Anda di halaman 1dari 42

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Asuhan Keperawatan


Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan
dalam praktik keperawatan. Hal ini biasanya di sebut sebagai suatu
pendekatan Problem Solving yang memerlukan ilmu, tekhnik, dan
keterampilan interpersonal dan di tujukan untuk memenuhi kebutuhan klien
dan keluarga. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang berhubungan :
pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Nursalam,
2001).
1) Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui
kegiatan pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dari pasien guna
mengetahui berbagai permasalahan yang ada. (Aziz Alimul. 2009 : h 85)
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap
pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan
yang sesuai, oleh karena itu pengkajian yang akurat, lengkap, sesuai dengan
kenyataan, kebenaran data sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosa
keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan respon
individu, sebagaimana yang telah ditentukan dalam standar praktik
keperawatan dari American Nursing Association (ANA). (Nursalam, 2008).
Menurut Rohmah dan Walid ( 2008 ), adapun macam data yang di kaji ada
empat yaitu :
a) Data dasar , adalah seluruh informasi tentang status kesehatan klien.
Data dasar meliputi : data umum, data demografi, riwayat
keperawatan, pola fungsi kesehataan dan pemeriksaan.
8

b) Data focus, adalah informasi tentang status kesehatan klien yang


menyimpang dari keadaan normal, data focus dapat berupa ungkapan
klien maupun hasil pemeriksaan langsung oleh perawat.
c) Data subyektif, merupakan ungkapan keluhan klien secara langsung
maupun tak langsung melalui orang lain yang mengetahui keadaan
klien secara langsung dan menyampaikan masalah yang terjadi
kepada perawat berdasarkan keadaan yang terjadi pada klien.
d) Data obyektif, data yang di peroleh dari perawat secara langsung
melalui observasi dan pemeriksaaan kepada klien. Data obyektif
harus dapat di ukur dan diobservasi , bukan intervensi atau asumsi
perawat.
Adapun pengkajian pada pasien hipertensi menurut Doengoes, et al
(2001) adalah
1. Aktivitas istirahat
Gejala : Kelelahan umum, kelemahan, letih, nafas pendek,
gaya hidup
Tanda : - Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan irama jantung (takipnea)
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi ateros klerosis, penyakit
jantung koroner / katup dan penyakit
screbiovakuolar, episode palpitasi, perpirasi.
Tanda : - Kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikan
TD diperlukan untuk menaikkan diagnosis
- Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan
regimen otak)
- Nada denyutan jelas dari karotis, juguralis,
radialis
- Denyut apical : Pm, kemungkinan bergeser dan sangat kuat
- Frekuensi/irama : Tarikardia berbagai distrimia
9

- Bunyi, jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini)


S4 (pengerasan vertikel kiri / hipertrofi vertical
kiri).
3. Integritas ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi
eufuria atau arah kronis (dapat mengidentifikasi
kerusakan serebral ) faktor-faktor inulhfel,
hubungan keuangan yang berkaitan dengan
pekerjaan.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan
kontiniu perhatian, tangisan yang meledak, gerak
tangan empeti otot muka tegang (khususnya sekitar
mata) gerakkan fisik cepat, pernafasan mengelam
peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu
5. Makanan/Cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup
makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi
kolestrol, mual, muntah, perubahan berat badan
(meningkatkan/menurun) riwayat pengguna
diuretik.
Tanda : - Berat badan normal atau obesitas
- Adanya edema (mungkin umum atau tertentu)
- Kongestiva
- Glikosuria (hampir 10% hipertensi adalah
diabetik).
6. Neurosensori
Gejala : - Keluhan pening/pusing
10

- Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat


bangun dan menghilang secara spontan setelah
beberapa jam)
- Episode kebas dan kelemahan pada satu sisi
tubuh
- Gangguan penglihatan
- Episode epistaksis
Tanda : - Status mental perubahan keterjagaan orientasi, pola isi bicara, efek,
proses fikir atau memori.
7. Nyeri/Ketidaknyamanan
Gejala : - Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
- Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi
- Sakit kepala oksipital berat seperti yang
pernah terjadi sebelumnya
- Nyeri abdomen / massa
8. Pernapasan
Gejala : - Dispenea yang berkaitan dengan aktivitas kerja
- Riwayat merokok, batuk dengan / tanpa seputum
Tanda : - Distres respirasi
- Bunyi nafas tambahan
- Sianosis
9. Keamanan
Gejala : - Gangguan koordinas / cara berjalan
- Hipotesia pastural
Tanda : - Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan trauma jantung (takipnea)

10. Pembelajaran/Penyebab
11

Gejala : Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosporosis,


penyakit jantung, DM
2). Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai
seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah
kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial. (Aziz
Alimul, 2009 : h 92)
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu
atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah. (Nursalam,2001).
Menurut Rohmah dan Walid ( 2008 ), adapun tipe dari diagnosa
keperawatan di antaranya yaitu :
a) Diagnosa keperawatan aktual , adalah diagnosa yang menjelaskan
masalah yang nyata terjadi pada saat ini. Symptom harus memenuhi
kriteria mayor ( 80 – 100 % ) dari sebagian kriteria minor.
b) Diagnosa keperawatan risiko / risiko tinggi adalah keputusan klinis
bahwa individu, keluarga/ komunitas yang rentan untuk mengalami
masalah di bandingkan yang lain pada situasi yang sama atau
hampir sama.
c) Diagnosa keperawatan kemungkinan, yaitu pernyataan tentang
masalah yang di duga akan terjadi, masih memerlukan data
tambahan.
d) Diagnosa keperawatan sindrom, terdiri dari kelompok diagnosa
keperawatan aktual / resiko/ risiko tinggi yang di perkirakan akan
muncul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
e) Diagnosa keperawatan sejahtera, merupakan keputusan dan klinis
yang di validasi oleh ungkapan subyektif yang positif dimana pola
fungsi dalam keadaan efektif, atau keputusan klinis tentang
12

keadaan individu, keluarga atau masyarakat dalam transisi dari


tingkat sejahtera tertentu ke tingkat sejahtera yang lebih tinggi.
f) Masalah kolaborasi , adalah komplikasi fisiologis yang di
akibatkan oleh patologis, berhubungan dengan pengobatan, dan
situasi yang lain.
Menurut Doengoes, et al (2001), diagnosa keperawatan yang mungkin
ditemukan pada pasien dengan hipertensi adalah :
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi pembuluh darah, iskemia miokard,
hipertropi ventricular.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan cardio output,
kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri, sakit kepala berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskuler cerebral.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup monoton.
5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan meningkatnya produksi
ADH dan retensi natrium ditandai dengan adanya edema.
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana
pengobatan dan pengetahuan / daya ingat dan menyatakan masalah serta
menerima informasi
3). Rencana keperawatan
Perencanaan adalah tahap lain dari system proses keperawatan dimana di
perlukan pengambilan dan pemecahan masalah.(Kozier, 2000). Perencanaan
adalah proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan
untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi masalah pasien (Aziz
Alimul. 2009 : h 106)
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi,
atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa
keperawatan. (Nursalam, 2001).
13

Menurut Rohmah dan Walid (2008), perencanaan adalah pengembangan


strategi desain untuk mencegah, mengurangi, mengatasi masalah–masalah
yang telah di identifikasi dalam diagnosa keperawatan. Desain perencanaan
menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara
menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien. Tujuan dari perencanaan
ini meliputi administrasi dan klinik. Adapun beberapa kegiatan yang di
lakukan dalam tahap perencanaan ini adalah :
a) Menetapkan prioritas masalah keperawatan
b) Menetapkan tujuan dan kriteria hasil
c) Merumuskan rencana tindakan keperawatan
d) Menetapkan rasional rencana tindakan keperawatan.
Perencanaan keperawatan pada pasien dengan hipertensi menurut dongoes et al
(2000) adalah :
Diagnosa keperawatan I
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi pembuluh darah, iskemia miokard,
hipertropi ventricular.
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi pembuluh
darah, tidak terjadi iskemia miokard.
Kriteria hasil :
a. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah atau
beban kerja jantung.
b. Mempertahankan tekanan darah dalam rentang yang dapat
diterima.
c. Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil.
Intervensi keperawatan
1. Observasi tekanan darah.
Rasionalnya : perbandingan dari tekanan memberikan gambaran
yang lebih lengkap tentang keterlibatan / bidang masalah vaskuler.
14

2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.


Rasionalnya : denyutan karotis, jugularis, radialis, dan femoralis
mungkin teramati. Denyut pada tungkai kemungkinan menurun,
mencerminkan efek dari vasokonstriksi.
3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
Rasionalnya : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat
karena adanya hipertropi atrium, perkembangan S3 menunjukan
hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels, mengi
dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya
atau gagal jantung kronik.
4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
Rasionalnya : adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa
pengisian kapiler lambat mencerminkan dekompensasi / penurunan
curah jantung.
5. Catat adanya demam umum / tertentu.
Rasionalnya : dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan
ginjal dan vaskuler.
6. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas /
keributan lingkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya
tinggal.
Rasionalnya : membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis,
meningkatkan relaksasi.
7. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi.
Rasionalnya : dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress,
membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah.
8. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi anti hipertensi,
diuretik.
Rasionalnya : menurunkan tekanan darah.

Diagnosa keperawatan II
15

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan cardio output, kelemahan


umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
Tujuan : Klien akan mampu melakukan aktivitas secara mandiri.
Kriteria hasil :
a. Klien dapat berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan / diperlukan.
b. Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktifitas yang dapat diukur.
Intervensi keperawatan
1. Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas dengan menggunakan parameter
: frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat
peningkatan TD, dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan
kelemahan, berkeringat, pusig atau pingsan.
Rasionalnya : parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap
stress, aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja /
jantung.
2. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan
kelemahan / kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan
perhatian pada aktivitas dan perawatan diri.
Rasionalnya : stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan
tingkat aktivitas individual.
3. Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri.
Rasionalnya : konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas
dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas
bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.
4. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi
mandi, menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya.
Rasionalnya : teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi
dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
5. Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.
Rasionalnya : seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan
aktivitas dan mencegah kelemahan.
Diagnosa keperawatan III
16

Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepala berhubungan dengan peningkatan


tekanan vaskuler cerebral.
Tujuan : Tekanan vaskuler cerebral tidak meningkat.
Kriteria hasil :
a. Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan tulang / terkontrol.
b. Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan.
c. Mengikuti regiment farmakologi yang diresepkan.
Intervensi keperawatan
1. Pertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasionalnya : meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi.
2. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala,
misalnya : kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher serta
teknik relaksasi.
Rasionalnya : tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral
dengan menghambat / memblok respon simpatik, efektif dalam
menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
3. Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang,dan
membungkuk.
Rasionalnya : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan
sakit kepala pada adanya peningkatkan tekanan vakuler serebral.
4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
Rasionalnya : meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang
berlebihan yang memperberat kondisi klien.
5. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam setelah
makan.
Rasionalnya : menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja
pencernaan.
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti
ansietas, diazepam dll.
17

Rasionalnya : analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan


saraf simpatis).
Diagnosa keperawatan IV
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup monoton.
Tujuan : intake nutrisi adekuat.
Kriteria hasil :
a. Klien dapat mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan
kegemukan.
b. Menunjukan perubahan pola makan.
c. Melakukan / memprogram olah raga yang tepat secara individu.
Intervensi keperawatan
1. Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi
dengan kegemukan.
Rasionalnya : kegemukan adalah resiko tambahan pada darah tinggi, kerena
disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan
dengan masa tumbuh.
2. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan
lemak, garam, dan gula sesuai indikasi.
Rasionalnya : kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya
aterosklerosis dan kegemukan yang merupakan predisposisi untuk
hipertensi dan komplikasinya, misalnya, stroke, penyakit ginjal, gagal
jantung, kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra
vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi.
3. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan.
Rasionalnya : motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu
harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka
program sama sekali tidak berhasil.

4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.


18

Rasionalnya : mengidentifikasi kekuatan / kelemahan dalam program diit


terakhir. Membantu dalam menentukan kebutuhan inividu untuk
menyesuaikan / penyuluhan.
5. Tetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan klien, Misalnya :
penurunan berat badan 0,5 kg per minggu.
Rasionalnya : penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 500 kalori
per hari secara teori dapat menurunkan berat badan 0,5 kg / minggu.
Penurunan berat badan yang lambat mengindikasikan kehilangan lemak
melalui kerja otot dan umumnya dengan cara mengubah kebiasaan makan.
6. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk
kapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar
saat makanan dimakan.
Rasionalnya : memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang
dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan
perhatian pada factor mana pasien telah / dapat mengontrol perubahan.
Intruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan
dengan kejenuhan lemak tinggi ( mentega, keju, telur, es krim, daging dll )
dan kolesterol ( daging berlemak, kuning telur, produk kalengan, jeroan ).
Rasionalnya : menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol
penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis.
7. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi. (Memberikan konseling dan
bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual).
Diagnosa keperawatan V
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan meningkatnya produksi ADH
dan retensi natrium ditandai dengan adanya edema.
Tujuan : Klien menunjukan volume cairan yang stabil.
Kriteria hasil : a. tidak ada edema
b. keseimbangan masukan dan keluaran cairan.
Intervensi keperawatan
1. Pantau atau hitung pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam.
19

