I. PENDAHULUAN
Di zaman ilmu pengetahuan sekarang ini, para ahli berusaha meningkatkan mtu dalam
mengajar menjadi suatu ilmu atau science. Dengan metode belajar yang ilmiah diharapkan
proses dan mengajar itu lebih terjamin keberhasilannya, inilah yang sedang diusahakan oleh
teknologi pendidikan. Secara ideal diharapkan, dapat dikenal dan dikuasai langkah-
langkahnya.
Teknologi pendidikan memberikan pendekatan yang sistematis dan kritis tentang proses
belajar mengajar. Teknologi pendidikan memandangnya sebagai suatu masalah yang harus
dihadapi secara rasional.
III. PEMBAHASAN
Dalam arti luas menurut Association for Educational communication and Technology
(AECT) adalah proses ysng kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide,
peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari problem solving,
melaksanakan evaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek
belajar manusia.
Dalam konteks pendidikan yang lebih umum, ataupun hanya PBM, teknologi
pendidikan merupakan pengembangan, penerapan, dan penilaian system, teknik dan alat
bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas belajar manusia. Dengan demikian
aspek-aspeknya meliputi pertimbangan teoritik yang merupakan hasil penelitian, perangkat
dan peralatan teknis atau hardware, dan perangkat lunaknya atau software. Aspek-aspek
tersebut difungsikan untuk mendesign, melaksanakan penilaian pendidikan, dengan
pendekatan yang sistematik.
Pengertian teknologi pendidikan tidak terlepas dari pengertian teknologi secara umum.
Pengertian teknologi yang utama adalah proses yang meningkatkan nilai tambah. Proses
tersebut menggunakan dan atau menghasilkan suatu produk tertentu. Produk yang digunakan
dan atau dihasilkan tidak terpisah dari produk lain yang telah ada, dan karena itu menjadi
bagian integral dari suatu sistem.
Jadi dalam pengertian umum tentang teknologi, alat, atau sarana baru yang khusus
diperlukan tidak menjadi syarat yang mutlak harus ada, karena alat atau sarana itu telah ada
sebelumnya.
Objek formal teknologi pendidikan adalah belajar pada manusia baik pribadi maupun
yang tergabung dalam organisasi. Belajar itu tidak hanya berlangsung dalam lingkup
persekolahan ataupun pelatihan. Belajar itu ada di mana saja dan oleh siapa saja, dengan cara
dan sumber apa saja yang sesuai dengan kondisi dan keperluan.
Pengertian lain dari teknologi pendidikan adalah proses yang kompleks dan terpadu
pemecahan masalah yang menyangkut semau aspek belajar manusia. Dalam teknologi
pendidikan, pemecahan masalah itu terjelma dalam bentuk semua sumber belajar yang
didisain dan dipilih atau digunakan untuk keperluan belajar, sumber-sumber belajar ini
diidentifikasi sebagai pesan,orang, bahan, peralatan, teknik, dan latar lingkungan.
1. Landasan filosofis
Dalam bidang pendidikan atau pembelajaran, teknologi juga harus memenuhi ketiga
syarat tersebut: proses, produk, dan sistem. Kecuali membuktikan dirinya sebagai suatu
bidang kajian atau disiplin keilmuan yang berdiri sendiri. Perkembangan sebagai disiplin
keilmuan tersebut dilandasi oleh serangkaian dalil atau dasar yang dijadikan patokan
pembenaran. Secara falsafi, dasar keilmuan itu meliputi ontologi, atau rumusan tentang gejala
pengamatan yang dibatasi pada suatu pokok telaah khusus yang tidak tergarap oleh bidang
telaah lain; epistemologi, yaitu usaha yang ditentukan; dan aksiologi atau nilai-nilai yang
menentukan kegunaan dari pokok telaah yang ditentukan, yang mempersoalkan nilai moral
(etika) dan nilai serta keindahan atau estetika.
Konsep model pendidikan teknologis secara filosofis mirip dengan model pendidikan
klasikal, yaitu bertumpu pada asumsi bahwa model pendidikan itu hendaknya merupakan
suatu bentuk atau contoh utama dari masyarakat yang lebih luas sebagai hasil karya
pendidikan. Dengan demikian maka dalam konteks masyarakat yang lebih luas, titik berat
penekanannya ditujukan kepada dimensi-dimensi, kecenderungan-kecenderungan untuk
timbulnya masyarakat teknologi.
