Anda di halaman 1dari 16

Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi dengan Infeksi Soil

Transmitted Helminths di SDN Cawang 08 Pagi Kecamatan


Kramat Jati

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Penyakit infeksi cacing masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, terutama
infeksi cacing usus. Cacing usus umumnya termasuk golongan nematoda dan
penularannya dengan perantaraan tanah (STH/Soil Transmitted Helminths). Cacing usus
golongan STH yang masih menjadi persoalan kesehatan masyarakat di Indonesia yaitu
Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Necator americanus dan Ancylostoma
duodenale.1
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian kecacingan antara lain :
faktor sosial ekonomi, status gizi, penataan kesehatan lingkungan, higenitas, sanitasi
serta pendidikan dan perilaku individu.2 Dalam penelitiannya di Penang, Malaysia,
Abdul Rahman melaporkan bahwa tingginya transmisi infeksi cacing usus dari tanah ke
manusia bergantung pada faktor yang lebih bersifat sosio ekonomi, misalnya kepadatan
penduduk, buta huruf, sanitasi yang buruk dan beberapa kebiasaan yang berhubungan
dengan kebudayaan masyarakat.3 Pada suatu penelitian di Ethiopia sosial ekonomi yang
rendah dan sanitasi yang jelek merupakan penyebab utama infeksi cacing usus.4
Prevalensi dan intensitas tertinggi didapatkan di kalangan anak usia sekolah dasar.5
Pemantauan secara terus menerus pada kelompok anak usia sekolah dasar di Jakarta
menunjukkan tingginya prevalensi cacingan pada kelompok ini, yang rata-ratanya
mencapai 60-70 %.6
Pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan berupaya untuk menurunkan
prevalensi kecacingan melalui program Pengendalian Penyakit Cacingan yang salah satu
tujuan khususnya menurunkan prevalensi kecacingan hingga berada pada nagka dibawah
10% pada tahun 2013. Dengan menurunnya prevalesi kecacingan ini diharapkan dapat
menunjang peningkatan mutu sumber daya manusia guna mewujudkan Indonesia yang
sehat.1
Dari uraian di atas, kita lihat bahwa faktor sosial ekonomi menjadi salah satu faktor
terjadinya kecacingan, oleh karena itu dirasa perlu diadakannya penelitian tentang
hubungan antara status sosial ekonomi dengan infeksi cacing Soil Transmitted Helminths
di SDN Cawang 08 Pagi Kecamatan Kramat Jati.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apakah terdapat infeksi Soil Transmitted Helmiths pada siswa SDN Cawang 08
Pagi Kecamatan Kramat Jati ?
1.2.2. Apakah terdapat hubungan antara status sosial ekonomi dengan infeksi Soil
Transmitted Helmiths di SDN Cawang 08 Pagi Kecamatn Kramat Jati.

1
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1. Untuk mengetahui infeksi Soil Transmitted Helmiths pada siswa SDN 08 Pagi
Kecamatan Kramat Jati.
1.3.2. Untuk mengetahui hubungan antara status sosial ekonomi dengan infeksi Soil
Transmitted Helminths yang terjadi di SDN Cawang 08 Pagi Kecamatan Kramat
Jati.

1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat bagi peneliti
1.4.1.1. Sebagai sarana bagi peneiti untuk mengaplikasikan teori yang telah
dipelajari pada blok 12 Metodologi penelitian Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Indonesia dan juga menambah pengetahuan tentang
hubungan antara status sosial ekonomi dengan infeksi Soil Transmitted
Helminths di SDN Cawang 08 Pagi Kecamatan Kramat Jati.
1.4.2. Manfaat bagi masyarakat
1.4.2.1. Memberikan pemahaman kepada masyarakat luas, khususnya
masyarakat Kecamatan Kramat Jati mengenai faktor dan dampak yang
dapat disebabkan oleh infeksi Soil Transmitted Helmiths.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Infeksi Kecacingan
Helminthiasis atau kecacingan adalah satu atau lebih cacing parasit usus yang
terdiri dari cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura)
dan cacing tambang ( Necator americanus dan Ancylostoma duodenale) (WHO 2015).

2.1.1. Cacing gelang (Ascaris lumbricoides)


Manusia merupakan satu-satunya hospes dari Ascaris lumbricoides.
Penyakit yang disebabkan disebut ascariasis.

2.1.1.1 Distribusi geografik


Parasit ini ditemukan kosmopolit. Survei yang dilakukan di beberapa
tempat di Indonesia menunujukkan bahwa prevalensi A.lumbricoides masih
cukup tinggi, sekitar 60-90%.

2.1.1.2 Morfologi dan daur hidup


Cacing jantan berukuran lebih kecil dari cacing betina. Stadium
dewasa hidup di rongga usus kecil. Seekor cacing betina dapat bertelur
sebanyak 100.000-200.000 butir sehari, terdiri atas telur yang dibuahi dan
yang tidak dibuahi.
Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang
menjadi bentuk infektif dalam kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif
tersebut bila tertelan manusia, menetas di usus halus. Larvanya menembus
dinding usus halus menuju pembuluh darah atau aliran limfe, lalu dialirkan
ke jantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru. Larva di paru
menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk rongga
alveolus, kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari
trakea larva menuju faring, sehingga menimbulkan rangsangan pada faring.
Penderita batuk karena rangsangan tersebut dan larva akan tertelan ke
dalam esofagus, lalu menuju ke usus halus. Di usus halus larva berubah
menjadi cacing dewasa. Sejak telur matang tertelan sampai cacing dewasa
bertelur diperlukan waktu kurang lebih 2-3 bulan.

2.1.1.3 Patologi dan gejala klinis


Gejala yang timbul pada penderita dapat disebabkan oleh cacing
dewasa dan larva. Gangguan karena larva biasanya terjadi pada saat berada
di paru. Pada orang yang rentan terjadi perdarahan kecil di dinding alveolus
dan timbul gangguan pada paru yang disertai batuk, demam dan eosinofilia.
Pada foto toraks tampak infiltrat yang menghilang dalam waktu 3 minggu.
Keadaan tersebut disebut sindrom loeffler. Gangguan yang disebabkan
cacing dewasa biasanya ringan. Kadang-kadang penderita mengalami
gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare dan
konstipasi.
Pada infeksi berat, terutama pada anak dapat terjadi malabsorbsi
sehingga memperberat keadaan malnutrisi dan penurunan status kognitif
pada anak sekolah dasar. Efek yang serius terjadi bila cacing menggumpal
dalam usus sehingga terjadi obstruksi usus (ileus). Pada keadaan tersebut

3
cacing dewasa mengembara ke saluran empedu, apendiks, atau ke bronkus
sehingga kadang-kadang perlu tindakan operatif.

2.1.1.4 Diagnosis
Cara menegakkan diagnosis penyakit adalah dengan pemeriksaan tinja
secara langsung. Adanya telur dalam tinja mematiskan diagnosis askariasis.
Selain itu diagnosis dapat dibuat bila cacing dewasa keluar sendiri baik
melalu mulut atau hidung karena muntah maupun melalui tinja.

2.1.1.5 Epidemiologi
Di Indonesia prevalensi askariasis tinggi, terutama pada anak.
Frekuensinya 60-90%. Kurangnya pemakaian jamban keluarga
menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja di sekitar halam rumah, di
bawah pohon, di tempat mencuci dan di tempat pembuangan sampah. Di
negara-negara tertentu terdapat kebiasaan memakai tinja sebagai pupuk.
Tanah liat, kelembapan tinggi dan suhu 250 -300 C merupakan kondisi
yang sangat baik untuk berkembangnya telur A. lumbricoides menjadi
bentuk infektif.

2.1.2. Cacing cambuk (Trichuris trichiura)


Hospes dari cacing ini adalah manusia. Penyakit yang disebabkan disebut
trikuriasis.
2.1.2.1 Distribusi geografik
Cacing ini bersifat kosmopolit, terutama di daerah panas dan lembab,
seperti di Indonesia.

2.1.2.2 Morfologi dan daur hidup


Panjang cacing betina kira-kira 5 cm, sednagkan cacing jantan kira-
kira 4 cm. Bagian anterior langsing seperti cambuk, panjangnya kira-kira
3/5 dari panjang seluruh tubuh. Bagian posterior bentuknya lebih gemuk,
pada cacing betina bentuknya membulat tumpul. Pada cacing jantan
melingkar dan terdapat satu spikulum. Cacing dewasa hidup di kolon
asendens dan sekum dengan bagian anteriornya seperti cambuk masuk ke
dalam mukosa usus. Seekor cacing betina diperkiraan menghasilkan telur
setiap hari antara 3.000-20.000 butir.

