Anda di halaman 1dari 37

LENONG BOCAH DONGENG

LEGENDA SUNGAI MUSI


Skenario :
TB. ULE SULAEMAN. S

0. EXT. PANGGUNG – SIANG


Cast: Dafa, Umi, extras

Dafa dan Umi masuk diiringi musik. Dafa mengenakan


pakaian adat prajurit kerajaan sedangkan Umi mengenakan
pakaian adat bangsawan Sumatera Selatan.

UMI
Selamat siang netizen!

Extras bersorak menjawab.

UMI
Ngomong-ngomong pada tau gak, kita
lagi pakaian adat daerah mana?

EXTRAS
Adat Sumatera Selatan!

DAFA
Pinter! Tapi ada yang tau gak,
Sumatera selatan belah mananya
Palembang?

UMI
Tuh pada diem! Gak ada yang tau!
(jeda)
Palembang itu ibukotanya Sumatera
Selatan!

DAFA
Makanan faporitnya rendang
Palembang!

UMI
Empek-empek keles!

DAFA
Tapi ada juga tuh yang doyan
rendang!

1
UMI
Iya tapi rendang dari Padang!

DAFA
Dari Palembang juga ada!

UMI
(kesal)
Udah, gak usah dibahas!

Sutradara masuk diiringi musik.

SUTRADARA
Penonton, ada yang tahu nama
sungai terbesar di Palembang?

UMI
Gue tau!

DAFA
Namanya gusi!

UMI
Gusi tuh congor, lo!

SUTRADARA
Aduh, udeh teriaknya keras,
omongannya salah lagi! Yang bener
itu sungai Musi!

DAFA
Maksudnya juga begitu!

SUTRADARA
Nah penonton,kali ini lenong bocah
akan menggelar…

UMI
(nyeletuk)
Tikar kali, digelar!

SUTRADARA
Maksud gue, kita akan menghadirkan
cerita tentang asal muasal sungai
Musi!
(teriak)
Oke, semuanya siaaap! Aksen!

Musik kembali mengalun.

DISSOLVED

2
1. EXT. JALANAN SEKITAR KAMPUNG ULIN – SIANG
(Cast: Musi, Sarif, figuran)

SARIF sedang berkeliling desa ditemani oleh pengawal


pribadinya, MUSI. Sarif yang mengenakan tongkat untuk
menopang badannya, dengan ramah menegur warga yang
berpapasan jalan dengannya. Demikian juga dengan warga
yang sangat menghormati Sarif sebagai Kepala Kampung
yang adil dan baik hati.

Namun saat mereka berdua sampai di sebuah jalanan yang


sepi, tiba-tiba Sarif terbatuk-batuk. Ia meringis
menahan sakit di dadanya. Musi segera memegangi Sarif
yang tampak sedikit sempoyongan.

MUSI
Pak Kepala Kampung, sebaiknya kita
pulang saja… Bapak jangan terlalu
memaksakan diri… nanti sakit bapak
semakin parah!

Sarif kembali terbatuk. Kali ini mengarah ke wajah musi


membuat musi segera me-lap wajahnya.

MUSI
Jangan ke muka saya juga kali batuknya…

SARIF
(Maish terbatuk-batuk)
Sebagai seorang Kepala Kampung,
sudah kewajiban saya untuk
berkeliling kampung memeriksa
keadaan warga!
(Menarik nafas)
Musi, seorang pemimpin itu harus
mendahulukan kepentingan
rakyatnya! Jangan hanya menerima
laporan dari anak buahmu saja!

MUSI
Saya mengerti pak Kepala Kampung!

SARIF
Bagus…

Sarif melangkah, tongkatnya menancap di kaki Musi,


membuat Musi meringis kesakitan.

SARIF
Kenapa kamu menangis… Apa yang kamu
sedihkan ? Gak usah pikirkan aku…

3
aku kuat kok…

MUSI
Kaki saya Pak… tongkatnya nancap
di kaki saya…

Sarif kaget melihat tongkatnya mengenai kaki Musi, dan


ia segera mengangkatnya.

SARIF
Maaf Musi… gak sengaja…

MUSI
Lagian kalo sengaja, kebangetan banget…

Tiba-tiba sayup-sayup terdengar suara minta tolong dari


tempat yang tidak jauh dari tempat Musi dan Sarif
berjalan. Sesaat Musi dan Sarif memperhatikan ke arah
asal suara tersebut.

SARIF
Musi, sepertinya ada yang minta
tolong… ayo cepat kita ke sana!

MUSI
Ayo pak kepala kampong… kita ke
sana…

Sarif bergegas menuju ke arah suara tersebut. Musi


mengikuti dari belakang sambil mempersiapkan goloknya.

CUT TO

2. EXT. JALAN/KAMPUNG ULIN – SIANG


(Cast: Musi, Sarif, Fuad, Arif, figuran)

Tampak sepasang suami istri sedang berdiri dengan wajah


ketakutan. Sementara itu dihadapan mereka, tampak FUAD
dan ARIF yang mengenakan kain penutup wajah sedang
mengancam suami istri tersebut. Arif melotot marah
kepada si istri sambil memegang perhiasan miliknya.

ARIF
(Kesal)
Masa cuma segini perhiasanmu, ha!
Mana yang lainnya?

ISTRI
(Ketakutan)
Ampun… kami tidak punya apa-apa
lagi…

4
FUAD
Bohong! Mau aku hajar kamu !

Si istri menggeleng ketakutan. Tiba-tiba terdengar suara


bentakan Sarif.

OS. SARIF
Hei, lepaskan mereka!

Fuad dan Arif menoleh kepada Sarif dan Musi. Mereka


terlihat ketakutan.

ARIF
Gawat… ada kepala kampung…
Kabuuurrr…

Arif langsung lari. Fuad mengejar.

FUAD
Eh, tunggu aku…

MUSI
Hus… hus… hus… hayo, pada lari… !

Arif dan Fuad lari pontang-panting sambil sesekali


menoleh ke belakang sehingga kemudian mereka menabrak
pepohonan. Bangun lagi, nabrak lagi, bangun lagi nabrak
lagi. Musi tertawa ngakak melihat mereka.

MUSI
Hahahahaha… ngaciiirrr…
Bonyok… bonyok tuh badan…

Fuad dan Arif berlari memasuki sebuah kebun warga. Saat


sampai di tengah-tengah kebun, Fuad dan Arif segera
membuka kain penutup wajah mereka.

FUAD
(Lega)
Hahaha… akhirnya kita lolos juga!
(Mengusap wajah)
Uh, hampir saja kita ketahuan sama
bapakku sendiri!

Kemudian Fuad dan Arif membuang kain penutup wajah


mereka dan berjalan menuju keluar area kebun.

CUT TO

3. INT. KAMAR ANWAR/KAMPUNG ULIN – SIANG


(Cast: Musi, Mirah, Bunda Umi, Sarif)

5
Musi sedang menyuapi Sarif. Suapan ketiga, Musi sambil
mengambil air minum sehingga suapan yang disodorkan Musi
mengenai hidung, Mata dan Jidat.

SARIF
Musi… kamu gimana sih…
Mulut saya di sini… bukan di jidat…

Musi menoleh dan kaget.

MUSI
Aduh, maaf kepala kampung… maaf…
Saya ambil air minum dulu buat Pak
Kepala kampung…

Musi segera memasukan suapannya ke mulut Sarif, setelah


itu ia menyodorkan air minum. Setelah meneguk air
minumnya, Sarif memberikan gelas air minum ke Musi,
kemudian ia tidur. Musi menyelimutinya. Musi kemudian
bersenandung lagu dangdut. (Gak nyambung dengan jamannya
supaya lucu)

Perlahan-lahan Sarif mulai terkantuk-kantuk dan akhirnya


tertidur.

Mirah dan Bunda Umi masuk ke dalam kamar sambil membawa


ramuan obat untuk diminumkan kepada Sarif.

MIRAH
(Bicara ke Musi)
Ayah sudah tidur?

MUSI
Iya! Kamu taruh saja obat itu di
atas meja, nanti biar aku yang
memberikan kalau bapak sudah
bangun!

Mirah menaruh gelas yang berisi minuman obat untuk Sarif


di atas sebuah meja kecil di sisi ranjang.

BUNDA UMI
Terima kasih Musi, kamu sudah
merawat suamiku seperti ayahmu
sendiri!
(sok sedih)
Yah… kalau ada waktu, bunda juga
mau dirawat, gitu!

MIRAH
Bunda, jangan becanda, ah!

6
BUNDA UMI
Oh maaf, bunda keceplosan!

Sesaat Mirah memandangi Anwar yang tertidur lelap.


Kemudian ia memandang kepada Musi

MIRAH
Kamu sangat perhatian sekali
kepada ayah!

MUSI
Karena aku sangat menghormati dan
menyayangi bapak, Mirah!

MIRAH
Iya, aku tahu! Hanya saja
perhatian yang kamu berikan kepada
ayah, jauh melebihi daripada yang
kami berikan… padahal aku dan Fuad
adalah anak kandung ayah!

MUSI
Sebenarnya tidak begitu juga,
Mirah! Mungkin karena aku lebih
sering mengawal bapak bepergian,
jadi kamu dan Fuad merasa seakan-
akan kurang perhatian kepada
bapak!

BUNDA UMI
Musi bener, Mirah! Mungkin kalau
Musi sering jalan sama bunda,
pasti Musi lebih perhatian kepada
Bunda!

Sesaat Mirah melotot bête kepada Bunda Umi.

BUNDA UMI
Maaf, bunda keceplosan lagi!

Mirah tersenyum kepada Musi. Musi balik tersenyum kepada


Mirah. Kemudian Mirah berjalan keluar kamar.

CUT TO

4. EXT. WARUNG – SIANG


Cast: Fuad, Arif, extras

Fuad berjalan kelur warung dengn wajah kesal. Sementara


Arif mengikuti langkahnya di belakang.

7
FUAD
Hari ini aku bener-bener sial! Masa
kalah terus main judi!

ARIF
Jangan putus asa! Manatau jika kamu
main sampai malam, kamu bisa menang
besar!

FUAD
Tapi uangku sudah habis!

ARIF
Fuad, kamu itu anak kepala kampung!
Anak orang kaya! Tidak pantas kamu
bicara seperti itu!
(mikir)
Begini saja!

Kemudian Arif berbisik kepada Fuad. Fuad tampak manggut-


manggut.

ARIF
Setuju gak…

FUAD
Setuju apa… orang aku gak dengar…

` ARIF
Kenapa tadi manggut-manggut… ?

FUAD
Lagi pengen manggut-manggut aja…

ARIF
Yaelah… penjahat masih mau ngelucu juga…
Sini gue bisikin lagi…

Arif kembali membisiki Fuad, dan Fuad terlihat setuju.

CUT TO

5. INT. KAMAR SARIF/KAMPUNG ULIN – SIANG


(Cast: Musi, Mirah, Sarif, Fuad)

Sarif sedang tertidur lelap di atas ranjang. Tiba-tiba


Fuad masuk mengendap-endap ke dalam kamar. Kemudian Fuad
mendekati lemari dan membuka paksa. Setelah itu Fuad
mengambil uang yang ada di dalam lemari. Namun tiba-tiba
ia terkejut ketika tiba-tiba Sarif menegurnya.

8
OS. SARIF
Fuad, apa yang kamu lakukan…?!
Kamu habis kalah berjudi lagi ya…?

FUAD
(Grogi)
Eh ayah!

SARIF
(Menahan emosi)
Kamu benar-benar keterlaluan Fuad!
Tidak saja mencuri uang ayah, tapi
kamu juga tega merampok warga!

FUAD
(Pura-pura bingung)
Apa maksud ayah?

SARIF
Kamu tidak usah pura-pura! Kamu
pikir ayah tidak tahu kalau kamu
yang merampok warga yang ayah
pergoki!

FUAD
(Kesal)
Kenapa ayah menuduhku seperti itu?
Pasti Musi telah menghasut ayah,
kan?

SARIF
(terbatuk-batuk)
Fuad, tidak ada yang menghasut
ayah! Ayah sudah tahu semuanya!
Musi tidak pernah…

FUAD
(Marah)
Bohong! Selama ini Musi pasti
telah menghasut ayah supaya ayah
membenci aku!

SARIF
(Kesal)
Fuad, jaga mulutmu! Ayah benar-
benar gak habis pikir sama kamu!
Kamu itu adalah calon pengganti
ayah! Jika ayah wafat nanti, kamu
yang akan menggantikan ayah untuk
memimpin kampung ini… Tapi
kelakuan kamu tidak menunjukkan

9
selayaknya pemimpin… Seharusnya
kamu malu pada Musi! Dia itu anak
yang berbakti dan selalu setia
menemani ayah! Tidak seperti kamu
yang selalu mementingkan diri
sendiri!

FUAD
(Menggeram marah)
Aaah! Kenapa sih ayah selalu
membanding-bandingkan aku dengan
Musi? Apa hebatnya dia?

SARIF
Ayah tidak bermaksud membandingkan
kamu dengan dia! Ayah hanya ingin
kamu merubah semua sifat burukmu!

FUAD
Aku bosan dengar ceramah ayah!

Fuad beranjak hendak keluar kamar. Sarif bangkit dari


ranjangnya.

SARIF
Fuad, kembalikan uang yang baru
saja kamu ambil!

FUAD
Tidak!

Fuad memasukkan semua uang yang diambilnya dari dalam


lemari ke dalam kantong bajunya.

SARIF
(Memanggil)
Fuad…!

Sarif berusaha turun dari ranjang untuk mencegah Fuad


pergi keluar kamar. Namun saat ia memegang lengan Fuad,
Fuad justru menepiskan dengan kasar. Kemudian ia
mendorong Sarif ke arah ranjang. Sarif terdorong ke arah
ranjang (terhuyung-huyung) sambil mencari pegangan
hingga menimbulkan suara gaduh saat tangan Sarif
memegang sebuah gelas (gelas jatuh dan pecah di lantai).

Bersamaan dengan itu Musi dan Mirah masuk ke dalam


kamar. Mirah langsung menghampiri Sarif.

MIRAH
(histeris)

10
Ayaaah!

Fuad segera berjalan menuju keluar kamar. Musi segera


mengejar Fuad.

Fuad berjalan tergesa-gesa menuju ruang tengah. Tiba-


tiba Musi muncul dan menghadangnya.

FUAD
(Kesal)
Kamu berani menghalangi jalanku,
ha!

MUSI
Tidak, aku hanya…

FUAD
Hanya apa?

MUSI
Aku harap kamu tidak menyakiti
bapak lagi! Kasihan, bapak sedang
sakit keras!

FUAD
Kamu tidak usah menasihatiku!
Kalau kamu gak suka, ayo lawan aku
sekarang!

Fuad memegang kerah baju Musi.

MUSI
Aku tidak mau berantem…

Musi melepaskan tangan Fuad. Dan Fuad segera berbalik


badan, kemudian beranjak pergi, tapi dia menabrak
bingkai pintu.

FUAD
Aduh…

MUSI
Hati-hati jalannya…

FUAD
(Marah) Aku memang sengaja incar
Daun pintu ini… sudah tiga hari aku
Incar, baru kali ini aku sempat
tabrak dia !

Fuad bergegas pergi dengan perasaan malu.

11
INSERT: Sementara itu, Arif yang berdiri di ruang lain
tampak memperhatikan kedekatan Mirah dan Musi
dengan wajah cemburu dan kesal.

VO. ARIF
Musi brengsek, berani-beraninya
dia mendekati Mirah! Uh, dia harus
segera aku singkirkan!

DISSOLVED

6. INT. KAMAR SARIF/KAMPUNG ULIN – MALAM


(Cast: Musi, Sarif, Fuad, Mirah, figuran)

Tampak Musi berdiri di samping ranjang dimana Sarif


sedang tergeletak lemah.

SARIF
Musi!

MUSI
Iya, pak!

SARIF
Saya ingin kamu menggantikan
menjadi Kepala Kampung setelah
saya wafat nanti!

MUSI
(Kaget)
Maaf pak, saya tidak…

SARIF
Musi, kamu tidak harus menjawabnya
sekarang! Pikir-pikirlah dulu!

Musi menganggukkkan kepalanya.

SARIF
Sekarang keluarlah… dan tolong
panggil Fuad ke sini!

MUSI
Baik, pak!

Kemudian Musi berjaan keluar kamar.

Fuad dan Mirah sedang berdiri di depan kamar Sarif. Fuad


menasihati Mirah agar tidak terlalu dekat dengan Musi.

12
FUAD
Pokoknya, kak Mirah tidak boleh
berhubungan dengan dia lagi!
Apalagi kalau sampai berdua-duaan!

MIRAH
Lho? Memangnya kenapa?

Tiba-tiba Mirah berhenti bicara saat Musi keluar dari


kamar Sarif.

MUSI
(Bicara ke Fuad)
Fuad, kamu dipanggil bapak!

Fuad berjalan menuju ke dalam kamar Sarif. Sementara


Mirah memperhatikan Musi yang seperti orang tertekan.

MIRAH
Musi, ada apa? Wajahmu kok pucat
sekali?

Musi tidak menjawab dan terus berjalan ke arah teras.


Mirah mengikuti Musi dari belakang.

Fuad masuk ke dalam kamar Sarif. Ia berdiri di dekat


ranjang Sarif. Sarif memandang Fuad.

SARIF
Fuad, ayah bisa merasakan bahwa
umur ayah sudah tidak akan lama
lagi… Untuk itu, maukah kamu
berbakti tanpa pamrih bagi kampung
kita?

FUAD
Iya ayah! Aku siap berbakti! Aku
siap menjadi kepala kampung!

SARIF
Tidak Fuad… bukan itu maksud ayah…
Justru ayah mau meminta kamu untuk
merelakan jabatan itu pada orang
lain…

FUAD
(Menahan kesal)
Apa?! Kalau bukan aku, lantas
siapa yang akan menggantikan
posisi ayah?

13
SARIF
Musi… ayah harap kamu mau berbesar
hati menerima keputusan ayah ini…

Fuad tersentak kaget. Sarif mau memegang tangan Fuad


tapi Fuad sengaja mengelak. Fuad tampak kesal/kecewa
dengan ucapan Sarif yang memilih Musi daripada dirinya.

SARIF
Kamu kecewa dengan keputusan ini?

Sarif duduk di ranjang dan merentangkan tangannya untuk


memeluk Fuad. Fuad diam saja. Sarif kemudian terbatuk-
batuk sambil memegang dadanya yang sakit. Sarif terus
terbatuk dan semakin memegangi dadanya yang sakit. Fuad
kaget.

FUAD
Ayah ???

Sarif kemudian terkulai ke tempat tidur.

FUAD
Ayah… ayah kenapa ayah !
Waduh gawat… ayah meninggal…
Aku bisa dituduh membunuh ayah…
Gimana ini ???

CUT TO

7. EXT. TERAS RUMAH SARIF/KAMPUNG ULIN – MALAM


(Cast: Musi, Mirah)

Musi dan Mirah tampak sedang berdiri berdua di teras


rumah.

MUSI
Aku benar-benar merasa bingung dan
sedih jika harus menerima sebuah
tanggungjawab yang rasanya tidak
pantas aku pikul!

MIRAH
Musi, pantas atau tidak pantasnya
sebuah tanggungjawab itu,
tergantung dari diri kamu sendiri!

MUSI
Oh ya?

14
MIRAH
Iya! Dan itu merupakan bentuk dari
rasa hormat kamu kepada orang yang
memberikan tanggungjawab!

Sejenak Musi termangu mendengar ucapan Mirah.

MUSI
Terimakasih Mirah… Pendapatmu
sudah membuatku jadi tenang…

Musi melihat ke arah dalam rumah dan kemudian memandang


kepada Mirah.

MUSI
Mirah, aku mau ke dalam dulu… Ada
urusan yang harus aku selesaikan
dengan bapak…

Mirah mengangguk kepada Musi. Musi bergegas masuk ke


dalam rumah, menuju ke kamar Sarif.

INSERT: Pada saat yang bersamaan, diam-diam Fuad keluar


dari kamar Sarif dan berjalan melalui pintu
samping ke teras rumah.

CUT TO

8. INT. KAMAR SARIF/KAMPUNG ULIN – MALAM


(Cast: Musi, Sarif, Mirah, Fuad, Bunda Umi)

Suasana dalam kamar Sarif. Mayat Sarif tergeletak di


atas ranjang ditutupi selimut. Tiba-tiba terdengar suara
ketukan di pintu kamar. Tidak lama kemudian Musi masuk
ke dalam kamar. Ia berjalan mendekati ranjang Sarif.

MUSI
Pak, saya ingin memberikan
jawaban…

Sesaat Musi menghentikan ucapannya. Ia memperhatikan


wajah Sarif. Ia merasa ada yang aneh dengan Sarif.
Kemudian ia lebih mendekati Sarif.

MUSI
Pak! Bapak!

Musi curiga dan kemudian memegang tangan Sarif.

MUSI
Bapak…

15
Musi rada panik dan kemudian menyingkapkan kain selimut
Sarif. Sesaat ia terkejut bukan main ketika menyadari
bahwa Sarif sudah meninggal dunia.

Bersamaan dengan itu, Fuad masuk ke dalam kamar. Ia


melotot kaget ke arah Sarif dan Musi.

FUAD
(Histeris)
Ayaaah!
(Marah ke Musi)
Pembunuh! Dasar kamu pembunuh!

Tiba-tiba Mirah dan Bunda Umi ikut masuk ke dalam kamar.


Sesaat mereka kaget melihat Musi berdiri di dekat
ranjang sambil memegang pisau yang berlumuran darah.

BUNDA UMI
(panik)
Ada apa ini?

FUAD
Bunda, Musi telah membunuh ayah!

BUNDA
(Kaget)
Apa?
(mendekati Musi)
Kenapa kamu sampai hati membunuh
suamiku, Musi?

Musi gelagapan bingung.

FUAD
Dia kesal karena ayah tidak
mengangkatnya menjadi Kepala
Kampung!

MUSI
Bu… bukan! Aku tidak…

MIRAH
Diam kamu!

Mirah menampar wajah Musi. Musi terdiam. Bunda Umi juga


hendak menampar wajah Musi. Musi sengaja menyodorkan
wajahnya.

BUNDA UMI
Gak tega, ah!

16
Tiba-tiba Arif masuk ke kamar Sarif diikuti oleh
beberapa orang anak buahnya.

ARIF
Fuad, ada apa?

FUAD
Musi telah membunuh ayahku!
Tangkap dia dan bawa ke balai
desa!

Arif dengan wajah marah mendekati Musi. Ia bersama anak


buahnya segera menangkap Musi dan membawanya keluar
rumah.

Sementara itu, Mirah dan Bunda Umi menangisi mayat


Sarif.

CUT TO

9. EXT. HUTAN/KAMPUNG ULIN – SIANG


(Cast: Musi, Arif, figuran)

Musi dalam keadaan tangan terikat berjalan didampingi


oleh anak buah Arif. Sementara itu, Arif berjalan di
depan sambil membusungkan dada. Kemudian sampai di
sebuah tempat yang agak sepi, Arif menyuruh anak buahnya
untuk berhenti.

ARIF
Berhenti!
(Bicara ke anak buahnya)
Bawa tahanan itu ke sini!

Anak buah Arif membawa Musi ke dekatnya. Kemudian Arif


memaksa Musi duduk bersimpuh di hadapannya.

ARIF
Sekarang, nyawamu ada di tanganku!

MUSI
Arif, kamu tidak berhak
mengadiliku di hutan ini! Kamu
tidak dengar perintah Fuad? Dia
menyuruhmu membawaku ke balai
desa!

ARIF
Hahaha… sudah mau mati, masih saja
sok jago, ya? Kemana pun aku
membawamu, itu urusanku!

17
Arif akan mencabut goloknya. Namun tanpa disadarinya,
ternyata Musi telah melepaskan ikatan tangannya sedari
tadi. Hingga saat Arif hendak mencabut golok, secara
tiba-tiba Musi mendorong Arif hingga tersungkur.
Kemudian dengan secepat kilat, Musi menghilang di dalam
kegelapan hutan.

Sementara itu, Arif berteriak marah memaksa anak


buahnya mengejar Musi.

ARIF
(Teriak marah)
Cepat tangkap diaaa!

DISSOLVED

10. INT. BALAI DESA – SIANG


(Cast: Mirah, Fuad, Arif, Bunda Umi, figuran)

Suasana saat peresmian Fuad diangkat menjadi Kepala


Kampung.

Mirah, Bunda Umi, para tamu dan tetua adat tampak


berdiri ketika salah seorang pemimpin adat berjalan
mendekati Fuad. Kemudian ia berdiri saling berhadapan
dengan Fuad. Pemimpin adat sambil memegang sebilah keris
(atau apa saja sebagai simbol senjata adat Palembang)
berbicara dengan suara lantang.

PEMIMPIN ADAT
Hari ini, saya sebagai pimpinan
tetua adat di Kampung Ulin, secara
resmi menyerahkan tampuk
kepemimpinan sebagai Kepala
Kampung kepada Fuad!

Kemudian pemimpin adat menyerahkan keris sebagai simbol


peresmian pengangkatan Fuad sebagai Kepala Kampung.
Warga tepuk tangan. Fuad tersenyum senang. Arif yang
juga ada di dekat Fuad juga ikut tersenyum senang.

FUAD
(Memberi kata sambutan)
Pertama-tama saya mengucapkan
terimakasih atas dukungan warga
semua yang sudah mengangkat saya
jadi kepala kampung… Mudah-
mudahan, saya juga bisa jadi
pemimpin yang baik seperti
almarhum ayah saya yang sudah
dibunuh oleh Musi…

18
Fuad pura-pura sedih. Warga juga jadi ikut terharu.

WARGA 1
Musi memang benar-benar kejam…
Tega-teganya dia membunuh orang
sebaik pak Sarif…

WARGA 2
Betul… Awas aja kalau sampai aku
melihat batang hidungnya…! Akan
kuhajar dia…!

Warga jadi tampak geram mengingat Musi. Fuad dan Arif


diam-diam tersenyum senang.

CUT TO

11. INT. RUMAH SARIF/KAMPUNG ULIN – SIANG


(Cast: Fuad, Arif)

Fuad tampak lagi gelisah. Tak lama kemudian Arif muncul


mendekati Fuad.

ARIF
Fuad, keliatannya kamu gelisah
sekali! Ada apa?

FUAD
Aku masih memikirkan Musi… Aku
takut, suatu saat nanti dia akan
datang untuk membalas dendam…

Sesaat Arif mengangguk-anggukkan kepalanya sambil


berpikir.

ARIF
Satu-satunya cara, kita harus
benar-benar menghancurkan Musi…
Kita cari dia, dan buat dia benar-
benar terpuruk… Dan aku tahu
bagaimana caranya…

Fuad menatap Arif penasaran. Arif tersenyum sinis ke


arah kamera.

CUT TO

12. EXT. JALAN SETAPAK/KAMPUNG ULIN – SIANG


(Cast: Musi, Mirah)

19
Musi berjalan tergesa-gesa. Ia merasa harus menceritakan
kejadian yang sebenarnya kepada Mirah.

VO. MUSI
(Bicara sendiri)
Aku harus menceritakan kejadian
yang sebenarnya kepada Mirah! Dia
harus tahu bahwa Fuad lah yang
melakukan pembunuhan itu!