Pendidikan teknologis memandang dunia sebagai suatu materi yang terikat oleh
hokum-hukum sebab akibat. Setiap kemungkinan adanya kekuatan “ spiritual” yang tidak
bisa dibuktikan tidak perlu dipertimbangkan, tidak perlu dipikirkan atau dianalisis segala
kenyataan itu bersifat kuantitatif, ditentukan oleh lingkungan melalui pengetahuan ilmiah.
Pendidikan adalah modifikasi dari perilaku yang dicapai melalui aplikasi kondisi yang
diperkuat,melalui peralatan teknologi. Isi pelajaran dan metodologi pengajaran ditetapkan
dengan dukungan teknologi. Secara esensial mesin pengajaran menggantikan peranan guru,
dan siswa berperan sebagai trainee yang mempelajari semua data serta ketrampilan yang
berguna bagi atau kedudukannya dibidang teknologi dimasa yang akan dating. Bantuan-
bantuan teknologis kepada manusia, memungkinkan manusia memahami tumbuhnya
masyarakat teknologis yang sangat kompleks. Teknologi dipandang sebagai suatu alat atau
sarana yang bebas nilai, bisa dipakai untuk kesejahteraan, atau sebaliknya bisa juga
dipergunakan untuk kebinasaan.
Manfaatnya yang sangat besar dari model kurikulum teknologis ini adalah, materi pelajaran
dapat disajikan kepada siswa dalam pelbagai bentuk multimedia. Para siswa menerima
pelajaran seperti pada model pendidikan klasikal, tetapi para siswa lebih yakin dalam
menangkap pelajarannya karena penyajian pelajaran lebih hidup, lebih realistis, serta lebih
impresif.
2. Landasan sosiologis
Manusia selalu hidup berkelompok, sesuatu yang juga pada makhluk hidup lainnya,
yaitu hewan. Meskipun demikian, pengelompokan manusia jauh lebih rumit dari
pengelompokan hewan. Kehidupan social manusia tersebut dipelajari oleh, yang berusaha
mencari hakikat masyarakat yang sebenarnya. Filsafati social sering membedakan antar
manusia sebagai individu dan masyarakat.
Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses social dan pola-pola interaksi
social didalam system pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan
meliputi empat bidang:
Hubungan sistem pendidikan dan proses kontrol sosial dan sistem kekuasaan
Fungsi sistem pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses sosial dan perubahan
kebudayaan
Sifat kebudayaan sekolah, khususnya yang berbeda dengan kebudayaan diluar sekolah.
d) Sekolah dalam komunitas, yang mempelajari pola interaksi antar sekolah dengan
kelompok social lain didalam komunitasnya, yang mempelajari:
Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak terjadi pada system social komunitas
kaum tidak terpelajar
Keempat bidang yang dipelajari tersebut sangat esensial untuk memahami system pendidikan
dalam kaitannya dengan keseluruhan hidup masyarakat.
Pesatnya penggunaan teknologi di dalam pendidikain pada tahun 1950-an
sesungguhnya merupakan akibat munculnya dua faktor yaitu; timbulnya kepercayaan
terhadap ilmu pengetahuaan sebagai cara untuk memperbiki mutu kehidupan, dan terjadi
ledakan penduduk usia sekolah. Tantangan tersebut segera memperoleh jawaban dari dunia
perekonomian dengan menciptakan pelbagai perangkat keras sebagai bantuan teknologis
yang dirancang untuk tujuan pengajaran yang lebih efektif serta ekonomis. Dalam proses
tersebut peranan komunikasi sangat penting, sebab akibat teknologi pengajaran adalah upaya
guru mempengaruhi siswa agar dapat mencapai tujuan pendidikan.
Dengan demikian proses belajar-mengajar dilihat dari sudut pandang komunikasi tidak lain
adalah proses penyampaian pesan, gagasan, fakta, makna, konsep, dan data yang sengaja
dirancang sehingga dapat diterima oleh penerima pesan atau komunikan. Guru sebagai
komunikator menyampaikan pelajaran sebagai pesan kepada siswa-siswa sebagai komunikan.
Selama komunikasi itu berjalan, terjadilah proses psikologis dimana terjadi kegiatan saling
mempengaruhi di antara komunikator dan komunikan, inilah yang lazim disebut interaksi.
Salah satu unsur dalam proses komunikasi yang sangat menonjol perananya bagi teknologi
pendidikan adalah media. Teori-teori yang dikembangkan dari berbagai penelitian tentang
media komunikasi telah memberi arti tersendiri bagi teknologi pendidikan.
