Anda di halaman 1dari 21

SUPERVISI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

DI SATUAN PENDIDIKAN

Pengarah:
Kepala LPMP Sumatera Barat

Penanggung jawab:
Kepala Bidang Pemetaan dan Supervisi Mutu Pendidikan (PSMP)
Kepala Seksi Supervisi Mutu Pendidikan

Tim Penulis:
Nama, jabatan dan instansi, nomor hp, email.

Diterbitkan oleh LPMP Sumatera Barat

Copyright @2019
LPMP Sumatera Barat
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk
kepentingan komersial tanpa izin tertulis dari LPMP Sumatera Barat.
KATA PENGANTAR

Padang, Juli 2019

Kepala LPMP Sumatera Barat

Dr. Ir. M. Sofian Asmirza, M. Sc


NIP. 196404041991031003
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Rasional
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan
kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia.
Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 Tahun 2005 diamanatkan bahwa setiap satuan
pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan penjaminan mutu
pendidikan. Penjaminan mutu pendidikan tersebut bertujuan untuk memenuhi atau
melampaui Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Pemenuhan dan penjaminan mutu pendidikan adalah tanggung jawab seluruh


komponen di satuan pendidikan. Penjaminan mutu pendidikan di satuan pendidikan
adalah upaya membangun budaya mutu di satuan pendidikan. Mengacu kepada
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No. 28 Tahun 2016
tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP), dinyatakan bahwa sistem
penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah dikembangkan agar penjaminan
mutu dapat berjalan dengan baik pada segala lapisan pengelolaan pendidikan dasar
dan menengah.

SPMP terdiri atas dua pola, Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan Sistem
Penjaminan Mutu Eksternal (SPME). SPME merupakan sistem penjaminan mutu yang
dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, lembaga akreditasi dan lembaga
standardisasi pendidikan. SPMI adalah sistem penjaminan mutu yang dilakukan secara
internal oleh satuan pendidikan, dan dilakukan oleh seluruh komponen yang ada
dalam satuan pendidikan tersebut. SPMI merupakan sistem penjaminan mutu di satuan
pendidikan yang memiliki pola siklus, berawal dari pemetaan mutu, perencanaan
pemenuhan mutu, implementasi pemenuhan mutu, monitoring evaluasi/audit mutu, dan
penetapan mutu baru. Satuan pendidikan harus menerapkan keseluruhan siklus secara
mandiri dan berkesinambungan hingga terbangun budaya mutu di satuan pendidikan.

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Barat sebagai unit pelaksana
teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memiliki tanggung
jawab untuk memfasilitasi satuan pendidikan dalam melaksanakan SPMI. Dalam
Permendikbud No. 15 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja LPMP Sumatera
Barat, LPMP Jawa Tengah, dan LPMP Sulawesi Selatan, Bab I, Pasal 2 dinyatakan
bahwa “LPMP mempunyai tugas melaksanakan penjaminan mutu, pengembangan model dan
kemitraan penjaminan mutu pendidikan dasar dan pendidikan menengah di provinsi
berdasarkan kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan”.

Hal ini dijabarkan dalam Pasal 3 yang menjelaskan bahwa dalam melaksanakan
tugasnya, LPMP Sumatera Barat, LPMP Jawa Tengah, dan LPMP Sulawesi Selatan
menyelenggarakan fungsi:

• pemetaan mutu pendidikan dasar dan pendidikan menengah;


• supervisi satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah dalam penjaminan
mutu pendidikan;
• fasilitasi peningkatan mutu pendidikan dasar dan pendidikan menengah dalam
penjaminan mutu pendidikan nasional;
• pengembangan model penjaminan mutu pendidikan dasar dan pendidikan
menengah secara nasional;
• pengembangan dan pelaksanaan kemitraan di bidang penjaminan mutu pendidikan
secara nasional;
• pengembangan dan pengelolaan sistem informasi mutu pendidikan dasar dan
pendidikan menengah; dan
• pelaksanaan urusan administrasi LPMP.