2.1.2.3 Patologi dan gejala klinis


Cacing trichuris pada manusia terutama hidup di sekum, akan tetapi
dapat juga ditemukan di kolon asendens. Pada infeksi berat, terutama pada
anak, cacing tersebar di seluruh kolom dan rektum. Kadang-kadang terlihat
di mukosa rektum yang mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita
pada waktu defekasi.
Penderitanya terutama anak-anak dengan infeksi Trichuris yang berat
dan menahun, menunjukkan gejala diare yang sering diselingi sindrom
disentri, anemia, berat badan turun dan kadang-kadang disertai prolapsus
rektum. Infeksi berat Trichuris trichiura sering disertai dengan infeksi
cacing lainnya atau protozoa. Infeksi ringan biasanya tidak memberikan
gejala klinis yang jelas atau sama sekali tanpa gejala. Parasit inis sering
ditemukan pada pemeriksaan tinja secara rutin.

4
2.1.2.4 Diagnosis
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur di dalam tinja.

2.1.2.5 Epidemiologi
Faktor penting untuk penyebaran penyakit adalah kontaminasi tanah
dengan tinja. Telur tumbuh di tanah liat, lembab dan teduh dengan suhu
optimum 300 C. Pemakaian tinja sebagai pupuk kebun merupakan sumber
infeksi. Frekuens di Indonesia tinggi. Di beberapa daerah pedesaan di
Indonesia frekuensinya berkisar 30-90%.

2.1.3. Cacing tambang (Necator americaus dan Ancylostoma duodenale)


Hospes parasit ini aadalah manusia, cacing ini menyebabkan penyakit
necatoriasis dan ankilostomiasis.
2.1.3.1 Distribusi geografik
Penyebaran cacing ini di seluruh daerah khatulistiwa dan di tempat lain
dengan keadaan yang sesuai, misalnya di daerah pertambangan dan
perkebunan. Prevalensi di Indonesia tinggi, terutaa di daerah pedesaan
sekitar 40%.

2.1.3.2 Morfologi dan daur hidup


Cacing dewasa hidup di rongga usus halus, dengan mulut yang besar
melekat pada mukosa dinding usus. Cacing betina N. americanus tiap hari
mengeluarkan telur 5000-10000 butir, sedangkan A. duodenale kira-kira
10.000-25.000 butir. Cacing betina berukuran panjang ± 1 cm, cacing
jantan ± 0,8 cm. Bentuk badan N. americanus biasanya menyerupai huruf S
sedangkan A. duodenale menyerupai huruf C. Rongga mulut kedua jenis
cacing ini besar. N. americanus mempunyai benda kitin, sedangkan A.
duodenale ada dua pasang gigi. Cacing jantan mempunyai bursa
kopulatriks.
Daur hidup cacing tambang adalah :
Telur→larva rabditiform→larva filaform→menembus kulit→kapiler
darah→jantung kanan→paru→bronkus→trakea→laring→usus halus.

2.1.3.3 Patologi dan gejala klinis


 Stadium larva :
Bila banyak larva filaform sekaligus menembus kulit, maka
terjadi perubahan kulit yang disebut ground itch. Perubahan pada
parunya biasanya ringan. Infeksi larva filaform A. duodenale
secara oral menyebabkan penyakit wakana dengan gejala mual,
muntah, iritasi faring, batuk, sakit leher, dan serak.
 Stadium dewasa :
Gejala tergantung pada (a) spesies dan jumlah cacing dan (b)
keadaan gizi penderita (Fe dan protein). Tiap cacing N. americanus
menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005-0,1 cc sehari,
sedangkan A. Duodenale 0,08-0,34 cc. Pada infeksi kronik atau
infeksi berat terjadi anemia hipokrom mikrositer. Disamping itu
juga terdapat eosinofilia. Cacing tambang biasanya tidak
menyebabkan kematian, tetapi daya tahan berkuang dan prestasi
kerja menurun.

5
2.1.3.4 Diagnosis
Diagnosis ditegakan dengan menemukan telur dalam tinja segar.
Dalam tinja yang lama mungkin ditemukan larva. Untuk membedakan
spesies N. americanus dan A. duodenale dapat dilakukan biakan misalnya
dengan cara harada-mori.

