Dosen Pengampu :
Dra. Aulia Azizah, M.Kes
Mella Mutika Sari, M.Pd
Ratna Yulinda, M.Pd
Oleh : Kelompok VI
Anita (1610129320001)
Fatmawati (1610129220003)
Mita Aprillia (1610129220005)
Rizky Nyna Amalia ( 1610129220014)
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya
kepada kita semua. Alhamdulillah dengan RahmatNya kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Kebutuhan gizi untuk remaja dari usia 10-15 tahun”. Makalah ini berisi
tentang tahapan pertumbuhan dan perkembangan remaja, pola menu makanan untuk remaja,
permasalahan gizi pada remaja.
Semoga dengan adanya makalah ini, kita bisa lebih memahami tentang pentingnya
pengetahuan tentan kebutuhan gizi untuk remaja. Adapun dalam pembuatan makalah ini, tim
penulis merasa masih kurang sempurna. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat
dibutuhkan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa yang krusial bagi manusia. Remaja adalah periode
transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa. Usia remaja biasanya dimulai dari
umur 11 tahun untuk remaja awal, 14 tahun untuk remaja tengah dan 17 tahun untuk
remaja lanjut. Kebutuhan gizi yang cukup tentu sangat diperlukan saat masa remaja
ini. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang yang cepat, pertambahan berat
dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan
karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan
kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan
identitas sangat menonjol dan lebih suka menghabiskan waktu diluar waktu
berkumpul bersama keluarga. Perubahan-perubahan fisik ini akan mempengaruhi
status kesehatan dan gizinya.
Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan
menimbulkan masalah gizi, baik masalah kekurangan gizi atau kelebihan gizi.
Masalah- masalah kesehatan yang terjadi pada masa remaja maka akan terus
berdampak saat kemudian hari. Contohnya obesitas, bulimia dan anemia. Oleh karena
itu perlu adanya pengetahuan mengenai kebutuhan gizi pada remaja agar remaja saat
ini dapat mengetahui pentingnya mengetahui pola dan menu makanan untuk remaja.
Berdasarkan permasalahan diatas, kami bertujuan untuk membahas lebih lanjut
mengenai “Kebutuhan gizi untuk remaja dari usia 10-15 tahun”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa tahapan perkembangan dan pertumbuhan pada remaja?
2. Apa kebutuhan gizi pertumbuhan pada remaja?
3. Apa permasalahan gizi pada remaja?
4. Bagaimana pola dan menu makanan untuk remaja?
C. Tujuan
1. Memahami tahapan perkembangan dan pertumbuhan pada remaja
2. Memahami kebutuhan gizi pertumbuhan pada remaja
3. Mengidentifikasi permasalahan gizi pada remaja
4. Memahami pola dan menu makanan untuk remaja
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam kondisi remaja banyak terjadi perubahan pada dirinya baik itu secara fisik
ataupun mental. Berbagai perubahan fisik yang terjadi merupakan proses yang alamiah,
namun sering kali karena tidak tahunya remaja terhadap perubahan ini membuatnya
gelisah dan was – was. Pertumbuhan remaja dengan usia yang sama sering berbeda
dalam ukuran tubuh, tingkat pertumbuhan ini berhubungan dengan tingkat pubertas
lainnya. Bagi laki-laki, skala ini berdasarkan pada perkembangan organ kemaluan dan
perubahan rambut disekitarnya. Bagi perempuan adalah pada pertumbuhan payudara dan
tumbuhnya bulu pada bagian kemaluan. Banyak terdapat perbedaan yang terlihat pada
setiap umur, jika perubahan tidak melewati dalam fase yang berurut pada tahapan usia
mereka, dapat dikatakan pubertasnnya terlambat.
Selama pubertas remaja mencapai kurang lebih 15% tinggi badan usia dewasa dan
kurang lebih 45% massa rangka maksimalnya. Laki-laki memiliki waktu pertumbuhan
lebih lama sebelum pertumbuhan cepatnya pada masa remaja dibandingkan dnegan
perempuan. Sehingga menghasilkan perbedaan tinggi badan diakhir dengan rata-rata
perubahan anak perempuan kurang lebih 13,3 cm. Perubahan ini disebabkan karena
pertumbuhan perempuan berhenti kurang lebih 5 tahun setelah haid pertama, sedangkan
pertumbuhan tinggi badan laki-laki berhenti pada usia kurang lebih 21 tahun, namun hal
ini juga bervariasi.