Salah satu fungsi yang belum dikembangkan secara maksimal adalah “supervisi satuan
pendidikan dasar dan pendidikan menengah dalam penjaminan mutu pendidikan”. Pada Bab II,
Pasal 12, Ayat (2) dijelaskan bahwa: “Seksi Supervisi Mutu Pendidikan mempunyai tugas
melakukan supervisi, pengembangan model, dan kemitraan pelaksanaan supervisi satuan
pendidikan dasar dan menengah dalam penjaminan mutu pendidikan”.

Mulai tahun 2019 ini Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Ditjen.
Dikdasmen) mengembangkan program Supervisi Mutu Pendidikan. Supervisi Mutu
adalah “proses mengawal upaya peningkatan mutu pada satuan pendidikan oleh LPMP
bersama dengan Pengawas Sekolah”. Ditjen. Dikdasmen melahirkan hasil pemetaan mutu
pendidikan dalam bentuk Rapor Mutu, Rapor PPK, Rapor GLS, Rapor UKS, dan
rencananya Rapor Implementasi Kurikulum 2013. Hasil pemetaan mutu ini menjadi
dasar bagi satuan pendidikan untuk ditindaklanjuti dalam program pemenuhan mutu.

Untuk membantu pelaksanaan program supervisi mutu pendidikan di satuan


pendidikan, dibutuhkan panduan yang secara substansial memaparkan prosedur kerja
supervisi mutu pendidikan. Hal ini sejalan dengan amanat Permendikbud No. 26
Tahun 2018 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di Lingkungan Lembaga Penjaminan
Mutu Pendidikan Sumatera Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan, Pasal 7, Rincian
Tugas Supervisi Mutu Pendidikan, butir b: “melakukan penyusunan bahan supervisi satuan
pendidikan dasar dan pendidikan menengah dalam pencapaian standar nasional”.

Berdasarkan pemikiran tersebut LPMP Sumatera Barat mengembangkan modul


Supervisi Penjaminan Mutu Pendidikan di Satuan Pendidikan yang akan menjadi panduan
bagi seluruh pengawas sekolah dalam melaksanakan program supervisi mutu
pendidikan di wilayah provinsi Sumatera Barat. Modul ini akan memandu pengawas
sekolah melaksanakan program supervisi mutu pendidikan sesuai dengan posedur dan
tujuan yang diinginkan.

B. Tujuan
Penyusunan modul Supervisi Penjaminan Mutu Pendidikan di Satuan Pendidikan bertujuan
untuk:

1. Mengembangkan model penjaminan mutu program supervisi mutu pendidikan di


satuan pendidikan.
2. Membantu pengawas sekolah dalam melaksanakan supervisi mutu pendidikan di
satuan pendidikan.
3. Membantu tim LPMP dalam melaksanakan tugas pendampingan monitoring dan
evaluasi program supervisi mutu pendidikan ke satuan pendidikan.
C. Hasil yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dari penyusunan modul ini adalah:
1. Dikembangkannya model penjaminan mutu pendidikan program supervisi mutu
pendidikan di satuan pendidikan.
2. Tersedianya modul sebagai panduan bagi pengawas sekolah dalam melaksanakan
program supervisi mutu pendidikan di satuan pendidikan.
3. Tersedianya modul sebagai panduan bagi tim LPMP Sumatera Barat dalam
melaksanakan tugas pendampingan monitoring dan evaluasi program supervisi mutu
pendidikan ke satuan pendidikan.

D. Manfaat
Penyusunan modul Supervisi Penjaminan Mutu Pendidikan di Satuan Pendidikan ini
bermanfaat bagi LPMP, pengawas sekolah, dan satuan pendidikan.

