Abtract - The purpose of this research is to show the construction of the political infrastructure of the
Golkar Party in building the leadership of Airlangga Hartarto as a presidential candidate for the
Republic of Indonesia in 2024. The subjects of the research are the 1957 Kosgoro cadres who are the
members of the Whatsapp PPK Kosgoro 57 group for the 2021-2026 term of service. The research
approach uses a constructivist with qualitative descriptive method. The results show that the political
infrastructure of the Golkar Party with a national platform has a strategic positioning in all circles.
Airlangga, as a statesman, has strongly built his leadership capacity and capability in the momentum
of overcoming COVID-19 and the decisions of reviving national economic. Another infrastructure is
that Golkar's interest group. They are practitioners, businessmen, intellectuals who are loyal to
Pancasila. Similarly, the pressure group, which was initiated from the campus, through the socialization
of the Tri Dharma Kosgoro: Devotion, People, Solidarity. The infrastructure that is still felt weak is the
political media.
Keywords: political infrastructure, social media construction, presidential candidate 2024
Abstrak - Tujuan penelitian adalah ingin menunjukkan konstruksi infrastruktur politik Partai Golkar
dalam membangun ketokohan Airlangga Hartarto sebagai calon presiden RI 2024. Subjek penelitian
adalah para kader Kosgoro 1957 yang tergabung dalam grub Whatsapp PPK Kosgoro 57 masa bakti
2021-2026. Pendekatan penelitian menggunakan konstruktivis dengan metode deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa infrastruktur politik Partai Golkar dengan platform kebangsaan
memiliki positioning strategis di semua kalangan. Airlangga sebagai negarawan, secara kuat terbangun
kapasistas dan kapabilitas kepempinannya dalam momentum penanggulangan COVID-19 serta
keputusan-keputusan pembangkitan ekonomi yang konsisten. Infrastruktur lain adalah kelompok
kepentingan yang dimiliki Golkar merupakan praktisi, pengusaha, intelektual yang setia pada Pancasila.
Demikian pula kelompok penekan, yang sudah dirintis dari kampus, melalui sosialisasi Tri Dharma
Kosgoro: Pengabdian, Kerakyatan, Solidaritas. Adapun infrastruktur yang masih dirasakan lemah
adalah media politik.
Kata kunci: infrastruktur politik, konstruksi media sosial, kandidat presiden 2024
demikian, jarak komunikasi itu menjadi setelah mereka terpolarisasi dalam cebong
sangat dekat tanpa sekat. dan kampret pada Pemilu 2019. Sentimen
Pembicaraan politik tidak lagi yang terlahir masih terlalu dalam untuk
menjadi konsumsi politisi, tetapi juga oleh terhapus begitu saja, meskipun para calon
siapapun, akibat akses informasi politik presiden yang membuat situasi polar itu,
demikian intensif dan masif. Untuk itu, kini sudah menyatu, sama-sama menduduki
kelompok masyarakat atau komunitas sosial posisi strategis, yang sama sekali
sangat dimungkinkan mengonstruksi meniadakan nuansa perseteruan. Agaknya,
apapun secara rasional meskipun terkadang Pilpres 2024 sudah mendewasakan publik
irasional. Di dalam “grub” tersebut juga untuk tidak mengonstruksi apapun dalam
terjadi dinamika, dalam bentuk perdebatan posisi kawan versus lawan. Dari sinilah,
bahkan fokus grub diskusi yang terus pembicaraan tokoh-tokoh alternatif menjadi
berkembang dari hari ke hari, atau bahkan kian menarik, apalagi posisi incumbent
dari jam ke jam sesuai dengan yang memang sudah harus tergantikan.
