Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga
1. Definisi
Keluarga didefinisikan dalam berbagai cara. Definisi keluarga berbeda-beda,
tergantung kepada orientasi teoritis “pendefinisi” yaitu dengan menggunakan
menjelaskan yang penulis dari untuk menghubungkan keluarga. Burgess dkk (2009)
membuat definisi yang berorientasi pada tradisi dan dingunakan sebagai referensi secara
luas :
a. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan
ikatan adopsi
b. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah
tangga, atau jika mereka hidup secra berpisah, mereka tetap menggangap rumah
tangga tersebut sebagai rumah mereka
c. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran peran
sosial keluarga seperti suami istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan perempuan,
saudara dan saudari
d. Keluarga sama-sma menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang di ambil dari
masyarakat dengan beberpa ciri unik tersendiri
Meskipun definisi-definisi ini sering digunakan, namun terbatas kepada kemapuan
aplikasinya dan sifat komprehensifnya definisi apa saja tentang keluarga harus
menggambarkan bentuk-bentuk keluarga yang ada sekarang, dan definis tradisional
seperti diats bisa memberikan gambaran tentang definisi yang dimaksud.
Whall (2011) dalam analisa konsep tentang keluarga sebagai unit yang perlu dirawat
dalam perawatan, ia mendefiniskan keluarga sebagai ”kelompok yang mendefinisikan
diri” dengan anggota sendiri terdiri dua individu atau lebih, yang asosiasinya dicirikan
oleh istilah istilah khusus, yang boleh jadi tidak di ikat oleh hubungan darah atau hukum,
tapi yang berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menggagap diri meraka sebagai
sebuah keluarga. Mengingat siapakah individu-individu yang diindetifikasikan sebagai
anggota keluarga merupakan sebuah komponen yang sangat penting dari definisi ini.
2. Tipe keluarga
Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuwan dan orang yang
mengelompokan. Secara tradisional keluarga dikelompokan menjadi dua, yaitu :
a. Keluarga inti (nuclear family)
adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari
keturunannya atau adopsi atau keduanya
b. Keluarga besar (extended family)
adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai
hubungan darah (kakek/nenek, paman/bibi) Tipe-tipe keluarga secara umum yang
dikemukakan untuk mempermudah pemahaman terhadap literatur tentang kelurga.
(friedman, 2005)
c. Keluarga inti (konjugal)
merupakan keluarga yang menikah, sebagai orang tua, atau pemberian nafkah.
Keluarga inti terdiri dari sumi, istri, dn ank mereka-anak kandung, anak adopsi atau
keduanya
d. Keluarga orientasi (keluarga asal)
merupakan unit keluarga yang di dalamnya seseorang dilahirkan
e. Keluarga besar
merupakan keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan (oleh darah) yang paling
lazim menjadi anggota keluarga orientasi yaitu salah satu teman keluarga inti, berikut
ini termasuk “sanak keluarga” seperti kakek atau nenek, tante, paman, dan sepupu
Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme,
pengelompokan tipe keluarga selain tipe diatas berkembang menjadi :
a. Keluarga bentukan kembali (dyadic family)
adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan
pasangannya. Keadaan ini di indonesia juga menjadi tren karena adanya pengaruh
gaya hidup barat yang pada zaman dahulu jarang sekali ditemui sehingga seorang
yang telah cerai atau ditinggal pasangan cenderung hidup sendiri untuk membesarkan
anak-anaknya
b. Orang tua tunggal (single parent family)
adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat
perceraian atau ditinggal pasangannya
c. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother)
Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah
(the single adult living alone). Kecenderungan di indonesia juga meningkat dengan
dalih tidak mau direpotkan oleh pasangan atau anaknya kelak jika telah menikah
d. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non-marital heterosexual
cohabiting family). Biasanya dapat dijumpai pada daerah kumuh perkotaan (besar),
tetapi pada akhirnya mereka dinikahkan oleh pemerintah daerah (kabupaten atau kota)
meskipun usia pasangan tersebut telah tua demi status anak-anaknya
e. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian
family)
3. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga terdiri dari fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi
ekonomi, fungsi perawatan kesehatan.
a. Fungsi afektif
Berhubungan dengan fungsi-fungsi internal keluarga yaitu sebagai perlindungan
dan dukungan psikososial bagi para anggotanya.Keluarga melakukan tugas-tugas
yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang sehat bagi anggotanya
dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosioemosional anggotanya, Mulai dari
tahun-tahun awal kehidupan individu dan terus berlangsung sepanjang hidupnya.
Pemenuhan fungsi afektif merupakan basis sentral bagi pembentukan dna kelanjutan
dari unit keluarga.
Komponen fungsi afektif meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan
kebutuhan- kebutuhan psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini,
maka keluarga menjalankan tujuan-tujuan psikososial yang utama, yaitu membentuk
sifat-sifat kemanusiaan dalam diri mereka, stabilisasi kepribadian dan tingkah laku,
kemampuan menjalin berhubungan secara lebih akrab dan harga diri
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement
function)
Adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan
sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar
rumah
c. Fungsi reproduksi (the reproductive function)
Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dn menjaga kelangsungan keluarga
d. Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
e. Fungsi perawatan kesehatan (the health care function)
Yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di
bidang kesehata
Dimensi struktur dasar keluarga Struktur keluarga dapat menggambar bagaimana
keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat sekitarnya. Parad dan caplan
(2005) yang diadopsi oleh friedman mengatakan ada empat struktur keluarga yaitu :
a. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga
dalam keluarga sendiri dan perannya dilingkungan masyarakat atau peran formal dan
informal
b. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan
diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan
c. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi
ayah- ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan anak, dan anggota
keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti
d. Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk
mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga
yang mendukung kesehatan
Berdasarkan kemampuan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan dasar, kebutuhan
psikososial, kemampuan memenuhi ekonominya dan aktualisasi keluarga dimasyarakat,
serta memperhatikan perkembangan negara indonesia menuju negara industri, indonesia
menginginkan keluarga dikelompokan menjadi lima tahap yaitu sebagai berikut :
a. Keluarga prasejahtera
adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal yaitu
kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan, dan kesehatan atau keluarga
yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indicator Keluarga Sejahtera
Tahap I
b. Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I)
adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi
belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya, yaitu kebutuhan
pendidikan, keluarga berencana (KB), interaksi dalam keluarga, interaksi dengan
liungkungan tempat tinggal, dan transportasi
c. Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II)
adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal serta
telah memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat
memenuhi kebutuhan pengembangan, yaitu kebutuhan untuk menabung dan
memperoleh informasi
d. Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III)
adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan
sosial psikologisnya, dan kebutuhan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan
sumbangan (konstribusi) yang maksimal terhadap masyarakat secara teratur(dalam
waktu tertentu) dalam bentuk material dan keuangan untuk sosial kemasyarkatan,
juga berperan serta secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan
atau yayasasn sosial, keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan dan lain
sebagaianya
e. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus)
adalah keluarga yang telah dapat memenuhhi seluruh kebutuhannya, baik yang
bersifat dasar, sosial psikologis, maupun pengembangan, serta telah mampu
memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat
4. Peran perawat keluarga
Perawatan kesehatan masyarakat, sejak dahulu sampai sekarang, keluarga sudah dianggap
sebagai kesatuan dari pemeliharaan kesehatan.Perananan perawat keluarga membantu
keluarga untuk mengatasi dengan baik masalah-masalah kesehatan dengan
meningkatkan kesanggupan mereka untuk melaksanakan tugas-tugs kesehatan. Proses
membantu keluarga meningkatkan kesanggupan untuk menyelesaikan masalah
kesehatan, perawat dapat berperan sebagai :
a. Pengenal kesehatan (health monitor)
b. Pemberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
c. Koordinator pelayanan kesehatan keluarga
d. Facilitator
e. Educator
f. Advocat

