Anda di halaman 1dari 7

NAMA : MAULINA KARTIKA NASUTION

NIM : C0514032

PRODI : ILMU SEJARAH / B

UTS SEJARAH KONTEMPORER 2

1. Jelaskan bagaimana konsep perencanaan pembangunan Indonesia yang dicanangkan oleh


pemerintahan Orde Baru? Apa saja pokok-pokok prioritas dalam perencanaan
pembangunan tersebut?

2. Pemerintah Orde Baru dalam mengatasi kemiskinan melakukan sebuah program revolusi
hijau, pengendalian penduduk. Jelaskan masing-masing program tersebut kaitkan dengan
beberapa pemikiran para ilmuwan dalam buku Indonesia di Bawah Orde Baru karya
Frans Husken, Mario Rutten, dan Jan-Paul Dirkse!

3. Jelaskan bagaimana tinjauan umum pembangunan ekonomi Indonesia sejak tahun 1966
(dalam buku Transformasi Ekonomi Indonesia Sejak 1966 karya Hal Hill bab 2)?

4. Jelaskan bagaimana konsep politik luar negeri Indonesia dalam kaitannya dengan
kepentingan domestik Indonesia ?

JAWABAN:

1. Konsep perencanaan pembangunan Indonesia pada masa orde baru, umumnya didasari
pada trilogy pembangunan. Konsep trilogy pembangunan ini adalah pemerataan
pembangunan dan pembagian hasilnya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan stabilitas
nasional.

b. Pemerataan Pembangunan dan Pembagian Hasilnya

Pemerataan pembangunan ini, juga didasari atas pembagian hasil yang merata
untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam konsep ini,
pembangunan haruslah merata di seluruh wilayah republik Indonesia dan hasil dari
pembangunan tersebut harus bisa dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia sehingga
tercipta kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.

c. Pertumbuhan Ekonomi yang Tinggi

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, kurang lebih didasarkan atas pertumbuhan


ekonomi yang mampu mensejahterakan rakyat yang terus bertambah. Dalam hal ini,
pertumbuhan ekonomi harus bisa diatas pertumbuhan penduduk, namun juga tetap
menjaga keselarasan dengan bidang pembangunan lainnya.

d. Stabilitas Nasional

Stabilitas Nasional di sini, didasari atas pembentukan kehidupan bermasyarakat,


bernegara, dan berbangsa yang aman, tentram, tertib, yang tercipta karena berlaku dan
dipatuhinya peraturan yang ada. Keadaan yang muncul ini, juga nantinya diharapkan
akan mendorong berkembangnya kreativitas masyarakat dalam pembangunan bangsa
dan Negara.

Wujud nyata dari trylogi pembangunan masa Orde Baru ialah terbentuknya
Repelita. Repelita mulai tanggal 1 April 1969 Pembangunan ekonomi pada masa Orde
Baru di rahkan pada sektor pertanian. Hal tersebut karena kurang lebih 55% dari
produksi nasional berasal dari sektor pertanian dan juga 755 penduduk Indonesia
memperoleh penghidupan dari sektor pertanian. Bidang sasarna dalam pembangunan
Repelita adalah pangan, sandang, perbaikan prasarana, umah rakyat, perluasan
lapangan kerja, dan kesejarhteraan rohani.

Pelita I (1 April 1969-31 Maret 1974) merupakan landasan awal pembangunan


Orde Baru. Tujuan dari Pelita I adalah unutuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan
sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi pembagunan. Titik berat dari Pelita I ialah
pembangunan bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan
ekonomi melalui pross pembaharuan bidang pertanian karena mayoritas pendduk
Indonesia masih hidup dari hasil pertanian muncul peristiwa Malari (Malapetaka 15
hari) tanggal 15-16 Januari 1974 bertepatan dengan kedatangan Perdana Menteri
Jepang Tanaka ke Indonesia. Perista tersebut merupakan kelanjutan demonstrasi para
mahasiswa yang menuntut Jepang agar tidak melakukan dominasi ekonomi di
Indonesia, sebab produk barang Jepang terlalu banyak beredar di Indonesia.
Terjadilah pengrusakan dan pembakaran barang-barang buatan Jepang.
Repelita I, April 1969 merupakan penekanan utama pada sektor pertanian dan
industri-industri yang terkait seperti agro industri. Industri merupakan penghasil
devisa melalui ekspor dan substitusi impor, local content, padat karya. Pendukung
pembangunan regional dan industri dasar untuk mencapai swasembada beras juga
dilaksanakan grreen rovoluiton. Sektor prttanian memasuki era modernisasi.

2. Revolusi hijau merupakan perubahan cara bercocok tanam dari cara tradisional ke modern,
dimana produksi biji-bijian dari hasil penemuan-penemuan ilmiah berupa benih unggul baru
dari berbagai varietas gandum, padi, dan jagung yang mengakibatkan tingginya hasil panen
komoditas tersebut. Tujuan dari revolusi hijau adalah mengubah petani-petani gaya lama
menjadi petani-petani gaya baru, memodernisasikan pertanian gaya lama guna memenuhi
industrialisasi ekonomi nasional. Revolusi hijau ditandai dengan semakin berkurangnya
ketergantungan para petani pada cuaca dan alam karena peningkatan peran ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam peningkatan produksi bahan makanan.