membanjirnya informasi dari berbagai Pada sisi lain, di antara banyaknya
platform media. kasus korupsi, kolusi dan nepotisme serta
Di lain pihak, Pilpres 2024 yang kroniisme, tokoh yang masih dianggap
relatif masih jauh, dalam berbagai ranah, “bersih” tentu menjadi idola netizen,
kini justru dianggap demikian dekat, demikian pula bagi kalangan milenial
sehingga publik juga sudah berpikir tentang terdidik, wacana tersebut kemudian juga
pasangan ideal, pasangan yang harus berkembang sampai pada terminologi
diabaikan sampai pada tokoh-tokoh leadership. Untuk soal yang satu ini, sangat
alternatif yang terus dikembangkan dengan terkait dengan impression management,
berbagai tanggapan. Artinya, dalam yang sangat dipengaruhi oleh strategi
persoalan Pilpres, dukungan rakyat komunikasi politik. Meskipun komunikasi
terhadap proses politik lebih tertuju pada politik dipahami oleh sebagian orang hanya
figur, dibanding platform partai. sebagai “pekerjaan” politisi yang tidak
Bagaimanapun, demikian gencarnya merepresentasikan apapun, namun
pemberitaan konsolidasi, koalisi, ataupun berdasarkan animo masyarakat yang terus
konspirasi sampai korupsi, semakin memasang-masangkan antartokoh, menjadi
meningkatkan kesadaran publik bahwa tanda bahwa sesungguhnya masyarakat
berbicara tentang tokoh, jauh lebih menarik masih berharap dan tidak kehilangan
dibanding platform partai. Partai bisa jadi ketertarikan terhadap teka-teki perjalanan
tidak menjanjikan apa-apa, tetapi figur kepemimpinan bangsa ke depan.
sangat berperan dalam kebijakan ekonomi, Di lain pihak, formasi
politik, sosial. Hal itu bisa terlihat dari kepemimpinan baru tentu membangkitkan
fenomena terkini pemerintahan, yang harapan baru. Impian masyarakat tentang
banyak tergantung dari kapasitas dan corporate governance yang profesional dari
kapabilitas Presiden Jokowi, meskipun jajaran tertinggi sampai pemerintahan
klaim sebagai “petugas partai” kerapkali terendah, sebenarnya menjadi isu yang
dilontarkan oleh Ketua Umum PDI timbul tenggelam. Bagi sebagian
Perjuangan, Ibu Megawati. masyarakat, wacana lahirnya figur
Tidak dapat dipungkiri bahwa pemberantas korupsi, terus menjadi
stigma yang menyatakan jika partai politik dambaan sekaligus paralel dengan
hanya sebagai “panggung” bagi aktor-aktor keputusasaan. Fenonema pandemi COVID-
di dalamnya, tidaklah berlebihan. Pilpres 19 yang masih juga diwarnai dengan
2024 agaknya menjadi pelajaran politik banyaknya kasus korupsi, tentunya semakin
yang sangat berharga bagi masyarakat, meyakinkan rakyat, bahwa arus atas dan
arus bawah dalam bernegara berada pada kader lainnya, yakni Airlangga Hartarto,
jarak yang sangat jauh. Kesejahteraan para yang sekarang dipercaya menjadi Menteri
pemimpin sangat tidak sebanding dengan Koordinator Bidang Perekonomian
porsi kinerja. Di sisi lain, rakyat seakan sekaligus Ketua Umum DPP Partai Golkar.
terus menerima imbas beban, akibat Tidak berhenti sampai di situ, kader
anggaran operasional para pejabat yang Kosgoro 1957 lainnya, Zaenudin Amali
mewakilinya. Laporan kekayaan para juga dipercaya sebagai Menteri Pemuda dan
pejabat yang sangat fantastis, kerapkali Olah Raga. Masih ada lagi, Jefry Sambuaga
melahirkan sikap antipati golongan sebagai Wakil Menteri Perdagangan. Hal ini
masyarakat tertentu. Terkait dengan memiliki makna bahwa Kosgoro 1957
fenomena ini, tentunya komunikasi politik memiliki porsi terbesar dalam “memainkan
semestinya ditunjukkan dalam kondisi yang peran” politik di panggung depan, yakni
“menyejukkan”, agar motivasi rakyat tetap panggung politik Partai Golkar,
terbangun, simpati dan empati sebagai dibandingkan organisasi serumpun,
modal strategis pembangun citra tokoh misalnya MKGR (Musyawarah
dapat dimaksimalkan. Kesadaran inilah Kekeluargaan Gotong Royong), SOKSI
yang kemudian berkaitan dengan (Sentral Organisasi Karyawan Swadiri
kompetensi seorang tokoh dalam mengelola Indonesia), AMPI (Angkatan Muda
gaya komunikasi politiknya. Pembaharuan Indonesia), dan lain-lain.