B. Konsep keperawatan keluarga dengan tahapan perkembangan dewasa muda awal


a. Defenisi dewasa muda awal
Istilah dewasa menggambarkan segala organisme yang telah matang, tapi lazimnya
merujuk pada manusia: orang yang bukan lagi anak-anak dan telah menjadi pria atau wanita
dewasa. Saat ini Dewasa dapat didefinisikan dari aspek biologi yaitu sudah akil baligh,
hukum sudah berusia 16 tahun ke atas atau sudah menikah, menurut Undang-undang
perkawinan yaitu 19 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita dan karakter pribadi yaitu
kematangan dan tanggung jawab. Berbagai aspek kedewasaan ini sering tidak konsisten dan
kontradiktif. Seseorang dapat saja dewasa secara biologis, dan memiliki karakteristik
perilaku dewasa, tapi tetap diperlakukan sebagai anak kecil jika berada di bawah umur
dewasa secara hukum. Sebaliknya, seseorang dapat secara legal dianggap dewasa, tapi tidak
memiliki kematangan dan tanggung jawab yang mencerminkan karakter dewasa
Tahap perkembangan keluarga dengan anak dewasa awal dimulai pada saat anak
pertama mulai meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam
keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tujuan
utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam
melepas anak untuk hidup sendiri. Keluarga mempersipakan anaknya yang tertua untuk
membentuk keluarga sendiri dan tetap membantuk anak terakhir untuk lebih mandiri (Wahit
Iqbal Mubarak, dkk 2006).
b. Tahapan perkembangan keluarga dewasa muda awal
Perkembangan kedewasaan mencakup perubahan yang teratur dalam karakter dan
sikap Perkembangan setiap orang, bagaimana pun, merupakan sebuah proses yang unik
Perubahan itu dialami oleh dewasa awal termasuk proses alami maturasi dan sosialisasi.
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhi.
meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan ada atau tidaknya
anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.
Tugas perkembangan anak dewasa adalah :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
d. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anak
e. Menata kembali fasilitas dan sumbe ryang ada pada keluarga
f. Berperan suami/istri kakek/nenek
g. Menciptakan lingkunga rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-anak

c. Tugas perkembanga anak dewasa muda awal


Sebagian besar golongan dewasa muda telah menyelesaikan pendidikan sampai taraf
universitas dan kemudian mereka segera memasuki jenjang karier dalam pekerjaanya.
Kehidupan psikososial dewasa muda makin kompleks dibandingkan dengan masa remaja
karena selain bekerja, mereka akan memasuki kehidupan pernikahan, membentuk keluarga
baru, memelihara anak-anak, dan tetap harus memperhatikan orang tua yang makin tua.

Havighrust (Turner dan Helms, 1995) mengemukakan tugas-tugas perkembangan


dewasa muda, diantaranya :
a. Mencari dan menemukan calon pasangan hidup
Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki kematangan
fisiologis (seksua) sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu
melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya, asalkan memenuhi persyaratan
yang syah.
b. Membina kehidupan rumah tangga
Dewasa awal yang telah bekerja, mereka mempersiapan dan membukuan diri bahwa
mereka sudah mandiri secara ekonomis, artinya sudah tidak bergantung agi dengan
orang tua. Sikap yng mandiri ini merupakan langkah yang positif bagi mereka karena
sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang
baru. Namun, lebih dari itu, mereka juga harus dapat membentuk, membina, dan
mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai
kebahagiaan hidup mereka harus dapat menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan
pasangan hidup masing-masing
c. Meniti karier dalam rangka memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga
Masa dewasa muda adalah masa untuk mencapai puncak prestasi. Mereka bekerja keras
dan bersaing untuk menunjukkan prestasi kerja. Dengan prestasi kerja yag baik akan
memberikan kehidupan yang makmur sejhtera bagi keluarganya.
d. Menjadi warga negara yang bertanggung jawab
Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup tenang,
damai, dan bahagia di tengah-tengah masyarakat. Warga negara yang baik adalah warga
negara yang taat dan patuh pada tata aturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini
diwujudkan dengan cara-cara, seperti :
1) mengurus dan memiliki surat-surat kewarganegaraan (KTP, akta kelahiran, surat
paspor/visa bagi yang akan pergi ke luar negeri).
2) membayar pajak (pajak televisi, telepon, listrik, air. pajak kendaraan bermotor,
pajak penghasilan).
3) menjaga ketertiban dan ke-amanan masyarakat dengan mengendalikan diri agar
tidak tercela di mata masyarakat.
4) mampu menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial di masyarakat (ikut terlibat
dalam kegiatan gotong royong, kerja bakti membersihkan selokan, memper-baiki
jalan, dan sebagainya).
Menurut Havighurst, tugas-tugas yang harus diselesaikan di setiap tahapan
perkembangan.
1. Mencari dan memilih pasangan hidup
2. Belajar hidup bersama pasangan
3. Memulai sebuah keluarga
4. Merawat anak
5. Mengatur rumah tangga
6. Memulai jenjang karier/bekerja
7. Mengambil tanggung jawab sebagai warga Negara (sipil)
8. Menemukan kelompok sosial yang sesuai

