperlukan untuk mengkaji
dengan kata-kata reaksi , perasaan pemahan pasien terhadap hal-
dan ketakutannya. hal tersebut dan
pemecahannya.
5. memudahkan pasien dan
pasanagnya untuk menerima
dukungan bersama dan
mengurangi perasaan
terisolasi satu sama lain.
a. Dorong pasien untuk
membagi perasaanya
denagn pasangannya.
POST OPERASI
No DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Dx 1 Tujuan : pengurangan rasa nyeri dan 1. kaji tingkat nyeri pasien 1. memberikan data dasar untuk
2. berikan preparat analgesic yang
gangguan rasa nyaman mengevaluasi keberhasilan
diresepkan
Kriteria Hasil : strategi dalam meredakan rasa
3. Lakukan kompres hangat dan
- Pasien dapat toleransi terhadap rasa nyeri
masase pada daerah yang terasa
2. meningkatkan pengurangan
nyeri
pegal serta mengalami gangguan rasa
- Ungkapan rasa nyeri berkurang/hilang rasa nyeri
- Ekpresi wajah tenang. nyaman 3. meningkatkan relaksasi dan
4. Fiksasi luka insisi dengan kedua belah
peredaan nyeri otot serta
tangan atau bantal pada saat
gangguan rasa nyaman
melakukan gerakan atau melakukan 4. meminimalkan tarikan atau
latihan batuk tegangan pada luka insisi dan
5. Bantu dan dorong ambulasi dini
memberikan dukungan pada
pasien
5. dimudahkan dilanjutkannya
kembali latihan aktivitas otot
2 Dx 2 Tujuan : mempertahankan eliminasi 1. kaji system drainase urin dengan 1. memberikan dasar bagi
urin ; saluran kemih yang bebas dari segera pengkajian dan tindakan
2. kaji keadekuatan keluaran urin dan
infeksi. selanjutnya
potensi system drainase 2. memberikan data dasar
Kriteria Hasil : Pasien akan
3. pertahankan sistem drainase urin 3. mengurangi resiko
mempertahankan keluaran urine yang
yang tertutup kontaminasi bakteri dan infeksi
adekuat. 4. observasi warna , volume, bau dan 4. memberikan informasi
konstituen urin mengenai kecukupan keluaran
5. pertahankan asupan cairan yang
urin, kondisi dan patensi
adekuat
system drainase, serta debris
dalam urin
5. meningkatkan keluaran urin
yang adekuat dan mencegah
stasis urinarius.
BAB 3
PEMBAHASAN

Susilowati dkk (2015), dalam jurnal yang berjudul Kesintasan Transplantasi


Ginjal Berdasarkan Hubungan Keluarga antara Resipien dan Donor di RSUPN Cipto
Mangunkusumo Tahun 2010-2015, melakukan penelitian terhadap resipien yang
menjalani transplantasi ginjal yang pertama. Dari 323 resipien transplantasi ginjal di
dapatkan kesintasan dalam 3 tahun adalah 84,1%, didapatkan 66 (20,4%) terdapat
hubungan keluarga dengan median kesintasan 32,91 bulan dan 257 (79,6%) tidak
terdapat hubungan keluarga dengan median kesintasan 33,51 bulan. Tidak terdapat
perbedaan kesintasan antara pasien yang mempunyai hubungan keluarga antara
resipien dan donor dengan adjusted HR 1,186 (IK% 0,627-2,242) setelah dikontrol
variabel jenis kelamin donor, usia donor, usia resipien, cross matching HLA dan jenis
dialisis sebelumnya.
Tingkat kelangsungan hidup pasien transplantasi jangka panjang untuk
penerima donor yang tidak ada hubungan keluarga setidaknya sama baiknya dengan
donor ginjal yang ada hubungan keluarga sehingga dapat diusulkan sebagai alternatif
terapi yang baik untuk manajemen pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir (PGTA).
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Pembedahan untuk cangkok ginjal biasanya memakan waktu 3 sampai 4 jam.
Lama rawat di rumah sakit biasanya adalah satu minggu. Setelah keluar dari rumah
sakit, resipien masih harus melakukan kunjungan secara teratur untuk memfollow-up
hasil pencangkokan.Sedangkan bagi pendonor hidup, waktu yang dibutuhkan hampir
sama dengan resipien. Walaupun demikian, karena teknik operasi untuk mengangkat
ginjal donor semakin maju, maka waktu rawat menjadi lebih pendek, mungkin 2
sampai 3 hari.

3.2 Saran
Kita harus senantiasa merawat ginjal kita dengan cara minum yang banyak tiap
harinya antara 8-10 gelas/ hari agar ginjal kita tidak cepat rusak dan aktivitas kerja
dalam ginjal tetap terjaga sehingga tidak perlu mengadakan pencangkokan atau
membawa dari ginjal orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Susilowati, Utami., Sutrisna, Bambang., dkk. (2015). Kesintasan Transplantasi Ginjal


Berdasarkan Hubungan Keluarga antara Resipien dan Donor di RSUPN Cipto
Mangunkusumo Tahun 2010-2015. Jurnal Penyakit dalam Indonesia. Hal 89-93
vol 6 (2)
Carpernito, Linda juall, 1995. Nursing Care Plans and Documentation : Nursing
diagnosis and colaborative problems. Second Edition J.B. Lippincott Company.
Engram, Barbara. 1998. Rencana asuhan keperawatan medical bedah. Edisi bahasa
Indonesia. Volume satu.
Hudak, Carolyn, 1996. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Edisi pertama.
Jakarta; EGC.
Hamilton, D. 1984. Kidney Transplantation in P. J. Morris (Ed). Kidney Transplantation :
Principles and Practice. New York : Grune & Stratton.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner Suddarth.
Edisi delapan. Volume dua. Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai