“TRANSPLANTASI GINJAL”
Dosen Pengampu:
Nurma Afiani, S. Kep., Ners., M. Kep.,
Disusun Oleh:
Wina Sriandini : 1507. 14201. 450
Martha Yeni Koro : 1608. 14201. 526
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin-Nya
makalah yang berjudul Transplantasi Ginjal. Terima. Terima kasih kami ucapkan
kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada
Ibu Nurma Afiani, S. Kep., Ners., M. Kep., selaku dosen pengampu mata kuliah KMB 2
di STIKES Widyagama Husada Malang.
Makalah ini membahas tentang penyebab utama mengapa seorang pasien
harus dilakukan transplantasi ginjal, serta prognosis setelahnya. Kami harap makalah
ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca khususnyabagi sekan sesama
mahasiswa keperawatan. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna,
maka dari itu kritik dan saran sangat kami harapkan untuk perbaikan dalam
penyusunan makalah selanjutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
b. Struktur Detail
Pada orang dewasa, setiap ginjal memiliki ukuran panjang sekitar 11
cm dan ketebalan 5 cm dengan berat sekitar 150 gram. Ginjal memiliki
bentuk seperti kacang dengan lekukan yang menghadap ke dalam. Di tiap
ginjal terdapat bukaan yang disebut hilus yang menghubungkan arteri renal,
vena renal, dan ureter.
c. Organisasi
Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi
disebut medulla. Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medulla
ginjal manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan
saluran pengumpul. Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar
yang disebut kapsula. Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang
dapat berjumlah lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia
dewasa. Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama
elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian
mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul
dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan
dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor.
Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin. Sebuah
nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula
(atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus).
Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut
glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus
mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus
memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring
melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula
Bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma
darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah
yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen. Di antara
darah dalam glomerulus dan ruangan berisi cairan dalam kapsula Bowman
terdapat tiga lapisan:
1. kapiler selapis sel endotelium pada glomerulus
2. lapisan kaya protein sebagai membran dasar
3. selapis sel epitel melapisi dinding kapsula Bowman (podosit)
Dengan bantuan tekanan, cairan dalan darah didorong keluar dari
glomerulus, melewati ketiga lapisan tersebut dan masuk ke dalam ruangan
dalam kapsula Bowman dalam bentuk filtrat glomerular. Filtrat plasma darah
tidak mengandung sel darah ataupun molekul protein yang besar. Protein
dalam bentuk molekul kecil dapat ditemukan dalam filtrat ini. Darah
manusia melewati ginjal sebanyak 350 kali setiap hari dengan laju 1,2 liter
per menit, menghasilkan 125 cc filtrat glomerular per menitnya. Laju
penyaringan glomerular ini digunakan untuk tes diagnosa fungsi ginjal.
Jaringan ginjal. Warna biru menunjukkan satu tubulus.
Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian yang
mengalirkan filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus
konvulasi proksimal. Bagian selanjutnya adalah lengkung Henle yang
bermuara pada tubulus konvulasi distal. Lengkung Henle diberi nama
berdasar penemunya yaitu Friedrich Gustav Jakob Henle di awal tahun
1860-an. Lengkung Henle menjaga gradien osmotik dalam pertukaran
lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel yang melapisi tubulus memiliki
banyak mitokondria yang menghasilkan ATP dan memungkinkan terjadinya
transpor aktif untuk menyerap kembali glukosa, asam amino, dan berbagai
ion mineral. Sebagian besar air (97.7%) dalam filtrat masuk ke dalam
tubulus konvulasi dan tubulus kolektivus melalui osmosis. Cairan mengalir
dari tubulus konvulasi distal ke dalam sistem pengumpul yang terdiri dari:
tubulus penghubung
tubulus kolektivus kortikal
tubulus kloektivus medularis
2.2. Definisi
Transplantasi ginjal melibatkan menanamkan ginjal dari donor hidup
atau kadaver menusia resipien yang mengalami penyakit ginjal tahap akhir
(Brunner and Suddarth). Transplantasi ginjal dapat dilakukan secara
“cadaveric” (dari seseorang yang telah meninggal) atau dari donor yang masih
hidup (biasanya anggota keluarga).
Transplantasi (cangkok) ginjal adalah proses pencangkokan ginjal ke
dalam tubuh seseorang melalui tindakan pembedahan. Ginjal baru bersama
ginjal lama yang fungsinya sudah memburuk akan bekerja bersama-sama
untuk mengeluarkan sampah metabolisme dari dalam tubuh.
2.3. Etiologi
Penyakit gagal ginjal terminal (stadium terakhir)
2. Donor
a. Usia 18-50 tahun
b. Mempunyai motivasi yang tinggi tanpa paksaan
c. Kedua ginjal normal, tidak terinfeksi
d. Tidak mengidap penyakit berat yang dapat memperburuk fungsi ginjal
dan komplikasi setelah operasi
e. Hasil laboratorium semuanya dalam batas normal.