Rasional : terapi diuretik dapat disebabkan oleh kehilangan tiba – tiba


atau berlebihan ( hipovolemik ) meskipun edema atau varises masih
ada.
2. Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler selama
fase akut.
Rasional : posisi terlentang meningkat filtrasi ginjal dan menurun
produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis.
3. Auskultasi bunyi nafas, catat penurunan dan atau bunyi tambahan
seperti krekel dan mengi.
Rasional : kelebihan volume cairan sering menimbulkan kongesti paru.
Gejala edema paru dapat menunjukan gagal jantung kiri akut.
4. Kolaborasi : beri obat sesuai indikasi misalnya diuretik contohnya
furosemide(fasix) Tiazid dengan agen perlawanan kalium contohnya
aldakton.
Rasional : diuretik dapat meningkatkan laju urine dan dapat
menghambat reabsorbsi natrium. Tiazid dapat
meningkatkan diuresis tanpa kehilangan kalium
berlebihan.
Diagnosa keperawatan VI
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana
pengobatan dan pengetahuan / daya ingat dan menyatakan masalah,
menerima informasi
Tujuan: meningkatkan pengetahuan tentang rencana pengobatan dan
menerima informasi sehubungan dengan penyakinya.
Kriteria hasil: Menyatakan pemahaman tentang rencana pengobatan,
mengutarakan masalah dan memahami informasi yang
disampaikan.
Intervensi Perawatan:
1. Jelaskan tentang penyakit hipertensi danpentingnya kerjasama dalam
regimen pengobatan dan mempertahankan perjanjian tindak lanjutan
20

Rasional : Bila pasien tidak menerima realities bahwa membutuhkan


pengobatan kontinyu, maka tidak akan terjadi perubahan
perilaku.
2. Jelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan rasional
Rasional : Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala
adalah ini untuk memungkinkan pasien melanjutkan
pengobatan meskipun ketika merasa sehat
3. Sarankan untuk sering mengubah posisi, olaraga kaki saat baring
Rasionalisasi : Faktor-faktor ini telah menunjukkan hubungan dalam
menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskular.
4). Implementasi keperawatan
Implementasi adalah proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai
strategis keperawatan (tindakan keperawatan) yaitu telah direncanakan. (Aziz
Alimul. 2001 : h 11). Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan
pencegahan penyakit. Pemulihan kesehatan dan mempasilitas koping
perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik. Jika
klien mempunyai keinginan untuk berpatisipasi dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan selama tahap pelaksanaan perawat terus melakukan
pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai
dengan kebutuhan klien tindakan.
Adapun implementasi pada pasien hipertensi adalah :
Diagnosa keperawatan I :
1. Mengobservasi tekanan darah.
2. Mencatat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
3. Melakukan auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
4. Mengamati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian
kapiler.
5. Mencatat adanya demam umum / tertentu.
6. Memberikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas /
keributanlingkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
21

7. Menganjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi


8. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi anti
hipertensi, diuretik
Diagnosa keperawatan II :
1. Mengkaji respon / toleransi pasien terhadap aktifitas dengan
menggunakan parameter : frekwensi nadi 20 per menit diatas
frekwensi istirahat, mencatat peningkatan TD, dipsnea, atau nyeri
dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing atau
pingsan.
2. Mengkaji kesiapan klien untuk meningkatkan aktivitas
3. Memberi dorongan untuk melakukan aktivitas / toleransi perawatan
diri.
4. Memberikan bantuan sesuai kebutuhan dan menganjurkan
menggunakan kursi mandi, menyikat gigi / rambut dengan duduk dan
sebagainya untuk menghemat energy
5. Mendorong pasien untuk berpartisifasi dalam memilih periode
aktivitas.
Diagnosa keperawatan III :
1. Mempertahankan tirah baring selama fase akut.
2. Memberikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit
kepala, misalnya : kompres hangat pada daerah yang nyeri, pijat
punggung dan leher serta teknik relaksasi.
3. Menganjurkan untuk meminimalkan aktivitas vasokontriksi yang
dapat meningkatkan sakit kepala : mengejan saat BAB, batuk
panjang,dan membungkuk.
4. Membantu pasien melakukan ambulasi sesuai kebutuhan.
5. Memberi cairan, makanan lunak dan menganjurkan pasien itirahat
selama 1 jam setelah makan.
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik,
anti ansietas, diazepam dll.
22

Diagnosa keperawatan IV
1. Mengkaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi
dengan kegemukan.
2. Membicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan membatasi
masukan lemak, garam, dan gula sesuai indikasi.
3. Memberi motivasi kepada klien untuk menurunkan berat badan.
4. Mengkaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
5. Membantu menetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan
klien, Misalnya : penurunan berat badan 0,5 kg per minggu.
6. Mendorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian
termasuk kapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan
perasaan sekitar saat makanan dimakan.
7. Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi. (Memberikan
konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual).
Diagnosa keperawatan V
1. Memantau atau menghitung pemasukan dan pengeluaran cairan selama
24 jam.
2. Menganjurkan agar mempertahankan duduk atau tirah baring dengan
posisi semi fowler selama fase akut.
3. Melakukan auskultasi bunyi nafas, catat penurunan dan atau bunyi
tambahan seperti krekel dan mengi.
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat sesuai
indikasi misalnya diuretik contohnya furosemide
Diagnosa keperawatan VI
1. Menjelaskan tentang penyakit hipertensi dan pentingnya kerjasama
dalam regimen pengobatan dan mempertahankan perjanjian tindak lanjut.
2. Menjelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan rasional
3. Menyarankan untuk sering mengubah posisi, olaraga kaki saat baring
23

5 ) Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai
sejauh mana tujuan diri rencana keperawatan tercapai atau tidak. (Aziz
Alimul. 2009 : hi 12) Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan
klien dalam mencapai tujuan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan
mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap
tindakan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil
keputusan:
1. Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang
ditetapkan)
2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu
yang lebih lama untuk mencapai tujuan (lyer, at al, 1996)
Adapun evaluasi keperawatan pada pasien dengan hipertensi adalah :
Diagnosa I
1. Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang
normal pasien
2. Memperlihatkan tanda vital yang normal
3. Klien dapat beristirahat dengan nyaman dan tenang
4. Pasien mengerti dan bisa melakukan tehnik relaksasi.
5. Telah dilakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi anti
hipertensi, diuretik
Diagnosa II
1. Berpatisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan
2. Melaporkan tindakan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
3. Menunjukkan penurunan dalam tanda intoleransi fisiologi
Diagnosa II
1. Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan hilang / terkontrol
2. Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan
3. Mengikuti reqman farmokologi yang diresepkan
Diagnosa IV
1. Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan.
24