Mengerucut pada lingkup yang lebih Berdasarkan penggambaran
sempit, yakni elemen-elemen politik, yang tersebut, maka topik “Infrastruktur Politik
antara lain adalah partai politik dan para Menuju Pilpres 2024 dalam Konstruksi
politisi di dalamnya. Dalam lingkar kecil Media Sosial” memiliki korelasi
itupun selalu terjadi dinamika dan dialektis. momentum dan lokus yang menurut peneliti
Berbicara prestasi politik Partai Golkar, sangat manarik. Media sosial yang
tidak terlepas dari prestasi politik organisasi dimaksud adalah grub WhatsApp PPK
massa Kosgoro 1957, ormas pendiri Partai Kosgoro57 masa bakti 2021 – 2026. Inilah
Golkar yang mumpuni. Organisasi ini telah yang menjadi batasan objek penelitian,
mampu menyumbangkan pikiran-pikiran percakapan-percakapan politik antarkader,
strategis sekaligus implementasi efektif yang di dalamnya juga terdapat beberapa
dalam merealisasikan program-program pejabat aktif, yang secara langsung masih
politik partai berlambang beringin itu. memiliki peran terhadap jalannya
Dalam dinamika historisnya, pemerintahan serta Pilpres 2024 sangat
Kosgoro 1957 pernah dilanda kemelut dialektis. Adapun batasan konstruksi adalah
perpecahan. Berkat kedewasaan para pucuk ketokohan dan kepemimpinan Airlangga
pimpinan masing-masing, konflik tersebut Hartarto dan eskalasi konstruksi yang
dapat diatasi. Semua fihak dapat semakin meningkat di bulan Juni 2021,
dipersatukan kembali, sehingga Kosgoro akibat keputusan dan kebijakan strategis
1957 berhasil menjadi solid. Eksistensi negara, khususnya ekonomi dan
Kosgoro 1957 tidak terlepas dari figur besar penanggulangan pandemi COVID-19.
A.R. Agung Laksono yang kini masih Dengan demikian, batasan analisis juga
menjabat sebagai Anggota Dewan dibatasi pada percakapan (chat) pada bulan
Pertimbangan Presiden (Wantimpres). Juni 2021 pada grub WhatsApp PPK
Jabatan ini tentu merupakan kehormatan Kosgoro57 masa bakti 2021 – 2026.
bagi Kosgoro 1957, terlebih lagi Agung Adapun dasar teori yang digunakan
Laksono terpilih juga sebagai Ketua Dewan adalah komunikasi politik. Menurut Damsar
Pakar Partai Golkar hingga sekarang. Nama (2013: 207) dan (Larasati, 2018),
Kosgoro 1957 juga dilambungkan oleh komunikasi politik merupakan proses
yang mengandung keterangan, memberikan dan sosialisasi. Semua proses ini akan
kebenaran dan keadilan, menyebutkan menjadi prosedur pembahasan hasil
konflik yang hangat dan mendidik penelitian. Dalam hal ini, pada objek
masyarakat. penelitian didapatkan representasi-
Informasi atau gosip yg ditayangkan representasi dari konsep konstruksi realitas
di media massa diliput oleh seseorang yg model Berger dan Luckman, terutama
memang berprofesi menjadi jurnalis serta terhadap seorang figur dan korelasinya
telah melalui gatekeeper dan juga dikontrol dalam kontestasi Pilpres 2024.
