Anda di halaman 1dari 1

Nama : Sri Rahayu

Nim : 165050101111106
Kelas : G
Absen : 21

Permasalahan dan kondisi pemuliaan ternak lokal di Indonesia khususnya pada sapi potong yaitu
performans sapi potong lokal pada saat ini cenderung menurun sekitar 3 persen per tahun, yang
disebabkan tidak seimbangnya tingkat pemotongan dengan tingkat reproduksi, jumlah kelahiran
menurun dan jumlah kematian anak meningkat akibat gangguan penyakit, dan kualitas pakan yang kurang
memadai. Selain itu disinyalir juga terjadi pengurasan ternak yang baik performans produksinya atau
ternak produktif untuk dipotong. Salah stu contohnya yaitu pada sapi Bali di Pusat Pembibitan Sapi Bali.
Berdasarkan data seri selama sembilan tahun terakhir, performans produksinya yang meliputi bobot sapih
dan bobot badan umur satu tahun menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun. Program
perbaikan mutu genetik ternak sapi potong lokal selama ini belum berjalan dengan baik dan belum
memberikan hasil yang optimal.Kebijakan pemuliaan ternak yang ada di Indonesia, khususnya bagi
ternak lokal (termasuk sapi potong) masih konsisten sasarannya, yakni diarahkan pada pengembangan
peternakan pembibitan di pedesaan yaitu melalui pembinaan kelompok peternak dan pola pelayanan
terpadu.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan dalam perbaikan kualitas genetik dan produktifitas ternak
yaitu dengan menerapkan pola Peternakan Inti Terbuka (Open Nucleus Breeding). Pola Peternakan Inti
Terbuka (Open Nucleus Breeding) yaitu merupakan pola peternakan yang telah banyak diterapkan di
negara maju, yaitu pola dengan struktur ternak berlapis (piramida), dimana pada lapisan atas diisi oleh
kelompok inti dalam piramida industri peternakan (elite animal stock) sebagai kelompok pembibitan
utama. Pada lapisan kedua terdapat kelompok pembibitan tingkat dua (breeding stock), yang bibit
awalnya diseleksi, dan pada lapisan terbawah merupakan masa peternak dengan jumlah peternak dan
ternak terbanyak, yang digolongkan ke dalam peternakan komersial. Pada pola ini terjadi aliran gen
bermutu unggul (berupa ternak betina terbaik sebanyak satu persen) dari lapis terbawah ke lapis kedua.
Selain menggunakan pola ini, juga perlu diperhatikan bahwa dalam kegiatan seleksi pada berbagai lapisan
peternakan , harus ditunjang dengan rekording performans produksi dan reproduksi secara tertib, benar
dan akurat, serta berkesinambungan, karena tanpa adanya rekording yang yang baik dan benar, program
perbaikan mutu genetik ternak lokal akan sulit diwujudkan
Upaya lain yang juga bisa dilakukan dalam perbaikan kualitas genetik dan produktifitas ternak
sapi potong khususnya sapi bali yaitu dapat dilakukan seleksi sapi bali melalui program dari Proyek
Pembibitan dan Pengembangan sapi Bali, dimana dalam pelaksanaan programnya, proyek ini melibatkan
para peternak di be-berapa lokasi binaannya, serta secara rutin melakukan seleksi penyisihan ternak,
pemantauan, pembibitan, penyebaran bibit dan penyediaan pejantan unggul. untuk mengevaluasi
keberhasilan program ,maka sangat dibutuhkan data dasar tentang produktivitas ternak di lapangan yang
harus dicatat secara berulang, baik sifat produksi maupun sifat reproduksinya yang dapat digunakan
dalam pendugaan keberhasilan dari program perbaikan mutu genetik sapi bali.

Daftar Pustaka :
Suranjaya, I.G., I N.Ardika dan Danindrawati. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas
Sapi Bali di Wilayah Binaan Proyek Pembibitan Dan Pengembangan Sapi Bali di Bali. Jurnal
Ilmiah Peternakan. 13(3) : 83-87.
Hakim, L., G.Ciptadi dan V.M.A. Nurgiartiningsih. 2010. Model Rekording Data Performans Sapi
Potong Lokal Di Indonesia. Jurnal Ternak Tropika. 11(2): 61-73.

Anda mungkin juga menyukai