Anda di halaman 1dari 7

1.

5 Etika Usaha

Karena skandal Enron dan skandal yang lain yang baru-baru ini terjadi, timbul dorongan
yang kuat untuk memperbaiki etika usaha (business ethics). Hal ini terjadi dalam beberapa cara,
mulai gugatan oleh Jaksa Umum New York Elliot Spitzer dan gugatan yang lain yang menuntut
perusahaan karena melakukan penyelewengan, hingga kongres yang menyetujui
diberlakukannya undang-undang mengenai sanksi kepada eksekutif yang melakukan kejahatan,
dan sekolah-sekolah bisnis menginformasikan hal benar dan salah kepada para siswanya, serta
konsekuensi tindakan mereka setelah mereka memasuki dunia usaha nanti.

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, perusahaan mendapat keuntumngan karena


reputasi yang baik dan dihukum akibat reputasi yang buruk. Hal yang sama berlaku pula untuk
perorangan. Reputasi mencerminkan sampai sejauh mana perusahaan dan seseorang berlaku etis.
Etika (ethics) dalam Webster’s Dictionary didefinisikan sebagai “standar tingkah laku atau
perilaku moral”. Etika usaha (business ethics) dapat digambarkan sebagai sikap dan tingkah laku
suatu perusahaan terhadap karyawan, pelanggan, masyarakat, dan pemegang sahamnya. Standar
perilaku etis yang tinggi menuntut perusahaan agar memperlakukan pihak-pihak yang
berhubungan dengannya secara adil dan jujur. Komitmen suatu perusahaan terhadap etika usaha
dapat diukur oleh kecenderungan karyawannya, mulai dari tingkat atas hingga yang terbawah,
untuk mematuhi hukum, peraturan, dan standar moral yang berhubungan dengan keselamatan
dan mutu produk, praktik ketenagakerjaan yang adil, praktik pemasaran dan penjualan yang
wajar, penggunaan informasi yang bersifat rahasia untuk keuntungan pribadi, keterlibatan
masyarakat, dan pembayaran illegal untuk mendapatkan usaha.

Yang Sedang Dilakukan oleh Perusahaan

Sebagian besar perusahaan yang ada saat ini memiliki kode etik perilaku yang kuat, dan
perusahaan tersebut juga melakukan program pelatihan untuk memastikan karyawan memahami
perilaku yang tepat dalam situasi yang berbeda-beda. Ketika terjadi konflik antara keuntungan
dan etika, pertimbangan etis kadang begitu nyata artinya sehingga dapat dipastikan akan
mendominasi. Namun, dalam banyak kasus pilihan yang benar tidaklah begitu jelas. Misalnya,
manajer Norfolk Southern tahu bahwa kereta api batu baranya mencemari udara, tetapi
pencemaran itu masih dalam batasan hukum dan usaha pengurangan pencemaran akan mahalnya
biaya. Secara etis, apakah manajer berkewajiban untuk mengurangi pencemaran? Sama halnya,
beberapa waktu yang lalu penelitian yang dilakukan sendiri oleh Merck menunjukan bahwa obat
nyeri Vioxx yang diproduksinya mungkin menyebabkan serangan jantung, tetapi bukti yang ada
tidak terlalu kuat dan produk itu jelas-jelas membantu sebagian pasien. Lama-kelamaan,
penelitian tambahan menunjukan bukti yang menguatkan bahwa Vioxx memang memiliki risiko
kesehatan yang signifikan. Jika perusahaan menyebarkan informasi negatif, tetapi masih
dipertanyakan, hal ini akan menurunkan penjualan dan kemungkinan menghalangi pasien yang
mungkin mendapatkan manfaat dari penggunaan produk tersebut. Jika perusahaan menunda
informasi, makin banyak pasien yang mungkin menderita efek samping tersebut. Kapan Merck
sebaiknya memberitahukan potensi masalah itu kepada public? Tidak ada jawaban yang pasti
atas pertanyaan seperti itu, tetapi perusahaan harus menghadapinya. Jika tidak ditangani dengan
baik, maka ia dapat memberikan konsekuensi yang sangat buruk.