Wilbur schramm menjabarkan pengertian umum komunikasi kedalam tiga kategori pokok
dengan beberapa istilah khasnya yaitu:
1) Encorder , yaitu komunikator, guru yang mempunyai informasi tertentu dan benar ,
mampu mengirimkan informasi tersebut secara tepat pada kecepatan optimal , dan sampai
kepada penerima informasi yaitu para siswanya.
2) Sign/signal, yaitu pesan, berita atau pernyataan tertentu yang ditunjukkan kepada dan
diterima oleh seseorang atau kelompok orang penerima. Pesan itu dapat dilukioskan dalam
bentuk gerak tangan, mimik, kata-kata lisan, atau tulisan, rumusan, gambar, foto, grafik,
peta, diagram, dan lain-lain.
3) Decoder , yaitu komunikan yang dalam konteks pendidikan adalah siswa yang
menerima pesan tertentu, mampu memahami isi pesan yang diterimanya.
Ada beberapa prinsip yang memegang peran penting untuk menjadikan proses komunikasi
lebih efektif sehingga tujuan komunikasi bisa dicapai, yaitu antara lain:
Makna di dalam proses komunikasi, bukan merupakan suatu rati yang terletak di
dalam pesan, melainkan berada di luar pesan itu sebagai suatu yang bersifat eksternal. Makna
berada di dalam diri orang atau subjek, merupakan respon yang tampak atau tertutup.
Konsep diri dalam komunikasi. Setiap orang memiliki persepsi mengenai apa yang
menarik dan tidak bagi dirinya, kemampuan intelektualnya, kemampuannya untuk
mempengaruhi orang lain. Dan sebagainya.
Umpan balik dalam proses kemunikasi. Komunikasi tidak cukup hanya ditandai oleh
adanya ketergantungan secara fisik antara sumber dan penerima pesan, tetapi harus ditandai
oleh adanya ketergantungan interaktif diantara keduanya.
3. Landasan psikologis
Studi yang mempelajari tingkah laku individu ada pada psikologi. Oleh sebab itu, teknologi
pengajaran sebagai upaya membantu siswa dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan dan
pengajaran didasarkan atas psikologi. Diantara cabang-cabang psikologi yang paling erat
kaitannya dengan teknologi pengajaran adalah psikologi belajar.
Pada ahir abad ke- 19 ada dua aliran spikologi belajar yang sangat menonjol, yakni aliran
behavioristik dan aliran kognitif atau teori komprehenshif. Ke dua aliran tersebut besar sekali
pengaruhnya terhadap teori pengajaran. Bahkan bisa dikatakan hamper semua teori
pengajaran yang dilaksanakan saat ini dihasilkan dari ke dua aliran spikologi belajar di atas.
Ada tiga teori belajar aliran behavioristik yang penting yang paling terkenal, yakni:
Teori kondisioning operan dari skinner sebenarnya merupakan kombinasi dari kedua
teori di atas, terutama sekali dari teori Pavlov dan waton. Perbedaanya, skinner membedakan
dua macam respons, yakni respondent response (reflekxive) operant response (instrumental
response). Respondent response adalah respons yang secara alami timbul karena rangsangan
yang sesuai dengan stimulus tersebut (eliciting stimulus), sedangkan operant response adalah
respons yang timbul dan perkembangannya diikuti oleh stimulus tertentu yang dapat
memperkuat terjadinya respons(reinforcing stimulus). Konsep ini pada dasarnya sama dengan
hukum penguatan dari thorndike.
Berdasarkan konsep ini maka dikembangkan sistem pengajaran yang dikenal dengan istilah
modifikasi tingkah laku dengan element utama hadiah dan hukuman. Prosedur yang ditempuh
adalah :
b) Menganalisis komponen tingkah laku yang mendasari tingkah laku yang dikehendaki.
Teori belajar kognitif atau komprehensif sesungguhnya bertolak belakang dari hasil
penelitian Wofgang Kohler dengan simpasenya. Menurut teori ini manusia pada hakikatnya
adalah organisme yang aktif. Tingkah laku individu merupakan fungsi dari organisme dan
lingkungannya. Kesatuan antara kemampuan organism dan lingkungan merupakan inti dari
teori ini.oleh sebab itu, ciri utama teori ini adalah;
Teknologi pendidikan mengajak guru untuk bersikap problematis terhadap proses belajar-
mengajar dan memandang tiap metode mangajar sebagai hipotesis yang harus diuji
efektivitasnya. Dengan demikian teknologi pendidikan mendorong profesi keguruan untuk
berkembang menjadi suatu”science”.
