PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gigi dan mulut merupakan investasi bagi kesehatan seumur
hidup.Peranannya cukup besar dalam mempersiapkan zat makan sebelum absorbs
nutrisi pada saluran pencernaan,disamping fungsi psikis dan sosial(Tampubolon,
2005). Gigi yang sehat tidak cukup hanya rapi dan putih saja, harus didukung oleh
gusi,akar dan tulang pendukung yang sehat.Gigi berfungsi dengan baik bila dalam
keadaan sehat, sebaliknya gigi dan mulut yang tidak sehat akan menimbulkan
masalah (Pintauli, 2008).
1
menahan rangsangan sehingga jumlah sel pulpa yang rusak menjadi semakin
banyak dan menempati sebagian besar ruang pulpa. Sel-sel pulpa yang rusak
tersebut akan mati dan menjadiantigen sel-sel sebagian besar pulpa yang masih
hidup. Proses terjadinya gangren pulpa diawali oleh proses karies.
2
B. BATASAN TOPIK
Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang di
bahas dibatasi pada masalah:
1. Apa itu gigi busuk?
2. Apa saja jenis-jenis pembusukan gigi?
3. Apa gejala dan tanda-tanda dari pembusukan gigi?
4. Apa penyebab terjadinya pembusukan gigi?
5. Apa yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya pembusukan
gigi
6. Bagaimana perawatan gigi busuk?
3
BAB II
PEMBAHASAN
B. GANGREN PULPA
4
Gangrene pulpa adalah keadaan gigi dimana jaringan pulpa sudah
mati sebagai system pertahanan pulpa sudah tidak dapat menahan
rangsangan sehingga jumlah sel pulpa yang rusak menjadi semakin
banyak dan menempati sebagian besar ruang pulpa. Sel-sel pulpa yang
rusak tersebut akan mati dan menjadi antigen sel-sel sebagian besar pulpa
yang masih hidup.4
Perjalanan gangrene pulpa dimulai dengan adanya karies yang
mengenai email (karies superficialis), dimana terdapat lubang dangkal,
tidak lebih dari 1mm. selanjutnya berproses menjadi karies pada dentin
(karies media) yang disertai dengan rasa nyeri yang spontan pada saat
pulpa terangsang oleh suhu dingin atau makanan yang manis dan segera
hilang jika rangsangan dihilangkan. Karies dentin kemudian beranjut
menjadi karies pada pulpa yang didiagnosis sebagai pulpitis. Pada
pulpitis terdapat lubang lebih dari 1 mm. pada pulpitis terjadi peradangan
kamar pulpa yang berisi saraf, pembuluh darah dan pembuluh limfe
sehingga timbul rasa nyeri yang hebat, jika proses karies berlanjut dan
mencapai bagian yang lebih dalam (karies profunda). Maka akan
menyebabkan terjadinya gangrene pulpa yang ditandai dengan perubahan
warna gigi terlihat berwarna kecoklatan atau keabu-abuan, dan pada
lubang perfurasi tersebut tercium bau busuk akibat dari proses
pembusukan toksik kuman.5
C. NEKROSIS PULPA
5
disini terdapat bagian yang larut, mengendap dan berubah menjadi
bahan yang padat.8
dapat juga disebut sebagai kematian jaringan pulpa dalam keadaan
kering atau padat. Jumlah kuman, virulensi dan patogenitasnya kecil.
Sehingga tidak member respon terhadap tes dingin, panas, tes vitalitas
ataupun tes kavitas. Tes membau tidak jelas.4
2. Tipe liquefaction
Enzim proteolitik mengubah jaringan pulpa menjadi suatu bahan
yang lunak atau cair.8
Dapat juga disebut sebagai kematian jaringan pulpa dalam keadaan
basah. Tes membau positif. Jumlah kuman, terutama bakteri anaerob
cukup banyak. Member respon positif terhadap tes panas atau tes vitalitas
karena terjadi konduksi melalui cairan dalam pulpa menuju jaringan vital
didekatnya.4
6
maka proses demineralisasi telah berhenti yaitu jika kebersihan mulut
membaik. Spot ini disebut stain dan dapat dibersihkan. Sebaliknya, spot
kecoklatan yang buram menunjukkan proses demineralisasi yang sedang
aktif.10
3. Jika kerusakan telah mencaai dentin, biasanya mengeluh sakit atau
timbul ngilu setelah makan atau minum manis, asam, panas, dingin.