2.1.3.5 Epidemiologi
Insidensi tinggi ditemukan pada penduduk di Indonesia, terutama di
daerah pedesaan, khususnya di perkebunan. Seringkali pekerja perkebunan
yang langsung berhubungan dengan tanah mendapat infeksi lebih dari 70%.
Kebiasaan defekasi di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun
(di berbagai daerah tertentu) penting dalam penyebaran infeksi. Tanah yang
baik untuk pertumbuhan larva ialah tanah gembur (pasir, humus) dengan
suhu optimum untuk N. americanus 280 -320 C, sedangkan untuk A.
duodenale lebih rendah (230 - 250 C). Pada umumnya A. duodenale lebih
kuat. Untuk menghindari infeksi, antara lain dengan memakai sandal atau
sepatu.

2.2 Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kecacingan


2.2.3 Status sosial ekonomi
Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, oikonomia. Kata oikonomia
berasal dari dua kata yaitu oikosdan nomos. Oikos berarti rumah tangga, sedangkan
nomos berarti mengatur. Jadi oikonomia berarti mengatur rumah tangga. Ekonomi
berkembang menjadi suatu ilmu, sehingga ekonomi berarti pengetahuan yang
tersusun menurut cara yang runtut dalam rangka mengatur rumah tangga. Rumah
tangga diartikan secara lebih luas, rumah tangga disini berkaitan dengan kelompok
sosial yang dianggap sebagai rumah tangga sebagai kesatuan kelompok manusia
yang hidup menurut norma dan tata aturan tertentu.
Status sosial ekonomi sebagai pengelompokan orang-orang berdasarkan
kesamaan karakteristik pekerjaan dan pendidikan ekonomi. Status sosial ekonomi
menunjukan ketidaksetaraan tertentu. Secara umum anggota masyarakat memiliki
(1) pekerjaan yang bervariasi prestisenya, dan beberapa individu memiliki akses
yang lebih besar terhadap pekerjaan berstatus lebih tinggi dibanding orang lain; (2)
tingkat pendidikan yang berbeda, ada beberapa individu memiliki akses yang lebih
besar terhadap pendidikan yang lebih baik dibanding orang lain; (3) sumber daya
ekonomi yang berbeda; (4) tingkat kekuasaan untuk mempengaruhi institusi
masyarakat. Perbedaan dalam kemampuan mengontrol sumber daya dan
berpartisipasi dalam ganjaran masyarakat menghasilkan kesempatan yang tidak
setara. Adapun faktor-faktor yang menenntuka status sosial ekonomi adalah
sabagai berikut :

2.2.3.1 Kepadatan penduduk


Kepadatan penduduk khususnya di Kota Jakarta menimbulkan banyak
sekali permasalahan sosial. Selain permasalahan sosial, kepadatan
penduduk juga menyebbakan masalah kesehatan yang bisa dikategorikan
cukup serius dan sampai sekarang masalah kepadatan penduduk tersebut
belum sama sekali ditemukan solusinya. Dengan tingginya jumlah

6
penduduk di suatu daerah tertentu menyebabkan distribusi kebutuhan
umum pun terbatas, misalnya air bersih. Dan juga penyakit-penyakit
menular bisa menjadi sangat cepat tersebar di wilayah yang penduduknya
padat.

2.2.3.2 Pendidikan
Pendidikan dianggap sebagai faktor penting untuk meningkatkan
kesejahteraan bangsa. endidikan secara umum adalah upaya persuasi atau
pembelajaran yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik
individu, kelompok atau masyarakat sehingga mau melakukan tindakan-
tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi masalah-masalah), dan
meningkatkan kesehatannya.

2.2.3.3 Sanitasi lingkungan


Santasi lingkungan merupakan Status kesehatan suatu lingkungan yang
mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan
sebaginya. Sanitasi lingkungan merupakan faktor utama yang dapat
menyebabkan infeksi, salah satunya infeksi soil transmitted helmints.

2.3 Kerangka Teori

Status gizi
Infeksi Soil Transmitted
Helminths
Status sosial
ekonomi

Kepadatan Pendidikan Sanitasi


penduduk lingkungan

Keterangan :
: Mempengaruhi
: Variabel yang diamati dalam penelitian (independen dan dependen)

7
2.4 Kerangka Konsep
Variabel Dependen Variabel Independen

Infeksi Soil Transmited Status Sosial Ekonomi


Helminths

2.5 Hipotesis penelitian


 Terdapat hubungan antara status sosial ekonomi dengan infeksi Soil Transmitted
Helminths di SDN Cawang 08 Pagi Kecamat Kramat Jati.