Teknologi pendidikan dan pengajaran tidak bisa melepaskan diri dari kaidah dan hukum-
hukum tantang terjadinya perubahan tingkah laku individu. Teknologi pengajaran diciptakan
dan diusahakan berdasarkan teori-teori belajar. Teori pengajaran berusaha mencari jawaban
atas bagaimana membantu siswa agar siswa berubah tingkah lakunya, sedangkan teori belajar
berusaha mencari jawaban atas mengapa terjadinya perubahan tingakah laku individu.
4. Landasan Religius
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang menjadi sumber segala hokum dan menjadi pedoman
pokok dalam kehidupan, termasuk membahas tentang pembelajaran. Dalam Al-Qur’an
banyak sekali ayat yang berhubungan dengan pembelajaran dan metode pembelajaran. Ayat
pertama (lima ayat yang merupakan wahyu pertama) berbicara tentang keimanan dan
pembelajaran, yaitu
Ayat ini mengandung perintah membaca, yaitu membaca teks secara verbal dan non verbal.
Juga perintah untuk menulis dengan perantaraan Qalam atau pena. Ini jelas menunjukkan
perintah untuk mengadakan pembelajaran. Karena membaca dan menulis merupakan wahana
pelestari dan pengembang ilmu pengetahuan. Dengan membaca maka orang bisa mengenal
semuanya, termasuk mengenal dirinya sendiri. Tentu saja membaca disini tidak hanya pada
hal-hal yang verbal saja, tetapi juga yang non verbal, yaitu dunia dan seisinya ini.
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Ayat ini berbicara tentang beberapa metode pembelajaran. Disini ada tiga contoh metode,
yaitu hikmah (kebijaksanaan), maui’idhah hasanah (naasihat yang baik), dan mujadalah
(dialog dan debat)
ﺃﺨﺑﺮﻧﺎ ﺴﻔﻳﺎ ﻦ ﻋﻦ ﺍﻷﻋﻤﺶ ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻭﺍﺋﻞ ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻤﺴﻌﻭﺩ ﻗﺎﻞ ׃ ﻜﺎ ﻦ ﺍﻠﻨﺑﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ: ﺣﺪ ﺛﻧﺎ ﻣﺣﻣﺪ ﺑﻦ ﻳﻮ ﺴﻒ ﻗﺎﻞ
﴾ ﻭﺳﻠﻢ ﻴﺗﺨﻭ ﻠﻨﺎ ﺑﺎﻠﻤﻭ ﻋﻆﺔ ﻓﻰ ﺍﻷ ﻴﺎﻢ ﻛﺮﺍ ﻫﺔ ﺍﻠﺴﺎ ﻣﺔ ﻋﻠﻴﻧﺎ ﴿ ﺮﻭﺍﻩﺍﻠﺑﺨﺎﺮﻯ
Artinya: “Dari Muhammad bin Yusuf, dari Sufyan, dari A’masy, dari Abi Wa’il, dari Ibnu
Mas’ud yang mengatakan: “Bahwa NAbi SAW selalu mengatur waktu ketika memberi
nasehat-nasehat kepada kita dalam beberapa hari karena khawatir kita menjadi bosan”.
(HR. Bukhari).
Hadits ini berbicara tentang metode pembelajaran, yaitu bahwa pembelajaran itu harus
menggunakan metode yang tepat disesuaikan dengan situasi dan kondisi, terutama dengan
mempertimbangkan keadaan orang yang akan belajar.
IV. ANALISIS
Teknologi pendidikan merupakan konsep yang kompleks, ia dapat dikaji dari berbagai segi
dan kepentingan. Kecuali ini teknologi pendidikan sebagai suatu bidang kajian ilmiah,
senantiasa berkembang sesuai dengan perkembangannya, teknologi pendidikan selalu
dikaitkan dengan adanya peralatan terutama yang berupa (audio visual). Peralatan input
hanya berfungsi sebagai alat Bantu guru dalam mengajar, focus teknologi pendidikan adalah
memecahkan masalah belajar yang bertujuan terarah dan terkendali.
V. KESIMPULAN
Pengertian teknologi pendidikan tidak terlepas dari pengertian teknologi secara umum.
Pengertian teknologi yang utama adalah proses yang meningkatkan nilai tambah. Proses
tersebut menggunakan dan atau menghasilkan suatu produk tertentu. Produk yang digunakan
dan atau dihasilkan tidak terpisah dari produk lain yang telah ada, dan karena itu menjadi
bagian integral dari suatu sistem.
Dalam teknologi pendidikan terdapat beberapa landasan atau konsep yang terdiri dari
landasan filosofis, landasan sosiologis, dan landasan psikologis dan landasar religius.