2. Menunjukkan perubahan pola makan yang baik dan sesuai diit yang
dianjurkan oleh ahli gizi.
3. Melakukan / mempertahankan program olaraga yang tepat secara
individual
Diagnosa V
1. Pemasukan dan pengeluaran cairan selama 24 jam normal
2. Memperlihatkan bunyi nafas normal
3. Telah dilakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi anti
hipertensi, diuretik
Diagnosa keperawatan VI
1. Mengerti tentang penyakit hipertensi ( penyebab, cara pencegahan, dan
perawatan)dan menyatakan bersedia melakukan kerjasama dalam regimen
pengobatan dan mempertahankan perjanjian tindak lanjut.
2. Menyatakan mengerti tentang obat yang diresep bersamaan dengan rasional
3. Mengerti tentang pentingnya mengubah posisi, olaraga kaki saat baring

B. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
25

Hipertensiadalahtekanandarahpersistendimanatekanansistoliknya di atas 140


mmHg dantekanan diastolic di atas 90 mmHg.Padapopulasimanula,
hipertensididefinisikansebagaitekanansistolik 160 mmHg dantekanan
diastolic 90 mmhg (Smeltzer, 2002, hal 896).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatantekanandarah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang
berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan
kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner)
dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan
mendapat pengobatan yang memadai ( Depkes R.I, 2012)
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 120
mmHg dan tekanan diastole lebih dari 80 mmHg ( Muttaqin, 2009, hal
262 ).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi
adalah peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan sistolik lebih
dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg.Berdasarkan JNC VII,
hipertensi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1). Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) Normal < 120 < 80
Prehipertensi
2). 120-139 / 80-89 Hipertensi stage I
3). 140-159 / 90-99 Hipertensi stage II ≥ 160 ≥ 100 V.
Faktor risiko untuk hipertensi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah, seperti riwayat keluarga
(genetik kromosomal), umur (pria > 55 tahun; wanita > 65 tahun),
jenis kelamin pria atau wanita pasca menopause.
b. Faktor risiko yang dapat diubah, seperti dislipidemia, merokok,
diabetes mellitus, obesitas (IMT ≥ 30 kg/m2), inaktivitas fisik,
peningkatan asam urat darah, dan penggunaan estrogen sintetis.
2. Etiologi
26

Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi:


a. Hipertensi primer atau esensial
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Jenis ini adalah yang
terbanyak, yaitu sekitar 90-95% dari seluruh pasien hipertensi. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi hipertensi primer atau esensial,
seperti genetik, peningkatan asupan garam dan peningkatan tonus simpatis.
Walaupun faktor genetik sepertinya sangat berhubungan dengan hipertensi
primer, tapi mekanisme pastinya masih belum diketahui.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi yang penyebabnya diketahui seperti hipertensi renovaskuler,
feokromositoma, sindrom cushing, aldosteronisme primer, dan obat-
obatan, yaitu sekitar 2-10% dari seluruh pasien hipertensi.Hipertensi
sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan
10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer
belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data - data penelitian telah
menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
Faktor terjadinya hipertensi yang bisa dikendalikan (Sutono, 2008).

a). Gaya hidup modern Kerja keras penuh tekanan yang mendominasi gaya
hidup masa kini menyebabkan stres berkepanjangan. Kondisi ini memicu
berbagai penyakit seperti sakit kepala, sulit tidur, gastritis, jantung dan
hipertensi. Gaya hidup modern cenderung membuat berkurangnya
aktivitas fisik (olah raga).Konsumsi alkohol tinggi, minum kopi,
merokok.Semua perilaku tersebut merupakan memicu naiknya tekanan
darah.

b) Pola makan tidak sehat , tubuh membutuhkan natrium untuk menjaga


keseimbangan cairan dan mengatur tekanan darah, tetapi bila asupannya
berlebihan, tekanan darah akan meningkat akibat adanya retensi cairan dan
bertambahnya volume darah. Kelebihan natrium diakibatkan dari
kebiasaan menyantap makanan instan yang telah menggantikan bahan
27

makanan yang segar. Gaya hidup serba cepat menuntut segala sesuatunya
serba instan, termasuk konsumsi makanan.Padahal makanan instan
cenderung menggunakan zat pengawet seperti natrium berzoate dan
penyedap rasa seperti monosodium glutamate (MSG). Jenis makanan yang
mengandung zat tersebut apabila dikonsumsi secara terus menerus akan
menyebabkan peningkatan tekanan darah karena adanya natrium yang
berlebihan di dalam tubuh.
c). Obesitas Saat asupan natrium berlebih, tubuh sebenarnya dapat
membuangnya melalui air seni, tetapi proses ini bisa terhambat, karena
kurang minum air putih, berat badan berlebihan, kurang gerak atau ada
keturunan hipertensi maupun diabetes mellitus. Berat badan yang berlebih
akan membuat aktifitas fisik menjadi berkurang, akibatnya jantung bekerja
lebih keras untuk memompa darah.Obesitas dapat ditentukan dari hasil
indeks massa tubuh (IMT). IMT merupakan alat yang sederhana untuk
memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan. Penggunaan IMT hanya berlaku
untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan
pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan (Supariasa, 2012)
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi yang tidak
bisa dikendalikan:
1). Ras : Suku yang berkulit hitam lebih cenderung terkena hipertensi
2). Genetik: hipertensi merupakan penyakit keturunan, apabila salah satu
orang tuanya hipertensi maka keturunannya memiliki resiko 25%
terkena hipertesi, tetapi bila kedua orang tuanya menderita hipertensi
maka 60 % keturunannya menderita hipertensi.
3). Usia : Hipertensi bisa terjadi pada semua usia, tetapi semakin bertambah
usia seseorang maka resiko terkena hipertensi semakin meningkat.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan - perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun, katub
jantung menebal dan menjadi kaku,kemampuan jantung memompa darah
menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun. Kemampuan jantung
28

memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan


volumenya, kehilangan elastisitas pembuluh darah, hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (Smeltzer,2009).
4). Jenis kelamin : Laki-laki cenderung lebih sering terkena penyakit
hipertensi.
Penyebab hipertensi sekunder adalah :
a. Ginjal (Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor)
b. Vaskular (Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, emboli
kolestrol,Vaskulitis)
c. Kelainan endokrin (Diabetik Melitus, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme)
d. Saraf (Stroke, Ensepalitis,SGB)
e. Obat-obatan (Kontrasepsi oral, Kortikosteroid)
3. Anatomi Fisiologi
Sistem peredaran darah manusia terdiri atas jantung, pembuluh darah,
dan saluran limfe. Jantung merupakan organ penting yang memompa darah
dan memelihara peredaran melalui saluran tubuh.
Arteri membawa darah dari jantung
Vena membawa dara ke jantung
Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang diantaranya dan
merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Disini juga
terjadi pertukaran gas dalam cairan ekstra seluler atau intershil. Saluran limfe
mengumpulkan, menggiring dan menyalurkan kembali ke dalam limfenya
yang dikeluarkan melalui dinaing kapiler halus untuk membersihkan jaringan.
Saluran limfe ini juga dapat dianggap menjadi bagian sistem peredaran.
Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah
dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba ditempat arteri temporalis
diatas tulang temporal atau arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki.
Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat berbeda-beda, dipengaruhi
penghidupan, pekerjaan, makanan, umur dan emosi. Irama dan denyut sesuai
29

dengan siklus jantung jumlah denyut jantung 70 berarti siklus jantung 70 kali
per menit.
Kecepatan normal denyut nadi per menit(Pearce. 2009 : h 151) :
Pada bayi yang baru lahir 140
Selama tahun pertama 120
Selama tahun kedua 110
Pada umur 5 tahun 96-100
Pada umur 10 tahun 80-90
Pada orang dewasa 60-80