oleh banyak sekali lembaga penyiaran. oleh Adapun penelitian deskriptif
karena itu mengapa media massa sedikit ditujukan untuk mendeskripsikan
lamban dalam menyajikan gosip. fenomena-fenomena yang ada, baik
fenomena alamiah maupun fenomena
Metode Penelitian buatan. Fenomena itu bisa berupa bentuk,
Pendekatan penelitian yang aktivitas, karakteristik, perubahan,
digunakan adalah konstruktivis dengan hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara
metode deskriptif. Konstruktivis yang fenomena yang satu dengan fenomena
dimaksud didasarkan atas teori konstruksi lainnya (Sukmadinata, 2006: 72).
sosial realitas dari Berger dan Luckman, Fenomena alamiah dari Pilpres, yakni
yang mencakup eksternalisasi, objektivasi perubahan kepemimpinan akibat proses
dan internalisasi, termasuk di dalamnya pergantian yang harus diterima dan dijalani,
legitimasi, institusionalisasi dan sosialisasi. dilanjutkan dengan infrastruktur politik
Jadi, objek penelitian adalah chat whatsapp sebagai fenomena buatan para aktor dengan
selama bulan Juni 2021, yang dilihat dari berbagai ragam kapasitasnya,
sisi konstruksi sosial realitas model Berger dideskripsikan kemudian diklasifikasikan
dan Luckman. dalam bahasa-bahasa konstruktif, sesuai
Konstruksi realitas Berger dan dengan topik penelitian.
Luckman dalam praktik komunikasi
merupakan proses simultan sebagai berikut:
a) Eksternalisasi, oleh karena individu ingin
eksis, terlibat, kompromistis, menyesuaikan Hasil dan Pembahasan
positioning dengan luaran; b) Objektivasi, Eksternalisasi
oleh karena individu berusaha Fenomena Pemilu 2024 yang
menghasilkan produksi sosial tertentu melahirkan banyak sekali spekulasi, diikuti
sebagai akibat dari interaksi dengan oleh banyaknya figur alternatif, sangat
individu lain, serta berusaha mencapai berpengaruh pada divergensi pemikiran
idealisme dalam ranah intersubjektif; c) masyarakat. Sayangnya, di tengah
Internalisasi, oleh karena individu merebaknya divergensi tersebut, PDI
kemudian terus mengidentifikasi dirinya Perjuangan yang selalu terdepan dalam
dengan luaran-luaran yang telah survei, terdepan pula mengemukakan
terobjektivasi atau bahkan terinstitu- konsep Pilpres yang diharapkan hanya akan
sionalisasi. diikuti oleh dua pasang calon
Berger dan Luckmann menyatakan (OkeZone.com, Sabtu, 29 Mei 2021: 17.00
bahwa ‘manusia adalah makhluk WIB). Bagi para komunikator politik PPK
konservatif yang memiliki kecenderungan Kosgoro 1957 masa bakti 2021 – 2026, hal
meripitasi tindakan dan cenderung mencari ini tentu menciptakan berbagai enigma.
