Oleh:
Waty Indriani*
Impor pendidik atau dosen dari luar negeri juga merupakan bagian dari agenda penjajahan asing
meliberalisasi pendidikan di Indonesia, dengan dalih untuk meningkatkan mutu SDM, transfer ilmu
pengetahuan dan tekhnologi, dll. Padahal, keberadaan pendidik/dosen asing dapat menjadi ancaman bagi
generasi bangsa. Melalui transfer budaya, penyusupan pemahaman dan pemikiran kapitalis sekuler akan
menciptakan manusia-manusia sekuler yang hidup dengan prinsip-pinsip sekuler. Lebih dari itu, ini adalah
serangkaian kepentingan untuk mewujudkan SDM yang pro kepada kapitalis, yaitu pro terhadap
konsorsium ekonomi internasional seperti IMF dan World Bank. SDM pabrikan pro kapitalis ini sangat
diperlukan untuk memuluskan agenda-agenda kapitalis global di negara ini.
Selain itu, liberalisasi pendidikan merupakan upaya memproduksi SDM murah yang mudah untuk
dieksploitasi. Lembaga pendidikan akhirnya tidak lebih dari produsen tenaga kerja pesanan pasar yang
berorientasi pada tenaga kerja terampil namun mengabaikan faktor pembinaan kepribadian meraka.
Kondisi buruk tersebut akan terus berlangsung selama negara masih mengadopsi dan
menerapkan sistem sekuler kapitalisme. Oleh karena itu, perlu adanya solusi tuntas untuk mengatasi
keruwetan sistem pendidikan di negara ini.
Berbicara mengenai solusi problematika pendidikan, maka kita berbicara tentang dua hal yaitu
perubahan paradigma pendidikan dan pelaksanaan sistem pendidikan oleh negara. Perubahan paradigma
pendidikan, dari paradigma pendidikan kapitalis yang sekuler menjadi paradigma pendidikan Islam sangat
penting untuk mengembalikan fungsi pendidikan sebagai proses pembentukan kepribadian Islam.
Pengejawantahan paradigma ini membutuhkan komponen kedua, yaitu negara. Negara yang dimaksud
adalah Daulah Khilafah Islamiyah. Negara menjadi penentu kurikulum dan metode pendidikan dari tingkat
dasar hingga perguruan tinggi dengan menjadikan aqidah Islam sebagai asas kehidupan. Negara juga
berkewajiban untuk menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai untuk menjamin
proses pengajaran kepada seluruh warga negara dapat berlangsung secara optimal.
Contoh praktisnya adalah Madrasah al-Muntashiriah yang didirikan Khalifah al-Muntahsir Billah di kota
Baghdad. Di sekolah ini setiap siswa menerima beasiswa berupa emas seharga satu dinar (4,25 gram
emas). Kehidupan keseharian mereka dijamin sepenuhnya oleh negara. Fasilitas pendidikan disediakan
seperti perpustakaan, rumah sakit, dan pemandian.
Selanjutnya, negara juga memberikan jaminan kesejahteraan kepada tenaga pendidik
profesional, baik guru maupun dosen. Gaji para pendidik sangat diperhatikan dan merupakan beban
negara yang diambil dari kas Baitul Mal. Mereka juga akan memperoleh sarana dan prasarana yang
menunjang aktivitas mereka sebagai pendidik. Maka, tak mengherankan bila di dalam sistem Islam
bermunculan generasi-generasi cemerlang yang dicetak oleh tenaga pendidik yang berkualitas.
Karena itu, jika ingin menuntaskan problematika pendidikan di negeri ini diperlukan adanya
sistem negara dengan kualitas nomor wahid. Sistem itu tiada lain adalah sistem Islam, yang mewujud
dalam penerapan syariah Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan.