Anda di halaman 1dari 18

Menuju Industri Gula Yang Berdaya

Saing

Disampaikan oleh B. Didik Prasetyo


Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero)
Dalam Seminar Nasional Agribisnis, Universitas Galuh Ciamis 1 April 2017
AGROINDUSTRI INDONESIA
• Agroindustri merupakan penggerak utama perkembangan sektor pertanian
• Di masa depan posisi pertanian merupakan sektor andalan pembangunan nasional

Proyeksi
Area (Juta Ha) 2019
Data BPS 2013: luas daratan
Indonesia 191,09 juta Ha,
50% nya memiliki potensi Gula
untuk pertanian 3,8 juta ton
50% 191,09 50%
Sawit/CPO:
2016 : Menyerap 36,4 juta ton
tenaga kerja 35 juta
orang Karet
Lainnya Potensial pertanian 3,8 juta ton
Efek multiplier dari pengembangan agroindustri
Jagung
• Memiliki keterkaitan yang kuat baik dengan industri hulunya maupun ke
industri hilir, 24,7 Juta Ton
• menggunakan sumberdaya alam yang ada dan dapat diperbaharui,
Padi
• mampu memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif baik di pasar
82 juta ton GKG
internasional maupun di pasar domestik,
• dapat menampung tenaga kerja dalam jumlah besar,

Sumber : Renstra Kementan 2015-2019, website BPS dan data-data lain yang diolah 2
PERAN AGROINDUSTRI :
Agroindustri memegang peran penting dalam proses produksi pasca panen, pengolahan hasil,
penyimpanan, pengemasan, transportasi dan lainnya.

AGROBISNIS
• Pupuk
• Menciptakan nilai tambah hasil
pertanian di dalam negeri
• Pestisida
• Bibit • Menciptakan lapangan kerja
• Mesin pertanian (menarik tenaga kerja dari sektor
pertanian ke sektor industri )
AGROINDUSTRI
• Meningkatkan penerimaan devisa
melalui peningkatan ekspor hasil
Pengolahan agroindustri
awal,pemilahan,pengemasan,
pergudangan, standarisasi • Memperbaiki pembagian
pendapatan,
• Menarik pembangunan sektor
• Promosi pertanian.
• Pemasaran
• Distribusi

Sumber : diolah dari berbagai sumber

3
ARAH PEMBANGUNAN AGROINDUSTRI :
Untuk mendukung program NAWACITA 6 :
Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia
bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya

Mengembangkan perekonomian domestik yang kuat, berorientasi dan berdaya


saing global

Transformasi secara bertahap dari perekonomian berbasis keunggulan komparatif


menjadi perekonomian berkeunggulan kompetitif, dengan prinsip dasar:
• Mengelola peningkatan produktivitas nasional melalui inovasi dan penguasaan
iptek.
• Mengelola kelembagaan ekonomi yang melaksanakan praktek terbaik dan
kepemerintahan yang baik secara berkelanjutan.
• Mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan

Pengembangan iptek untuk mendukung daya saing nasional.


Menuju terciptanya pasar kerja yang fleksibel, hubungan industrial yang harmonis,
keselamatan kerja yang memadai, penyelesaian industrial yang memuaskan.

Sumber : Bapenas dan sumber lian yang diolah 4


PERMASALAHAN AGROINDUSTRI :
Produktivitas Produktivitas komoditas pertanian
Tahun ( kg/Ha)
2010 2011 2012 2013 2014
Sebagian lahan mengalami penurunan kualitas Karet 794 865 859 874 1,107
akibat pupuk kimia atau kandungan lain yang Kelapa sawit 2,619 2,568 2,718 2,772 3,982

berdampak pada rendahnya produktivitas Teh 1,274 1,217 1,191 1,197 1,480
Tebu 5,043 5,020 5,743 5,436 6,544
dibandingkan negara lain.
s umb er : R enc ana s trategis K ementerian P ertanian 2015-2019