Peranan komunikasi sangat penting, sebab hakikat teknologi pendidikan adalah upaya guru
mempengaruhi siswa agar dapat mencapai tujuan pendidikan.
VI. PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat saya susun, tentunya masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Untuk itu kritik dan saran yang konstruktif sangat saya harapkan guna
memperbaiki makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang: Rasail Media
Group, 2009
Teknologi selain diartikan sebagai mesin, teknologi bisa mencakup proses, sistem,
manajemen, dan mekanisme pantauan; baik manusia itu sendiri atau bukan, serta jika
difahami dalam makna secara luas yaitu, cara pandang terhadap masalah berikut lingkupnya,
tingkat kesukaran, studi kelayakan, serta cara mengatasi masalah secara teknis dan ekonomis
(Finn: 1960)
Teknologi secara bahasa asal katanya – techne, bahasa Yunani, dengan makna seni, kerajinan
tangan, atau keahlian. Teknologi bagi bangsa Yunani kuno diakui sebagai suatu kegiatan
khusus, dan sebagai pengetahuan.
Selain itu pula, Teknologi merupakan penerapan pengetahuan yang ilmiah, dan tertata.
Teknologi sebagai suatu proses atau cara berpikir bukan hanya produk seperti komputer,
satelit, dan sebagainya. Secara sederhana teknologi dapat dikategorikan ke dalam dua
komponen yaitu; perangkat lunak atau soft technology dan perangkat keras atau hard
technology. Teknologi juga sebagai suatu pengetahuan diterapkan oleh manusia untuk
mengatasi masalah dan melaksanakan tugas dengan cara sistematis dan ilmiah (Heinich,
Molenda, dan Russell, 1993)
Teknologi terkait dengan sifat rasional dan ilmiah, menunjuk suatu keahlian, baik itu seni,
atau kerajinan tangan, dapat diterjemahkan sebagai tehnik atau cara pelaksanaan suatu
kegiatan, atau sebagai suatu proses serta teknologi mengacu pada penggunaan mesin-mesin
dan perangkat keras.
Lantas bagaimana dengan teknologi yang diasimilasikan kedalam teknologi atau sering kit
asebut dengan teknologi pendidikan? Setidaknya ada beberapa pengertian yang dirumuskan
oleh AECT, organisasi yang membidangi perkembangan teknologi pendidikan, rumusan
tersebut sebagai berikut:
Teknologi pendidikan sebagai bidang garapan yang terlibat dalam penyiapan fasilitas belajar
(manusia) melalui penelusuran, pengembangan, organisasi, dan pemanfaatan sistematis
seluruh sumber-sumber belajar; dan melalui pengelolaan seluruh proses ini (Rumusan AECT
tahun 1972).
Rumusan Tahun 1977 AECT membedakan teknologi pendidikan dengan teknologi
pembelajaran.
Teknologi Pendidikan adalah proses yang rumit dan terpadu, melibatkan orang, prosedur,
gagasan, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis dan mengolah masalah, kemudian
menggunakan, mengevaluasi, dan mengelola seluruh upaya pemecahan masalahnya yang
termasuk dalam seluruh aspek belajar (manusia).
Teknologi Pembelajaran adalah satu bagian dari teknologi pendidikan – dengan asumsi
sebagai akibat dari konsep pembelajaran sebagai bagian pendidikan – bersifat rumit dan
terpadu, melibatkan orang, prosedur, gagasan, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis
dan mengolah masalah, kemudian menerapkan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan
masalah pada situasi belajar.
Pada awal pertumbuhannya teknologi pendidikan dipandang sebagai teori dan praktek
tentang penggunaan sarana komunikasi audiovisual untuk keperluan pembelajaran. Definisi
berikutnya memasukkan konsep-konsep baru, seperti konsep sistem, manajemen, sumber
belajar, desain, pengembangan, pemanfaatan, evaluasi, dsb.
Adapun beberapa unsure-unsur yang terkandung dalam teknologi pendidikan sebagai berikut:
a) proses belajar — berikut teori belajar dan psikologi belajar
b) penciptaan kondisi belajar yang teruji
c) penyediaan produk belajar dan sistem penyampaiannya
d) penyediaan sumber-sumber belajar lainnya
Konsep Dasar Teknologi Pendidikan
DEFINISI TEKNOLOGI PENDIDIKAN TAHUN 1963-2004
1. Definisi Association for Educational Communications Technology (AECT) 1963
“ Komunikasi audio-visual adalah cabang dari teori dan praktek pendidikan yang terutama
berkepentingan dengan mendesain, dan menggunakan pesan guna mengendalikan proses
belajar. Tujuan praktisnya adalah pemanfaatan tiap metode dan medium komunikasi secara
efektif untuk membantu pengembangan potensi pembelajar secara maksimal.”