Konsekuensi Perilaku yang Tidak Etis

Selama beberapa tahun terakhir ini, kegagalan etis telah menimbulkan sejumlah
kebangkrutan. Runtuhnya Enron dan WorldCom serta kantor akuntan publik Arthur Andersen
menjadi contoh dramatis bagaimana perilaku yang tidak ets dapat menyebabkan kemerosotan
perusahaan. Dari ketiga kasus di atas, eksekutif puncak dituntut karena melakukan praktik
akuntansi yang menyesatkan sehingga menyebabkan kemerosotan perusahaan. Dari ketiga kasus
di atas, eksekutif puncak dituntut karena melakukan praktik akuntansi yang menyesatkan
sehingga menyebabkan laba yang disajikan terlalu tinggi. Saat eksekutif Enron dan WorldCom
merekomendasikan saham kepada karyawan dan investor luar, mereka justru sedang sibuk
menjual saham yang mereka miliki. Jadi, eksekutif senior meraup keuntungan sebelum harga
saham jatuh, sementara karyawan di tingkat yang lebih rendah dan investor luar menjadi
korbannya. Kini, beberapa eksekutif itu telah menjalani hukuman penjara, dan yang lain
kemungkinan akan segera menyusul. Tambahan lagi, lembaga keuangan yang memfasilitasi
kecurangan ini termasuk diantaranya Merrill Lynvh dan Citigroup telah dikenakan denda ratusan
juta dolar, di samping akan dilayangkan gugatan hukum lainnya.

Kecurangan ini juga memberikan kontribusi luka yang parah bagi perusahaan lain,
bahkan keseluruhan industry. Misalnya, biaya yang disajikan WorldCom terlalu rendah $11
miliar. Perusahaan menggunakan biaya yang sengaja disajikan rendah ini ketika menentukan
harga untuk pelanggannya sehingga harga WorldCom menjadi yang terendah di dalam industry.
Ini memungkinkan perusahaan meningkatkan pangsa pasar dan tingkat pertumbuhannya. Laba
per sahamnya disajikan terlalu tinggi, dan ini menyebabkan harga saham perusahaan juga
menjadi terlalu tinggi. Meskipun hasil WorldCom merupakan akibat kebohongan, ia masih tetap
memiliki dampak yang luar boiasa bagi industry. Misalnya, eksekutif puncak AT&T, yang
percaya dengan angka-angka WorldCom, menekan manajernya untuk menyamai biaya dan harga
WorldCom, tetapi ini tidak mungkin tanpa melakukan kecurangan. AT&T menghentikan proyek-
proyek penting, memberikan tekanan yang terlalu besar kepada karyawannya dan akhirnya
merusak perusahaan bagus yang telah berusia 100 tahun. Situasi yang sama terjadi pula di
industry energy sebagai akibat dari kecurangan Enron.

Semua ini menyebabkan banyak investor kehilangan kepercayaan pada usaha Amerika
dan berpaling dari bursa saham. Akibatnya, perusahaan sulit mendapatkan modal yang
dibutuhkan untuk tumbuh, menciptakan pekerjaan, dan merangsang perekonomian. Jadi,
tindakan yang tidak etis dapat memiliki konsekuensi yang lebih luas dari hanya sebatas
perusahaan yang melakukannya. Lalu, muncul pertanyaan: apakah perusahaan yang tidak etis
atau apakah hanya sebagian karyawan saja permasalahan ini muncul dalam kasus Arthur
Andersen, kantor audit yang mengaudit Enron, WorldCom, dan beberapa perusahaan lain yang
melakukan kecurangan akuntansi. Bukti menunjukan bahwa beberapa akuntan Andersen telah
membantu melakukan kecurangan. Manajer puncaknya berpendapat bahwa meskipun beberapa
karyawan melakukan kesalahan, 85.000 karyawan perusahaan yang lain dan perusahaan itu
sendiri tidak bersalah. Departemen kehakiman AS tidak setuju akan hal ini dengan
menyimpulkan bahwa perusahaan itu sendiri telah bersalah karena mendorong iklim di mana
perilaku yang tidak etis diperbolehkan dan perusahaan membangun suatu system insentif yang
membuat pereilaku seperti itu menguntungkan bagi pelaku dan perusahaan sendiri. Sebagai
akibatnya, Andersen diminta untuk berhenti berusaha, para sekutunya kehilangan jutaan dolar,
dan 85.000 karyawannya kehilangan pekerjaan. Pada banyak kasus lain, perorangan dan bukan
perusahaan dibawa ke meja hukum. Meskipun beberapa perusahaan dapat melewatinya,
perusahaan tersebut tetap menanggung kerusakan reputasi yang sangat menurunkan potensi dan
nilai labanya di masa depan.

