Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MUSCULOSKELETAL

DISKOLASI SENDI

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK IV

NAMA NIM
ANCE ERNIATI ROHI 2015610008
APLI RAMBU TANA JAWA 2015610011
ARSINDI RIANTARI T.MAY 2015610014
ARWANCE U.REKU 2015610016
DENPIANA NATALIA R. K LOLO 2015610029
ELEN RAMBU K. LEBA 2015610033
PATI WEDU 2015610117

PROGRAM STUDI SARJANA KEPRAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji Sykur kami panjatka ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan perkenannya kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “DISLOKASI SENDI”. Makalah ini di susun
untuk memenuhi tugas mata kuliah keprawatan musculoskeletal.

Makalah ini diselesaikan tidak lepas dari bantuk teman-teman dan orang-orang sekitar yang tidak
bisa di sebutkan satu persatu

Penulis menyadari dalam penulisan makalah masih jauh dari kesempurnaan untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
semua pembaca

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih

Malang, 22 Oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Cover ......................................................................................................................... i
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi ................................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 1
Bab II Kajian Teori
2.1 Pengertian ........................................................................................................... 2
2.2 Klasifikasi ........................................................................................................... 3
2.3 Etiologi ................................................................................................................ 4
2.4 Patofisiologi ........................................................................................................ 5
2.5 pathway ............................................................................................................... 8
2.6 manifestasi klinis ................................................................................................ 9
2.7 penatalaksanaan .................................................................................................. 10
Bab III Contoh Kasus ................................................................................................ 15
Bab IV Pembahasan
4.1Anatomi sendi ...................................................................................................... 16
4.2 Diskolasi anterior bahu ....................................................................................... 18
4.3 Epidimiologi ....................................................................................................... 18
4.4 Asuhan Keprawatan ............................................................................................ 19
Bab V Penutup
5.1 Kesimpulan ............................................................................. ............................ 20
5.2 Saran ........................................................................................... ........................ 21
Daftar Pustaka .................................................................................. ......................... 22
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini
dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang
dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan
mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari
tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi. Dislokasi yang sering
terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset
dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi
yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya,
sendi itu akan gampang dislokasi lagi.

Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan me lindungin beberapa
organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit
pada gerakan dan menye diakan permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi
tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya tulang harus di jaga agar
terhindar dari trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya patah tulang atau
dislokasi tulang.

Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehinggaTulang berpindah
dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau
trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan masalah yaitu sebagai
berikut :

1. Apa Pengertian dari dislokasi?


2. Apa saja klasifikasi dislokasi ?
3. Apa Etiologi dari dislokasi?
4. Bagaimanakah patofisiologis pada dislokasi?
5. Apa saja manifestasi dari dislokasi?
6. Apa saja komplikasi dislokasi ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang dari dislokasi ?
8. Bagaimana penatalaksanaan dislokasi ?
9. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan dislokasi ?
1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian dislokasi