Tiba-tiba Musi melihat Mirah sedang berjalan seorang


diri menuju ke rumahnya. Musi segera mengejar Mirah.

MUSI
Mirah!

MIRAH
Kamu masih berani berkeliaran
menemuiku?

MUSI
Mirah, aku ingin mengatakan…

MIRAH
(Membentak Musi)
Diam kamu! Pembunuh licik seperti
kamu tidak pantas bicara padaku
lagi!

Kemudian dengan wajah marah, Mirah mengusirnya pergi.

MIRAH
Pergi kamu! Aku benci kamu!
Pergiii!

Musi terdiam. Mirah bergegas pergi meninggalkan Musi.


Musi berjalan gontai tanpa arah dan tiba-tiba ia terak
kaget.

MUSI
Huaaa!

GABRUUUK! Musi terjatuh ke dalam jurang di pinggir jalan


setapak.

CUT TO

13. INT. RUMAH SARIF/KAMPUNG ULIN – MALAM


(Cast: Mirah, Fuad, Bunda Umi)

20
Mirah tampak sedang melamun. Fuad muncul dan menegur
Mirah.

FUAD
Lagi ngelamunin apa, kak?

MIRAH
Eh, Fuad? Kakak cuma…
(Terbata bimbang)
Eee anu, soal Musi!

FUAD
(Tersentak kesal)
Musi? Untuk apa lagi kakak
memikirkan dia!

MIRAH
Musi itu orang baik… saya ragu
apa mungkin orang sebaik Musi
tega membunuh ayah?

FUAD
(kesal)
Ternyata pikiran kakak sudah
diracuni oleh si Musi!
(jeda)
Kak, sepertinya aku harus
mencarikan suami supaya kakak
bisa melupakan Musi!

Tiba-tiba bunda Umi mendatangi mereka.

BUNDA UMI
(bicara ke Fuad)
Apa maksud kamu, Fuad?

FUAD
Aku mau kak Mirah menikah dengan
Arif!

MIRAH
(teriak marah)
Aku tidak mau menikah dengan dia!

BUNDA UMI
(ikut teriak)
Bunda juga gak mau nikah sama Arif!

Fuad dan Mirah melongo kaget ke bunda Umi.

21
BUNDA UMI
(grogi abis)
Maksud Umi, umi gak setuju Mirah
nikah dengan Arif!

FUAD
Kalau sama bunda?

BUNDA UMI
(geer) Gimana, ya?

DISSOLVED

14. EXT. ARENA/KAMPUNG ULIN – SIANG


(Cast: Mirah, Fuad, Arif, Bunda Umi, figuran)

Tampak orang-orang saling berdesak-desakkan untuk


memasang taruhan di samping arena. Sementara itu, di
tengah arena tampak dua ekor kambing sedang beradu
dipandu oleh pemiliknya masing-masing.

Para penonton tampak bersorak riuh rendah menyemangati


kambing jagoan mereka masing-masing.

Fuad, Mirah, Bunda Umi dan Arif duduk di atas panggung


yang terletak persis di depan arena. Mereka menyaksikan
pertarungan tersebut sambil sesekali ikut berteriak
menyemangati para kambing petarung.

Sementara itu Mirah dan Bunda Umi tampak gelisah dan


ketakutan. Mereka tidak sanggup melihat kambing beradu.
Di samping itu, Mirah tampak kesal dan marah melihat
warga yang justru bersorak girang. Mirah tidak menyangka
kalau Fuad dengan begitu mudahnya mempengaruhi warga
untuk berjudi. Kemudian ia bangkit dari duduknya dan
hendak pergi dari panggung diikuti oleh Bunda Umi. Namun
tiba-tiba tangannya dipegang oleh Fuad. Mirah
mengehntikan langkahnya.

BUNDA UMI
Kok Bunda gak dipegangin juga?

Fuad dengan bête, memegang tangan Bunda Umi.

FUAD
Mau kemana, kak?

MIRAH
Kamu benar-benar keterlaluan
Fuad! Gara-gara kamu, semua
warga jadi ikut berjudi!

22
FUAD
Memangnya kenapa? Judi lebih
baik daripada tiap hari mereka
kerja keras di sawah tapi
hasilnya cuma sedikit!

MIRAH
Ayah pasti sangat marah kalau
seandainya dia masih hidup! Kamu
kan tahu, ayah sangat benci
sekali dengan judi!

FUAD
Aaah sudahlah kak! Jangan
ngomongin ayah lagi! Sekarang
aku yang berkuasa!
(Melunak)
Ayolah kak, lebih baik kakak
ikut menikmati tontonan ini
daripada kita bertengkar terus!

MIRAH
Kamu memang benar-benar sudah
gila Fuad!

Mirah menepiskan tangan Fuad dan berjalan tergesa-gesa


menuju ke kamarnya. bunda Umi ikut-ikutan menepiskan
tangan Fuad.

BUNDA UMI
Mirah, tungguuu!

Bunda Umi mengejar Mirah sementara Fuad kembali


menyemangati jagoannya.

CUT TO

15. INT. RUMAH KAKEK DAFA/KAMPUNG TEBO – SIANG


(Cast: Musi, Kakek Dafa)

Musi membuka perlahan matanya. Samar-samar ia melihat


seorang kakek sedang berdiri di sisi ranjang yang ia
tiduri. Kakek itu tersenyum ramah kepada Musi. Musi
berusaha bangkit dari ranjang namun tiba-tiba sang Kakek
menahan Musi agar tetap rebahan di ranjang.

KAKEK DAFA
Anak muda, sebaiknya kamu
istirahat saja!

23
Musi memandang kepada sang kakek sambil menahan rasa
perih di dadanya.

KAKEK DAFA
Tadi saya menemukamu tidak
sadarkan diri di dalam jurang!

Kakek membantu Musi untuk duduk di ranjang dan


menyodorkan minuman ke mulut Musi.

KAKEK DAFA
Minumlah anak muda, mudah-
mudahan ramuan obat ini dapat
mengurangi rasa sakit di dadamu!

Musi meminum air ramuan obat yang diberikan Kakek Dafa.


Tapi kemudian memuntahkannya.

MUSI
Fuih… air apa ini… kok asem…

KAKEK DAFA
Aduh, mohon maaf… saya salah kasih
Air minum… itu tadi air kobokan bekas
Kakek makan… maaf ya… gak berbahaya kok…
Banyak vitaminnya…

Kakek mengambil gelas dari Musi, kemudian menukar dengan


gelas lainnya.

KAKEK DAFA
Yang ini jamunya… ayo minum…

Musi menerima gelas, tapi ragu untuk meminum airnya.

KAKEK DAFA
Ayo minum… jangan takut…
Itu jamu beneran…

Musi dengan perasaan ragu akhirnya meminum jamu yang


diberikan kakek Dafa.