Pada masa pra-pubertas, proporsi lemak cenderung sama, tetapi karena adanya
hormon androgen yang dimiliki, hal ini memberikan kontribusi bagi jaringan tubuh yang
berbeda. Hormon androgen perempuan lebih cenderung untuk menaikkan kadar lemak
pada tubuh daripada hormon androgen pada laki-laki yang lebih mengkatkan massa otot.
Perubahan fisik remaja laki-laki dengan remaja perempuan sama, hormon testosteron
akan membantu tubuhnya bulu-bulu halus di sekitar ketiak, kemaluan, janggut, dan
kumis, serta terjadi perubahan suara pada remaja laki-laki. Selain terjadi perubahan fisik
remaja juga mengalami perubahan meosi, pikiran, perasaan, dan tanggung jawab.
Wanita :
2. Protein
Protein selain sebagai sumber energi juga mempuyai fungsi yang tidak dapat
digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan
tubuh. Sebagai sumber energi, protein ekivalen dengan karbohidrat karena
menghasilkan 4 kkal/g protein. Kekurangan protein dapat menyebabkan kwashiorkor
pada anak-anak dibawah lima tahun. Protein secara berlebihan tidak menguntungkan
tubuh. Makanan yang tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat
menyebabkan obesitas. Kelebihan protein dapat menyebabkan masalah dehidrasi,
diare, asidosis, kenaikan ureum darah dan demam (Almatsier, 2002).
Kebutuhan protein pada remaja dipengaruhi dengan jumlah protein yang
diperlukan untuk memelihara jaringan tubuh yang ada, juga untuk tambahan lean
body mass selama mengalami growth spurt. Kebutuhan protein berhubungan dengan
pertumbuhan dan perkembangan remaja. Puncak terjadinya kebutuhan protein terjadi
pada saat puncak percepatan tinggi badan ( Peak High Velocity). Dietary reference
Intake’s (DRIs) tahun 2002 menyatakan kebutuhan protein pada remaja laki-laki dan
wanita pada usia 9- 13 tahun adalah 0.95 gr/kg BB/hr dan untuk usia 14-18 tahun
sebesar 0.86 gr/kg BB/hr (Brown,2005).
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) 2004 menetapkan Angka
Kecukupan Protein (AKP) untuk penduduk Indonesia khususnya remaja adalah
sebagai berikut :
Tabel Angka Kecukupan Protein Pada Remaja Usia 12-15 Tahun
Golongan Berat badan Tinggi badan AKP*
umur
(kg) (cm) (gr)
Pria :
Wanita :
3. Karbohidrat
2. Anoreksia Nervosa
a. Pengertian
Anoreksia merupakan keadaan dimana seseorang kehilangan nafsu makan.
Masalah lain yang mungkin dapat memengaruhi gizi pada remaja antara lain
Anoreksia Nervosa, yaitu kecemasan akan bentuk tubuh yang membuat remaja
menahan makan karena takut mengalami kelebihan berat badan yang membuat
mereka merasa kurang percaya diri. Hal ini termasuk dalam masalah kejiwaan yang
memengaruhi psikologis yang terikat dengan masalah gizi.
b. Cara mencegah terjadinya anoreksia nervosa pada remaja
Sebetulnya belum ada jaminan dan cara ampuh untuk mencegah gangguan
anoreksia nervosa. Dokter ahli (dokter anak, dokter keluarga, dokter kejiwaan dan ahli
penyakit dalam) mungkin merupakan orang yang ahli untuk mengidentifikasi gejala
atau tremaja awal anoreksia serta dapat mencegah gangguan ini agar tidak semakin
parah. Misalnya, para dokter bisa mengajukan pertanyaan tentang kebiasaan makan
dan kepuasan dengan penampilan dalam sebuah konsultasi dengan penderita.
