52 - 60
ISSN 1693-2390 print/ISSN 2407-0939 online
ABSTRAK
Pembangunan daerah yang semakin kompleks di era otonomi daerah sekarang ini, mengakibatkan
persaingan antar daerah menjadi semakin ketat. Supaya kesejahteraan masyarakat tetap stabil dan bahkan
semakin meningkat, pemerintah daerah harus meningkatkan daya saing wilayahnya. Agar pembangunan
daerah lebih terfokus, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah mendeteksi sektor unggulan daerah
tersebut. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sektor unggulan di Kabupaten Sleman
supaya pemerintah daerah terfokus dalam mengembangkan daerahnya. Pendekatan shift share (SS) dan
location quotient (LQ) digunakan dalam menganalisa sektor ungulan Kabupaten Sleman. Sehingga didapat
kesimpulan, sektor unggulan Kabupaten Sleman adalah sektor kontruksi, sektor transportasi dan
pergudangan, sektor real estate, dan sektor jasa perusahaan.
Kata Kunci: Sektor Unggulan, Kabupaten Sleman, Shift Share, Location Quotient
ABSTRACT
Development of an increasingly complex area in the era of regional autonomy today, resulting in
interstate competition becomes tighter. For the welfare of the community to remain stable and even
increasing, local governments must improve the competitiveness of their territory. In order to more focused
regional development, one effort that can be done is to detect the region's leading sectors. Therefore, this
study aims to determine the leading sector in Sleman District so that local governments are focused in
developing the region. The shift share (SS) and location quotient (LQ) approach is used in analyzing the
sector of Sleman District. So in conclusion, the leading sector of Sleman Regency is the construction sector,
transportation and warehousing sector, real estate sector, and the service sector of the company.
Corresponding Author:
Mahmud Basuki
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Tridinanti Palembang
Email: mahmudbasuki@univ-tridinanti.ac.id
memenangkan persaingan pada sektor yang sama perekonomian nasional. Tujuan analisis ini adalah
dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja
ekspor [1]. perekonomian daerah dengan membandingkannya
Aktivitas basis memiliki peranan sebagai dengan daerah yang lebih besar (regional/nasional).
penggerak utama (primer mover) dalam Analisis ini memberikan data tentang kinerja
pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor perkonomian. Dalam tiga bidang yang berhubungan
suatu wilayah ke wilayah lain akan semakin maju satu sama lain yaitu [6]:
pertumbuhan wilayah tersebut, demikian 1. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan
sebaliknya. Setiap perubahan yang terjadi pada cara menganalisis perubahan pengerjaan agregat
sektor basis akan menimbulkan efek ganda secara sektoral dibandingkan dengan perubahan
(multiplier effect) dalam perekonomian regional [2]. pada sektor yang sama di perekonomian yang
Pada tahun 2015 Sapriadi dan Hasbiullah dijadikan acuan.
melakukan penelitian dengan judul analisis 2. Pergeseran proporsional atau pengaruh bauran
penentuan sektor unggulan perekonomian industri mengukur perubahan relatif,
Kabupaten Bulukumba, dimana tujuan pertumbuhan atau penurunan pada daerah
penelitiannya yaitu untuk mengetahui sektor dibandingkan dengan perekonomian yang lebih
unggulan perekonomian daerah Kabupaten besar yang dijadikan acuan. Pengukuran ini
Bulukumba. Penelitian menggunakan analisa dapat mengetahui apakah perekonomian daerah
location quotient (LQ) dan shift share (SS), terkonsentrasi pada industri-industri yang
kemudian didapat hasil bahwa sektor unggulan tumbuh lebih cepat dibanding perekonomian
Kabupaten Bulukumba adalah sektor jasa-jasa [3]. yang dijadikan acuan.
Pada tahun 2017 Tuandali, Engka, dan 3. Pergeseran diferensial menentukan seberapa
Wauran melakukan penelitian dengan judul analisis jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan
pergeseran struktur ekonomi dan sektor unggulan perekonomian yang dijadikan acuan.
Kabupaten Halmahera Utara Provinsi Maluku Utara
Periode 2010-2014, dimana tujuan penelitiannya Kemudian, salah satu cara dalam
adalah untuk mengetahui pergeseran struktur menentukan suatu sektor sebagai sektor basis atau
ekonomi, dan sektor unggulan daerah Kabupaten non-basis adalah analisis location quotient (LQ).