2. Mengetahui klasifikasi dari dislokasi
3. Mengetahui etiologi dari dislokasi
4. Mengetahui patofisiologi pada dislokasi
5. Mengetahui manifestasi dari dislokasi
6. Mengetahui komplikasi dari dislokasi
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari dislokasi
8. Mengetahuui bagaimana penatalaksanaan dislokasi
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dislokasi
BAB II
KONSEO TEORI
2.1 Defenisi
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini
dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang
dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan
mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari
tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi
pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain
macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya
biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan,secara
anatomis (tulang lepas dari sendi) (Brunner & Suddarth)Keluarnya (bercerainya) kepala sendi
dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan
segera.(Arif Mansyur, dkk. 2000)Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat
menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dis lokasi.( Buku Ajar Ilmu
Bedah, hal 1138) Berpindahnya ujung tulang patah, karena tonus otot, kontraksi cedera dan
tarikan Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
2.2 Klasifikasi
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Dislokasi congenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan
2. Dislokasi patologik
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau
osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang
3. Dislokasi traumatic.
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat,
kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi
karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya
dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular.
Kebanyakan terjadi pada orang dewasa. Berdasarkan tipe kliniknya dibagi
1. Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan
di sekitar sendi
2. Dislokasi Berulang.
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut
dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada
shoulder joint dan patello femoral joint.Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah
tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena
kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
Berdasarkan tempat terjadinya :
1. Dislokasi sendi rahang
- Menguap terlalu lebar
- Terkena pukulan keras saat rahang terbuka,akibatnya penderita tidak dapat
menutup mulutnya
2. Dislokasi sendi rahang
- Pergeseran kaput humerus dari sendi glenuhumeral berada dianterior dan medial
glenoid (dislokasi anterior,posterior,inferior )
3. Dislokasi sendi siku
- Merupakan mekanisme cidera biasanya trejadi pada tangan yang
menyebabkan dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan jelas siku berubah
bentuk dengan kerusakan tonjolan-tonjolan tulang siku
4. Dislokasi sendi jari
- Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan apabila tidak ditolong dg
segara,sendi tersebut akan menjadi kaku kelak.Sendi jari dapat mengalami
dislokasi kearah telapak tangan dan punggung tangan.
5. Dialokasi sendi Methacarpopalangeal dan interphalangeal
- Dislokasi yang disebabkan karena hiperekstensi ekstensi persendian
6. Dislokasi Panggul
- Bergesernya caput femur dari sendi pamggul berada dianterior dan atas
acetabulum(dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan
caput femur menembus acetabulum (dislokasi sentra)
7. Dislokasi Patella
- Paling sering terjadi ke arah lateral.
- Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral
patella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan
- Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara bedah.
2.3 Etiologi
Diakolasi sendi
1. Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah raga
yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan
pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara
tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi
3. Terjatuh
 Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin
 Tidak diketahui
 Faktor predisposisi(pengaturan posisi)
 akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir.
 Trauma akibat kecelakaan.
 Trauma akibat pembedahan ortopedi(ilmu yang mempelajarin tentang tulang
 Terjadi infeksi disekitar sendi.
2.4 Patofisiologi
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus terdorong kedepan
,merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.Kadang-kadang bagian posterolateral
kaput hancur.Mesti jarang prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan
menimbulkan luksasio erekta (dengan tangan mengarah ;lengan ini hampir selalu jatuh
membawa kaput ke posisi da bawah karakoid). Dislokasi terjadi saat ligamen memberikan jalan
sedemikian rupa sehingga tulang berpindah dari posisinya yang normal didalam sendi,karena
terpeleset dari tempatnya maka mengalami macet,selain itu juga mengalami nyeri.Sebuah sendi
yang pernah mengalami dislokasi ligamen-ligamennya menjadi kendor,akibatnya sendi itu akan
mudah mengalami dislokasi lagi.
2.5 Pathway
Etiologi

Cedera Olahraga Trauma Kecelakaan

Terlepasnya kompresi jaringan jar.tulang dari kesatuan sendi

Merusak struktur sendi dan ligamen

Kompresi jaringan tulang yang terdorong ke depan

Merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi

Ligamen memberikan jalan

Tulang berpindah dari posisi yang normal

Dislokasi

Radang Cedera jar.lunak Ekstermitas


Ketidakmampuan menguyah
Ketidak seimbangan nutrisi Spasme Otot Hambatan
Kurang dari kebutuhan tubuh Nyeri akut mobilitas fisik
2.6 Manifestasi Klinis
1. Deformasi pada persendian
Jika sebuah tulang diraba secara sering akan terdapat celah .
2. Gangguan gerakan
Otot-otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut.
3. Pembengkaan
Pembengkan ini bisa parah pada kasus trauma dan dapat menutupi deformitas
4. Nyeri
Sendi bahu,sendi siku,metakarpal palangeal dan sendi pangkal paha servikal
5. Kekakuan
2.7 Komplikasi
Komplikasi Dini :
1). Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot
deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut.
2). Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak.
3). Fraktur disloksi.
Komplikasi Lanjut :
1). Kekakuan sendi bahu : Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan
sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun. Terjadinya kehilangan rotasi
lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi.
2). Dislokasi yang berulang : terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas
dari bagian depan leher glenoid.
3). Kelemahan otot.