keselarasan dan keamanan dalam hidup’. Terlebih lagi wacana yang menguat
Dengan demikian, tiap realitas dianggap terhadap pencalonan Puan Maharani juga
sebagai proses institusionalisasi, legitimasi, terasa makin gencar. Artinya, sama sekali
tidak menyinggung Partai Golkar yang populer, seperti Prabowo, Anies Baswedan,
merupakan representasi Kosgoro 1957 Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo, Puan
dalam Pilpres 2024. Maharani, serta beberapa tokoh lain,
Selanjutnya diperkuat oleh makin termasuk Agus Harimurti Yudhoyono terus
eratnya hubungan antara PDI Perjuangan mendapatkan tempat di hati publik, melalui
dan Partai Gerindra. Keduanya selalu konstruksi sosial media massa. Di antara
teratas dalam survei, sehingga tokoh-tokoh tersebut tentunya secara
memunculkan anggapan bahwa Partai struktural, Anies Baswedan sangat
Golkar tidak sedang diperhitungkan. diperhatikan oleh kader Kosgoro 1957
Pembacaan terhadap proyek pengadaan mengingat peta politik yang harus
alutsista Departemen Pertahanan dan menjadikan Partai Golkar dapat independen
perolehan gelar Profesor Kehormatan dari dapat diwujudkan, karena Anies bukan
Universitas Pertahanan tentunya menjadi calon yang banyak disinggung oleh PDI
penguat bahwa kristalisasi politik akan Perjuangan. Secara tersirat, konstruksi
mengerucut pada dua kekuatan besar partai kedewasaan politik Partai Golkar sangat
politik yang unggul versi beberapa survei. terbangun. Loyalitas pada pemerintahan
Namun demikian, kondisi eksternal ini tidak Jokowi sangat konsisten, tidak terpengaruh
lantas mencipatakan anggapan “kecemasan oleh konstruksi yang dibangun PDI
politik” mengingat rentang waktu 2024 Perjuangan, sehingga komunikasi politik
yang masih relatif jauh. Partai Golkar lebih antara Partai Golkar dengan PDI
memilih konstruksi kepemimpinan Perjuangan juga tetap kondusif, solid dalam
Airlangga Hartarto yang tengah mendukung kebijakan pemerintahan,
berkonsentrasi penuh terhadap terutama dalam menangani pandemi
penanggulangan COVID-19 serta paralel COVID-19.
dengan penyelamatan ekonomi nasional. Selain itu, terdapat pula pengamatan
Meskipun Airlangga juga dikritik, terhadap “konflik” dalam tubuh PDI
antara lain oleh salah seorang Ekonom, perjuangan, yakni konflik antara Ganjar
bahwa langkah penanggulangan COVID-19 Pranowo dengan Puan Maharani juga
tidak seharusnya paralel dengan menjadi pembicaraan beberapa hari.
penanggulangan krisis ekonomi, tetapi Meskipun diliput secara luas oleh media,
secara cepat figur Airlangga sebagai Menko tetapi bagi kader Kosgoro 1957 hal itu
Perekonomian mampu menjawab dengan dianggap sebagai dinamika politik semata.
langkah-langkah strategis, antara lain Tidak terlalu didiskusikan, apakah hal
dengan gencarnya vaksinasi, bantuan tersebut bagian strategi politik atau konflik
UMKM, sejumlah kebijakan perbaikan yang memang benar-benar terjadi secara
birokrasi investasi, diikuti pemantauan mendadak. Hal ini tentu mengingat Pilpres
pandemi COVID-19 secara masif. Dengan 2024 yang masih jauh dan konstruksi capres
demikian, dapat terlihat bahwa kepercayaan yang akan terus berdinamika, sebagaimana
pemerintah terhadap kinerja dan upaya pemilihan umum sebelumnya. Melihat hasil
Airlangga tidak bergeser. Inilah konstruksi survei, para kader Kosgoro 1957 juga tidak
eksternal yang juga banyak “ditangkap” terlalu menanggapi ranking Partai Golkar
oleh para kader sebagai “tangga sebagai hal preseden buruk, tetapi lebih
kepantasan” bahwa Airlangga dapat banyak ditanggapi sebagai kekayaan
dijadikan tokoh alternatif dalam Pilpres evaluatif yang jika benar dapat dijadikan
2024. masukan untuk perbaikan, dan jika salah,
Di lain pihak, tidak seperti Pilpres juga harus ditindaklanjuti sebagai
sebelumnya, calon-calon alternatif, relatif pemahaman positioning partai.
muda, memang banyak tampil. Nama-nama
karakter yang sama sekali berbeda dengan pilihan bulat sebagai calon presiden, tetapi
hal serupa di negara lain. Partai pemenang harus melalui proses “seleksi alam” yang
pemilu hasil pemilihan legislatif belum masih panjang.