Program revolusi hijau akan dilaksanakan untuk mempercepat terwujudnya


peningkatan produksi beras. Revolusi adalah perubahan yang terjadi secara cepat, jadi yang
dimaksud revolusi hijau adalah perubahan serentak tingkat produksi tanaman hijau atau
tanaman pangan.1 Perubahan yang dimaksud adalah perubahan cara-cara yang baru. Jalan
yang ditempuh untuk menjalankan Revolusi Hijau adalah melalui intensifikasi pertanian.
Intensifikasi diantaranya penggunaan pupuk buatan, pengenalan varietas-varietas bibit padi
baru, dan penggunaan mesin-mesin pengolahan pertanian.

Program untuk menekan laju pertmbuhan penduduk aah dengan adanya Program
Keluarga Berencana yang mulai dilaksanakan pada tahun 1970 sukses berjalan dengan
diterbitkannya Keputusan Presiden Republik Indonesia N0. 8 Tahun 1970. Program keluarga
berencana salah satunya pencegahan masalah kependudukan yang merupakan bagian yang
terpadu untuk mencapai program pembangunan nasional dan bertujuan untuk turut seta
menciptakan kesejajteraan ekonomi, spiritual, sosial, dan budaya. Keluarga Berencana pada
hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kepedulian dan peran sera masyarakat melalui

1
Soediono M. P. Tjondronegoro, Revolusi Hijau dan Perubahan Sosial di Pedesaan
Jawa, dalam Prisma No.2, tahun XIX.1990.,hlm.3.
pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran dan pembinaan ketahanan keluarga
dalam rangka mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera.

Dari kedua program tersebut bertujuan untuk meingkatkan kesejahteraan penduduk,


pembangunan nasional dan bertujuan untuk turut seta menciptakan kesejajteraan ekonomi,
spiritual, sosial, dan budaya.

3. Dalam buku Transformasi Ekonomi Indonesia sejak 1966, dijelaskan bahwa tinjauan
ekonomi Indonesia dapat dibagi dalam beberapa periode yaitu periode:

a. Periode 1966-1970, rehabilitasi dan pemulihan

Periode ini pemerintah sangat memperhatikan pengendalian tingkat inflasi,


rehabitlitasi infrastruktur fisik, dan membangun hubungan dengan pendonor
internasional. Tindakan ini diambil krena Indonesia pada saat itu didera krisis
ekonomi di mana inflasi melonjak tajam. Dalam periode ini, pemerintah berhasil
menekan angka inflasi dan menarik investor ke Indonesia sehingga meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.

b. Periode 1971-1981, pertumbuhan yang cepat

Periode ini, terjadi peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) yang rata-rata
sebesar 5%. Pada masa ini, juga terjadi kenaikan harga beras akibat gagalnya panen
baik di dalam, maupun di luar negeri. Pada masa ini, juga terjadi peningkatan harga
minya hingga empat kali lipat sehingga Indonesia memperoleh keuntungan dari
penjualan minyak. Dalam periode ini, pemerintah memberikan berbagai fasilitas
kepada pengusaha pribumi. Investasi dan perdagangan asing diperketat, dan rencana
bru untuk ekspansi BUMN disiapkan. Menghujung akhir periode ini, penyusun
kebijakan ekonomi semakin khawatir akan menurunnya harga minya dunia dan
melakukan devaluasi mata uang. Akan tetapi, perang Iran-Irak ternyata justru
memperkuat harga minya dunia sehingga devaluasi yang dilakukan menjadi tidak
relevan.

c. Periode 1982-1986, penyesuaian terhdap melemahnya harga minyak

Pada periode ini, terjadi pelemahan harga minyak sehingga pendapatan Indonesia
menurun. Di saat yang bersamaan, hutang luar negeri Indonsia yang dipinjam 15
tahun yang lalu harus dikembalikan pada periode ini, dengan jumlah yang meningkat
tajam dari hutang pokoknya. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah memotong
pengeluarn, menangguhkan dan membatalkan sejumlah proyek besar, dan melakukan
devaluasi mata uang rupiah pada april 1983. Selain itu, pemerintah juga
memperbanyak hambatan-hambatan non-tarif yang mengakibatkan masalah
ketidakefisienan dan biaya tinggi di sektor industri.

d. Periode 1987-1992, liberalisasi dan pemulihan

Kebijakan penghematan fiskal yang berkelanjutan, manajemen nilai tukar yang


efektif, dan reformasi perekonomian makro menghasilkan pemulihan yang cukup kuat
pada awal tahun 1987. Pada periode ini, Indonesia rata-rata pertumbuhan ekonomi
Indonesia mencapai 6,7%. Akan tetapi, pertumbuhan ini tanpa peranan besar dari
sektor minyak seperti yang terjadi sebelumnya, namun dari ekspor sektor Industri.
Pada periode ini juga terjadi penguatan komersial dan independensi swasta.