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik yang dapat menunjang diagnosa adalah sebagai berikut :

1. Sinar-X (Rontgen)

Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk membantu


menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan adanya pergeseran
sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna putih.
2. CT scan

CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan komputer,
sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara 3
dimensi. Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada
pada tempatnya.

3. MRI

MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan frekuensi radio
tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran
tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada
pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi.

2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dislokasi sendi sebagai berikut :

1. Medis

a . Farmakologi

Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik

 Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala, nyeri
pinggang. Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis: sesudah
makan, dewasa: sehari 3×1 kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul.
 Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang, kondisi
akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri setelah melahirkan.
Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah, agranulositosis, aeukopenia.
Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu 250mg tiap 6 jam.
b . Pembedahan
 Operasi ortopedi
 Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan pada
pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi
arthritis yang mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui
bedah invasif minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan
yang sering dilakukan meliputi:
 Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang
patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang
patah.
 Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup,
plat, paku dan pin logam.
 Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat yang
memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang
besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.
 Ampotasi :penghilang bagian tubuh
 Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak
 Pergantian sendi :pengantian permukaan sendi dengan bahan logam atau
sintetis
 Pengantian sendi total : pengantian kedua permukaan artikuler dalam sendi
dengan logam dan sintetis
2. Non medis

a. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika


dislokasi berat.

b. Dengan RICE (rest, ice, compression, elevation)

R : rest: istrahat

I:ice :kompres

C:compression :kompresi/pemasangan balut tekan

E:elevation:meninggikan bagian diskolasi


BAB III
CONTOH KASUS
Seorang laki-laki bernama Tn. M, usia 47 tahun,agama islam,alamat asrama RST magelang
pekerjaan TNI AD datang ke rumah sakit pada tanggal 4 juli 2017 dengan keluhan utama nyeri
pada bahu kanan dan sebagian lengan atas yang di rasakan setelah mengalami kecelakaan lalu
lintas motor dengan posisi jatuh tengkurap dan lengan kanan menopang badan. Nyeri terus
menerus di rasakan saat tangan di gerakka. Dari hasil pemeriksaan nyeri di sertai pembengkakan
(+),nyeri tekan (+),gerakkan terbatas (+). Ttv Td : 110/70 mmHg,N:72x/menit, RR 24x/Menit,
suhu 36,80c. Gcs E4 V5 M6.
Pemeriksaan tambahan :
Status lokasi : ekstermitas superior bagian proksimal :
Look
Luka : (-)
Eritema :(+)
Edema :(+)
False movenment :(+)
Deformitas /asimetri :(+)
Feel
Tenderness : (+)
Edema : (+)
Krepitasi : (+)
False movenment : (+)
Evaluasi status neurovascular :
- Pulsasi : (+)dbn
- Pain : (+)
- Pallor : (-)
- Paralyze : (-)
- Parestesia : (-)
- Function laesa : (+)
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Anatomi Bahu Dan Lengan Atas
Extermitas superior terdiri dari 5 yaitu :
1. Bahu
Penyambung lengan dengan batang tubuh,dengan clavicula dan scapula sebagai intinya.
2. Lengan Atas
Dengan humerus sebagai intinya dan menghubungkan bahu pada siku
3. Lengan Bawah
Dengan ulna dan radius sebagai intinya dan menghubungkan siku pada pergelangan
tangan.
4. Pergelangan Tangan
Dengan carpus sebagai intinya, menghubungkan lengan bawah pada tangan
5. Tangan
Dengan metacarpus dan phalans sebagai intinya.