2.6 Definisi Operasional

Variabel Cara Skala


No Definisi operasional Instrumen
dependen pengukuran pengukuran

Infeksi Soil Soil Transmitted Helminths


Pemeriksaan Pengambilan
1. Transmitted (STH) adalah infeksi cacing usus nominal
yang ditularkan melalui tanah
laboratorium sampel feses
Helminths

Variabel Cara Skala


No. Definisi operasional instrumen
independen pengukuran pengukuran

Kedudukan atau posisi seseorang


dalam kelompok masyarakat yang
Status sosial Survei data Nominal/ordi
2. ditentukan oleh jenis aktivitas Kuisioner
ekonomi ekonomi, pendidikan serta primer nal
pendapatan.

8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Desain penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan
menggunakan rancangan cross sectional, yaiyu dengan mengkorelasikan faktor resiko
status sosial ekonomi siswa SDN Cawang 08 pagi terhadap terinfeksinya mereka oleh
Soil Transmitted Helminths

3.2.Lokasi dan waktu penelitian


3.2.1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Cawang 08 Pagi Kecamatan Kramat Jati.
3.2.2. Waktu penelitian
Penelitian ini akan mulai dilaksanakan pada september 2017

3.3.Populasi dan sampel


3.3.1. Populasi penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SDN Cawang 08 Pagi Kecamatan
Kramat Jati yang berjumlah 178 orang.

3.3.2. Sampel penelitian


Penentuan jumlah sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria
inklusi sampel adalah siswa SD tersebut yang memiliki persyaratan sebagai berikut :
 Siswa yang bersedia mengikuti penelitian ini dan telah mengisi lembar
informed consent dan kuesioner penelitian oleh orang tua
 Siswa yang tidak memeriksakan kesehatannya untuk mengecek menderita
kecacingan atau tidak dalam 6 bulan terakhir
 Siswa yang pada saat pemeriksaan mikroskop ditemukan telur STH

Kriteria eksklusi sampel adalah sebagai berikut:


 Data tidak lengkap.
 Siswa tidak hadir pada saat pengambilan data.
 Siswa yang sudah meminum obat cacing dalam 6 bulan terakkhir.

3.3.3. Cara pengumpulan data


3.3.3.1. Data primer
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.
Data primer terdiri dari hasil pemeriksaan tinja dan hasil pengisian
kuesioner oleh orang tua siswa. Pemeriksaan tinja dilakukan di
laboratorium parasitologi fakultas kedokteran Universitas Kristen
Indonesia. Tinja yang akan diperiksa didapat dari tinja yang telah
dikumpulkan oleh siswa. Siswa dibagikan bungkusan yang terdiri dari pot
plastik berisi pengawet formalin 10%, stik untuk mengambil tinja dan
kertas berisi penjelasan cara mengambil tinja. Pada hari yang telah
ditentukan, siswa mengumpulkan kembali pot plastik yang telah terisi
tinja siswa.

9
Kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan yang dibuat menurut
indikator kemiskinan dari BKKBN. Kuesioner dibagikan kepada siswa
bersamaan dengan pembagian bungkusan untuk mengumpulkan tinja.
Oleh siswa, kuesioner diberikan kepada orang tua mereka untuk diisi
sesuai dengan keadaan keluarga mereka yang sebenarnya. Kuesioner
digunakan untuk mengetahui status sosial ekonomi keluarga siswa.
Kuesioner dikumpulkan kembali bersamaan dengan pengumpulan pot
plastik berisi tinja pada hari yang telah ditentukan.

3.3.3.2. Data sekunder


Data sekunder berupa data tentang angka kecacingan terbaru yang
diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jakarta dan data tentang
karakteristik siswa yang diperoleh dari sekolah.