Apabila pasien mengeluh rasa sakit bukan hanya setelah makan saja,
berarti kerusakan gigi sudah mencapai pulpa. Kerusakan pulpa yang akut
akan terjadi apabila keluhan sakit gigi terus-menerus yang akhirnya
mengganggu aktivitas sehari-hari.10
A. GANGREN RADIKS
1. Akar gigi masih ada
2. Tidak ada bifurkasi
3. Biasanya disertai dengan gingivitis.4
B. GANGREN PULPA
1. Gejala yang didapat dari pulpa yang gangrene bisa terjadi tanpa
keluhan sakit
2. Terjadi perubahan warna gigi, dimana gigi terlihat berwarna
cokelat atau keabu-abuan.
3. Pada luang perforasi tercium bau busuk
4. Gigi akan memberikan rasa sakit apabila penderita minum atau
makan benda yang panas yang menyebabkan pemuaian gas dalam
rongga pulpa tersebut yang menekan ujung saraf gigi sebelahnya
yang masih vital.4
C. NEKROSIS PULPA
NEKROSIS KOAGULASI
Gejala :
1. Tidak ada keluhan, kecuali dari segi estetis (terutama gigi depan)
7
2. Gigi berubah warna menjadi lebih suram
Tanda klinis :
NEKROSIS LIQUEFACTION
Gejala :
1. Bau tidak enak
2. Kadang-kadang sakit jika dipakai mengunyah
3. Bila makan panas kadang-kadang terasa sakit
4. Warna berubah
Tanda klinis :
Faktor Etiologi
8
Ada 3 faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau
tuan rumah, agent atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah
faktor waktu. Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor harus
saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikrooorganisme yang
kariogenik, substrat yang sesuai dengan waktu yang lama.11
9
dan bahan organik 2 %. Bagian luar enamel mengalami mineralisasi yang
lebih sempurna dan mengandung banyak flour, fosfat dan sedikit karbonat
dan air. Kepadatan Kristal enamel sangat menentukan larutan enamel.
Semakin banyak enamel yang mengandung mineral maka Kristal enamel
semakin padat dan enamel akan semakin resisten. Gigi susu lebih mudah
teserang karies dibanding gigi tetap hal ini disebabkan karena enamel gigi
susu mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah
mineralnya lebih sedikit daripada gigi tetap. Selain itu secara kristalografis
kristal-kristal gigi susu tidak sepadat gigi tetap. Mungkin alasan ini
menjadi salah satu penyebab tingginya prevalensi karies pada anak-anak.11
10
Factor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak
karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme
yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi
metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang
diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang
menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian menunjukan bahwa
orang yang banyak mengkonsumsi karbohidrat terutama sukrosa
cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang
dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit
atau sama sekali tidak memiliki karies gigi. Hal ini untuk menunjukan
bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya karies.11
D. Faktor Waktu
Faktor Risiko
A. Penggunaan Flour
11
B. Oral Hygiene
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu komponen dalam
pembentukan karies adalah plak. Insiden karies dapat dikurangi dengan
melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari permukaan gigi,
namun banyak pasien yang tidak melakukan secara efektif. Peningkatan
oral hygiene dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembersih
interdental yang di kombinasi dengan pemeriksaan gigi secara teratur.