Halmahera Utara. Penelitian menggunakan analisa Arsyad [7] menjelaskan bahwa teknik location
location quotient (LQ) dan shift share (SS), quotient dapat membagi kegiatan ekonomi suatu
kemudian didapat hasil bahwa sektor unggulan daerah menjadi dua golongan yaitu:
dengan kriteria tergolong ke dalam sektor yang 1. Kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar di
maju dan tumbuh dengan pesat, dan merupakan daerah itu sendiri maupun di luar daerah yang
sektor basis yaitu sektor pengadaan listrik, gas dan bersangkutan. Sektor ekonomi seperti ini
air bersih, sektor pengadaan air, pengelolaan dinamakan sektor ekonomi potensial (basis).
sampah, limbah dan daur ulang, sektor kontruksi, 2. Kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar di
sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi daerah tersebut dinamakan sektor tidak potensial
mobil dan sepeda motor, sektor transportasi dan (non basis).
pergudangan, sektor penyediaan akomodasi dan Statistic Location Qoetiont (SLQ)
makan minum ,sektor informasi dan komunikasi, merupakan suatu indeks yang digunakan untuk
sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor real mengukur suatu sektor yang merupakan sektor
estate, sektor jasa perusahaan, sektor administrasi unggulan (sektor basic) atau tidak bagi suatu
pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib daerah. Pendekatan ini memerlukan data yang
dan sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial dan berasal dari Produk Domestik Regional Bruto
sektor pertambangan dan penggalian [4]. (PDRB) baik yang berasal dari kabupaten ataupun
Pada tahun 2017 Nugroho telah melakukan tingkat provinsi. Dynamic Location Quotient (DLQ)
penelitian dengan judul analisis sektor unggulan adalah modifikasi dari SLQ, dengan
Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2010-2014, mengakomodasi faktor laju pertumbuhan keluaran
dimana tujuan penelitiannya adalah sektor ekonomi dari waktu ke waktu [6].
mengidentifikasi sektor unggulan di Kabupaten Dari teori yang telah dijelaskan di atas, dapat
Kutai Kartanegara. Penelitian menggunakan analisa ditarik kesimpulan bahwa pembangunan ekonomi
location quotient (LQ) dan shift share (SS), daerah dapat dilakukan dengan meningkatkan
kemudian didapat hasil bahwa sektor unggulan sektor unggulan daerah terlebih dahulu sehingga
Kabupaten Kutai Kartanegara adalah sektor mendorong sektor yang lainnya.
pertanian, kehutanan, dan perikanan [5]. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
Analisis shift share merupakan teknik yang mengarahkan pembangunan daerah ke arah selatan
sangat berguna dalam menganalisis perubahan yaitu Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunungkidul,
struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan dan Kabupaten Kulon Progo. Hal tersebut dapat
1
7
Jasa lainnya 526.138,90 0,23 119.585,12
𝐺𝑖𝑗 = 𝑁𝑖𝑗 + 𝑃𝑖𝑗 + 𝐷𝑖𝑗 (1) Jumlah Total 5.147.133,17
Dimana :
𝑁𝑖𝑛,𝑡 = 𝑁𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑔𝑟𝑜𝑤𝑡ℎ 𝐸𝑓𝑓𝑒𝑐𝑡 Adapun perhitungan secara keseluruhan
𝐸𝑖𝑟,𝑡−1 = 𝑃𝐷𝑅𝐵 𝑆𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑟𝑒𝑔𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙 ditampilkan pada tabel 5 sebagai berikut:
𝐸𝑛,𝑡 = 𝑃𝐷𝑅𝐵 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝐸𝑛,𝑡−1 = 𝑃𝐷𝑅𝐵 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙 Tabel 5. Industry Mix Share
Sehingga perhitungan secara keseluruhan Pertu