3.4.Cara kerja pemeriksaan tinja


3.4.1. Alat dan bahan
1. Alat
 Objek glass
 Label
 Lidi
 Cover glass
 Mikroskop

2. Bahan
 Sampel feses 10 gr
 Eosin 2%

2.4.2. Cara kerja


a. Pengambilan spesimen
1. Pemberian wadah kepada siswa untuk diisi feses. Sebelumnya diberikan
edukasi terlebih dahulu bahwa feses yang didalam wadah jangan sampai
tercampur dengan urin.
2. Sampel feses diambil sebanyak 100 gram.
3. Sampel feses dibawa ke laboratorium.

b. Pengiriman spesimen untuk pemeriksaan parasit


1. Tambahkan pengawet berupa formaldehid 10% ke dalam spesimen
basah sampai seluruh sampel terendam oleh formaldehid 10%.
2. Feses yang yang diawetkan dicampurkan dengan perbandingan 1:3.
3. Kemudian tutup wadah dengan rapat.

c. Pembuatan dan pemeriksaan sampel feses.


1. Siapkan alat dan bahan.
2. Teteskan 1-2 tetes eosin 2 % pada gelas objek
3. Dengan menggunakan lidi, ratakan/larutkan secara sentrifugal.
4. Letakkan cover glass di atas objek glass
5. Selanjutnya letakkan preparat pada meja spesimen kemudian amati
menggunakan mikroskop (Csl unila, 2014).

10
3.5.Rencana pengolahan dan analisis data
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan uji statistik menggunakan program SPSS.

3.6.Anggaran dana

Keterangan Jumlah
Pemasukan
Dana mandiri Rp 5.000.000,00
Total masukan -
Pengeluaran
Alat dan bahan pemeriksaan Rp 2.300.000,00
laboratorium
Foto kopi kuesioner Rp 80.000,00
2 lembar x 200 set x Rp 200,00
Transportasi, dll Rp 2.000.0000,00

Total Pengeluaran Rp 4.380.000,00

11
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Program nasional


pemberantasan cacingan di era desentralisasi. Jakarta: Subdit Diare dan Penyakit
Pencernaan, 2012.

Refirman DJ. Faktor pendukung transmisi soil transmitted helminthes pada


murid sekolah dasar di dua dusun kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan. [Tesis].
Jakarta. Program pasca sarjana bidang ilmu kesehatan program studi biomedik
kekhususan parasitologi: UI, 2002.

Rahman A. Helminthic infections of urban and rural school children in


Penang Island, Malaysia: implications for control. Southeast Asian J.Trop Med Public
Health 1998; 29: 596-8.

Merid Y, Hegazy M, Mekete G. Intestinal helminthic infection among


children at Lake Awassa Area, South Ethiopia. Ethiop. J. Health Dev 2001.

Elmi, Sembiring T, Dewiyani BS, Hamid ED, Pasaribu S, Chairudin PL.


Status gizi dan infeksi cacing usus pada anak sekolah dasar. Medan:Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fak. Kedokteran USU, 2004.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman pengendalian


cacingan. Jakarta: Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2006.

Chadijah S, Sumolang PPF, Veridiana NN. 2014. Hubungan Pengetahuan,Perilaku Dan


Sanitasi Lingkungan Dengan Angka Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di
Kota Palu. Media Litbangkes. 24(1):50-56

Auzi Rt, Oki P, Yulinda F. 2013. Hubungan Kecacingan Dengan Status Gizi Siswa Sekolah
Dasar Di Kecamatan Pelayangan Jambi. Juke Unja.

12
LAMPIRAN :

Angket Sosial Ekonomi


Orangtua
Siswa
A.Petunjuk pengisian
 Bawalah angket ini untuk dikonsultasikan kepada orangtua.
 Bacalah pertanyaan-pertanyaan yang ada secara cermat, jawablah pertanyaan sesuai
dengan alternatif jawaban.
 Jawablah dengan cara memberI tanda silang (X) huruf pada alternatif jawaban yang
ada.
B. Identitas diri
 Kerahasiaan identitas diri anda dijamin oleh peneliti.
 Mohon diisi dengan lengkap dan sesuai dengan keadaan anda.