Pemeriksaan rutin ini dapat membantu mendeteksi dan memonitor
masalah gigi yang berpotensi menjadi karies.11
C. Saliva
Selain mempunyai efek buffer, saliva juga berguna untuk
membersihkan sisa-sisa makanan di dalam mulut. Aliran saliva pada
anak meningkat sampai anak tersebut berusia 10 tahun, namun setelah
dewasa hanya terjadi peningkatan sedikit tidak hanya umur, beberapa
faktor lain juga dapat menyebabkan berkurangnya aliran saliva. Pada
individu yang berkurang fungsi salivanya, maka aktivitas karies akan
meningkat secara signifikan.11
D. Pola makan
Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat
lokal daripada sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengkonsumsi
makanan. Setiap kali seseorang mengkonsumsi makanan dan minuman
yang mengandung karbohidrat, maka beberapa bakteri penyebab karies di
rongga mulut akan memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi
yang berlansung selama 20-30 menit setelah makan. Diantara periode
makan, saliva akan bekerja menetraliser asam dan membantu proses
remineralisasi. Namun, apabila makanan dan minuman berkarbonat
terlalu sering dikonsumsi, maka enamel gigi tidak akan mempunyai
kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga
12
terjadi karies. Faktor-faktor tersebut di atas akan menentukan resiko
karies pada masing-masing individu.11
Akibat Trauma
Mahkota gigi bisa fraktur karena gigi terbentur sesuatu akibat
kecelakaan, jatuh,berkelahi atau sebab lainnya. Seringkali mahkota gigi
patah semua dan menyisakan akar gigi saja. Trauma ini membuat pulpa
gigi menjadi mati. Fraktur pada gigi anterior bisa membuat estetika
berkurang dan terkadang menimbulkan krisis kepercayaan diri pada
seseorang.12
13
Akibat Pencabutan yang Tidak Sempurna
Pada tindakan pencabutan gigi terkadang tidak berhasil mencabut gigi
secara utuh. Mahkotanya fraktur dan radiks di dalam gingiva masih
tertinggal. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain struktur gigi
yang rapuh,akar gigi yang bengkok,akar gigi yang menyebar,kalsifikasi
gigi,aplikasi forceps yang kurang tepat dan tekanan yang berlebihan pada
waktu tindakan pencabutan. Sisa akar gigi tertinggal ukurannya
bervariasi mulai dari kurang dari 1/3 akar gigi sebatas gingiva. Sisa akar
gigi yang hanya dibiarkan saja kemungkinan bisa muncul keluar gingival
setelah beberapa waktu, hilang sendiri karena teresorbsi oleh tubuh
bahkan bisa berkembang jadi kista.12
14
bakteri + karbohidrat (sisa makanan) +
kerentanan permukaan gigi + waktu (saling
tumpang tindih)
karies superficialis
karies media
karies profunda
Pembusukan jaringan
pulpa
15
minggu.Pada dasarnya prosesnya sama yaitu terjadi perubahan sirkulasi
darah di dalam pulpa yang pada akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa.
Trauma pada gigi dapat menyebabkan obstruksi pembuluh darah utama
pada apek dan kselanjutnya mengakibatkan terjadinya dilatasi pembuluh
darah kapiler pada pulpa. Dilatasi kapiler pulpa ini diikuti dengan
degenarasi kapiler dan terjadi edema pulpa. Karena kekurangan sirkulasi
kolateral pada pulpa, maka dapat terjadi ischemia infark sebagian atau
total pada pulpa dan menyebabkan respon pulpa terhadap inflamasi
rendah.
a. Pencegahan primer
Hal ini ditandai dengan :
Upaya meningkatkan kesehatan (health promotion). Upaya promosi
kesehatan meliputi pengajaran tentang cara menyingkirkan plak yang
efektif atau cara menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung
fluor dan menggunakan benang gigi (dental floss).
16
Memberikan perlindungan khusus (spesific protection). Upaya
perlindungan khusus yaitu untuk melindungi host dari serangan
penyakit dengan membangun penghalang untuk melawan
mikroorganisme. Aplikasi pit dan fisur sealant merupakan upaya
perlindungan khusus untuk mencegah karies.11
b. Pencegahan Sekunder
Yaitu untuk menghambat atau mencegah penyakit agar tidak
berkembang atau kambuh lagi. Kegiatannya ditujukan pada diagnosa dini
dan pengobatan yang tepat. Sebagai contoh melakukan penambalan pada
gigi dengan lesi karies yang kecil dapat mencegah kehilangan struktur
gigi yang luas.11
Diagnosa Dini
Penegakan diagnosis lesi karies secara dini makin menjadi hal
yang sangat penting sejak disadari bahwa karies bukan hanya suatu
proses demineralisasi saja melainkan proses destruksi dan reparasi
yang silih berganti. Penegakan diagnosis karies gigi memerlukan
pencahayaan yang baik dan obyek (gigi) yang kering dan bersih. Jika
terdapat banyak kalkulus atau plak, maka semuanya harus dibersihkan
terlebih dahulu sebelum mencoba menegakkan diagnosis dengan
tepat. Setelah gigi sudah kering maka tiap kuadran gigi diisolasi
dengan gulungan kapas agar pembasahan oleh saliva dapat dicegah.