tentu menjadi pemenang dalam pemilihan
presiden dan wakil presiden. Meskipun Institusionalisasi
secara teoritis tidak banyak disampaikan Dorongan untuk
dalam chat, tetapi konsep presidensial yang menginstitusionalisasi Airlangga sebagai
“berbeda” tersebut secara implisit banyak capres 2024 terus menguat di sepanjang
dikonstruksi sebagai formulasi demokrasi perbincangan. Pertimbangan-pertimbangan
yang sesuai dengan Indonesia. yang dapat diidentifikasi antara lain adalah:
Kritik yang banyak dilontarkan oleh Pertama, penyesuaian diri, yakni figur yang
para kader adalah hasil pengamatan mereka mudah menyesuaikan diri, terutama
terhadap wacana demokrasi representatif. kemampuan adaptif dalam menyambut era
Demokrasi tetap harus merupakan revolusi industri 4.0 dan society 5.0.
representasi dari kedaulatan rakyat, oleh Kemampuan personal dalam menyesuaikan
karena itu, Kosgoro 1957 dan Partai Golkar diri tersebut sudah teruji, antara lain tampak
masih berkeyakinan bahwa penguasaan pada (a) usia kepemimpinan, yaitu sejak
kebijakan publik sebagai tanggung jawab periode Presiden Jokowi dalam dua periode
politik terhadap konstituen merupakan kepemimpinannya, serta dukungan kuat
aspek normatif guna mewujudkan organisasi massa Kosgoro 1957; (b) usia
demokrasi representatif (representative organisasi Partai Golkar, yaitu track record
democracy). Demokrasi tersebut tidak suatu organisasi yang terbukti mampu
diperbolehkan mengarah pada konsep mengatasi masalah suksesi dengan luwes.
kekuasaan yang dijalankan secara Kedua, kesederhanaan konsep pemikiran
pragmatis, hanya berorientasi pada Airlangga, yang selalu mudah diikuti dan
kepentingan personal, ideologis dan konkret tahap-tahapnya. Ketiga, otonomi,
primordial. (Hakim, Abdul dan Redi Airlangga tidak tergantung pada kelompok
Panuju, Oktober 2019). Sebagai kumpulan sosial dan metode perilaku tertentu. Dan
dari tokoh-tokoh plural, Kosgoro 1957 dan keempat, kemampuan dalam mengelola
Partai Golkar banyak menyatakan organisasi internal, hubungan antarpartai
ketidaksetujuan terhadap praktik-praktik dan peran sinergis dalam sistem politik.
politis yang mengarah pada salah satu Kelima, Airlangga memiliki kesalehan
elemen tersebut. struktural dan kesalehan kultural.
Legitimasi yang dibangun pada Maksudnya adalah kepatuhan Airlangga
kahirnya mengerucut pada figur Airlangga pada proses dan prosedur organisasi serta
yang sama sekali tidak tampak sebagai aktor menjunjung tinggi etika komunikasi,
ambisius dalam memperoleh kepentingan, sekaligus merepresentasikan kesantunan
kekuasaan dan konflik. Dalam banyak dan keramahan bangsa Timur.
kesempatan, tampilnya Airlangga sebagai
wakil pemerintah sama sekali tidak Sosialisasi
mengundang potensi konflik. Pro kontra Infrastruktur politik secara simultan
tentang hasil kebijakan memang ada, dan menjadi materi yang terus mengkristal pada
hal tersebut sulit dihindari, tetapi agregasi figur Airlangga sebagai calon presiden
politik di depan presiden, Airlangga justru 2024. Meskipun langkah komunikasi masih
selalu mampu, tampil secara meyakinkan sebatas secara internal, tetapi para kader
sebagai figur pemersatu. Modal ini memang memiliki kesepakatan untuk kemudian
disadari tidak secara instan melahirkan efek merencanakan dan merumuskannya dalam
kausalitas, bahwa Airlangga merupakan bentuk strategi komunikasi pemsaran
politik. Sayangnya, konstruksi ini belum dukungan terhadapnya, justru menjadi hal
sampai pada konsensus secara massal dan positif yang dianggap sangat konstruktif
terbuka. Para kader sama sekali belum terhadap gaya komunikasi politik ideal dari
menyuarakan keyakinan politis ini kepada seorang figur pemimpin.
pihak eksternal, selain anggota grub saja.