Total
PDRB mbuh
akan ditampilkan pada tabel 4 sebagai berikut: Kabupat an
Pertumb Industria
uhan l Mix
en Sektor
No Sektor Ekonomi Sektoral Share
Sleman al
PDRB (IMS)
Tabel 4. National Growth Effect Awal PDRB
DIY
Pertumb DIY
PDRB A B C a x (b-c)
N uhan
Sektor Ekonomi Kabupaten National Share Pertanian, -
o Ekonomi 1.899.940
Sleman Awal 1 Kehutanan, dan 1,08 1,23 280.231,4
DIY ,00
Pertanian, Perikanan 2
1 Kehutanan, dan 1.899.940,00 0,23 431.833,80 Pertambangan dan 109.962,6 -
2 1,08 1,23
Perikanan Penggalian 0 16.173,96
Pertambangan dan -
2 109.962,60 0,23 24.993,19 Industri 3.318.220
Penggalian 3 1,10 1,23 432.772,3
Pengolahan ,10
9
3 Industri Pengolahan 3.318.220,10 0,23 754.192,02 Pengadaan Listrik
4 27.942,70 1,20 1,23 -876,33
dan Gas
Pengadaan Listrik Pengadaan Air,
4 27.942,70 0,23 6.352,04
dan Gas Pengelolaan
Pengadaan Air, 5 11.898,00 1,12 1,23 -1.315,67
Sampah, Limbah
Pengelolaan Sampah, dan Daur Ulang
5 11.898,00 0,23 2.704,27
Limbah dan Daur 2.535.03 -
Ulang 6 Konstruksi 1,22 1,23
5,00 29.494,81
6 Konstruksi 2.535.035,00 0,23 576.183,35 Perdagangan
1.659.34
7 Besar dan Eceran; 1,28 1,23 93.594,95
Reparasi Mobil 3,10
Pertu Pertu
Total
PDRB mbuh mbuh
Pertumb Industria
Kabupat an an
uhan l Mix Pertumb
No Sektor Ekonomi en Sektor Sektor
Sektoral Share PDRB uhan
Sleman al al Differential
PDRB (IMS) Sektor Kabupaten Sektoral
Awal PDRB No PDRB Shift
DIY Ekonomi Sleman PDRB
DIY Kabu
DIY
dan Sepeda Motor paten
Transportasi dan 1.370.42 - Slema
8 1,20 1,23 n
Pergudangan 2,60 42.214,31
A B C D
Penyediaan
2.128.69 139.215,8 Gas
9 Akomodasi dan 1,29 1,23
0,70 7 Pengadaan
Makan Minum
Informasi dan 2.154.212 183.068,5 Air,
10 1,31 1,23 Pengelolaan
Komunikasi ,90 3 5 11.898,00 1,13 1,12 158,79
Sampah,
Jasa Keuangan 608.323, Limbah dan
11 1,35 1,23 74.263,58
dan Asuransi 00 Daur Ulang
1.766.79 126.945,2 2.535.035,
12 Real Estat 1,30 1,23 6 Konstruksi 1,23 1,22 35.715,96
1,00 3 00
422.228, Perdagangan
13 Jasa Perusahaan 1,29 1,23 25.552,61
50 Besar dan
Administrasi Eceran;
1.659.343,
Pemerintahan, 7 Reparasi 1,29 1,28 2.647,87
1.350.36 Mobil dan 10
14 Pertahanan dan 1,26 1,23 39.460,73
Jaminan Sosial 9,60 Sepeda
Wajib Motor
2.256.43 Transportasi
15 Jasa Pendidikan 1,27 1,23
106.154,4 1.370.422,
9 8 dan 1,30 1,20 144.295,33
1,20 Pergudangan 60
Jasa Kesehatan
499.901, Penyediaan
16 dan Kegiatan 1,35 1,23 60.051,53 2.128.690,
90 Akomodasi
Sosial 9 1,29 1,29 -5.444,28
dan Makan 70
526.138, Minum
17 Jasa lainnya 1,24 1,23 8.496,89
90 Informasi
J u m l a h Total 53.725,52 10 dan 2.154.212,90 1,35 1,31 87.574,56
Komunikasi
Jasa
3. Pergeseran Diferensial (Differential Shift) 11 Keuangan 608.323,00 1,41 1,35 39.498,33
dan Asuransi
Merupakan indikator yang memberikan 1.766.791,
12 Real Estat 1,32 1,30 41.170,46
penjelasan / informasi dalam menentukan seberapa 00
Jasa
jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan 13
Perusahaan
422.228,50 1,31 1,29 8.401,66
𝑆𝑖⁄ 𝑆𝑖⁄
𝑆 𝑁𝑖
𝑆𝐿𝑄 = 𝑁𝑖 atau 𝑆𝐿𝑄 = 𝑆⁄ (5)
⁄𝑁 𝑁
Dimana:
SLQ = Besarnya Location Quotient
Si = PDRB di Sektor Kabupaten
S = PDRB di tingkat Kabupaten
Ni = PDRB di Sektor Provinsi
N = PDRB di provinsi
Jasa
1
Kesehata 0,92 0,92 0,93 0,91 0,93 0,919
6
n dan
N LQ Rata- Daerah
Sektor Kabupaten
o rata Sektor Istimewa
Ekonomi 2011 2012 2013 2014 2015 No Sleman DLQ
LQ
Ekonomi Yogyakarta
Kegiatan (IPPSij)
Sosial (IPPSi)
1 Jasa dan
0,86 0,87 0,87 0,87 0,87 0,868 Pergudangan
7 lainnya
Penyediaan