Hal-hal yang berperan dalam sirkulasi darah sebagai berikut:


a. Tekanan Darah
Tekanan darah sangat penting dalam sirkulasi darah dan selalu
diperlukan untuk daya dorong yang mengalirkan darah didalam arteri,
arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga darah didalam arteri, arteriola,
kapiler dan sistem vena sehingga terbentuk aliran darah yang menetap.
Jantung bekerja sebagai pemompa darah dapat memindahkan darah dari
pembuluh vena ke pembuluh arteri. Pada sirkulasi tertutup aktivitas pompa
jantug berlangsung dengan cara mengadakan kontraksi dan relaksasi sehingga
menimbulkan perubahan tekanan darah dan sirkulasi darah. Pada tekanan
darah didalam arteri kenaikan arteri pada puncaknya sekitar 120 mmHg
tekanan ini disebut tekanan stroke. Kenaikan ini menyebabkan aorta
mengalami distensi sehingga tekanan didalamnya turun sedikit. Pada saat
diastole ventrikel, tekanan aorta cenderung menurun sampai dengan
80 mmHg. Tekanan ini dalam pemeriksaan disebut dengan tekanan diastole.
b. Kecepatan Tekanan
Kecepatan aliran darah bergantung pada ukuran palung dari pembuluh
darah. Darah dalam aorta bergerak cepat, dalam arteri kecepatan berkurang
dan sangat lambat pada kapiler, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat
lambat pada kapiler. Faktor lain yang membantu aliran darah kejantung
30

maupun gerakan otot kerangka mengeluarkan tekanan diatas vena, gerakkan


yang dihasilkan pernafasan dengan naik turunnya diafragma yang bekerja
sebagai pemompa, isapan yang dikeluarkan oleh atrium yang kosong sewaktu
diastole menarik darah dari vena dan tekanan darah arterial mendorong darah
maju. Perubahan tekanan nadi pengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi
tekanan darah, misalnya pengaruh usia dan penyakit arteriosklerosis. Pada
keadaan arteriosklorosis, olasitias pembuluh darah kurang bahkan
menghilang sama sekali, sehingga tekanan nadi meningkat.
Kecepatan aliran darah dibagian tengah dan pada bagian tepi (ferifer)
yang dekat dengan permukaan bagian dalam dinding arteri adalah sama,
aliran bersifat sejajar yang konsentris dengan arah yang sama jika dijumpai
suatu aliran darah dalam arteri yang mengarah kesegala jurusan sehingga
memberikan gambaran aliran yang tidak lancar. Keadaan dapat terjadi pada
darah yang mengatur melalui bagian pembuluh darah yang mengalami
sumbatan atau vasokonstriksi. (Drs_H.Syaifuddin. 2006 : h 130)
4. Patofisiologi Terjadinya Penyakit
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada
titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu
denganhipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahuidengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Corwin, 2009).
31

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh


darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
ensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.
Reninmerangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
16 sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi
(Smeltzer,2009).
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan struktural
dan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2009).

5. Pencegahan
a. Berhenti merokok secara total dan tidak mengkonsumsi alkohol
b. Melakukan aktifitas fisik secara teratur atau berolaraga secara teratur
dapat mengurangi ketegangan pikiran (strees) membantu menurunkan
berat badan, dapat membakar lemak yang berlebihan.
32

c. Diet rendah garam atau makanan, kegemukan (kelebihan berat badan


harus segera di kurangi)
d. Latihan ohlaraga yang dapat seperti senam aerobic, jalan cepat, dan
bersepeda paling sedikit 7 kali dalam seminggu.
e. Memperbanyak minum air putih, minum 8- 10 gelas/ hari.
f. Memeriksakan tekanan darah secara normal / berkala terutama bagi
seseorang yang memiliki riwayat penderita hipertensi.
g. Menjalani gaya hidup yang wajar mempelajari cara yang tepat untuk
mengendalikan stress (Bambang Sadewo, 2004).
6. Pengobatan
Pengbobatan ditujukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi normal,
pengobatan jantung karena hipertensi, mengurangi morbilitas dan moralitas
terhadap penyakit kardiovascular dan menurunkan faktor resiko terhadap
penyakit kardiovascular semaksimal mungkin.
Untuk menurunkan tekanan darah, dapat ditujukan 3 faktor fisiologis
yaitu : menurunkan isi cairan intravascular dan non darah dengan neolistik
menurunkan aktivitas susunan saraf simpatis dan respon kardiovascular
terhadap rangsangan tahanan prifer dengan obat vasodilator. (Arif Manjoer,
2001)
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1). Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa
obat ini meliputi:
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
- Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
- Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
- Penurunan berat badan
33

- Penurunan asupan etanol


- Menghentikan merokok
- Diet tinggi kalium
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
a). Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain
b). Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-
87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi
maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220–umur.
c). Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
d). Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
c. Edukasi Psikologi
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1). Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh
subyek dianggap tidak normal.Penerapan biofeedback terutama dipakai
untukmengatasigangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga
untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2). Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangiketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.

d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )


Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien
dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
34

2. Terapi dengan Obat


Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita
dapat bertambah kuat(1). Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan
seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite
Dokter Ahli Hipertensi ( Joint National Committee On Detection,
Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure, Usa, 1988 )
menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau
penghambat ACE dapat digunakan sebagaiobat tunggal pertama dengan
memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada
penderita.
Pengobatannya meliputi :
- Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis,
ACE inhibitor
- Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan, dosis obat pertama dinaikan
diganti jenis lain dari obat pilihan pertamaditambah obat ke –2 jenis
lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Caantagonis, Alpa blocker,
clonidin, reserphin, vasodilator
- Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh
1) Obat ke-2 diganti
2) Ditambah obat ke-3 jenis lain
- Step 4 : alternatif pemberian obatnya
1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2) Re-evaluasi dan konsultasi
3. Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi
dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (
perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
7. Pemeriksaan penunjang
35

Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum melakukan terapi


bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor lain atau mencari
penyebab hipertensi, biasanya diperiksa unaralis darah perifer lengkap kemih
darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolestrol total, kolestrol
HDI, dan EKG).
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti klirens
kreatinin protein urine 24 jam, asam urat, kolestrol LDL, TSH dan
ekokardiografi (Mansjoer Arif,2000 : 49).