Pendekatan Filsafati
Setiap pengetahuan, mempunyai tiga komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh
pengetahuan yang didukungnya (Suriasumantri). Ketiga komponen tersebut yaitu ontologi
(apa), epistimologi (bagaimana), dan aksiologi (untuk apa).
Suriasumantri mengemukakan bahwa ontologi merupakan asas dalam menetapkan ruang
lingkup wujud yang menjadi objek penelahaan, serta penafsiran tentang hakikat realitas dari
objek tersebut. Epistimologi merupakan asas mengenai cara bagaimana materi pengetahuan
diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan. Sedangkan aksiologi merupakan
asas dalam menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disusun dalam tubuh
pengetahuan tersebut.
Serangkaian pertanyaan yang timbul adalah: “Apa yang menjadi objek penelaahan dalam
teknologi pendidikan? Sampai mana ruang lingkup wujud objek yang ditelaah itu? Bukankah
pendidikan sudah seusia hidup itu sendiri? Dan karena itu apakah masih mungkin adanya
objek telaah baru?”
Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka terlebih dulu dikutip pernyataan Sir
Eric Ashby tentang terjadinya empat revolusi dalam dunia pendidikan. Revolusi-revolusi ini
terjadi karena adanya masalah yang tak teratasi dengan cara yang ada sebelumnya, yaitu
masalah “belajar”.
Revolusi pertama, terjadi karena orang tua atau keluarga tidak mampu lagi membelajarkan
anak-anaknya sendiri sehingga menyerahkan tanggung jawab itu kepada orang lain yang
secara khusus diberi tanggung jawab untuk mendidik.
Revolusi kedua, karena guru ingin memberikan pelajaran kepada lebih banyak anak didik
dengan cara yang lebih cepat sehingga kegiatan pendidikan dilembagakan dengan berbagai
ketentuan yang dibakukan.
Revolusi ketiga, ditemukannya mesin cetak yang memungkinkan tersebarnya informasi
iconic dan numeric dalam bentuk buku dan media cetak lain, sehingga guru dapat
membelajarkan lebih banyak lagi dan lebih cepat lagi. Buku hingga saat ini masih dianggap
sebagai media utama di samping guru untuk kegiatan pendidikan.
Revolusi keempat, berlangsung dengan perkembangan yang pesat di bidang elektronik.
Dalam revolusi ini, mulai disadari bahwa tidaklah mungkin bagi guru untuk memberikan
semua ajaran yang diperlukan, karena yang lebih penting adalah mengajar anak didik tentang
bagaimana belajar. Belajar tersebut dapat menggunakan berbagai sumber sebagai “akibat”
dari perkembangan media elektronik, seperti radio, televisi, tape, dan lain-lain, yang mampu
menembus batas geografis, sosial, dan politis secara lebih intens lagi daripada media cetak.
Pesan-pesan dapat lebih cepat, lebih bervariasi, serta berpotensi untuk lebih berdaya guna
bagi si penerima.
Pada awalnya, guru menghadapi anak didiknya dengan bertatap muka langsung dan bertindak
sebagai satu-satunya sumber untuk belajar. Perkembangan berikutnya, ia menggunakan
sumber lain berupa buku sehingga membagi perannya kepada media lain dalam menyajikan
ajaran. Dalam perkembangan selanjutnya, media komunikasi mampu menyalurkan pesan
yang dirancang khusus agar dapat diterima langsung kepada anak didik tanpa dapat
dikendalikan oleh guru.
1. Adanya berbagai macam sumber untuk belajar termasuk orang, pesan, media, alat,
cara-cara tertentu dalam mengolah atau menyajikan pesan, serta lingkungan di mana
proses pendidikan itu berlangsung.
2. Perlunya sumber-sumber tersebut dikembangkan, baik secara konseptual maupun
secara faktual.
3. Perlu dikelolanya kegiatan pengembangan, maupun sumber-sumber belajar agar dapat
digunakan seoptimal mungkin untuk keperluan belajar.
Ketiga masalah di atas merupakan ruang lingkup wujud objek penelaahan (ontologi)
teknologi pendidikan.
Ciri-ciri pendekatan baru landasan epistimologi teknologi pendidikan adalah :
a. Keseluruhan masalah belajar dan upaya pemecahannya dielaah secara simultan.
b. Unsur-unsur yang berkepentingan diintegrasikan dalam suatu roses kompleks
secara sistemik untuk memecahkan masalah.
c. Penggabungan ke dalam proses yang kompleks atas gejala secara menyeluruh.