Gigi harus betul-betul kering dan pengeringannya biasanya dengan
udara yang disemprotkan perlahan-lahan.
Untuk menentukan tanda awal karies diperlukan penglihatan tajam.
Biasanya pemeriksaan tanda awal karies diperlukan sonde yang tajam
sampai terasa menyangkut. Sebaiknya hal ini jangan dilakukan pada
lesi karies yang masih baru mulai karena sonde tajam akan merusak
lesi karies yang masih baru mulai dan sonde akan membawa bakteri
ke dalam karies sehingga penyebaran karies akan semakin cepat.11
17
Tindakan
1. Penambalan
Harus diketahui bahwa gigi yang sakit atau berlubang tidak
dapat disembuhkan dengan sendirinya, dengan pemberian obat-
obatan. Gigi tersebut hanya dapat diobati dan dikembalikan ke
fungsi pengunyahan semula dengan melakukan pemboran, yang
pada akhirnya gigi tersebut akan ditambal.
Dalam proses penambalan, hal yang pertama sekali dilakukan
adalah pembersihan gigi yang karies yaitu dengan membuang
jaringan gigi yang rusak dan jaringan gigi yang sehat di
sekelilingnya, karena biasanya bakteri-bakteri penyebab karies
telah masuk ke bagian-bagian gigi yang lebih dalam. Hal ini
dilakukan sebagai upaya untuk meniadakan kemungkinan
terjadinya infeksi ulang. Tambalan terbuat dari berbagai bahan
yang dimasukkan ke dalam gigi atau di sekeliling gigi. Umumnya
bahan-bahan tambalan yang digunakan adalah perak amalgam,
resin komposit, semen ionomer kaca, emas tuang, porselen.11
2. Pencabutan
Keadaan gigi yang sudah sedemikian rusak sehingga untuk
penambalan sudah sukar dilakukan, maka tidak ada cara lain selain
mencabut gigi yang telah rusak tersebut. Dalam proses pencabutan
maka pasien akan dibius, di mana biasanya pembiusan dilakukan
lokal yaitu hanya pada gigi yang dibius saja yang mati rasa dan
pembiusan pada setengah rahang. Pembiusan ini membuat pasien
tidak merasakan sakit pada saat pencabutan dilakukan.11
c. Pencegahan Tersier
Adalah pelayanan yang ditujukan terhadap akhir dari
patogenesis penyakit yang dilakukan untuk mencegah kehilangan
fungsi, yang meliputi :
18
Pembatasan Cacat (Disability Limitation), merupakan tindakan
pengobatan yang parah, misalnya pulp capping, pengobatan urat
syaraf (perawatan saluran akar), pencabutan gigi dan sebagainya.
Rehabilitasi (Rehabilitation), merupakan upaya pemulihan atau
pengembalian fungsi dan bentuk sesuai dengan aslinya, misalnya
pembuatan gigi tiruan (protesa).11
1) Menyikat gigi
Cara paling sederhana untuk mencegah pembusukan gigi adalah
dengan menetapkan kegiatan rutin menyikat gigi dua kali sehari.
Tujuannya adalah menghilangkan plak dari gigi.6
Bila menyikat gigi, jangan lupa menyikat daerah sekitar gusi untuk
menghilangkan plak di area itu. Dapat digunakan dental floss atau benang
gigi untuk membersihkan celah di antara gigi.6
2) Pasta Gigi
Pasta gigi atau gel yang digunakan untuk meningkatkan kesehatan
gigi dan mulut dengan cara mengangkat plak dan sisa makanan. Termasuk
menghilangkan atau mengurangi bau mulut. Pasta gigi juga dapat
membantu menguatkan struktur gigi dengan kandungan fluornya. Jumlah
pasta gigi yang diletakkan tidak perlu sepanjang permukaan bulu sikat,
melainkan seperlunya saja. Jadi bukan jumlah pasta gigi yang berpengaruh
terhadap kebersihan gigi, tetapi cara menyikatnya.6
19
3) Pola makan yang baik
Apa yang dimakan dan diminum berdampak pada kesehatan gigi
seseorang. Gula dalam makanan itulah yang membantu membentuk asam
yang merusak gigi. Gula yang berbahaya terutama adalah gula sukrosa,
seperti yang terdapat pada makanan olahan, permen dan kue. Gula sukrosa
lebih mudah dihancurkan di dalam mulut.4
Kuncinya adalah menjalankan waktu makan tiga kali sehari secara
teratur. Kita perlu memberi selang waktu panjang di antara jam makan.