9 Akomodasi dan 1,04 1,05 0,95
2. Analisis Dinamic Location Qoetiont (DLQ) Makan Minum
Dynamic Location Quotient (DLQ) adalah 10
Informasi dan
1,09 1,07 1,08
Komunikasi
modifikasi dari SLQ, dengan mengakomodasi Jasa Keuangan
11 1,14 1,10 1,16
faktor laju pertumbuhan keluaran sektor ekonomi dan Asuransi
dari waktu ke waktu, di dalam perhitungan ini 12 Real Estat 1,07 1,06 1,03
Jasa
dipertimbangkan faktor pertumbuhan ekonomi 13
Perusahaan
1,05 1,05 1,02
yang ada di wilayah pengamatan dalam hal ini Administrasi
Pemerintahan,
adalah Kabupaten Sleman. Perbedaan dengan 14 Pertahanan dan 1,02 1,02 0,97
statistic location quotient terletak pada Jaminan Sosial
pertimbangan faktor pertumbuhan ekonomi yang Wajib
15 Jasa Pendidikan 1,03 1,04 0,98
ada, statistic location quotient di dalam Jasa Kesehatan
perhitunganya tidak mempertimbangkan 16 dan Kegiatan 1,11 1,10 1,08
Sosial
pertumbuhan ekonomi. Perhitungan dapat dihitung 17 Jasa lainnya 1,03 1,01 1,06
dengan rumusan sebagai berikut [6]:
3. Analisis Tipologi Klasen
DLQij = (IPPSij/IPPSi)t (6)
Tipologi Klasen merupakan alat analisis
IPPSij = (1+gij)/(1+gj) (7)
IPPSi = (1+Gi)/(1+G) (8) yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
sektor, subsektor, usaha, atau komoditi prioritas
Dimana: atau unggulan suatu daerah, analisis tipologi klasen
DLQij= Indeks potensi sektor i di regional berorentasi pengelompokan sektor industri ke dalam
gij = Laju pertumbuhan sektor i di regional empat klaster. Adapun klasternya adalah sebagai
gj = Rata-rata laju pertumbuhan sektor di
regional berikut [6]:
Gi = Laju pertumbuhan sektor i di nasional
G = Rata-rata laju pertumbuhan sektor di Tabel 10. Tipologi Klasen
nasional SLQ DLQ Keterangan
t = Selisih tahun akhir dan tahun awal A <1 <1 Sektor Unggulan
IPPSij= Indeks Potensi Pengembangan sektor i di
regional B <1 >1 Sektor Potensial
IPPSi = Indeks Potensi Pengembangan sektor i di C >1 <1 Sektor Berkembang
nasional D >1 >1 Sektor Tertinggal
Dari perhitungan rumusan di atas maka Dari perhitungan SLQ dan DLQ yang
didapat hasil sebagai berikut: dilakukan dan kemudian dimasukan ke dalam
kuadran tipologi klasen, maka hasil dari
Tabel 9. Hasil Perhitungan DLQ keseluruhan perghitungan dapat dilihat pada tabel
Daerah
Sektor
Kabupaten
Istimewa
12 hasil perhitungan SLQ dan DLQ.
No Sleman DLQ
Ekonomi Yogyakarta
(IPPSij)
(IPPSi) Tabel 11. Analisa Tipologi Klasen
Pertanian, No Sektor Ekonomi SLQ DLQ Kluster
1 Kehutanan, dan 0,85 0,88 0,89 Pertanian, Kehutanan, dan Sektor
Perikanan 1
Perikanan 0,82 0,89 Terbelakang
Pertambangan Pertambangan dan Sektor
2 0,85 0,88 0,86 2
dan Penggalian Penggalian 0,76 0,86 Terbelakang
Industri Sektor
3 0,85 0,89 0,83 3
Pengolahan Industri Pengolahan 1,00 0,83 Potensial
Pengadaan Pengadaan Listrik dan Sektor
4 0,93 0,97 0,84 4
Listrik dan Gas Gas 0,84 0,84 Terbelakang
Pengadaan Air, Pengadaan Air,
Pengelolaan 5 Pengelolaan Sampah, Sektor
5 Sampah, 0,91 0,91 1,01 Limbah dan Daur Ulang 0,47 1,01 Berkembang
Limbah dan Sektor
Daur Ulang 6
Konstruksi 1,19 1,00 Unggulan
6 Konstruksi 0,99 0,99 1,00 Perdagangan Besar dan
Perdagangan 7 Eceran; Reparasi Mobil Sektor
Besar dan dan Sepeda Motor 0,91 0,96 Terbelakang
Eceran; Transportasi dan Sektor
7 1,04 1,05 0,96 8
Reparasi Mobil Pergudangan 1,13 1,34 Unggulan
dan Sepeda
Penyediaan Akomodasi Sektor
Motor 9
dan Makan Minum 1,05 0,95 Potensial
8 Transportasi 1,05 0,97 1,34 10 Informasi dan 0,96 1,08 Sektor
Daftar Pustaka