8. Komplikasi
Organ-organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain masa berupa
pendarahan vetria, bahkan gangguan pada penglihatan sampai kebutaan,
gagal jantung, pecahnya pembuluh darah otak. (Arif Mansjoer, 2001)

9. Masalah keperawatan yang dapat terjadi akibat proses penyakit.


a) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi pembuluh darah, iskemia miokard,
hipertropi ventricular.
b) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan cardio output,
kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
c) Gangguan rasa nyaman nyeri, sakit kepala berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskuler cerebral.
d) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup monoton.
e) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan meningkatnya produksi
ADH dan retensi natrium ditandai dengan adanya edema.
f) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana
pengobatan dan pengetahuan / daya ingat dan menyatakan masalah serta
menerima informasi
C. Asuhan Keperawatan Pada Hipertensi
1. Pengkajian
36

a. Identitas klien: Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 15


September 2017 pukul 10.00 WIB di Rungan penyakit dalam kelas 2a
RSUD Sintang, dari hasil wawancara diperoleh data identitas klien yaitu
nama Ny, F, usia 45 tahun, penampilan umum badan gemuk, wajah opal,
rambut hitam lurus. alamat Desa Dedai Kanan Kecamatan Dedai
pendidikan terakhir klien tidak sekolah, Suku Melayu, TB / BB 150 cm /
65 kg klien beragama Islam, klien adalah seorang ibu rungga , dirumah
klien tinggal bersama suami yaitu Tn A dan Ny. N ibu klien serta
anaknya Nn. A berumur 20 tahun, An. S berumur 13 tahun.
b. Riwayat penyakit, pada saat ini klien klien mengatakan badannya lemah,
kepala terasa pusing dan terasa tegang pada leher dabn bahu klien. klien
mengatakan nyerinya seperti di pukul-pukul dan nyeri timbul pada siang
hari, pada saat kurang istirahat. Klien mengatakan ± sudah pernah
dirawat di RSUD dengan kasus yang sama pada tahun 2015, keluarganya
ada yang mengalami sakit seperti dirinya (bapak Ny.F) pekerjaan nya
sehari-hari sebagai ibu rumah tangga, baik sebelum dan sesudah sakit.
lingkungan rumahnya berada didataran yang tidak rata, dan ada tangga
didepan rumah dan belakang rumahnya, rumah baik, ventilasi baik
sehingga sirkulasi udara dapat terjadi dengan baik, pencahayaan, waktu
luangnya disi dengan menonton tv dan berkumpul bersama keluarganya.
Klien memiliki kartu jaminan kesehatan (BPJS yang digunakannya untuk
berobat ke Puskesmas dan Rumah Sakit, Klien beragama islam dan
beribadah sesuai dengan kepercayaannya.
c. ADL berdasarkan KATZ Indeks: setelah dilakukan pengkajian
keperawatan, klien termasuk dalam kategori mandiri dalam hal makan,
kontinen dalam BAK/ BAB, menggunakan pakaian, pergi ke toilet,
berpindah dan mandi.
d. Modifikasi dari Barthel Indeks: Makan minum bisa dilakukan sendiri
frekuensi 3 x sehari, jumlah 1 piring, jenis nasi lauk dan sayur, minum air
putih 6 kali sehati jumlah 1 gelas, Personal toilet (cuci muka, menyisir
rambut, menggosok gigi ) dengan bantuan keluarga, Personal toilet (cuci
37

muka, menyisir rambut, menggosok gigi) keluar masuk toilet,mandi,


mencuci pakaian, menyeka tubuh dan menyiram bantuan keluarga, jalan
dipermukaan datar, naik turun tangga dan berjalan dipermukaan datar
dengan bantuan keluarga, mengenakan pakaian dibantu keluarga, dari
hasil modifikasi dari Barthel Indeks didapatkan katagori ketergantungan
sebagian.
e. Perubahan Pola Kesehatan (Pendekatan Gordon / Pendekatan Sistem):
Klien mengatakan bila kepalanya terasa nyeri dan terasa tegang pada
leher dan bahu, klien biasanya duduk dan mengosok kepala dan bahu
dengan balsem, klien masih mampu mengunyah dan menelan, selera
makan klien kurang (hanya mampu menghabiskan ½ porsi). Klien BAB
1x dalam sehari dengan konsistensi lembek dan berbentuk dan berbau
khas dan BAK ± 6 - 7x dalam sehari dengan berwarna kuning pekat,
klien megatakan tidak ada masalah dalam tidurnya, malam klien tidur ±
4-8 jam. Siang ± 1-2 jam, Klien mengatakan mandi 2 x sehari dengan
sabun mandi dan memakai shampo untuk rambutnya, dan menyikat gigi.
f. Pemeriksaan Fisik (pendekatan Head to Toe) Tanda-tanda vital Tekanan
Darah 170 / 90 mmHg Suhu 37 ○C, nadi 80 x / menit pernafasan 19 x /
menit, temperatur dingin, tidak terdapat peningkatan vena jugularis.
Klien mengatakan saat ini tidak sesak nafas, Respirasi 24 x / menit,
pernafasan reguler, pergerakan dada simetris kiri dan kanan, tidak
terdapat pernafasan cuping hidung, tidak menggunakan alat bantu nafas.
klien tidak mengeluh sesak nafas. Sistem Integumen Temperatur 37 ○C,
kulit lembab, tidak terdapat lesi, turgor kulit elastis, tidak terdapat
jaringan parut, kuku terlihat bersih, keadaan kulit kepala bersih, Sistem
Muskuloskletal Klien mengatakan pusing dan 20 % perlu bantuan
keluarga untuk melakukan aktifitas sehubungan dengan nyeri kepala
Sistem Endokrin: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada tremor
dan nafas tidak bau keton. Sistem Perkemihan Ferkuensi BAK klien ± 7
– 8 x dalam sehari dengan warna kuning pekat, berbau khas, klien masih
bisa menahan BAK. Sistem Gastrointestinal: klien mengatakan masih
38

mampu mengunyah dan menelan, selera makan klien kurang ( mampu


1/2 porsi). Sistem Persyarafan pada saat dikaji tingkat kesadaran klien
compos mentis (CM), penglihatan klien dan pendengaran masih baik.
a. Status kognitif / Afektif / sosial berdasarkan SPMSQ dan MMSE,
Identifikasi Tingkat Kerusakan Intelektual Dengan Menggunakan Short
Portable Mental Status Quistioner (SPMSQ). Tanggal berapa hari ini,
hari apa sekarang, apa nama tempat ini, dimana alamat anda, berapa
umur anda, kapan anda lahir , siapa presiden indonesia sekarang Siapa
presiden indonesia sebelumnya Siapa nama ibu anda, kurangi 3 dari 20
dan pengurangan 3 dari setiap angka baru, semua secara menurun, Score
jumlah salah dari questioner diatas adalah 1 pertanyaan dan kriteria
fungsi intelektual klien utuh.
b. Identifikasi aspek kognitif dan fungsi mental dengan menggunakan Mini
Mental Status Exam (MMSE). Terdapat gangguan kognitif sedang
dengan score 22 (hasil terlampir)
c. Pemeriksaan Penunjang /Laboratorium
Hb : 11,9 13 – 15
Hematokrit : 35 40 - 48
Leukosit : 6300
Trombosit : 255.000
Diff : -/-/ 2/73/24/1
AGD
1. Ph : 7.492
2. Po2 : 133,4
3. PCo2 : 23,6
4. HCO3 : 17,9
5. Sat O2 : 98,8
Na : 138
K : 5,3
Cl : 101
Ureum : 14
39