1. LPMP
a. Mengembangkan model penjaminan mutu pendidikan, sesuai dengan tugas dan
fungsi LPMP dalam pengembangan model supervisi satuan pendidikan dasar dan
menengah dalam penjaminan mutu pendidikan.
b. Membantu tim monitoring dan evaluasi LPMP melakukan pendampingan ke
satuan pendidikan.
2. Pengawas Sekolah
Membantu pengawas sekolah melakukan pendampingan pada program supervisi
penjaminan mutu pendidikan ke sekolah binaannya masing-masing.
3. Satuan Pendidikan
Membantu TPMPS dalam melakukan penjaminan mutu pendidikan secara internal
di satuan pendidikan.

E. Dasar Hukum
1. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan PP Nomor 13
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
3. PermenPAN/RB Nomor 21 Tahun 2010 tentang Pengawas Sekolah.
4. Permendikbud Nomor 143 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Pengawas dan
Angka Kreditnya.
5. Permendikbud Nomor 15 Tahun 2015 dan diubah dalam Permendikbud Nomor 6
Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan Sumatera Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan.
6. Permendikbud Nomor 28 Tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
Dasar dan Menengah.
7. Permendikbud Nomor 15 Tahun 2018 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru,
Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah.
8. Permendikbud Nomor 26 Tahun 2018 tentang Rincian Tugas dan Unit Kerja di
Lingkungan LPMP Sumatera Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan.
9. DIPA dan RKA-KL Tahun Anggaran 2019 LPMP Sumatera Barat.
PROGRAM SUPERVISI PENJAMINAN MUTU
PENDIDIKAN DI SATUAN PENDIDIKAN

A. Konsep Dasar

B. Ruang Lingkup

C. Mekanisme
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

A. Konsep Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)


1. Deskripsi

2. Aktivitas

B. Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI)