Hal ini tidak luput dari tokoh-tokoh Internalisasi
tertinggi Kosgoro 1957 dan Partai Golkar Berdasarkan proses-proses
yang sama sekali belum mengeluarkan konstruksi tersebut, proses internalisasi
pernyataan politis, berkaitan dengan mengarah pada konsolidasi. Oleh karena itu
pencalonan ataupun menyambut aspirasi sepanjang masa pandemi, konsolidasi
melalui tindak lanjut tertentu. dalam bentuk kunjungan para pimpinan
Ketua Dewan Pakar Partai Golkar, ormas Kosgoro 1957 dan Partai Golkar
Agung Laksono dan Ketua Umum Kosgoro demikian masif, dari satu daerah ke daerah
1957, Dave Laksono, serta Airlangga yang lain. Bagaimanapun semua kader
Hartarto sendiri selaku Ketua Umum Partai meyakini bahwa infrastruktur politik adalah
Golkar terkesan tidak ikut dalam kelompok kepentingan yang sudah
pembicaraan. Meskipun mereka terbangun sejak lama dan tersebar di seluruh
mengetahui dinamika pemikiran para kader Indonesia. Komunikasi interpersonal
dalam obrolan grub, demikian intensif, menjadi alat perekat hubungan antara pusat
tetapi para tokoh yang disebutkan seakan dan daerah maupun cabang di bawahnya,
tidak tertarik untuk menanggapinya lebih agar trust kelompok kepentingan terus
jauh. Airlangga justru menyatakan dengan dapat dibangun sinergitasnya.
tegas bahwa konsentrasi kepemimpinannya Oleh karena percakapan dalam chat
masih terfokus pada pemulihan ekonomi lebih bersifat obrolan, maka perihal teoritis
dan penanggulangan penyebaran COVID- sebagai representasi suprastruktur politik,
19. Artinya, para pimpinan menganggap yakni fungsi yudikatif, legislatif dan
bahwa persoalan Pilpres 2024 belum eksekutif sudah tidak lagi banyak
penting untuk dikristalisasi. disinggung, bahkan sangat minor, berbeda
Secara sementara, didapatkan dengan infrastruktur politik. Secara umum,
gambaran bahwa gaya komunikasi politik infrastruktur politik terdiri dari: partai
berlangsung dalam dua layer, yakni arus politik, kelompok kepentingan, kelompok
atas dan arus bawah, yakni para kader yang penekan dan media komunikasi politik.
terus menyuarakan pencalonan Airlangga Media komunikasi politik yang
sebagai capres dan sikap Airlangga sendiri merupakan bagian kekurangan Airlangga,
di tengah pandemi COVID-19. Dikotomi jika dibandingkan dengan Hari Tanoe
arus ini ternyata justru menambah misalnya, tidak banyak dijadikan bahan
keyakinan arus bawah, bahwa Airlangga obrolan juga. Berbeda dengan infrastruktur
merupakan figur yang sesuai memimpin lainnya, yakni tokoh politik, kelompok
Indonesia. Optimisme kader terhadap penekan, kelompok kepentingan, dan
kemampuan pemerintah untuk keluar dari partai politik. Pembicaraan tokoh politik
krisis akan segera terwujud, dan figur yang paling dominan adalah Agung
Airlangga semakin mendapatkan tempat Laksono sebagai tokoh lintas era, sejak
untuk maju dalam kontestasi politik 2024. Orde Baru sampai sekarang yang kemudian
Pandemi akan menjadi pembuka jalan dilanjutkan dengan putra biologis
kepahaman publik terhadap kapasitas dan sekaligus ideologis beliau, Dave Laksono,
kapabilitas Airlangga Hartarto sebagai yang belum lama menggantikan posisi
capres. Gaya “diam” Airlangga yang tidak ayahandanya sebagai Ketua Umum
emosional responsif dalam menanggapi Kosgoro 1957.