Selang waktu ini membuat asam yang terbentuk selama waktu makan
ternetralisir. Ini membantu membalikkan efek penghilangan mineral pada
email gigi yang disebabkan oleh asam.6
4) Mewaspadai minuman
Apa yang dimakan bukan satu-satunya sumber asam berbahaya.
Apa saja yang diminum, selain air juga kadang berbahaya. Bahkan susu
pun mengandung laktosa, gula alamiah yang membentuk asam jika terlalu
lama bersentuhan dengan gigi.6
20
atau lemah diganti dan diperbaiki dengan crown dan dipasangkan pada
gigi yang tertinggal. Mahkota gigi sering dibuat dengan emas atau
porselen.13
3. Pencabutan
Merupakan pilihan perwatan karies yang paling terakhir apabila
gigi tersebut telah hancur karena proses pembusukan.10
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada 3 faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau
tuan rumah, agent atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah
faktor waktu. Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor harus
saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikrooorganisme yang
kariogenik, substrat yang sesuai dengan waktu yang lama. Pencegahan
gigi agar tidak terjadinya pembusukan gigi yaitu dapat dengan cara
pencegahan primer,sekunder,tersier. Perawatan gigi busuk yaitu dapat
dilakukan dengan penambalan,perawatan endodontik,pencabutan.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Worotitjan, Indry, dkk. Jurnal : Pengalaman Karies Gigi Serta Pola Makan
dan Minum Pada Anak Sekolah Dasar di Desa Kiawa Kecamatan
Kawangkoan Utara. Manado : Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sam Ratulangi. Vol. 1, Nomor. 1, Maret 2013,
Hal. 59-68
2. A.M.Kidd, Edwina. Dasar-Dasar Karies Penyakit dan Penanggulangan.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 1
3. Masagus Hardadi, Jimmy Maryono, Ni Wayan Mariati. Gambaran Tindakan
Pencabutan Gigi Tetap di Puskesmas Tinumbala Kecamatan Aertembaga
Kota Bitung Tahun 2013. Hal : 4
4. Gangrene Pulpa [internet]. [cited : 05 Januari 2015]. Available from :
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/697
5. Gangrene Periodontitis [internet]. [cited : 05 Desember 2015]. Available from
: https://ml.scrib.com/doc/179112865/LAPORAN-KASUS-Gangren-
Periodontitis-
Rival&ved=oCEEQFjAH&usg=AFQjCNEzfTn7Yr2ZpKpWZR_4QxGQCD
X9jQ&sig2=cnsaoyp_80CUUjAuwpDtUA
6. K. Jane, W. Clare. Gigi Si Kecil. Jakarta : Penerbit Erlangga. 2004. Hal. 57
7. Karies Gigi. 2013. [internet]. [cited : 31 Desember 2014]. Available from :
http://diligib.unimus.ac.id/download.php?id=9633
8. Prof.DR.drg.Rasinta Tarigan. Perawatan Pulpa Gigi. Ed.2. Jakarta : EGC.
Hal. 35-37
9. Penyakit Mulut dan Karies Gigi. [internet]. [cited : 31 Desember 2014].
Available from : http://www.susokolostrum.com/data-penyakit/penyakit-
mulut-dan-gigi/karies-gigi-kavitas.html
10. Karies Gigi. [internet]. [cited : 31 Desember 2014]. Available from :
http://scrib.com
11. Pintauli, Sondang, Taizo Hamada. Menuju Gigi dan Mulut Sehat Pencegahan
dan Pemeliharaan. Medan : USU Press. 2008. Hal. 5-9
23
12. Gangrene Radiks [cited : 31 Desember 2014]. Available from :
http://scrib.com
13. dr. Aziz Ahmad Srigupta. Perawatan Gigi dan Mulut. Jakarta : Penerbit
Prestasi Pustaka. 2004. Hal. 61-63
24