1. Deskripsi
Secara teoretis penjaminan mutu pendidikan atau quality assurance in
education dapat dilihat dari berbagai perspektif. Dalam konteks pendidikan,
penjaminan mutu, seperti dikatakan Rowley (1995), adalah “all the policies,
systems and process directed towards ensuring the maintenance and
enhancement of the quality of educational provision. For example, course
design, staff development, the collection and use of feedback from students,
staffs and employees”(keseluruhan kebijakan, sistem dan proses yang
diarahkan untuk menjamin terpelihara dan meningkatnya mutu pendidikan.
Sebagai contoh adalah rancangan kursus, pengembangan staf, serta
pengumpulan dan pemanfaatan umpan balik dari peserta didik, staf, dan
karyawan).
Secara lebih tegas, Piper (1993), menjelaskan penjaminan mutu pendidikan
sebagai “the total of those mechanism and procedures adopted to assure a
given quality or the continued improvement of quality, which embodies the
planning, defiing, encouraging, assessing of quality” (Keseluruhan mekanisme
dan prosedur yang diadopsi untuk menjamin tersedianya mutu atau
berlanjutnya perbaikan mutu, yang meliputi perencanaan, pendefiisian,
pendorong, dan penilaian mutu). Dalam implementasi penjaminan mutu
pendidikan dapat dirumuskan sebagai keseluruhan aktivitas dalam berbagai
bagian dari sistem untuk memastikan bahwa mutu produk atau layanan yang
dihasilkan selalu konsisten sesuai dengan yang direncanakan. Dalam
penjaminan mutu terkandung proses penetapan dan pemenuhan standar
mutu pengelolaan pendidikan secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga
seluruh stakeholders memperoleh kepuasan.
Penjaminan mutu pendidikan mengalami dinamika sesuai dengan perkembangan
ilmu pendidikan. Sekitar tahun 2008 di tingkat pusat mulai dibentuk tim yang
mengembangkan cara bagaimana melakukan penjaminan mutu. Sampai akhirnya
keluar regulasi tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) yang meliputi
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal
(SPME). Hal ini tercantum dalam Permendikbud No. 28 tahun 2016.
Sebelum membahas tentang Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI), perlu
dipahami arti mutu dalam konteks pendidikan di Indonesia. Mutu pendidikan dasar
dan menengah adalah tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan pendidikan dasar
dan menengah dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP) pada satuan pendidikan
dasar dan pendidikan menengah dan/atau program keahlian.
Untuk mengetahui capaian mutu satuan pendidikan, satuan pendidikan mempunyai
acuan mutu pendidikan yang merujuk kepada Standar Nasioanal Pendidikan yang
lebih dikenal dengan delapan SNP. Standar Nasioanal Pendidikan terdiri dari Standar
Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian, Standar PTK,
Standar Sarana Prasarana, Standar Pengelolaan, dan Standar Pembiayaan yang
diatur oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 nomor 71, tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5410).
Dalam perkembangannya, standar kompetensi lulusan, isi, proses, dan penilaian
mengalami perkembangan dan perubahan. Hal ini terjadi karena adanya
penyempurnaan kurikulum dari Kurikulum 2006 menjadi Kurikulum 2013.
Penyempurnaan tersebut menyebabkan terjadinya perubahan dalam beberapa
indikator yang perlu penyesuaian dalam melihat indikator mutu satuan pendidikan.
Sebagai gambaran umum, capaian satuan pendidikan berdasarkan hasil pemetaan
mutu pendidikan secara nasional pada tahun 2014 menunjukkan hanya sekitar 16%
satuan pendidikan yang memenuhi standar nasional pendidikan (SNP). Sebagian
besar satuan pendidikan belum memenuhi SNP, bahkan masih ada satuan
pendidikan yang belum memenuhi standar pelayanan minimal (SPM). Capaian mutu
yang rendah atau dibawah SNP tentu berdampak kepada mutu lulusan.
Hal di atas bisa terjadi karena satuan pendidikan belum memiliki kemampuan untuk
menjamin bahwa proses pendidikan yang dijalankan setiap Satuan Pendidikan pada
jalur formal dan nonformal sesuai dengan kaidah Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan. Oleh sebab itu, satuan pendidikan perlu melakukan kegiatan yang dapat
mendorong terjadinya peningkatan mutu secara berkelanjutan melalui kegiatan yang
terencana dan terprogram dengan baik.
Dalam konteks penjaminan mutu atau yang dikenal dengan Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan (SPMP), Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Dasar dan