Peran Dalam Neraca Perdagangan Neraca Perdagangan komoditas pertanian

Produktivitas pertanian lebih banyak untuk 2010 2011 2012 2013 2014
memenuhi kebutuhan dalam negeri Tanaman Pangan ( juta US$) (3,416) (6,439) (6,156) (4,692) (5,921)
Hortikultura ( juta US$) -902 -1,195 -1,308 -685 -1,177
Perkebunan ( juta US$) 24,675 31,846 30,007 28,001 31,197
Peternakan ( juta US$) -738 -284 -2,141 -1,772 -1,699
TOTAL 19,619 23,928 20,402 20,852 22,400
s umb er : R enc ana s trategis K ementerian P ertanian 2015-2019

Penelitian dan Pengembangan


Penelitian yang belum optimal dari berbagai aspek yang terkait dengan agroindustri secara
terpadu

Permodalan
Akses permodalan dikarenakan Bank menerapkan prudential perbankan
Sumber : diolah dari berbagai sumber 5
PERMASALAHAN GULA NASIONAL

Pertumbuhan produksi Produksi vs Permintaan Gula Nasional (Ton)


gula nasional cenderung Produksi Permintaan 5,9 juta ton
menurun ditengah
melejitnya permintaan 2,9 juta ton
konsumsi gula nasional
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2
Tingginya harga gula 2011 2012 2013 2014 2015
R S ( US D / L bs 27.38 21.61 17.51 16.35 13.02
nasional dibanding harga WS ( US D / MT ) 711.01 587.85 492.51 441.48 370.07
impor Gula lokal ( R p/kg) 7,000 8,100 8,100 8,500 8,900

Pabrik gula di Jawa 1 pabrik 4 pabrik


merupakan contributor
terbesar dalam produk
gula nasional
6 pabrik
50
Sumber : Renstra Kementan dan sumber lain yang diolah
Pabrik 6
Critical Success Factor : On-Farm

Ketersediaan lahan

• Lahan makin sempit 2011 2012 2013 2014 2015


• Dominasi tegalan L ahan B UMN J awa 227,535 236,607 250,908 257,280 227,527
L ahan B UMN L uar J awa 49,754 49,106 47,346 43,616 43,861
• Menurunnya total lahan dikelola B UMN 277,290 285,713 298,254 300,896 271,388
partisipasi petani L ahan S was ta 173,009 165,478 170,975 176,227 176,781
L ahan T ebu Nas ional 450,298 451,191 469,228 477,123 448,169
• Harga gula

PROYEKSI LAHAN TEBU BUMN


Jumlah lahan tebu (ha)
Initiatif strategic
353,927 357,177
316,822
271,388 287,512

• Konversi tanaman tahunan


menjadi lahan tebu
• Pengalihan hak pengelolaan
2015 2016 2017 2018 2019

Sumber : Roadmap gula BUMN


Critical Success Factor : On-Farm

Produktivitas tanaman

• Baku teknis tanaman menurun P roduktivitas T ebu (ton/ha) 2011 2012 2013 2014 2015
• Varitas bibit menua dan P roduktivitas T ebu B UMN-J awa 69,60 74,66 78,10 69,85 67,83
P roduktivitas T ebu B UMN-L uar J awa 56,77 55,15 58,15 60,91 60,01
memburuk P roduktivitas T ebu B UMN-T otal 67,30 71,31 74,93 68,56 66,57
• Umur tanaman tidak optimal P roduktivitas
P roduktivitas
T ebu S was ta
T ebu Nas ional
67,41
67,34
69,59
70,68
77,07
75,71
74,31
70,68
68,31
67,25

Initiatif strategic

P roduktivitas (ton
• Pengembangan/pembangunan T ahun
per ha)
sarana irigasi 2015 67
• Masa tanam optimal 2016 76
• Pemupukan berimbang 2017 84
• Varitas unggul 2018 92
2019 93
• Mekanisasi
Sumber : Roadmap gula BUMN
Critical Success Factor : Of-Farm

Efisiensi pabrik gula

• Kapasitas giling tidak Harga P okok Gula (R p/kg) 2012 2013 2014 2015
tercapai Harga P okok Gula - AF P G 6.422 7.161 6.57 6.801
• Overall recovery rendah Harga P okok Gula - F O B 7.829 8.077 9.048 8.337
• Mill extraction rendah