Sedangkan kegunaan potensial teknologi pendidikan (aksiologi), antara lain
meningkatkan produktivitas pendidikan, memberikan kemungkinan pendidikan yang
sifatnya lebih individual, memberikan dasar pembelajaran yang lebih ilmiah, lebih
memantapkan pembelajaran, memungkinkan belajar lebih akrab, serta memungkinkan
penyajian pendidikan lebih luas dan merata.
Landasan Teori dari Ilmu Perilaku Lumsdaine (1964) berpendapat bahwa ilmu perilaku,
khususnya teori belajar, merupakan ilmu yang utama untuk mengembangkan teknologi
pembelajaran. Bahkan Deterline (1965) menyatakan bahwa teknologi pembelajaran
merupakan aplikasi teknologi perilaku yaitu untuk menghasilkan perilaku tertentu secara
sistematik guna keperluan pembelajaran. Tujuan perilaku menurut Mager perlu ditetapkan
terlebih dahulu sebelum mengembangkan pembelajaran agar dapat dijadikan bukti bahwa
seseorang telah belajar. Apa yang dikemukakan oleh Mager ini dikenal dengan rumusan
tujuan ABCD (Audience, Behaviour, Conditions, and Degree).
Tujuan perilaku ini merupakan ciri yang harus ada dalam setiap model pengembangan
pembelajaran yang merupakan salah satu bentuk konsepsi teknologi pendidikan.
Thorndike pada tahun 1901 dengan teori psikologi perkembangannya merupakan landasan
pertama ke arah teknologi pembelajaran yang menyatakan tiga dalil utama :
1. Dalil latihan dan ulangan: makin sering diulang respons yang berasal dari stimulus
tertentu, makin besar kemungkinan dicamkan.
2. Dalil akibat: menyatakan prinsip hubungan senang tidak senang. Respons akan
diperkuat bilamana diikuti oleh rasa senang, dan akan diperlemah bila diikuti rasa
tidak senang.
3. Dalil kesiapan: karena perkembangan sistem syaraf maka unit perilaku tertentu
akan lebih mudah dilakukan, dibandingkan dengan unit perilaku lain.
Menurut Saettler, kontribusi Thorndike dalam teknologi pembelajaran adalah
dengan rumusannya tentang pinsip-prinsip: (1) aktivitas diri, (2) minat atau
motivasi, (3) kesiapan mental, (4) individualisasi, dan (5) sosialisasi. Prinsip yang
dikemukakan oleh Thorndike ini memang masih banyak dianut hingga kini,
terutama dalam menentukan strategi belajar dan merancang produk pembelajaran.
Menurut Snelbecker, perkembangan beberapa posisi psikologi terhadap
pendidikan yang sistematis dan ilmiah berlangsung sekitar tahun 1950-an.
Perkembangan ini diberi nama teori pembelajaran atau teknologi pembelajaran.
Tokoh-tokoh utama dalam penyusunan teori belajar ini menurut Snelbecker
adalah Bruner, Skinner, Glaser, dan Ausubel.
Landasan Teori dari Ilmu Komunikasi Edgar Dale menyatakan bahwa teori
komunikasi merupakan suatu metode yang paling berguna dalam usaha
meningkatkan efektifitas bahan audiovisual (1953). Teori komunikasi Berlo
merupakan suatu pendekatan baru karena implikasinya dalam teknologi
pendidikan yang menyebabkan dimasukkannya orang dan bahan sebagai sumber
yang merupakan bagian integral dari teknologi pendidikan. Isi pesan serta struktur
penggarapannya juga merupakan bagian dari teknologi pendidikan. Segala bentuk
pesan (lambang, verbal, taktil, dan wujud nyata) merupakan bagian dari
keseluruhan proses komunikasi, sehingga juga bagian dari teknologi pendidikan.
Berbagai teori dan model komunikasi telah membawa pengaruh dalam bidang
pendidikan, seperti (1) pendidikan seumur hidup, (2) pendidikan gerak cepat dan
tepat, (3) pendidikan yang mudah dicerna dan diresapi, (4) pendidikan yang
menarik perhatian dengan cara penyajian yang bervariasi, (5) pendidikan yang
menyebar, (6) pendidikan yang tepat saat, yaitu pada saat ada kekosongan pikiran.
Semua ini merupakan landasan strategis dalam perkembangan teknologi
pendidikan.