Jika donor hidup tidak tersedia, pasien harus menunggu jaringan yang
diambil dari mayat yang cocok, dan untuk mendapatkan donor yang cocok
akan diatur oleh organisasi dibawah aturan pemerintah yaitu organisasi yang
dibiayai secara federal yang mengkoordinasi pertukaran organ,dan dengan
sistim komputer akan mencocokkan donor mayat dengan calon penerima.
Sistem Hematologi
Pada kondisi uremia berat tindakan auskultasi akan
menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda khas efusi
pericardial. Didapatkan tanda dan gejala gagal jantung kongestif, TD
meningkat, akral dingin, CRT > 3 detik, palpitasi, nyeri dada dan
sesak nafas, gangguan irama jantung, edema penurunan
perfusiperifer sekunder dari penurunan curah jantungakibat
hiperkalemi, dan gangguan kondisi elektrikal otot ventikel.
Pada system hematologi sering didapatkan adanya anemia.
Anemia sebagai akibat dari penurunan produksi eritropoetin, lesi
gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah merah, dan
kehilangan darah, biasanya dari saluran GI, kecenderungan
mengalami perdarahan sekunder dari trombositopenia.
Sistem Neuromuskular
Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral,
seperti perubahan proses berfikir dan disorientasi. Klien sering
didapatkan adanya kejang, adanya neuropati perifer, burning feet
syndrome, restless leg syndrome, kram otot, dan nyeri otot.
Sistem Kardiovaskuler
Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau
peningkatan aktivitas system rennin- angiostensin- aldosteron. Nyeri
dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi pericardial, penyakit
jantung koroner akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal
jantung akibat penimbunan cairan dan hipertensi.
Sistem Endokrin
Gangguan seksual : libido, fertilisasi dan ereksi menurun
pada laki-laki akibat produksi testosterone dan spermatogenesis
yang menurun. Sebab lain juga dihubungkan dengan metabolic
tertentu. Pada wanita timbul gangguan menstruasi, gangguan
ovulasi sampaiamenorea.
Angguan metabolism glukosa, resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Pada gagal ginjal yang lanjut (klirens
kreatinin < 15 ml/menit) terjadi penuruna klirens metabolic insulin
menyebabkan waktu paruh hormon aktif memanjang. Keadaan ini
dapat menyebabkan kebutuhan obat penurunan glukosa darah akan
berkurang. Gangguan metabolic lemak, dan gangguan metabolism
vitamin D
Sistem Perkemihan
Penurunan urine output < 400 ml/ hari sampai anuri, terjadi
penurunan libido berat
Sistem pencernaan
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia, dan diare
sekunder dari bau mulut ammonia, peradangan mukosa mulut, dan
ulkus saluran cerna sehingga sering di dapatkan penurunan intake
nutrisi dari kebutuhan.
Sistem Muskuloskeletal
Di dapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot,
nyeri kaki (memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/ berulangnya
infeksi, pruritus, demam ( sepsis, dehidrasi ), petekie, area ekimosis
pada kulit, fraktur tulang, deposit fosfat kalsium pada kulit jaringan
lunak dan sendi, keterbatasan gerak sendi.
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder
dari anemia dan penurunan perfusi perifer dari hipertensi.
c) Pemeriksaan Bio-Psiko
a. Pre-operative
- Status nutrisi : kebutuhan nutrisi, obesitas, penggunaan obat dan
alcohol
- Status pernafasan : pola pernafasan, frekwensi dan kedalaman
- Status kardiovaskuler :fungsi system kardiovaskuler
- Fungsi hepatic : fungsi hepar
- Fungsi endokrin: pemeriksaan kadar gula darah
- Fungsi imonologi : reaksi alergi sebelumnya, medikasi, transfuse
darah
- Terapi medikasi sebelumnya : segala medikasi sebelumnya,
termasuk obat –obatan yang dijual bebas dan frekwensi
penggunaanya
- Pertimabanagn gerontology : lansia dianggap memiliki resiko
pembedahan yang lebih buruk dibandingkan pasien yang lebih
muda
b. Pasca operatif
- Status pernafasan : frekwensi kedalaman , pola pernafasan
- Status sirkulasi dan kehilangan darah : tanda-tanda vital , tekana
darah arteri dan vena sentral , warna dan suhu kulit , keluaran
urin , keadaan luka insisi , dan selang drainase
- Nyeri : lokasi dan intesitas nyeri sebelum dan sesudah pemberian
preoart analgesic , adanya distensi abdomen
- Drainase ; keluaran urin dan drainase ( jumlah,warna,tipenya )
dari selang yang di pasang pada saat pembedahan, penurunan
atau tidak adanya drainase urin
B. Diagnosa
Pre Operasi
- Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan dari
transplantasi ginjal.