Langkah-langkah pencegahan:
Pertama, harus bisa mengakui bahwa remaja memiliki masalah pada pola makan yang
tidak sehat. Langkah pertama dalam pemulihan anoreksia ini, hanya butuh kesadaran
dari perasaan dan ketidaknyamanan fisik serta emosional yang dirasakan.
Bicarakan kecemasan dan perasaan yang remaja alami. Sebetulnya sulit, tapi remaja
harus bisa. Remaja mungkin merasa malu, bimbang, atau takut. Tapi penting untuk
dipahami bahwa remaja tidak sendiri. Temukan pendengar yang baik atau seseorang
yang akan mendukung remaja saat remaja berusaha menjadi lebih baik.
Jauhi orang, tempat, dan aktivitas yang memicu obsesi remaja menjadi kurus. Remaja
mungkin perlu menghindari melihat majalah mode, stalking selebgram atau seseorang
yang remaja anggap sempurna. Sementara itu, tarik diri sedikit dengan teman-teman
atau grup yang terus membahas tentang diet. Hal itu bisa menimbulkan kekacauan
niat remaja untuk sembuh.
Carilah bantuan dan dukungan dari ahli atau dokter profesional yang terlatih dapat
membantu remaja mendapatkan kembali kesehatan remaja, belajar untuk makan
dengan normal lagi, dan kembangkan sikap sehat tentang makanan dan tubuh remaja.
Cobalah untuk mulai mengikuti sesi perawatan dan terapi oleh psikolog. Niatkan
tekad dan jangan pernah menyimpang dari aturan makan yang benar tiap harinya,
meskipun remaja merasa tidak nyaman.
Minta anjuran pada dokter tentang suplemen vitamin dan mineral yang sesuai dengan
kondisi tubuh. Jika remaja mengalami pola makan yang buruk, kemungkinan besar
tubuh remaja tidak mendapatkan nutrisi penting yang dibutuhkan.
Jangan menutup diri dari anggota keluarga yang peduli dan teman yang ingin
membantu remaja untuk sehat kembali. Pahami bahwa mereka memiliki niat baik
untuk kepentingan remaja sendiri.
3. Bulimia
a. Pengertian
Bulimia adalah penyakit pengiring dari gejala obesitas dimana keinginan atau
psikologis yang menyebabkan rasa bersalah setelah mengonsumsi makanan yang
telah disantap. Hal ini terjadi karena kecenderungan takut gemuk, sehingga terjadi
kerusakan psikologis dan kekurangan nutrisi akibat setiap makanan yang di makan
kembali dikeluarkan sehingga makanan tidak ada yang masuk ke dalam tubuh.
Pola diet selalu dilakukan oleh remaja putri. Mereka ingin memiliki tubuh
yang ideal sehingga mereka melakukan beberapa hal untuk mendapatkan berat badan
yang tetap dan bentuk badan yang “indah”. Tetapi, pola diet yang dilakukan remaja
cenderung ekstrim yang dapat menimbulkan gangguan makan (eating disorder). Salah
satu contoh pola diet ekstrim yang dilakukan remaja adalah remaja akan makan dalam
jumlah yang banyak kemudian makanan yang telah dimakan tersebut akan
dimuntahkan kembali. Hal tersebut dikarenakan remaja takut mengalami kenaikan
berat badan yang dapat merusak penampilannya. Tindakan yang dilakukan remaja
putri tersebut disebut bulimia nervosa.
4. Anemia
a. Pengertian
Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia.
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dan eritrosit lebih rendah
dari normal. Anemia karena kurang zat besi adalah masalah yang paling umum
dijumpai terutama pada perempuan. Zat besi diperlukan untuk membentuk sel-sel
darah merah, dikonversi menjadi hemoglobin, beredar ke seluruh jaringan tubuh,
berfungsi sebagai pembawa oksigen.
Zat besi merupakan komponen utama yang memegang peranan penting dalam
pembentukan darah (hemopoiesis) yaitu mensintesis hemoglobin. Kecukupan zat besi
untuk perempuan berusia 13-15 tahun adalah 26 mg per hari. Zink juga diperlukan
sebagai komponen salah satu enzim dalam sintesis hemoglobin (Aisyah Nurcita Dewi,
2014).