Bagaimana Sebaiknya Karyawan Menghadapi Perilaku yang Tidak Etis?

Keinginan untuk mendapat opsi saham, bonus, dan promosi sering kali mendorong
manajer mengambil tindakan yang tidak etis, termasuk memalsukan pembukuan sehingga
membuat laba divisi manajer tersebut terlihat bagus, menyembunyikan informasi tentang produk
gagal yang dapat menurunkan penjualan, dan kegagalan melakukan tindakan yang mahal, tetapi
dibutuhkan untuk melindungi lingkungan hidup. Tindakan seperti itu umumnya tidak akan
seburuk Enron atau WorldCom tetapi ia tetap saja buruk. Jika hal-hal yang meragukan tetap
berlangsung, siapa yang sebaiknya mengambil tindakan, dan tindakan apa yang sebaiknya
dilakukan? Sudah pasti, dalam situasi seperti Enron dan WorldCom, dimana kecurangan yang
dilakukan oleh atau di dekat puncak, akan diketahui oleh menajer senior. Dalam kasus lain,
permasalahan bisa disebabkan oleh manajer tingkat menengah yang mencoba untuk mendorong
laba unitrnya dan bonus yang ia terima. Namun, dalam semua kasus paling tidak ada beberapa
karyawan di tingkat yang lebih rendah tahu apa yang sedang terjadi, bahkan mereka
diperintahkan untuk melakukan tindakan curang. Apakah karyawan ditingkat yang lebih rendah
itu mematuhi perintah atasan mereka, menolak untuk mematuhinya, atau melaporkan situasi itu
kepada pejabat yang lebih tinggi misalnya dewan direrksi perusahaan, auditor, atau jaksa
penuntut umum?

Dalam kasus WorldCom dan Enron, bagi sejumlah karyawan terlihat jelas bahwa
manajemen sedang melakukan tindakan tidak etis dan melanggar hukum. Namun dalam kasus
seperti produk Vioxx Merck, situasinya tidaklah begitu jelas. Jika bukti awal jika Vioxx dapat
menimbulkan serangan jantung ternyata lemah, tetapi byukti pengurangan nyerinya kuat maka
kemungkinan tidaklah pantas untuk membunyikan tanda bahaya. Akan tetapi seiring dengan
bukti-bukti, satu titik public harus mendapatkan peringatan yang kuat atau produk itu sebaiknya
ditarik dari peredaran. Namun, dibutuhkan pertimbangan ketika memutuskan tindakan apa yang
akan iambil dan kapan tindakan itu dilakukan. Jika karyawan di tingkat yang lebih rendah
merasa bahwa produk itu sebaiknya ditarik, tetapi atasannya tidak setuju. Apa yang harus
dilakukan oleh karyawan itujika karyawan tetap maju dan menyembunyikan tanda bahaya, ia
mungkin tetap akan berada dalam kesulitan walaupun asusnya benar. Jika tanda bahaya itu salah,
maka perusahaan akan dirugikan dan tidak ada yang diuntungkan. Dalam kasus ini, karyawan itu
mungkin akan kehilangan pekerjaannya. Bahkan jika karyawan itu benar, kariernya mungkin
tetap hancur karena beberapa perusahaan, atau paling tidak berapa atasan, tidak menyukai
karyawan yang “tidak loyal dan suka membuat masalah”.