4. Landasan dari prinsip politik luar negeri Republik Indonesia, bebas aktif, adalah Pancasila
dan Mukadimah UUD 1945 (dan pada tahun 1950-an Pembukaan UUDS 1950). Prinsip
tersebut mulai dilaksanakan setelah terbentuknya pemerintah Republik Indonesia. Di samping
itu tatanan yang terbentuk setelah selesainya perang Dunia ke II membelah dunia menjadi
dua blok, blok Barat dan blok Komunis, berdasarkan perbedaan ideologis. Dengan tetap
berpegang teguh pada prinsip bebas aktif dari politik luar negeri tersebut kepentingan
nasional lebih leluasa untuk dapat diperjuangkan tanpa Indonesia harus berpihak kepada
salah satu dari dua blok yang ada. Namun demikian Indonesia tetap dijadikan sasaran dari
politik luar negeri Amerika Serikat untuk dimasukkan kedalam ruang lingkup pengaruh barat
atau sekaligus masuk kedalam blok Barat. Keinginan Amerika Serikat untuk memasukkan
Indonesia kedalam blok barat didorong oleh kenyataan sosial, politik, dan ekonomi yang
tumbuh di Indonesia yaitu Indonesia potensial sebagai pasar dari industri Barat, Indonesia
memiliki kekayaan bahan mentah yang potensial industri Barat, adanya trauma Madiun di
kalangan elite politik Indonesia, dan dalam prakteknya pemerintah Indonesia lebih
mengandalkan negara-negara Blok Barat bila dibandingkan dengan blok Timur di dalam
melakukan pembangunan ekonomi.

Konsep politik luar negri bebas-aktif. Bebas dalam hal ini adalah Indonesia tidak
memihak salah satu pihak dalam perpolitikan luar negeri (khususnya ketika bangsa Indonesia
merdeka, seiring dengan dimulainya perang dingin), dan aktif yaitu Indonesia berperan secara
aktif dalam politik internasional dalam menjaga perdamaian dunia. Dalam kaitannya dengan
kepentingan domestik Indonesia, politik laur negeri Indonesia diorientasikan agar mampu
menjaga kestabilan dan keamanan dalam negeri Indonesia, baik dalam hal ekonomi
pertahanan, dsb.
Pada tanggal 2 September 1948, Mohammad Hatta, Wakil Presiden Indonesia saat itu,
merumuskan landasan utama Politik Luar Negeri Indonesia yaitu Politik Luar Negeri
Indonesia yang Bebas dan Aktif. Menurut Mohammad Hatta, kondisi politik internasional
yang terjadi, menjadi sebuah tantangan besar bagi Indonesia dalam menentukan pilihan atas
nasib bangsa Indonesia sendiri. Perang yang terjadi diantara kedua blok tersebut merupakan
kondisi yang seharusnya tidak menjadikan Indonesia sebagai objek, melainkan Indonesia
tetaplah subjek yang memiliki hak untuk memutuskan pilihan-pilihan dan berjuang untuk
tujuan besar yaitu kemerdekaan sepenuhnya bangsa Indonesia. Pernyataan tersebut dikenal
dengan konsep “mendayung antara dua karang”.

Berawal dari hal tersebut, terminologi Bebas Aktif menjadi prinsip utama, konsep,
teori dan juga implementasi dari setiap Politik Luar Negeri Indonesia hingga saat ini.
Tentunya, Politik Luar Negeri Bebas Aktif memiliki tujuan utamanya. Terdapat tiga tujuan
utama yang terkandung dalam Politik Bebas Aktif tersebut, yaitu:2

1. Mendukung pembangunan nasional dengan prioritas pembangunan ekonomi, seperti


yang tertera dalam rencana pembangunan lima tahun. 2.
2. Menyediakan stabilitas internal dan regional demi terwujudnya pembangunan nasional
yang kondusif.
3. Melindungi integritas wilayah kesatuan Indonesia dan keamanan masyarakat seluruh
Indonesia

2
Indonesia’s Foreign Policy/The Principles Of The Foreign Policy, diakses melalui,
http://www.embassyofindonesia.org/foreign/foreignpolicy.htm pada hari Jum’at, 19 Mei
2017 pukul 23.58 WIB.
DAFTAR PUSTAKA
Soediono M. P. Tjondronegoro.1990. Revolusi Hijau dan Perubahan Sosial di Pedesaan
Jawa, dalam Prisma No.2. Tahun XIX.
Indonesia’s Foreign Policy/The Principles Of The Foreign Policy, diakses melalui,
http://www.embassyofindonesia.org/foreign/foreignpolicy.htm pada hari Jum’at, 19
Mei 2017 pukul 23.58 WIB.

Anda mungkin juga menyukai