4.2 Dislokasi Anterior Bahu

Stabilitas sendi bahu tergantung dari otot-otot dan kapsul tendon yang meningtari sendi bahu.
Sedang hubungan antar kepala humerus dengan cekungan glenoid terlalu dangkal. Karena
susunan anatomi maka mudah untuk mengetahui bahwa sendi bahu adalah sendi yang mudah
untuk mengalami diskolasi. Pada waktu terjadi diskolasi yang pertama terjadi kerusakan atau
avulsi dari fibrokartilage antara kapsul sendi bahu akan mudah mengalami diskolasi ulang bila
mengalami cedera lagi. Hal ini disebut sebagai recurrent.

Ada beberapa macam bentuk diskolasi sendi bahu, yaitu bentuk anterior, bentuk posterior,
bentuk superior,bentuk inferior (luxatioerecta).

4.3 Epidemologi

Dislokasi anterior sering terjadi pada penderita usia muda, kecelakaan lalu lintas, maupun cedera
olahraga.
4.4 Asuhan Keprawatan Dislokasi Sendi Bahu

a) Pengkajian
Nama : Tn. M
Usia : 47 tahun
Jenis kelamin : alaki-laki
Pekerjaan : TNI AD
Alamat : Asrama RST magelang
Tgl MRS: 4 juli 2017
- Keluhan Utama : datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri bahu kanan dan
sebagian lengan atas.
- Riwayat penyakit sekarang :
 Nyeri bahu kanan dan sebagian lengan atas dirasakan setelah mengalami
kecelakaan lalu lintas pada tanggal 4 juli 2017 dengan posis jatuh tengkurap
dan lengan kanan menopang badan.
 Nyeri terus menerus saat tangan di gerakan
 Nyeri disertai pembengkakan (+),Nyeri tekan (+),gerakan terbatas (+)
- Data objektif:
 Keadaan umum : composmentis
 GCS : E4 – V5 – M6
 TTV: TD : 110/70 mmHg, Nadi: 72 x/menit, RR : 24 x/menit, Suhu: 26,80c
- Pemeriksaan
 B1(Breathing) Pernapasan
Tidak ada pengunaan otot bantu
Suara nafas tambahan tidak ada
 B2 (Blood) kardiovasculer
Tekana darah baik
 B3(Brain)
Composmentis (GCS E4V5M6)
 B4(Bladder)
Sistem perkemihan baik
 B5(Bowel)
Baik
 B6(bone)
Pasien tampak lemah
Penurunan fungsi otot
Penurunan refleks tendon
- Penatalaksanan
1. Medis (Farmakologi)
Pemebrian obat-obatan dan anagesik
 Analsik :yang berfungsi untuk mengurangi nyeri otot,kepala,sendi,sakit
pinggang.
Efek samping:agranulalositosis,auekopenia, dosis dewasa: 3x1
kapsul,anak:3 x ½ kapsul
 Bimastan :menghilangkan nyeri ringan atau sedang, akut atau kronik,nyeri
pinggang,sendi dan lain-lain.
Efek samping obat : mual,muntah,agranulalositosis. Dosis dewasa 500 mg
lalu250 mg tiap 6 jam
2. Pembedahan
 Operasi outpendi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan pada
pengendalianmedis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-
kondisi arthritis yangmempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan
bahu melalui bedah inhasi minimal dan bedah penggantian sendi. prosedur
pembedahan yang sering dilakukanmeliputi reduksi terbuka dengan fiksasi
interna atau disingkat ORIF (Open reduction and fixation). Berikut
dibawah ini jenis-jenis pembedahan ortopedi dan indikasinya yang lazim
dilakukan :
-Reduksi terbuka :membuat reduksi dan kesejajaran tulang yang patah
setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi pemajanan tulang yang patah
-Fiksasi Interna : stabilitas tulang patah yang telah direduksi denan skurup.
-graf tulang :pengantian jaringan tulang untuk memperbaiki
penyembuhan,untuk menstabilitas atau menganti tulang yang berpenyakit.
b) Diagnosa Keprawatan
 Nyeri Akut Berhubungan dengan agen penyebab cedera (fisik)
 Hambatan mobilitas fisik behubungan dengan gangguan musculoskeletal
 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan panjang ekstermitas
ditandai dengan perubahan postur tubuh
c) Intervensi
Diagnosa Tujuan dan kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx 1 Setelah dilakukan tindakan -observasi skala nyeri -mengetahui skala
keprawatan selama 1x24 jam -ajarkan teknik distraksi nyeri pasien
diharapkan nyeri berkurang dan relaksasi -mengalihkan fokus
atau teratasi -observasi ttv pasien dari nyeri
KH: -kolaborasi pemberian -pemebrian
-nyeri berkurang/terkontrol 1- analgesik analgesik
3 mengurangi nyeri
-pasien tidak gelisah
-tanda-tanda vital normal
Dx 2 Setelah diberikan asuhan -observasi keadaan -menunjukan tingkat
keperawatan 1x24 jam umum (tingkat mobilitas pasien dan
diharapkan pasien dapat mobilitas dan kekakuan menentukan
melakukan mobilisasi dengan otot) intervensi
teratur -ajarkan Rom aktif selanjutnya
KH: -pengaturan posisi -mempertahankan
-klien mengatakan dapat -berikan bantuan atau meningkatkan
melakukan pergerakan perawatan kekuatan dan
dengan bebas diri:berpindah ketahanan otot
-gerakan pasien terkoordinir -meningkatkan
-pasien dapat melakukan kesejahteraan
aktivitas dengan mandiri fisiologi dan
psikologi
-membantu individu
mengubah posisi
tubuhnya
Dx 3 Setelah diberikan asuhan -kaji konsep diri pasien -dapat mengetahui
keperawatan 1x24 jam pasien -kembangkan BHSP pasien
dapat mengatasi body image -bantu pasien -menjalin saling
mengungkapkan percaya pada pasien
maslahnya -menjadi tempat
-bantu pasien mengatasi bertanya pasien dan
masalahnya mengungkap
masalahnya
-mengetahui masalah
pasien dan
memberikan solusi