Situasi seperti di atas sering terjadi, dan dalam konteks mulai dari kecurangan akuntansi
hingga tanggung jawab atas produk dan kasus lingkingan hidup. Karyawan mempertaruhkan
pekerjaannya jika mereka tetap maju meskipun dilarang oleh atasannya. Namun, jika tidak
mereka dapat menanggung beban emosional dan juga memberikan kontribusi pada jatunya
perusahaan dan hilangnya pekerjaan dan tabungan yang menyertainya. Tambahan lagi, jika
mereka mematuhi perintah yang mereka tahu itu melanggar hukum, mereka dapat dipenjarakan.
Memang, pada kebanyakan skandal yang telah disidangkan, orang di tingkat lebih rendah yang
secara fisik mengerjakan kesalahan telah mendapatkan hukuman penjara yang lebih lama
daripada atasan yang menyuruh mereka. Jadi, karyawan berada di posisi yang terjeit, yaitu antara
melakukan hal yang seharusnya mereka lakukan dan kemungkinan kehilangan pekerjaannya atau
mematuh atasan dan kemungkinan berakhir di penjara.

1.6 Konflik Antara Manajer dan Pemegang Saham

Telah lama disadari bahwa tujuan pribadi manajer mungkin bertentangan dengan
maksimalisasi kekayaan pemegang saham. Khususnya, manajer mungkin lebih tertarik untuk
memaksimalkan kekayaan mereka sendiri daripada daripada kekayaan pemegang sahamnya
sehingga mereka mendapat gaji lebih. Misalnya, Disney membayar mantan presidennya, Michael
Otviz, uang pesangon sebesar $140juta setelah menempati jabatan tersebut selama hanya 14
bulan. Uang $140juta hilang begitu saja karena ia dan CEO Disney Michael Eisner tidak saling
sepakat. Eisner sendiri menerima uang kompensasi yang sangat besar pada tahun Otvinz dipecat
gaji pokok sebesar $750.000, ditambah bonus $9,9juts, ditambah laba $565juta dari opsi saham,
dengan jumlah total sedikit diatas $575juta. Contoh lainnya Tyco Dennis Kozlowski
menghabiskan lebih dari $2juta uang perusahaan untuk pesta ulang tahun istrinya.

Gaji eksekutif Disney dan pengeluaran Kozlowski sepertinya tidak konsisten dengan
maksimalisasi kekayaan pemegang saham. Meskipun demikian, program kompensasi eksekutif
yang baik dapat memotivasi manajer untuk bertindak demi kepentingan pemegang saham.
Sarana motivasi yang baik antara lain (1) paket kompensasi yang wajar; (2)intervensi langsung
oleh pemegang saham, termasuk pemecatan manajer yang tidak menunjukan kinerja yang baik;
dan (3) ancaman pengambil alihan. Paket kompensasi hendaknya cuku[p untuk menarik dan
mempertahankan manajer yang cakap, tetapi tidak lebih dari yang dibutuhkan. Kompensasi
sebaiknnya juga disusun sehingga manajer mendapat imbalan atas dasar kinerja saham dalam
jangka panjang, bukannya harga saham pada tanggal pelaksanaan opsi. Ini artinya opsi (atau
imbalan saham langsung) itu diberikan secara bertahap selama beberapa tahun sehingga manajer
akan tetap memiliki insentif untuk menjaga harga saham tetap tinggi dari waktu ke waktu. Jika
nilai intrinsic dapat diuku dengan cara yang objektif dan dapat dibuktikan, maka pembayaran
kinerja dapat didasarkanatas perubahan nilai intrinsic tersebut. Namun, karena nilai intinsik tidak
dapat diamati, kompensasi harus didasarkan pada harga pasar saham tetapi harga yang digunakan
adalah harga rata-rata dan bukan harga pada tanggal tertentu.