Salah satu faktor yang dapat menyebabkan asupan makronutrien dan
mikronutrien dibawah kebutuhan minimal adalah perilaku diet yang tidak tepat yang
sering dilakukan remaja putri demi menjaga penampilan dan karakteristik fisiknya.
Diet yang terlalu ketat termasuk melewatkan sarapan pagi kerap dilakukan oleh
remaja putri untuk mendapatkan bentuk tubuh yang lebih ramping. Remaja putri
paling sering melewatkan waktu sarapan dibandingkan dengan waktu makan lainnya
(Hardinsyah, Hadi Riyadi, Victor Napitupulu, 2012).
Tabel 1. Jumlah bahan makanan rata-rata satu hari untuk usia remaja
Tempe 2p 2p 2p 2p
Sayur 3p 3p 3p 3p
Buah 4p 4p 4p 4p
Susu 1p 1p 1p 1p
Minyak 6p 6p 6p 5p
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Saat remaja banyak terjadi perubahan pada dirinya baik itu secara fisik ataupun
mental. Berbagai perubahan fisik yang terjadi merupakan proses yang alamiah
Pertumbuhan remaja dengan usia yang sama sering berbeda dalam ukuran tubuh, tingkat
pertumbuhan ini berhubungan dengan tingkat pubertas lainnya. Tahapan remaja terbagi
menjadi 3 tahap yakni tahap remaja awal, remaja pertengahan dan remaja lanjut.
Kebutuhan gizi remaja relatif besar, karena masih mengalami pertumbuhan. Kebutuhan
asupan gizi pada remaja adalah energi, protein, karbohidrat, lemak, zat besi, kalsium, dan
seng. Permasalahan gizi yang sering dialami oleh remaja adalah obesitas, aneroxia
nervosa, bulimia dan anemia. Pola makan sesuai Angka Kebutuhan Gizi (AKG) usia
remaja sangat diperlukan untuk remaja.
B. Saran
Saran untuk remaja agar mengkonsumsi sesuai angka kebutuhan gizi.
Mengkombinasikan menu makanan setiap harinya dengan sayuran-sayuran dan buah-
buahan serta seringlah berolahraga agar tubuh dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik.
Saran untuk guru saat agar memberikan pengetahuan mengenai kebutuhan gizi
yang harusnya dipenuhi oleh peserta didik, agar peserta didik yang menginjak usia
remaja dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier. (2002). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Arisman , M. (2009). Buku Ajar Ilmu Gizi, Gizi Dalam Daur Kehidupan Edisi 2,. Jakarta:
EGC.
nd
Brown, J.E.,et. Al. (2005). Nutrition Through the Life Cycle 2 edition. United
States of America: Thomson Wadsworth.
Candra, A., Wahyuni, T.D. & Sutriningsih A. 2016. Hubungan Antara Aktivitas Fisik
Dan Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas Pada Remaja Di Sma Laboratorium Malang.
Nursing News. Universitas Tribhuwana Tunggadewi: Malang.
Hardinsyah, Hadi Riyadi, Victor Napitupulu. 2012. Kecukupan Energi, Lemak, Dan
Karbohidrat. Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi X Jakarta 2012. Jakarta: Lipi.
Http://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/pencegahan-obesitas-pada remaja
Https://doktersehat.com/bulimia-nervosa-2-gejala-pengobatan-dan-pencegahan/
Https://doktersehat.com/cara-hindari-anemia-remaja/
Https://hellosehat.com/hidup-sehat/nutrisi/mencegah-dan-mengatasi-anoreksia-nervosa/
Istiany, A & Rusilanti. 2013. Gizi Terapan. Bandung : Remaja Rosdakarya
Paskahwati, I. P. , Setyawa, A., Sari, A. P.,& Herlita . 2016. Program Mencegah
Bulimia Pada Remaja Melalui Kampanye“Remaja Bebas Bulimia”. Jurnal Psikologi.
Universitas Pembangunan Jaya: Banten.