KAKEK DAFA
Habiskan… gak usah ragu…

Setelah meminum ramuan itu, Musi tampak duduk bengong.


Pandangannya tampak kosong.

24
KAKEK DAFA
Anak muda, siapa namamu? Kenapa
kamu bisa ada di dasar jurang?

Musi tidak menjawab pertanyaan kakek Dafa. Ia tetap


bengong sambil menatap kosong ke arah depan. Kakek Dafa
kesal.

KAKEK DAFA
Emang enak dicuekin…

CUT TO

16. EXT. ARENA/KAMPUNG ULIN – SIANG


(Cast: Fuad, Arif, figuran)

Suasana seru dan ramai di sekitar arena pertarungan


kambing. Seekor kambing baru saja mengalahkan kambing
lainnya.

Pemilik kambing yang menang mengangkat tangannya.

LELAKI 1
Hidup kambingku… hidup kambingku… !

Para penonton bertepuk tangan kepadanya.

In Frame Arif dengan kambingnya.

ARIF
Sekarang kambingku yang akan
menjadi lawan kambingmu…!

LELAKI 1
Siap… kambingku pasti menang lagi…

Kedua kambing kemudian siap bertarung. Wasit masuk


langsung memulai pertarungan. Kedua kambing kemudian
saling serang. Kambing Arif ternyata lebih hebat. Semua
orang jadi melongo kagum melihat kehebatan kambing Arif.
Arif cuma tersenyum angkuh.

Kambing Arif akhirnya memenangkan pertarungan. Wasit


memasuki arena dan mengangkat tangan Arif, menandakan
kambing sebagai pemenang. Para penonton bersorak girang.

INSERT: Fuad yang duduk di panggung nampak mengangguk-


angguk senang melihat kambing Arif berhasil
mengalahkan lawannya.

25
Suasana setelah sebuah pertarungan selesai. Sesudah
kedua petarung membawa kambing mereka keluar dari arena,
Fuad berjalan memasuki arena tarung. Semua orang
memperhatikan Fuad.

FUAD
Mulai hari ini, pertarungan akan
diatur dengan sistim gugur! Setiap
peserta yang kambingnya menang
akan diadu dengan sesama kambing
peserta yang menang hingga
akhirnya hanya ada satu pemenang!
Dan bagi siapa saja yang menjadi
pemenangnya nanti, hadiahnya akan
saya gandakan menjadi sepuluh kali
lipat dari hadiah yang sekarang!
Di samping itu, pemenangnya juga
akan saya angkat menjadi pengawal
pribadi saya, mendampingi Arif!
(jeda)
Karena itu, saya mengundang semua
petarung dari luar kampung Ulin
untuk bertanding di arena ini!

Sesaat Fuad berhenti berbicara. Ia memandang kepada Arif


yang sedang duduk di atas panggung.

FUAD
Arif, aku perintahkan kepadamu
untuk menyebarkan berita ini
kepada semua Kepala kampung yang
ada di sekitar kampung kita!

ARIF
(Berdiri)
Baik, pak Kepala kampung! Aku akan
segera menyuruh anak buahku untuk
menyampaikan berita ini!

Kemudian Arif berbisik kepada beberapa anak buahnya.


Tidak lama kemudian, anak buah Arif segera pergi dari
panggung. Arif kembali duduk. Fuad berjalan keluar arena
dan menuju ke panggung.

DISSOLVE

17. EXT. SEKITAR ARENA/KAMPUNG ULIN – SIANG


(Cast: Musi, Kakek Dafa, figuran)

Musi tampak rada kikuk berada di Kampung Ulin. Ia


berusaha menyembunyikan wajahnya dari setiap pandangan

26
orang-orang di sekitarnya. Musi berjalan berdua dengan
kakek dafa yang membawa seekor kambing.

KAKEK DAFA
Musi, kenapa kamu gelisah begitu?
(Menepuk pundak Musi)
Kamu jangan takut dulu sebelum
bertanding! Kamu harus yakin si
jalu pasti menang…

MUSI
Bukan begitu pak, tapi saya…

Sesaat Musi tampak semakin gelisah.

VO. MUSI
Gawat, aku bisa ditangkap Fuad
kalau anak buahnya melihatku
berada di sini!

Sesaat Musi tampak berpikir keras. Kakek Dafa menegur


Musi.

KAKEK DAFA
Musi, ayo cepat mendaftar! Nanti
kamu tidak bisa ikut pertandingan…

MUSI
Kakek Dafa, tolong daftarkan saya
dengan nama selain nama Musi! Saya
ada urusan sebentar!!

KAKEK DAFA
(Bingung)
Kamu mau kemana?

MUSI
Nanti saya ceritakan, Kek!

Kemudian Musi tergesa-gesa pergi meninggalkan Kakek


Dafa.

KAKEK DAFA
(Bingung/bicara sendiri)
Aduh… nama selain Musi, apa ya?

Kakek Dafa tampak kebingungan memikirkan nama untuk


mendaftarkan Musi ke panitia pertandingan.

KAKEK DAFA
Michael Jackson aja deh…

27
CUT TO

18. EXT. ARENA/KAMPUNG ULIN – SIANG


(Cast: Musi, figuran)

Suasana saat dua kambing sedang bertarung. Tidak lama


kemudian salah satu kambing kalah. Pemilik kambing yang
kalah kemudian membawa kambingnya keluar dari arena.

WASIT
(Teriak)
Untuk pertarungan berikutnya…
kambing jantan dengan nama
pendekar Lembah Neraka akan
bertarung melawan…

Sesaat Wasit tampak bingung. Ia melihat ke arah luar


arena. Tiba-tiba Musi (mengenakan topeng) masuk membawa
kambingnya ke dalam arena.

WASIT
Hei, kamu siapa?

MUSI
Kambing Saya yang akan bertarung
melawan pendekar Lembah Neraka!

Wasit tampak mengangguk-angguk. Musi maju ke tengah


arena bersamaan kambingnya. Kambing Musi dan kambing
lawan saling berhadapan. Kemudian Wasit memberikan aba-
aba untuk memulai pertandingan.

Kambing Musi dan kambing lawan bertarung dengan serunya.


Tapi hanya dengan beberapa jurus saja, kambing Musi
dapat menjatuhkan lawannya.

Para penonton/petaruh yang mendukung kambing Musi


berteriak girang. Kakek Dafa ikut-ikutan masuk ke arena
memeluk Musi. Beberapa penonton mengikuti Kakek Dafa dan
kemudian mereka mengelu-elukan Musi.

DISSOLVED

Kambing Musi kembali bertarung dengan lawannya. Kambing


lawan yang semula di atas angin, perlahan-lahan mulai
kewalahan menghadapi serangan-serangan kambing Musi.
Hingga akhirnya kambing lawan mundur dan kalah. Semua
pendukung Musi berteriak mengelu-elukan Musi.