1. Nama siswa :
2. Kelas :
3. Sekolah :

C. Soal-soal
1. Apakah orangtua anda menempuh pendidikan formal ?
a) ayah dan ibu
b) hanya ayah
c) hanya ibu
d) keduanya tidak berpendidikan formal

2.Apa pendidikan tertinggi yang telah ditempuh oleh Ayah ?


a) Perguruan Tinggi
b) SLTA
c) SLTP
d) SD

3.Apa pendidikan tertinggi yang telah ditempuh oleh Ibu ?


a) Perguruan Tinggi
b) SLTA
c) SLTP
d) SD

4.Siapakah di dalam keluarga yang mencari biaya hidup sehari-hari ?


a) ayah dan ibu
b) hanya ayah
c) hanya ibu
d) keduanya tidak bekerja

5.Apa pekerjaan pokok Ayah ?


a) Pegawai Negeri Sipil
b) Pedagang / wiraswasta
c) Petani, buruh, tukang dsb

13
d) pengurus rumah tangga

6.Apa pekerjaan pokok Ibu ?


a) Pegawai Negeri Sipil
b) Pedagang / wiraswasta
c) Petani, buruh, tukang dsb
d) Ibu rumah tangga

7.Dalam keluarga, siapakah yang mempunyai pekerjaan tambahan?


a) ayah dan ibu
b) ayah
c) ibu
d) tidak memiliki pekerjaan tambahan

8.Berapa pengeluaran kotor keluarga dalam 1 bulan ?


a) lebih dari Rp. 2.000.000,.
b) antara Rp. 1.000.000,- sampai Rp. 2.000.000,-
c) antara Rp. 500.000,-sampai Rp. 1.000.000,-
d) kurang dari Rp. 500.000,-

9.Berapa uang saku anda setiap hari ?


a) lebih dari Rp. 10.000,-
b) antara Rp. 5.000,-sampai Rp. 10.000,-
c) antara Rp. 2.000,-sampai Rp. 5.000,-
d) kurang dari Rp. 2000,-

10.Berapa anggota keluarga yang menjadi tanggungan orangtua ?


a) 3 keatas
b) 2
c) 1
d) tidak mempunyai tanggungan

11.Berapa penghasilan keluarga seluruhnya setiap bulan ?


a) lebih dari Rp. 2.000.000,-
b) antara Rp. 1.000.000,- sampai Rp. 2.000.000,-
c) antara Rp. 500.000,- sampai Rp. 1.000.000,-
d) kurang dari Rp. 500.000,-

12.Berapa penghasilan pokok keluarga setiap bulan ?


a) lebih dari Rp. 2.000.000,-
b) antara Rp. 1.000.000,- sampai Rp. 2.000.000,-
c) antara Rp. 500.000,-sampai Rp. 1.000.000,-
d) kurang dari Rp. 500.000,-

13.Berapa besar tabungan yang dimiliki keluarga ?


a) lebih dari Rp. 10.000.000,-
b) antara Rp. 5.000.000,- sampai Rp. 10.000.000,-
c) antara Rp. 1.000.000,- sampai Rp. 5.000.000,-
d) dibawah Rp. 1.000.000,-

14
14.Status rumah yang ditempati bersama keluarga ...
a) rumah sendiri
b) rumah dinas
c) rumah kontrakan
d) menumpang orangtua

15.Status tanah yang dimiliki keluarga (tanah tinggal dan lahan pertanian) ...
a) milik sendiri
b) milik keluarga (belum diwaris)
c) sewa
d) tidak punya

16. Jenis lantai rumah yang digunakan ...


a) keramik
b) kayu
c) plester
d) tanah

17.Bagaimana keadaan ekonomi keluarga


secara umum ?
a) sangat baik
b) baik
c) cukup
d) kurang

18.Sumber air yang digunakan oleh keluarga .


a) PDAM
b) sumur bor
c) sumur gali
d) lain-lain

19.Daya listrik yang digunakan oleh keluarga ...


a) tidak memakai listrik
b) 450 watt
c) 900 watt
d) Lebih dari 900 watt

20.Selain listrik dan air beban langganan apa yang di tanggung keluarga ...
a) Internet
b) telepon / tv
c) Koran / majalah
d) tidak ada

21.Sarana transportasi yang dimiliki keluarga ...


a) mobil
b) sepeda motor
c) sepeda
d) tidak punya

15
22.Berapa jumlah alat transportasi bermesin yang dimiliki keluarga ...
a) lebih dari 2
b) 2
c) 1
d) Tidak punya

23.Apa barang berharga yang dimiliki keluarga ?


a) telepon/HP, DVD,computer
b) televisi, lemari es
c) radio dan tape
d) tidak memiliki

24.Berapa perhiasan (logam mulia) yang dimiliki keluarga ?


a) lebih dari 50 gram
b) antara 25 gram sampai 50 gram
c) antara 10 gram sampai 25 gram
d) dibawah 10 gram

16

Anda mungkin juga menyukai