Pemegang saham dapat langsung mengiuntervensi manajer. Beberapa tahun lalu,


sebagian besar saham dimiliki oleh individu. Namun, kini, mayoritas dimiliki oleh investor
institusional, seperti perusahaan asuransi, dana pensiun, dan reksa dana. Manajer dana
institusional ini memiliki kekuatan untuk menerapkan pengaruh yang cukup besar pada operasi
perusahaan. Pertama, mereka dapat berbicara dengan manajer dan memberikan saran tentang
bagaimana usaha sebaiknya bdijalankan. Secara tidak langsung, investor institusional seperti
Calpers (California Piblic Employee Retirement System dengan aset senilai $165 miliar) dan
TIAA-CREF (suatu program pension yang awalnya didirikan untuk para professor diperguruan
tinggi swasta yang kini memiliki aset senilai $300miliar) bertindak sebagai pelobi bagi sebagian
besar pemegang saham. Ketika pemegang saham besar seperti itu berbicara, perusahaan akan
mendengar. Kedua, setiap pemegang saham yang memiliki saham perusahaan senilai $2.000
selama satu tahun dapat mendukung satu usulan yang harus diputuskan dengan suara terbanyak
pada rapat tahunan pemegang saham, bahkan meskipun manajemen menolak usulan tersebut.
Walaupun usulan yang didukung pemegang saham bersifat tidak mengikat, hasil dari
poemambilan suara seperti itu sudah pasti akan didengar oleh manajemen puncak.

Intervensi pemegang saham dapat berbentuk pemberian saran untuk meningkatkan


penjualan hingga ancaman untuk memecat tim manajemen. Sebelumnya, kemungkinan
dipecatnya manajemen suatu perusahaan besar oleh pemegang saham begitu kecil sehingga
bukan merupakan suatu ancaman. Sebagian besar saham perusahaan terdistribusi secara luas, dan
manajemen memiliki kendali yang begitu kuat atas mekanisme pengambilan suara. Jadi,
pemegang saham yang tidak puas hamper tidak mungkin mendapatkan suara yang dibutuhkan
untuk mengganti tim manajemen. Namun, soituasi itu telah berubah. Pada beberapa tahun
terakhir ini, eksekutif puncak di beberapa perusahaan, seperi AT&T, Coca-Cola, Fannie Mae,
General Motors, IBM, dan Xerox, telah dipaksa keluar. Konzlowski dari Tyco juga telah
diberhentikan dan Eisner dari Disney mendapat tekanan dan tak lama lagi juga akan berhenti.
Semua penghentian ini diakibatkan oleh kinerja perusahaan mereka yang buruk.

Jika saham suatu perusahaan dinilai terlalu rendah, maka corporate raider akan
melihatnya sebagai penawaran yang menarik dan akan mencoba untuk mendapatkan perusahaan
dalam suatu pengambilan secara paksa (hostile takeover). Jika pengambilan ini berhasil,
eksekutif perusahaan tersebut hamper dapat dipastikan akan dipecat. Situasi ini memberikan
insentif yang kuat bagi manajer untulk mengambil tindakan yang akan memaksimalkan harga
sahamnya. Menurut seorang eksekutif, “jika Anda tetap ingin mempertahankan pekerjaan Anda,
jangan pernah membiarkan saham Anda dijual murah.”
Sekali lagi, perhatikan bahwa harga yang seharusnya dicoba untuk dimaksimalkan oleh
manajer bukanlah harga pada satu tanggal tertentu. Harga itru adalah harga rata-rata dalam
jangka panjang yang akan maksimal jika manajemen memusatkan perhatian pada nilai intrinsic
saham. Namun, manajer harus berkomunikasi secara efektif dengan pemegang saham (tanpa
mengungkapkan informasi yang akan membantu pesaingnya) agar dapat mempertahankan harga
actual mendekati nilai intrinsic. Jika nilai intrinsik tinggi, tetapi harga aktual rendah maka hal ini
akan berakibat buruk baik bagi pemegang saham maupun manajer karena raider mungkin dapat
masuk, membeli perusahaan dengan harga yang rendah, dan memecat manajer perusahaan.
Untuk mengulang pesan kita sebelumnya: Manajer sebaiknya berusaha memaksimalkan nilai
intrinsic dalam saham perusahaan mereka, lalu berkomunikasi secara efektif dengan pemegang
saham. Ini akan menyebakan nilai intrinsic menjadi tinggi dan harga saham aktual tetap
mendekati nilai intrinsic dari waktu ke waktu. Karena nilai intrinsic tidak dapat diamati, tidak
mungkin mengetahui apakah ia benar-benar sedang dimaksimalkan. Namun demikian, tetap
terdapat prosedur-prosedur untuk mengestimasi nilai suatu saham.