28
PENONTON
Hidup petarung bertopeng! Hidup
petarung bertopeng!

Musi memberi hormat kepada para pendukungnya. Kemudian


dengan membusungkan dada, ia memandang ke arah panggung.

INSERT: Fuad melotot kesal kepada Musi.

Musi berjalan menuju keluar arena. Kakek Dafa dan para


pendukung Musi berebutan memberikan selamat. Mereka
tidak henti-hentinya mengelu-elukan Musi.

Musi (mengenakan topeng) sedang berbicara dengan Kakek


Dafa.

KAKEK DAFA
Sekarang saya mengerti semuanya!
Ternyata kamu adalah korban fitnah
dari pak Fuad!

Musi mengangguk. Tiba-tiba Mirah sambil membawa makanan,


masuk ke dalam tenda. Musi dan Kakek Dafa berdiri
menyambut Mirah.

MIRAH
Maaf saya mengganggu! Ini ada
titipan makanan untuk kalian dari
pak Kepala Kampung!

MUSI
Terima kasih Mirah!

Mirah terlonjak kaget mendengar ucapan Musi. Mirah


menatap tajam ke arah Musi. Musi dengan perlahan
melepaskan topengnya.

MIRAH
Musi?

MUSI
Iya, ini aku!

MIRAH
Ternyata kamu petarung bertopeng
itu? Apa maksudmu melakukan
semua ini?

MUSI
Pertama, aku ingin mengembalikan
nama baikku di kampung ini…

29
MIRAH
(Bingung)
Mengembalikan nama baik? Apa
maksudmu?

MUSI
Sebenarnya saya tidak membunuh
Pak Sarif! Memfitnah aku karena
Fuad kecewa kepada bapak yang
memintaku untuk menggantikannya
menjadi Kepala Kampung!

MIRAH
(Kaget)
Masa sih ???

Sesaat Mirah mencoba berpikir dan mengingat peristiwa


pembunuhan Sarif.

CUT TO

19. INT. KAMAR FUAD/KAMPUNG ULIN – MALAM


(Cast: Mirah, Fuad)

Fuad sedang makan di atas ranjangnya. Tiba-tiba Mirah


masuk ke kamarnya. Fuad kaget dan bangkit dari ranjang.
Mirah mendekati Fuad dan langsung menampar wajah Fuad.
Fuad kaget.

FUAD
Kenapa kak Mirah menamparku?

MIRAH
(menahan marah)
Seharusnya aku membunuhmu untuk
membalas kematian ayah!

FUAD
Apa maksud kak Mirah?

MIRAH
Kamu tidak usah bohong lagi! Aku
sudah tahu bahwa ternyata kamu
lah yang membunuh ayah!

FUAD
Siapa yang bilang!

MIRAH
Musi!

30
Fuad terkejut bukan main.

FUAD
Tidak mungkin! Musi sudah mati!

MIRAH
Kamu salah! Petarung bertopeng
dengan kambingnya yang akan kamu
hadapi besok itu adalah Musi!

Fuad tampak panik dan marah.

FUAD
Iya… aku akui sudah memfitnah Musi.
Tapi aku juga tidka membunuh ayah…
Ayah meninggal memang sudah seharusnya…
Tapi aku kecewa sama ayah yang memilih
Musi untuk menggantikan ayah menjadi
Kepala kampung…

MIRAH
Kamu jahat Fuad !

FUAD
(teriak)
Pengawal! Siniii!

Tiba-tiba beberapa orang anak buah Fuad masuk ke dalam


kamar.

FUAD
Tangkap perempuan ini!

Pengawal tampak agak ragu. Mirah memandang kaget kepada


Fuad.

FUAD
Cepaaat!

Anak buah Fuad ketakutan. Mereka segera menangkap Mirah


dan membawanya keluar kamar. Sementara Fuad tampak
berjalan mondar-mandir dengan wajah gusar.

DISSOLVE

20. INT. RUMAH SARIF/KAMPUNG ULIN – SIANG


(Cast: Mirah, Fuad, figuran)

Fuad berjalan keluar dari kamarnya. Saat sampai di ruang


tengah, ia menemui anak buahnya yang sedang memegangi
Mirah (Mirah dalam kondisi terikat).

31
FUAD
(Bicara ke anak buah)
Nanti saat kambing aku bertarung
melawan kambing petarung
bertopeng, kalian bawa perempuan
ini ke atas panggung!

ANAK BUAH FUAD


Baik pak!

FUAD
Dan jika perempuan ini mencoba
untuk meloloskan diri, bunuh
saja! Mengerti?

ANAK BUAH FUAD


Mengerti pak!

Fuad menatap Mirah.

MIRAH
(teriak marah)
Dasar penjahat! Pengkhianat!
Kamu pengecut Fuad!

Fuad kesal dan berjalan menuju keluar rumah.

CUT TO

21. EXT. JALAN SEKITAR RUMAH SARIF/KAMPUNG ULIN – SIANG


Cast: Bunda Umi, Kakek Dafa.

Kakek Dafa tampak celingukkan berjalan di depan rumah


Sarif. Tiba-tiba Bunda Umi muncul menegurnya.

BUNDA UMI
Kamu siapa? Mau ngemis, ya?

KAKEK DAFA
Saya bukan pengemis! Saya mau
mencari cucu saya!

BUNDA UMI
Mau nyari cucu?

KAKEK DAFA
Tadinya sih begitu… tapi setelah
melihat wajahmu, pikiranku berubah!

BUNDA UMI
(bingung)

32
Berubah pikiran? Jadi gila, dong!

KAKEK DAFA
Bukan! Tadinya saya mau nyari cucu
eee sekarang berubah mau nyari
cinta saya yang hilang!

Kakek Dafa tersenyum genit kepada Bunda Umi. Sedangkan


Bunda Umi tampak senyum-senyum geer.

CUT TO

22. EXT. ARENA/KAMPUNG ULIN - SIANG


(Cast: Musi, Fuad, Kakek Dafa, figuran)

Suasana arena pertandingan yang sesak dipenuhi penonton.


Musi bersama kambingnya berdiri menunggu kedatangan Fuad
di tengah arena. Tidak lama kemudian Fuad muncul dengan
membawa kambing memasuki arena. Kemudian ia berjalan
mendekati Musi.

FUAD
(berbisik)
Musi, lihatlah ke atas panggung!
Jika kamu berani mengalahkan
kambingku, maka anak buahku akan
membunuh Mirah!

Musi kaget. Perlahan ia membuka topengnya. Kemudian ia


memandang ke arah panggung.

INSERT: Mirah dalam keadaan terikat sedang diancam oleh


anak buah Fuad.

MUSI
Dasar pengecut kamu, Fuad!

Fuad tersenyum.

FUAD
Ayo kita mulai pertarungan ini…

Kambing Fuad dan kambing Musi kemudian saling


berhadapan. Wasit memasuki arena kemudian memulai
pertarungan.

WASIT
Siap semuanya… ? Mulai !