Kreatinin : 210
SGOT : 111,3
SGPT : 360
Albumin : 3,8
Gula Darah Puasa : 97
Ck : 771
CKMB : 100
Radiologi
Hasil/kesan : CTR > 50% (kardiomegali) dan efusi pleura
EKG
Tanggal : 13 - 9 -2017
Hasil/kesan : irama sinus normal
d. Analisa Data
Nama :Ny. F Alamat : Dedai
Umur : 45 Tahun Dx. Medis : Hipertensi

Tabel2.1( Analisa data)

No Data Etiologi Problem Paraf


1 Data Subjektif : Umur, jenis kelamin, Latifah
- Klien mengatakan gaya hidup, obesitas Resiko
pusing kepala terasa Gangguan
tegang pada tengkuk dan sirkulasi
bahu klien. Hipertensi pada otak,
- Klien mengatakan skala ginjal,
nyeri 7 pembuluh
- Klien mengatakan Kerusakan vaskuler darah dan
nyerinya seperti dipukul- pembuluh darah retina.
pukul
- Klien mengatakan lemah
dan perlu bantuan Perubahan struktur
keluarga untuk
melakukan aktifitas
sehubungan dengan Penyumbatan
nyeri kepala pembuluh darah
- Klien mengatakan
nyerinya timbul pada
saat siang hari dan pada Vasokonstriksi
saat kurang istirahat
- Klien mengatakan
masih mampu Gangguan sirkulasi
mengunyah dan pada otak, ginjal,
menelan, selera makan pembuluh darah
klien kurang ( hanya dan retina
40

mampu menghabiskan
½ porsi makanan).
- Klien mengatakan edema
di daerah wajah dan kaki
- Klien mengatakan
penglihatanklienkadang
kabur.
- - Klien mengatakan
kurangnya pengetahuan
tentang penyakit dan
informasi yang diterima
Data Objektif:
- Klien tampak lemah
- 20 % kebutuhan pasien
- dibantu oleh keluarga
- Klien tampak meringis
- Klien kelihatan sering
memegang tengkuknya

No Data Etiologi Problem Paraf


- Klien hanya mampu Latifah
makan ½ porsi dari
makanan yang di
siapkan.
- Bising usus pada saat
dilakukan auskultasi
terdengar 10 x / menit,
BB klien 65 kg.
- Daerah wajah dan kaki
terlihat edema
- Saat ditanya tentang
penyakit penyakit dan
cara mengatasi sakit
klien dan keluarga tidak
bisa menjawab
- Tanda-tanda vital
TD: 170 / 90 mmHg,
N: 80 x / menit, RR 19 kali /
menit, Suhu: 37 ○C

2. Diagnosa Keperawatan
Nama : Ny. F Alamat : Dedai
Umur : 45 Tahun Dx. Medis : Hipertensi

Tabel2.2 (Diagnosakeperawatan)

Data Masalah Etiologi Paraf


41

Faktor resiko : Resiko gangguan Kerusakan


- Klien mengatakan nyeri kepala sirkulasi pada vaskuler Latifah
terasa tegang pada tengkuk dan otak, ginjal, pembuluh
bahu . pembuluh darah darah,
- Klien mengatakan pusing jika dan retina Perubahan
berjalan truktur,
- Klien mengatakan nyerinya Penyumbata
seperti dipukul-pukul n pembuluh
- Klien mengatakan nyerinya darah, dan
timbul pada saat siang hari dan Vasokonstri
pada saat kurang istirahat ksi
- Klien mengatakan lemah dan
perlu bantuan untuk melakukan
aktifitas sehubungan dengan
nyeri kepala
- Terdapat edema di daerah wajah
dan kaki.
- Klien mengatakan kurang nafsu
makan
( makan hanya mampu makan ½
porsi dari biasa)

Berdasarkan tabel 2.2 maka “Diagnosa Keperawatan” ny, F adalah sebagai


berikut:

a) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan


peningkatan afterload, vasokonstriksi pembuluh darah, iskemia miokard,
hipertropi ventricular.
b) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan cardio output,
kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
c) Gangguan rasa nyaman nyeri, sakit kepala berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskuler cerebral.
d) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup monoton.
e) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan meningkatnya produksi
ADH dan retensi natrium ditandai dengan adanya edema.
f) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana
pengobatan dan pengetahuan / daya ingat dan menyatakan masalah serta
menerima informasi
3. Perencanaan
42

Diagnosa keperawatan I
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi pembuluh darah, iskemia miokard,
hipertropi ventricular.
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi pembuluh
darah, tidak terjadi iskemia miokard.
Intervensi keperawatan
- Observasi tekanan darah.
- Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
- Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
- Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
- Catat adanya demam umum / tertentu.
- Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas / keributan
lingkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
- Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi.
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi anti hipertensi, diuretik.
Diagnosa keperawatan II
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan cardio output, kelemahan
umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
Tujuan : Klien akan mampu melakukan aktivitas secara mandiri.
Intervensi keperawatan
- Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas dengan menggunakan parameter :
frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan
TD, dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat,
pusig atau pingsan.
- Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan
/ kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas
dan perawatan diri.
- Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri.
43

- Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi,


menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya.
- Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.
- Mengatur klien untuk mencegah kelelahan, memberikan penjelasan
gerakan aktif dan pasif untuk mempertahankan fleksibilitas sendi,
memberikan terapi / kompres hangat sebelum aktivitas untuk mengurangi
tingkat nyeri
Diagnosa keperawatan III
Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepala berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler cerebral.
Tujuan : Tekanan vaskuler cerebral tidak meningkat.
Intervensi keperawatan
- Pertahankan tirah baring selama fase akut.
- Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya
: kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher serta teknik relaksasi.
- Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan
sakit kepala: mengejan saat BAB, batuk panjang,dan membungkuk.
- Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
- Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam setelah
makan.
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas,
diazepam dll.
Diagnosa keperawatan IV
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi in adekuat.
Tujuan : intake nutrisi adekuat.
Intervensi keperawatan
- Beri makanan dalam porsi sedikit tapi sering
- Motivasi pasien untuk menghabiskan makanannya
- Beri higiene oral sebelum dan sesudah makan
44