Initiatif strategic

P arameter D aya S aing 2015 2016 2017 2018 2019


• Eco-friendly
P roduktivitas Gula (ton per ha) 5.4 6.1 7.3 8.6 9.1
• Otomatisasi R endemen (% ) 8.0 8.0 8.6 9.4 9.8
• Elektrifikasi Harga P okok Gula - AF P G
Harga P okok Gula - F O B
6,801
8,337
6,815
8,161
6,620
8,258
6,465
8,064
6,489
8,073

Sumber : Roadmap gula BUMN


Critical Success Factor : Of-Farm

Hilirisasi Produk Samping

• Feed stock terbatas T etes T ebu (ton) 2011 2012 2013 2014

• Implementasi Permen T etes


T etes
T ebu B UMN-J awa
T ebu B UMN-L uar J awa
805.603
137.169
944.71
139.67
877.701
136.648
830.897
121.368
ESDM T etes T ebu B UMN-T otal 942.771 1.084.380 1.014.349 952.265
• Belum Ada Hilirisasi T etes
T etes
T ebu S was ta
T ebu Nas ional
488.984
1.431.755
485.632
1.570.012
557.074
1.571.423
595.617
1.547.882

Inisiatif strategic

Potensi cogen ketika produksi tebu


• Bio ethanol BUMN 18,067,917 ton (2015)
• Co generation menjadi 33,221,050 ton (2019)
• Pupuk cair adalah 149 mw menjadi 274 mw

Sumber : Roadmap gula BUMN


PARBIK GULA DI LINGKUNGAN RNI

PG Krebet Baru PG Rejoagung Baru PG Candi Baru


Lokasi: Malang Lokasi: Madiun Lokasi: Sidoarjo
Kapasitas 12.000 TCD Kapasitas 6.000 TCD Kapasitas 2.500 TCD
Produksi Gula 151.000 ton Produksi Gula 53.000 ton Produksi Gula 12.600 ton

PG Jatitujuh PG Subang PG Sindang Laut


Lokasi: Majalengka Lokasi: Subang Lokasi: Cirebon
Kapasitas 4.500 TCD Kapasitas 3.000 TCD Kapasitas 1.800 TCD
Produksi Gula 50.000 ton Produksi Gula 16.000 ton Produksi Gula 12.000 ton

• Total Kapasitas 34.000 TCD


• Total produksi gula 356.000 ton
• Kontribusi 11% terhadap total
PG Tersana Baru PG Karang Suwung produksi nasional (2,8 juta ton)
Lokasi: Cirebon Lokasi: Cirebon
Kapasitas 3.000 TCD Kapasitas 1.500 TCD
Produksi Gula 22.000 ton Produksi Gula 10.000 ton
11
UPAYA RNI MENDUKUNG PENGUATAN INDUSTRI GULA NASIONAL

• Revitalisasi beberapa PG RNI di Jawa Barat dan membangun industri gula terintegrasi
di PG Jatitujuh.

• Penguatan peran unit PUSLIT AGRO sebagai lembaga riset Korporasi untuk mendukung
industri gula RNI.

• Pengembangan produk turunan berbasis tebu seperti Bio Ethanol dan Gula Cair untuk
menurunkan HPP.

• Pemanfaatan sisa bahan baku menjadi sumber energi (Co-generation).

• Penguatan kerjasama dengan petani dengan azas kemandirian dan saling


menguntungkan

• Menyiapkan tenaga trampil di bidang pergulaan melalui SMK-Gula di Madiun.

Sumber : RJPP internal RNI 2016-2020

12
UPAYA RNI MENDUKUNG PENGUATAN INDUSTRI GULA NASIONAL

• Memperluas areal tanaman tebu dari 58.147 Ha di tahun 2015 menjadi


60.275 Ha di tahun 2020.

• Melakukan efisiensi dengan memperpendek hari giling pada kisaran 145


– 162 hari giling/tahun

• Meningkatkan rendemen tebu rata-rata tahun 2015 sebesar 7,8% dan


8,5% pada tahun 2020

• Melakukan perbaikan icumsa gula menjadi kualitas food-grade

• Melakukan penataan ulang PG dengan batasan kapasitas minimal 4.000


TCD.