Menengah, yang selanjutnya disingkat SPMI-Dikdasmen, adalah suatu kesatuan
unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses yang terkait untuk
melakukan penjaminan mutu pendidikan yang dilaksanakan oleh satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah untuk menjamin terwujudnya pendidikan bermutu yang
memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan”. Dari definisi ini bisa kita
lihat bahwa fokus pelaksanaan SPMI adalah untuk menjamin mutu pendidikan di
satuan pendidikan.
Kegiatan tersebut bisa dilakukan dengan pelaksanaan siklus Sistem Penjaminan Mutu
Internal yang dilakukan satuan pendidikan melalui tahapan kegiatan pemetaan mutu,
perencanaan pemenuhan mutu, monev dan audit mutu, serta penetapan standar
mutu baru. Pelaksanaan kegiatan SPMI yang berkelanjutan diyakini dapat
meningkatkan mutu pendidikan di satuan pendidikan.
Tahapan pemetaan merupakan tahap awal dan sangat penting dari tahapan siklus
penjaminan mutu pendidikan. Pada tahapan ini, satuan pendidikan mengukur
ketercapaian mutunya dengan menggunakan alat ukur/instrumen Evaluasi Diri
Satuan pendidikan (EDS).
EDS mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Di Inggris, menurut sejarahnya,
EDS pada awalnya diserahkan penuh ke satuan pendidikan untuk mengukur capaian
mutunya. Lembaga yang menangani lembaga pendidikan di Inggris, Office for
Standard in Education (OFSTED) hanya mengeluarkan pedoman standar pendidikan.
Dalam perkembangannya, disimpulkan bahwa satuan pendidikan belum seluruhnya
mampu melakukan EDS secara murni. Oleh sebab itu satuan pendidikan perlu
dibantu dengan menyediakan instrumen untuk memetakan mutu di satuan
pendidikan.
Hal ini menjadi acuan juga bagi pemerintah dalam melaksanakan pemetaan mutu
dengan mengeluarkan EDS sebagai pedoman pemetaan mulai tahun 2008. EDS juga
mengalami perubahan, terakhir pada tahun 2016, pemerintah melalui Kemdikbud
membentuk satgas penjaminan mutu pendidikan yang melahirkan instrumen
Pejaminan Mutu Pendidikan (PMP). Dengan menggunakan instrumen PMP ini, satuan
pendidikan dapat memetakan mutunya yang menghasilkan rapor mutu.
Perolehan rapor mutu ditandai dengan tanda bintang { * } (satu) sampai
dengan bintang { ***** } (lima) dan angka yang konversinya mulai dari 0—2.04
bintang { * }, 2.05- 3.7 bintang { ** }, 3,71-5.06 bintang { *** }, 5.07- 6.6
bintang { **** }, 6.7 – 7.00 bintang { ***** }. Bintang { ***** } (lima) atau
nilai 6.7- 7.00 dikategorikan sudah memenuhi SNP.
Hasil rapor mutu tidak akan bermanfaat apabila tidak dianalisis. Pada kegiatan ini
satuan pendidikan perlu melihat capaiannya per standar, indikator, dan subindikator.
Dengan mengkaji rapor mutu, satuan pendidikan dapat melihat dengan jernih
capaian satuan pendidikannya. Setelah itu satuan pendidikan perlu melihat indikator
mutu sebagai acuan kondisi ideal yang ditetapkan SNP. Kemudian satuan
pendidikan, mengkaji akar masalah kenapa satuan pendidikan belum mencapai SNP
dan merencanakan alternatif solusi dan memilih salah satu alternatif tersebut
sebagai rekomendasi yang perlu diperhatikan satuan pendidikan untuk
merencanakan pemenuhan mutu.
Analisis rapor mutu digunakan untuk merencanakan pemenuhan mutu. Perencanaan
pemenuhan mutu diwujudkan dalam bentuk dokumen Rencana Kerja Satuan (RKS)
pendidikan yang terdiri dari Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM), Rencana Kerja
Tahunan (RKT), Rencana Kerja Anggaran Satuan Pendidikan (RKAS).
Tahapan selanjutnya adalah impelementasi pemenuhan mutu. Pada tahapan ini,
satuan pendidikan melaksanakan kegiatan yang sudah tertuang dalam RKAS. Dalam
pelaksanaannya, satuan pendidikan perlu menyiapkan panduan kegiatan agar
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tujuan yang sudah dirancang. Disamping itu,
satuan pendidikan perlu menyiapkan dan menyebarkan instrumen monev untuk
dapat dianalisis. Hasil analisis ini tentu sangat bermanfaat dalam memberikan
gambaran keberhasilan dan kendala yang dihadapi satuan pendidikan dalam
meningkatkan mutu pendidikan.
Jika satu kegiatan sudah terlaksana dengan baik dan dipastikan sudah mencapai
SNP, satuan pendidikan bisa menetapkan standar mutu baru. Untuk penetapan
standar mutu baru, satuan pendidikan tidak perlu menunggu agar semua indikator
dan sub-indikator mutu 8 SNP tercapai. Misalnya, untuk menetapkan agar ruangan
kelas memiliki satu LCD, satuan pendidikan tidak perlu menunggu perluasan lahan
yang sebetulnya belum memenuhi SNP.
Secara sederhana siklus SPMI digambarkan sebagai berikut:

Langkah penjaminan mutu dalam siklus terdiri atas:


1. Pemetaan Mutu
Memetakan mutu pendidikan pada satuan pendidikan berdasarkan SNP
melalui kegiatan evaluasi diri dari rapor mutu yang menghasilkan peta
mutu (capaian standar), masalah yang dihadapai dan rekomendasi;
2. Penyusunan Rencana Pemenuhan
Membuat perencanaan pemenuhan mutu berdasarkan hasil pemetaan
mutu, dokumen kebijakan satuan pendidikan serta rencana strategis
pengembangan satuan pendidikan. Hasil perencanaan dituangkan
dalam dokumen perencanaan satuan pendidikan serta rencana aksi
kegiatan dengan produk berupa Rencana Kerja Sekolah (RKS) dan
Rencana Kerja Anggaran Sekolah (RKAS);
3. Pelaksanaan Pemenuhan Mutu
Melaksanakan pemenuhan mutu dalam pengelolaan satuan pendidikan
dan kegiatan proses pembelajaran sehingga standar dapat dicapai;
4. Evaluasi/Audit Mutu
Melakukan pengendalian terhadap proses pelaksanaan pemenuhan
mutu yang telah dilakukan sesuai dengan perencanaan yang disusun
untuk menjamin kepastian terjadinya peningkatan mutu yang
berkelanjutan;
5. Penyusunan Standar Mutu Baru
Menetapkan standar di atas SNP pada standar yang telah terpenuhi
dan memperbaiki strategi dalam pemenuhan mutu terutama pada
standar yang masih belum terpenuhi berdasarkan hasil audit/evaluasi.
2. Aktivitas
a. Untuk melakukan analisis terhadap rapor mutu sekolah dalam rangka
pemenuhan mutu, ikuti langkah aktivitas belajar berikut:
1) Bagilah kelas menjadi lima kelompok.
2) Cermati rapor mutu sekolah terkait SKL, Standar Isi, Standar
Proses, Standar Penilaian Pendidikan, dan Standar Pengelolaan.
3) Analisis rapor mutu dalam kelompok terkait salah satu standar
dengan menentukan dan atau menguraikan:
a) kekuatan dan kelemahan capaian mutu pada standar yang
dianalisis.
b) penyebab rendahnya capaian mutu.
c) akibat belum tercapainya kondisi ril capaian mutu.
d) alternatif solusi dari kondisi real rapor mutu.
e) rekomendasi terkait kondisi real rapor mutu.
4) Susun program dan kegiatan terkait rekomendasi yang diberikan
5) Aktivitas belajar ini dikerjakan pada LK 01

b. Untuk melakukan analisis terhadap rapor mutu sekolah dalam rangka


pemenuhan mutu, ikuti langkah aktivitas belajar berikut:
1) Bagilah kelas menjadi lima kelompok.
2) Cermati rapor mutu sekolah terkait SKL, Standar Isi, Standar
Proses, Standar Penilaian Pendidikan, dan Standar Pengelolaan.
3) Analisis rapor mutu dalam kelompok terkait salah satu standar
dengan menentukan dan atau menguraikan:
a) kekuatan dan kelemahan capaian mutu pada standar yang
dianalisis.
b) penyebab rendahnya capaian mutu.
c) akibat belum tercapainya kondisi ril capaian mutu.
d) alternatif solusi dari kondisi real rapor mutu.
e) rekomendasi terkait kondisi real rapor mutu.
4) Susun program dan kegiatan terkait rekomendasi yang diberikan.
5) Aktivitas belajar ini dikerjakan pada LK 02
c. Berdasarkan kondisi capaian mutu dan hasil analisis rapor
mutu, identifikasilah program dan kegiatan jangka menengah
sekolah dengan mendiskusikan LK.03
d. Deskripsikan secara umum pelaksanaan program peningkatan
mutu SNP tahun sebelumnya dengan mendiskusikan LK 04 .
e. Untuk mendeskripsikan target yang ingin dicapai,
diskusikanlah LK 05 dalam kelompok.
f. Berdasarkan identifkasi program dan kegiatan pada tabel
sesuai LK 05, maka susunlah RKAS tahun .......
1. Integrasi PPK, GLS, Kurikulum 2013, dan UKS dalam SPMI
1. Deskripsi

2. Aktivitas

KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
INSTRUMEN DAN ANALISIS RAPOR MUTU
PENDIDIKAN
A. Instrumen Supervisi
1. Deskripsi