- Awasi pemasukan diit


- Kaji ulang pola makan
- Berikan diet,makanan ringan tambahan yang disukai pasien
- Bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan dengan kejenuhan
lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll ) dan kolesterol (
daging berlemak, kuning telur, produk kalengan, jeroan ).
- Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi. (Memberikan konseling dan
bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual).
Diagnosa keperawatan V
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan meningkatnya produksi ADH
dan retensi natrium ditandai dengan adanya edema.
Tujuan : Klien menunjukan volume cairan yang stabil.
Intervensi keperawatan
- Pantau atau hitung pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam.
- Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler selama fase
akut.
- Auskultasi bunyi nafas, catat penurunan dan atau bunyi tambahan seperti
krekel dan mengi.
- Kolaborasi : beri obat sesuai indikasi misalnya diuretik contohnya
furosemide
(fasix) Tiazid dengan agen perlawanan kalium contohnya aldakton.
Diagnosa keperawatan VI
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana
pengobatan dan pengetahuan / daya ingat dan menyatakan masalah,
menerima informasi
Tujuan : meningkatkan pengetahuan tentang rencana pengobatan dan
menerima informasi sehubungan dengan penyakinya.
Intervensi Perawatan:
- Jelaskan pentingnya kerjasama dalam regimen pengobatan dan
mempertahankan perjanjian tindak lanjut
- Jelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan rasional
45

- Sarankan untuk sering mengubah posisi, olaraga kaki saat baring


4). Pelaksanaan / Implementasi
Diagnosa keperawatan I
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi pembuluh darah, iskemia miokard,
hipertropi ventricular.
Implementasi:
Mengobservasi tekanan darah, Mencatat keberadaan, kualitas denyutan
sentral dan perifer, melakukan auskultasi tonus jantung dan bunyi napas,
mengamati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler,
mencatat adanya demam umum / tertentu, memberikan lingkungan yang
nyaman, tenang, mengurangi aktivitas / keributan lingkungan, membatasi
jumlah pengunjung dan lamanya tinggal, menganjurkan teknik relaksasi,
panduan imajinasi dan distraksi serta melakukan kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian terapi anti hipertensi, diuretik
Diagnosa keperawatan II
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan cardio output,
kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
Implementasi
Mengkaji respon / toleransi pasien terhadap aktifitas dengan menggunakan
parameter: frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat,
mencatat peningkatan TD, dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan
kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsan, mengkaji kesiapan klien
untuk meningkatkan aktivitas, memberi dorongan untuk melakukan
aktivitas / toleransi perawatan diri, memberikan bantuan sesuai kebutuhan
dan menganjurkan menggunakan kursi mandi, menyikat gigi / rambut
dengan duduk dan sebagainya untuk menghemat energy, mendorong
pasien untuk berpartisifasi dalam memilih periode aktivitas.
Diagnosa keperawatan III
Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepala berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskuler cerebral.
46

Implementasi
Mertahankan tirah baring selama fase akut, memberikan tindakan non
farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya : kompres
hangat, pijat punggung dan leher serta teknik relaksasi, meminimalkan
aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala seperti
mengejan saat BAB, batuk panjang,dan membungkuk, membantu pasien
dalam ambulasi sesuai kebutuhan, memberikan cairan, makanan lunak dan
membiarkan klien istirahat selama 1 jam setelah makan serta melakukan
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas,
diazepam dll.
Diagnosa keperawatan IV
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup monoton.
Implementasi
Memberi makanan dalam porsi sedikit tapi sering, memberi motivasi
kepada pasien untuk menghabiskan makanannya, melakukan higiene oral
sebelum dan sesudah makan, mengawasi pemasukan diit, mengkaji ulang
pola makan, memberi diet makanan ringan tambahan yang disukai
pasien, membantu memilih makanan yang tepat, menghindari makanan
dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll )
dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan, jeroan )
serta mengadakan kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.
(memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet
individual).
Diagnosa keperawatan V
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan meningkatnya produksi ADH
dan retensi natrium ditandai dengan adanya edema.
Implementasi
Memantau atau hitung pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam,
menganjurkan untuk mempertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi
semi fowler selama fase akut, mendengar bunyi nafas, mencatat penurunan
47

dan atau bunyi tambahan seperti krekel dan mengi, melakukan kolaborasi
agar diberi obat sesuai indikasi misalnya diuretik contohnya furosemide
(fasix) Tiazid dengan agen perlawanan kalium contohnya aldakton.
Diagnosa keperawatan VI
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana
pengobatan dan pengetahuan / daya ingat dan menyatakan masalah,
menerima informasi
Implementasi
Menjelaskan pentingnya kerjasama dalam regimen pengobatan dan
mempertahankan perjanjian tindak lanjut, menjelaskan tentang obat yang
diresep bersamaan dengan rasional.

5) Evaluasi
Diagnosa I
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi pembuluh darah, iskemia miokard,
hipertropi ventricular
- Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal
pasien
- Memperlihatkan tanda vital yang normal
- Klien dapat beristirahat dengan nyaman dan tenang
- Pasien mengerti dan bisa melakukan tehnik relaksasi.
- Telah dilakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi anti
hipertensi, diuretik
Diagnosa II
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan cardio output, kelemahan
umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
- Berpatisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan
- Melaporkan tindakan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
48

- Menunjukkan penurunan dalam tanda intoleransi fisiologi


Diagnosa III
Gangguan rasa nyaman nyeri klien kelihatan meringis karena sakit kepala
berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral.
- Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan hilang / terkontrol
- Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan
- Mengikuti reqman farmokologi yang diresepkan ( analgetik, paracetamol
500 mg via oral)
Diagnosa IV
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi in adekuat.
1. Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan.
2. Menunjukkan perubahan pola makan yang baik dan sesuai diit yang
dianjurkan oleh ahli gizi.
3. Melakukan / mempertahankan program olaraga yang tepat secara
individual
Diagnosa V
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan meningkatnya produksi ADH dan
retensi natrium ditandai dengan adanya edema.
- Pemasukan dan pengeluaran cairan selama 24 jam normal
- Memperlihatkan bunyi nafas normal
- Telah dilakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi anti
hipertensi dan diuretik (Amlodipin 5 mg via oral)
Diagnosa keperawatan VI
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan
dan pengetahuan / daya ingat dan menyatakan masalah, menerima informasi
- Menyatakan bersedia mengikuti regimen pengobatan dan mempertahankan
perjanjian tindak lanjut pengobatan

Anda mungkin juga menyukai