Kambing Fuad langsung menyerang kambing Musi. Kambing


Musi terjengkang terkena serangan kambing Fuad. Kemudian

33
ia kembali berdiri namun bingung untuk menyerang kambing
Fuad karena dipegangi oleh Musi. Sesaat Musi menjadi
dilema. Sementara itu, kambing Fuad kembali menyerang
dengan garangnya.

Mirah merasa kasihan melihat kambing Musi yang diserang


habis-habisan oleh kambing Fuad. Ia tidak tega melihat
kambing Musi yang hanya bisa bertahan dari serangan-
serangan kambing Fuad karena dipegangi Musi.

VO. MIRAH
Fuad pasti memanfaatkanku untuk
mengalahkan kambing Musi! Ya
tuhan, tolonglah aku meloloskan
diri!

Kemudian Mirah pura-pura pingsan. Anak buah Fuad yang


memegangi Mirah jadi bingung. Ia segera membuka ikatan
Mirah dan memeriksa keadaan Mirah. Pada saat itu, tiba-
tiba Mirah bangun dan langsung berlari menuju ke bawah
panggung. Sementara itu, anak buah Fuad tampak
kebingungan. Mereka berusaha mengejar Mirah yang berlari
lincah diantara kerumunan penonton.

Kambing Musi hanya bisa pasrah saat diserang habis-


habisan oleh kambing Fuad. Namun tiba-tiba ia melihat
Mirah berlari mendekatinya sambil meneriaki namanya.

MIRAH
Musi! Musiii!

Musi dan Fuad memandang ke arah Mirah yang berdiri di


sisi arena. Sementara itu, anak buah Fuad tampak ragu-
ragu untuk kembali menangkap Mirah di tengah-tengah
ramainya penonton.

Musi merasa lega. Kemudian ia melepaskan kambingnya


balik menyerang kambing Fuad. Kambing Fuad kewalahan dan
mulai terdesak. Hingga akhirnya kambing Fuad terjatuh di
tanah. Fuad kecewa. Musi segera menyerang Fuad dan
mencekiknya.

OS. MIRAH
Jangan Musi!

Musi memandang kepada Mirah yang memohon agar Musi tidak


memukul Fuad. Musi mundur dari Fuad. Ia berjalan menuju
Mirah. Namun disaat Musi lengah, tiba-tiba saja Fuad
malah memukulnya dari belakang. Musi jatuh terduduk di
tanah sambil memegangi punggungnya.

34
FUAD
(Tertawa)
Mampus kamu Musi! Sebentar lagi
aku akan mengirimmu ke neraka!

Musi berbalik badan. Ia duduk bersimpuh sambil


berpegangan pada sebuah patok untuk mengikat kambing.
Musi memandang Fuad dengan penuh amarah.

MUSI
Fuad, kamu lah yang akan ke
neraka!

Musi berusaha berdiri. Fuad berjalan mendekati Musi.


Namun tiba-tiba Fuad menghentikan langkahnya. Ia
terkejut melihat tanah dimana patok yang dipegang, tiba-
tiba terbelah. Makin lama belahan itu semakin besar.
Fuad yang masih belum hilang rasa terkejutnya, tiba-tiba
jatuh ke dalam lobang belahan tanah.

FUAD
(teriak)
Tolooong!

Orang-orang panik. Mereka berlarian saling menyelamatkan


diri. Suasana hiruk pikuk/crowded.

Mirah segera lari mendekati Musi. Kemudian Mirah memapah


Musi menjauhi tempat tersebut.

Sementara itu, dari dalam belahan tanah, tiba-tiba


muncul air yang semakin lama semakin banyak dan mengalir
deras. Hingga kemudian dataran menjadi terbelah dua oleh
aliran sebuah sungai. Lama kelamaan, sungai itu semakin
membesar dan dikenal dengan nama sungai MUSI.

BACK TO

23. EXT.PANGGUNG – SIANG


Cast: Dafa, Umi, extras

Semua pemain berjoget di atas panggung. Sesaat kemudian


musik berhenti.

SUTRADARA
Oke penonton, jadi pesan moral
dari cerita di atas adalah, setiap
kebaikan itu selalu menang melawan
kejahatan! Seorang yang berjiwa
ksatria tidak akan mampu

35
dikalahkan oleh orang yang berjiwa
pengecut!
(jeda)
Sampai jumpa di cerita dongeng
selanjutnya dalam lenong bocah…

Extras menyahut serentak ucapan sutradara.

Musik kembali mengalun dan semua menari mengikuti irama


musik.

“DONGENG SUNGAI MUSI”

SINOPSIS

MUSI adalah seorang pengawal Kepala Kampung Ulin yang


bernama SARIF. Sarif terkenal akan kebaikannya kepada
rakyat. Sarif memiliki dua orang anak, yakni MIRAH
(diam-diam menyukai Musi) dan adiknya Fuad. Fuad sangat
bertolak belakang kelakuan dengan ayahnya. Fuad suka
berjudi, foya-foya dan merampok harta rakyat.

Pada suatu hari Sarif meminta Musi untuk menggantikan


jabatannya sebagai Kepala Kampung. Musi hendak menolak
tapi Fuad terlanjur marah dan membunuh Sarif. Kemudian
Fuad memfitnah Musi sebagi pembunuh Sarif. Akhirnya Musi
pun ditangkap oleh ARIF, pengawal Fuad. Arif senang bisa
menangkap Musi karena selama ini ia cemburu kepada Musi
(diam-diam Arif menyukai Mirah). Namun pada saat Arif
hendak membunuh Musi di sebuah hutan, Musi berhasil
melarikan diri.

Diam-diam Musi menemui Mirah untuk menceritakan kejadian


yang sebenarnya tapi Mirah yang sudah termakan hasutan
Fuad malah mengusirnya hingga Musi jatuh ke jurang.

Kakek Dafa berhasil menyelamatkan Musi. Setelah diobati


oleh kakek Dafa, Musi kembali ke kampung Ulin. Pada saat
itu Fuad sedang mengadakan sayembara pertarungan untuk
mencari pengawal pribadinya.

Akhirnya Musi ikut bertarung. Ia mengenakan topeng


sehingga tidak dikenali oleh Fuad dan Arif. Namun
kemudian Musi membuka kedoknya kepada Mirah dan
menceritakan kejadian sebenarnya. Mirah memarahi Fuad.
Fuad menantang Musi untuk bertarung.

36
Pada saat pertarungan, Musi tidak berani untuk membalas
serangan Fuad karena Fuad mengancam akan membunuh Mirah
jika Musi berani melukainya. Di sudut lain, tampak Arif
sedang menyandera Mirah.

Mirah berhasil kabur dari Arif. Ia berteriak kepada


Musi. Musi berhasil mengalahkan Fuad. Kemudian Musi
menancapkan tombaknya di tanah. Tiba-tiba tanah terbelah
dan muncullah air bergelombang menenggelamkan Fuad.
Akhirnya terbentuklah sungai Musi yang sekarang dikenal
orang…

37

Anda mungkin juga menyukai