2. Aktivitas

B. Analisis Rapor Mutu Pendidikan


1. Analisis Rapor Mutu
a. Deskripsi
1) Penyusunan Program Pendampingan
Program Pendampingan adalah penyusunan program pendampingan untuk
menjalankan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). Untuk itu perlu
penguatan dan pembinaan oleh pengawas sekolah agar sekolah dapat
mengimplementasikan SPMI. Disamping itu juga membantu mengatasi
berbagai kendala yang muncul pada saat pelaksanaan SPMI di sekolah.
Sebagai pendamping di sekolah adalah pengawas sekolah binaan yang
telah dibekali dalam bentuk bimbingan teknis (bimtek) supervisi pendidikan
oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatra Barat.
2) Aktivitas Belajar
a) Sosialisasi SPMI
Tahapan dalam sosialisasi SPMI sebagai berikut:
(1) Memahami konsep Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
(SPMP);
(2) Memahami konsep dan penerapan SPMI sekolah;
(3) Mendalami penerapan siklus SPMI mulai dari pemetaan mutu,
perencanaan peningkatan mutu, implementasi peningkatan
mutu, monitoring dan evaluasi hingga penetapan standar mutu
baru serta strategi baru.

2. Pemetaan Mutu
Pemetaan mutu adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas
organisasi, kebijakan, dan proses yang terkait untuk melakukan
pengumpulan, pengolahan, analisis data informasi tentang capaian
pemenuhan standar nasional pendidikan pada satuan pendidikan.
Tujuan pemetaan mutu untuk memberikan gambaran kepada berbagai
pemangku kepentingan tentang capaian pemenuhan standar nasional
pada satuan pendidikan.
Tahapan pemetaan mutu sebagai berikut:
a. Sosialisasi tentang Pemetaan Mutu Pendidikan (PMP) dan
pembentukan Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah (TPMPS) di
satuan pendidikan;
b. Bimbingan teknis dalam pengisian instrumen PMP, verifikasi dan
validasi instrumen PMP, mengirim data PMP ke server pusat;
c. Menginformasikan ke sekolah untuk mengunduh rapor mutu pada
alamat web pmp.dikdasmen.kemdikbud.go.id/rnpk/index.php
dengan menggunakan akun dapodik sekolah;
d. Membaca dan menganalisis rapor mutu.

2) Perencanaan pemenuhan mutu


Tahapan dalam perencanaan pemenuhan mutu:
a) Memberikan arahan sekolah untuk menyusun skala prioritas;
b) Mendampingi sekolah dalam merencanakan program dan kegiatan
yang relevan untuk menyelesaikan permasalahan;
c) Mendampingi sekolah dalam melakukan kajian Rencana Kerja
Anggaran Sekolah (RKAS) yang ada di sekolah berdasarkan hasil
analisis rapor mutu;
d) Mendampingi sekolah dalam melakukan revisi RKAS jika
memungkinkan atau mengintevarisir kegiatan untuk penyusunan
RKAS tahun mendatang;
e) Membahas kendala, permasalahan dan solusi dalam melakukan
perencanaan pemenuhan mutu.

3. Pelaksanaan Pemenuhan Mutu


a. Memastikan sekolah telah mempersiapkan pelaksanaan pemenuhan
mutu;
b. Membahas pelaksanaan pemenuhan mutu;
c. Membahas kendala, masalah, dan solusi pelaksanaan kegiatan
pemenuhan;
d. Memastikan sekolah melakukan tindak lanjut hasil temuan evaluasi
jika telah dilakukan pemantauan dan evaluasi;
e. Mengarahkan sekolah agar menyusun laporan pelaksanaan kegiatan
pemenuhan mutu.

4. Evaluasi Pemenuhan Mutu


1) Mendampingi Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah (TPMPS)
dalam menyusun instrumen evaluasi pelaksanaan sesuai indikator
mutu dan permasalahan yang akan diselesaikan;
2) Mendampingi TPMPS menyusun rencana pelaksanaan evaluasi;
3) Mendampingi TPMPS memantau pelaksanaan evaluasi;
4) Mendampingi TPMPS merencanakan tindaklanjut hasil evaluasi;
5) Mendampingi TPMPS menelaah laporan evaluasi.