Salah satu unsur dalam proses komunikasi yang sangat menonjol peranannya bagi
teknologi pendidikan adalah media. Sehingga tak jarang hingga saat ini masih
banyak orang yang menanggap bahwa identitas teknologi pendidikan adalah
media – suatu pendapat yang sebenarnya kurang tepat.
Landasan Teori dari Disiplin Lain Lumsdaine (1964) menyatakan tentang pengaruh
teknologi dan kerekayasaan dalam bidang teknologi pendidikan. Misalnya, dari kimia
ditemukan litografi dan fotografi (yang juga dipengaruhi optik); dari rekayasa mekanik
ditemukan mesin cetak dan peralatan proyeksi; sedangkan penggabungan dari mekanik,
optik, elektrik, dan elektronik maka dihasilkan gambar hidup, alat perekam, radio, televisi,
mesin pembelajaran dan komputer. Adalah tugas bidang teknologi pendidikan untuk
menjabarkan keserasian perangkat keras teknologi tersebut dengan hasil-hasil penelitian
dalam ilmu perilaku dan teori belajar.
Pengertian teknologi secara umum adalah proses untuk meningkatkan nilai tambah;
produk yang digunakan atau dihasilkan untuk memudahkan dan meningkatkan kinerja;
struktur atau sistem di mana proses dan produk itu dikembangkan dan digunakan.
Semua bentuk teknologi adalah sistem yang diciptakan oleh manusia untuk sesuatu tujuan
tertentu, yang pada intinya adalah mempermudah manusia dalam memperingan usahanya,
meningkatkan hasilnya, dan menghemat tenaga serta sumber daya yang ada. Teknologi pada
hakikatnya adalah bebas nilai, namun penggunaannya sarat dengan nilai dan estetika. Dalam
bidang pendidikan, juga diperlukan teknologi antara lain untuk menjangkau peserta didik
yang berada di tempat jauh dan terasing dan melayani sejumlah besar dari mereka yang
belum memperoleh kesempatan pendidikan.
Keseluruhan hal inilah yang merupakan landasan pembenaran atau falsafi teknologi
pendidikan sebagai suatu cabang pengetahuan. Secara falsafi, dasar keilmuan itu meliputi:
ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Gejala yang merupakan landasan ontologi teknologi
pendidikan adalah :
1. Adanya sejumlah besar orang yang belum terpenuhi kesempatan belajarnya, baik
yang diperoleh melalui suatu lembaga khusus, maupun diperoleh secara mandiri.
2. Adanya berbagai sumber baik yang telah tersedia maupun yang dapat direkayasa,
tetapi belum dapat dimanfaatkan untuk keperluan belajar.
3. Perlu adanya suatu usaha khusus yang terarah dan terencana untuk menggarap
sumber-sumber tersebut agar dapat terpenuhi hasrat belajar setiap orang.
4. Perlu adanya pengelolaan atas kegiatan khusus dalam mengembangkan dan
memanfaatkan sumber untuk belajar tersebut secara efektif, efisien, dan selaras.
Pada hakikatnya teknologi pendidikan adalah suatu disiplin yang berkepentingan dengan
pemecahan masalah belajar yang berlandaskan pada serangkaian prinsip dan menggunakan
berbagai macam pendekatan. Masalah belajar itu terdapat di mana saja dan pada siapa saja
(orang maupun organisasi, kapan saja, dan mengenai apa saja). Adapun cara untuk mengatasi
masalah-masalah belajar itu ialah melalui pendekatan yang merupakan landasan epistemologi
dari teknologi pendidikan berikut ini :
Teknologi pendidikan adalah kajian dan praktik untuk membantu proses belajar dan
meningkatkan kinerja dengan membuat, menggunakan, dan mengelola proses dan sumber
teknologi yang memadai.[1] Istilah teknologi pendidikan sering dihubungkan dengan teori
belajar dan pembelajaran. Bila teori belajar dan pembelajaran mencakup proses dan sistem
dalam belajar dan pembelajaran, teknologi pendidikan mencakup sistem lain yang digunakan
dalam proses mengembangkan kemampuan manusia.
[2]
Berdasarkan definisi-definisi di atas menurut Ir. Lilik Gani HA, M.Sc.Ph.D dapat
disimpulkan bahwa:
Referensi
1. ^ Richey, R.C. (2008). Reflections on the 2008 AECT Definitions of the Field. TechTrends.
52 24-25
2. ^ Lilik Gani, Peran Teknologi Pendidikan dalam Meningkatkan Akses, Mutu dan Relevansi
Pendidikan di Indonesia. Bandung. Disampaikan pada Seminar Nasional dan Kolokium
Teknologi Pendidikan di Bandung (04-05 Desember 2008)