1.7 Peran Keuangan Dalam Organisasi

Struktur organisasional suatu perusahaan umumnya memiliki dewan direksi di puncak,


dan pimpinan dewan (chairman of the board). Adalah orang yang paling bertanggungjawab ata
skebijakan strategis perusahaan. Berdasarkan panduan pimpinan, dewan yang akan menentukan
kebijakan, tetapi penerapan kebijakan itu merupakan tanggungjawab dari manajemen
perusahaan. Perlu dicatat pula bahwa dewan dari sebagian besar perusahaan yang dimiliki public
memiliki suatu komite kompensasi (compensation committee) yang terdiri atas tiga direktur (non
karyawan) dari luar yang menentukan paket kompensasi bagi para pejabat senior. Komite
kompensasi melihat factor-faktor seperti kinerja harga saham peruysahaan relative terhadap
pasar secara keseluruhan perusahaan lain dalam industry yang sama, tingkat pertumbuhan laba
per saham, dan kompensasi eksekutif di perusahaan-perusahaan yang serupa. Komite ini sudah
pasti merupakan komite yang sangat penting.

Tim manajemen dipimpin oleh chief executive officer( CEO). Pimpinan dewan terkadang
juga bertindak sebagai CEO, tetapi para penyelenggara perusahaan termasuk New York Stock
Exchage, berpendapat bahwa kedua pejabat itu sebaiknya dipisahkan dan terdapat tren yang jelas
menuju pemisahan ini. Berada langsung di bawah CEO adalah chief operating officer (COO) dan
chief financial officer (CFO). COO bertanggung jawab atas system akuntansi untuk
penghimpunan modal yang dibutuhkan perusahaan, untuk mengevaluasi keefektifan operasi
yang berkaitan dengan perusahaan lain dalam industry, dan untuk mengevaluasi seluruh
keputusan investasi penting, termasuk usulan pabrik, took baru, dan sejenisnya. Semua tugas
CFO penting artinya jika perusahaan ingin memaksimalkan kekayaan pemegang saham. System
akuntansi harus memberikan informasi yang baik jika perusahaan ingin berjalan secara efisien
manajemen harus tahu biaya sebenarnya agar dapat mengambil keputusan dengan baik. System
akuntansi juga harus memberikan informasi yang akirat dan tepat waktu kepada para investor
jika investor tidak mempercayai angka yang dilaporkan, mereka akan menghindari saham
perusahaan dan nilainya tidak akan maksimal. Perusahaan yang didanai dengan cara optimal juga
penting perusahaan sebaiknya menggunakan kombinasi utang dan ekuitas yang akan
memaksimalkan nilai. Terakhir, staf keuangan harus mengevaluasi berbagai departemen dan
divisi, termasuk usulan pengeluaran modal mereka, guna memastikan perusahaan beroperasi
secara efisien dan melakukan investasi yang akan meningkatkan kekayaan pemegang saham.

Anda mungkin juga menyukai