Post Operasi
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya insisi luka operasi,
spasme otot, atau adanya distensi abdomen/kandung kemih.
2. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan drainase urin ;
resiko tinggi infeksi berhubungan denagn drainase urin.
B. Intervensi
Pre Operasi
No DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx 1 Tujuan: menurunkan ansietas dan 1. Kaji ketakutan dan kecemasan pasien 1. Memberi data dasar untuk
cemas praoperatif sebelum dilakukan pembedahan pengkajian praoperatif
Kriteria hasil : 2. Kaji pengetahuan pasien mengenai 2. Memberiakn dasar yang lebih
- Rasa cemas berkurang
prosedur pembedahan dan lanjut
- Pasien dapat menyebutkan proses
3. Memudahakan pemahan akan
kemungkinan hasil akhir
transplantasi ginjal
reaksi atau respon pasien
- Wajah rileks. pembedahan.
3. Evaluasi perubahan makna bagi terhadap kemungkinan hasil
pasien dan anggota keluarga atau akhir pembedahan
4. verbalisasi respon sering
pasangannya
4. Dorong pasien untuk mengutarakan diperlukan untuk mengkaji
dengan kata-kata reaksi , perasaan pemahan pasien terhadap hal-
dan ketakutannya. hal tersebut dan
pemecahannya.
5. memudahkan pasien dan
pasanagnya untuk menerima
dukungan bersama dan
mengurangi perasaan
terisolasi satu sama lain.
a. Dorong pasien untuk
membagi perasaanya
denagn pasangannya.
POST OPERASI
No DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Dx 1 Tujuan : pengurangan rasa nyeri dan 1. kaji tingkat nyeri pasien 1. memberikan data dasar untuk
2. berikan preparat analgesic yang
gangguan rasa nyaman mengevaluasi keberhasilan
diresepkan
Kriteria Hasil : strategi dalam meredakan rasa
3. Lakukan kompres hangat dan
- Pasien dapat toleransi terhadap rasa nyeri
masase pada daerah yang terasa
2. meningkatkan pengurangan
nyeri
pegal serta mengalami gangguan rasa
- Ungkapan rasa nyeri berkurang/hilang rasa nyeri
- Ekpresi wajah tenang. nyaman 3. meningkatkan relaksasi dan
4. Fiksasi luka insisi dengan kedua belah
peredaan nyeri otot serta
tangan atau bantal pada saat
gangguan rasa nyaman
melakukan gerakan atau melakukan 4. meminimalkan tarikan atau
latihan batuk tegangan pada luka insisi dan
5. Bantu dan dorong ambulasi dini
memberikan dukungan pada
pasien
5. dimudahkan dilanjutkannya
kembali latihan aktivitas otot
2 Dx 2 Tujuan : mempertahankan eliminasi 1. kaji system drainase urin dengan 1. memberikan dasar bagi
urin ; saluran kemih yang bebas dari segera pengkajian dan tindakan
2. kaji keadekuatan keluaran urin dan
infeksi. selanjutnya
potensi system drainase 2. memberikan data dasar
Kriteria Hasil : Pasien akan
3. pertahankan sistem drainase urin 3. mengurangi resiko
mempertahankan keluaran urine yang
yang tertutup kontaminasi bakteri dan infeksi
adekuat. 4. observasi warna , volume, bau dan 4. memberikan informasi
konstituen urin mengenai kecukupan keluaran
5. pertahankan asupan cairan yang
urin, kondisi dan patensi
adekuat
system drainase, serta debris
dalam urin
5. meningkatkan keluaran urin
yang adekuat dan mencegah
stasis urinarius.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
Pembedahan untuk cangkok ginjal biasanya memakan waktu 3 sampai 4 jam.
Lama rawat di rumah sakit biasanya adalah satu minggu. Setelah keluar dari rumah
sakit, resipien masih harus melakukan kunjungan secara teratur untuk memfollow-up
hasil pencangkokan.Sedangkan bagi pendonor hidup, waktu yang dibutuhkan hampir
sama dengan resipien. Walaupun demikian, karena teknik operasi untuk mengangkat
ginjal donor semakin maju, maka waktu rawat menjadi lebih pendek, mungkin 2
sampai 3 hari.
3.2 Saran
Kita harus senantiasa merawat ginjal kita dengan cara minum yang banyak tiap
harinya antara 8-10 gelas/ hari agar ginjal kita tidak cepat rusak dan aktivitas kerja
dalam ginjal tetap terjaga sehingga tidak perlu mengadakan pencangkokan atau
membawa dari ginjal orang lain.
DAFTAR PUSTAKA