5. Aktivitas Belajar Pelaksanaan Pendampingan


a. Ambil rapor mutu sekolah binaan, lalu cermati per standar/per
indikator;
b. Analisis capaian mutu pada rapor mutu sekolah binaan;
c. Jika hasil analisis evaluasi pemenuhan mutu:
1) sesuai dengan rencana pemenuhan mutu dan sesuai dengan
standar, maka sekolah dapat menetapkan standar mutu baru,
2) belum sesuai rencana pemenuhan mutu maka lakukan tindakan
perbaikan untuk pemenuhan mutu,
3) sesuai rencana pemenuhan mutu tetapi belum sesuai dengan
standar mutu, maka sekolah harus melakukan pemetaan
mutu/EDS.
d. Tentukan prioritas pemenuhan mutu/standar mutu baru sekolah
binaan;
e. Masukkan skala prioritas pemenuhan mutu/standar mutu baru ke
dalam program (RKAS);
f. Tentukan rencana kegiatan sekolah untuk pemenuhan mutu/ standar
mutu baru.
g. Aktivitas belajar dengan mengerjakan LK 2.1, dalam kelompok
masing-masing sesuai penugasan oleh Fasda.
6. Aktivitas Belajar Monitoring dan Audit
a. Cermati instrumen monitoring dan audit yang telah dipersiapkan
terkait pendampingan;
b. Lakukan monitoring dan audit menggunakan instrumen yang
disiapkan;
c. Analisis hasil monitoring dan audit berdasarkan instrumen yang telah
terisi;
d. Simpulkan hasil monitoring dan audit sesuai hasil analisis untuk
merencanakan program tindak lanjut;
e. Lakukan aktivitas belajar dengan mengerjakan LK 2.2 dalam
kelompok masing-masing.

7. Aktivitas Belajar Tindak Lanjut Program Pendampingan


a. Cermati hasil analisis monitoring dan audit kegiatan pendampingan;
b. Tentukan kekuatan dan kelemahan pemenuhan mutu sesuai hasil
analisis yang telah dilakukan;
c. Susun rencana tindak lanjut sesuai dengan kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki oleh sekolah binaan.
d. Lakukan aktivitas belajar dengan mengerjakan LK 2.3 dalam
kelompok masing-masing.

8. Aktivitas Belajar Penyusunan Laporan Pendampingan


a. Cermati hasil analisis monitoring dan audit serta program rencana
tindak lanjut;
b. Susun laporan pendampingan sesuai format yang disediakan pada
modul evaluasi pelaporan dan penyusunan RTL;
c. Lakukan aktivitas belajar dengan mengerjakan LK 2.4 dalam
kelompok masing-masing.

2. Analisis Rapor PPK


a. Deskripsi

b. Aktivitas

3. Analisis Rapor GLS


a. Deskripsi

b. Aktivitas
4. Analisis Rapor Kurikulum 2013
a. Deskripsi

b. Aktivitas

5. Analisis Rapor UKS


a. Deskripsi

b. Aktivitas
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3
PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI PEMENUHAN MUTU

A. Pra Pendampingan
1. Deskripsi

2. Aktivitas

B. Pendampingan 1
1. Deskripsi

2. Aktivitas

C. Pendampingan 2
1. Deskripsi

2. Aktivitas

D. Pendampingan 3
1. Deskripsi
2. Aktivitas

E. Pasca Pendampingan
1. Deskripsi

2. Aktivitas
LAPORAN HASIL SUPERVISI MUTU PENDIDIKAN

A. Mekanisme Pelaporan
1. Laporan Kunjungan Pendampingan

2. Laporan Akhir

B. Sistematika Pelaporan
PENUTUP

DAFTAR BACAAN

Anda mungkin juga menyukai