Sumber : RJPP internal RNI 2016-2020

13
Program menurunkan HPP
Menawarkan prospek Perusahaan melakukan penilaian kelayakan usaha yang mendukung proses utama namun
diversifikasi melalui memberikan sumbangan kepada penurunan HPP
optimalisasi by
product
Pabrik Kampas Rem (PT. Inti
Pabrik Pupuk Mix yang didirikan di Bagas Perkasa) di Cirebon
PG Subang, dan PG Redjo Agung merupakan bagian inovasi atas
dimanfaatkan oleh kebun tebu dalam pemanfaatan ampas tebu
upaya penekanan biaya pemupukan. menjadi produk kampas rem yang
dibutuhkan di pasar after market khususnya di pasar
Pendirian Pabrik Pupuk Mix ini akan terus berlanjut di kendaraan angkutan penumpang umum yang
tahun-tahun mendatang. memerlukan suku cadang yang murah, berkualitas dan
berdaya tahan lama. Kampas Rem ini telah
Pabrik Particle Board di Madiun didirikan mengantungi hak patent baik untuk merek maupun
dengan memanfaatkan limbah Pabrik Gula teknologinya.
yakni ampas tebu atau bagasse yang dijadikan
sebagai bahan dasar furnitur. Pengelolaan
Terciptanya value creation di Pabrik Particle Board ini tidak saja ternak sapi
hanya telah bernilainya ampas tebu saja, namun juga terpenuhinya di Jatitujuh
kebutuhan pabrik furnitur akan bahan dasar furnitur yang selama sebagai
ini mengandalkan particle board berbahan dasar kayu. upaya pemanfaatan pucuk tebu, merupakan
langkah untuk menciptakan mata rantai nilai
tambah.
Pemanfaatan molasses menjadi alkohol. Mengingat kebutuhan produk
alkohol dan turunannya seperti ethyl asetat maupun Mono sodium glutamat
bagi industri dunia masih cukup besar, sementara itu trend dunia untuk
mencari bahan energi alternatif dari derivatif alkohol mulai dirintis di
beberapa Negara

14
Hilirisasi Gula di Lingkungan RNI : Co-generation

PG. SUBANG
Kapasitas 4 MW
Mulai pembangunan 2017
Investasi US$ 2 juta / MW

PG. JATITUJUH
Kapasitas 6 MW
Mulai pembangunan 2017
Investasi US$ 2 juta / MW

PG. REJOAGUNG
Kapasitas 5 MW
Mulai pembangunan 2018
Investasi US$ 2 juta / MW

15
Pentingnya Kelembagaan Petani dan PG
Penataan kelembagaan menjadi penting.
 Dengan kemampuan finansial PG semakin terbatas, maka pasokan tebu dari sewa menjadi
terbatas pula.
 Kelangsungan pasokan tebu bagi PG akan semakin bergantung pada kebun petani, terutama bagi
PG yang tidak mempunyai lahan HGU.
 Kemitraan yang baik antara PG dengan petani tebu merupakan faktor strategis yang dapat
menekan unit cost

Pembagian peran antara PG dan Petani


 PG membantu pendanaan petani untuk mengatasi permasalahan kinerja dari sisi on farm,
seperti keterlambatan penyediaan saprotan, pemeliharaan kebun, dll
 PG melakukan pemeliharaan dan rehabilitasi mesin-mesin sehingga menghasilkan kinerja yang
efisien

Contoh bentuk kemitraan


 Model kemitraan sewa lahan petani oleh pabrik gula
 Sistim pembelian tebu petani
 Sistim kelembagaan yang memungkinkan petani mempunyai sharing kepemilikan dalam pabrik
gula.
 Model kerjasama antara petani, pabrik gula dan investor. PG akan melakukan bisnis dibidang
onfarm, Petani melakukan budidaya dan Investor menyediakan pendanaan.

16

Anda mungkin juga menyukai