d) Implementasi
diagnosa Implemetasi
Dx 1 -observasi skala nyeri
-observasi ttv
-ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
-kolaborasi pemebrian analgesik
Dx 2 -observasi keadaan umum
-berikan latihan Rom aktif
-anjurkan pengunana alat bantu jika diperlukan
-monitor tonus otot

Dx 3 -kaji konsep diri pasien


-kembangkan BHSP
-bantu pasien mengungkapkan masalahnya
-bantu pasien mengatasi masalahnya

e) Evaluasi
Diagnosa Evaluasi
Dx 1 S: pasien mengatakan sudah lebih rileks
O: pasien tidak terlihat meringis nyeri
A: masalah dapat teratasi
P: Intervensi dihentikan
Dx 2 S: pasien sudah bisa jalan-jalan dengan kruk
O: tekana darah sudah 120/80 mmHg
A:masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Dx 3 S:pasien dapat menerima kondisi saat ini
O:pasien mulai tampak percaya diri dengan
kondisi saat ini
A:masalah teratasi sebagian
P: Intervensi di lanjutkan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Jadi, dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.&islokasi ini
dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruhkomponen tulang
dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Sebuah sendi yangligamen-ligamennya
pernah mengalami dislokasi, biasanya menjadi kendor. Akibatnya sendiitu akan gampang
mengalami dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula patahtulang, pembetulannya
menjadi sulit dan harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin a"alusaha pengembalian sendi
itu dikerjakan, semakin baik penyembuhannya.

5.2 Saran

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang memba#anya.&an penulis
juga berharap dapat menerima saran dan kritik dari para pemba#a yang dapatmembangun untuk
kesempurnaan makalah ini selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Aston, J N. 1999. Kapita Selekta Traumatologik dan Ortopedik. Jakarta : EGC.


Betz, Cecily l. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC

Brunner, Suddarth, (2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3, EGC :
Jakarta

Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan,
EGC : Jakarta

Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.2012.Jakarta :


EKG

Anda mungkin juga menyukai