d. Aspek-aspek Perkembangan Fisik


1. Kekuatan dan Energi
Selepas dari bangku pendidikan tinggi, seorang dewasa muda berusaha menyalurkan
seluruh potensinya untuk mengembangkan diri melalui jalur karier. Kehidupan karier, sering
kali me-nyita perhatian dan energi bagi seorang individu. Hal ini karena mereka sedang
merintis dan membangun kehidupan ekonomi agar benar-benar mandiri dari orang tua.
Selain itu, mereka yang menikah hams rnemikirkan kehidupan ekonomi keluarga. Oleh
karena itu, mereka memiliki energi yang tergolong luar biasa, seolah-olah mempunyai
kekuatan ekstra bila asyik dengan pekerjaannya.
2. Ketekunan
Untuk dapat mencapai kemapanan ekonomis seseorang harus memiliki kemauan kerja
keras yang disertai ketekunan. Ketika menemukan posisi kerja yang sesuai dengan minat,
bakat, dan latar belakang pendidikannya, mereka umumnya akan tekun mengerjakan
tanggung jawab pekerjaannya dengan baik, Ketekunan merupakan salah satu kunci dari
kesuksesan dalam meraih suatu karier pekerjaan. Karier yang cemerlang akan
mempengaruhi kehidupan ekonomi keluarga yang baik pula; sebaliknya bila karier yang
suram (gagal), kehidupan ekonomi seseorang pun suram. Namun, tak sediki seorang
individu yang belum cocok dengan pekerja. Dan dan penghasilan yang diperoleh, tak segan-
segan mereka segera pindah dan mencari pekerjaan lain yang dianggap cocok. Hal ini
biasanya dilakukan mereka yang masih membujang atau belum menikah. Kalau mereka
telah menikah, umumnya akan menekuni bidang kariernya walaupun hasil gajinya masih
pas-pasan, dengan alasan sulimya mencari jenis pekerjaan yang baru dan takut dibayangi
kegagalan.
e. Masalah Kesehatan Dewasa Muda awal
a. Masalah Fisiologis
Dewasa awal umumnya aktif dan mempunyai masalah kesehatan utama
minimum. Akan tetapi gaya hidup mereka dapat menempatkan mereka pada resiko
penyakit atau kecacatan selama masa dewasa tengah atau akhir. Dewasa awal mungkin
juga rentan secara genetik terhadap penyakit kronis tertentu seperti diabetes mellitus dan
hiperkolesterolemia keturunan ( Price dan Wilson, 1992). Penyakit crohn, radang kronis
pada usus halus lebih umum terjadi pada usia 15-35 tahun. Insiden infertalitas juga
meningkat pada masa sekarang yang mempengaruhi 15-20% dewasa sehat lain, banyak
klien infertile merupakan dewasa awal (Bobak dan Jensen, 1993)
1. Faktor Risiko
Faktor risiko bagi kesehatan dewasa awal berasal dari komunitas, gaya hidup dan riwayat
keluarga. Faktor risiko ini mempunyai kategori sebagai berikut :
a) Kematian dan Cedera karena kekerasan
Kekerasan adalah penyebab terbesar mortalitas dan morbilitas pada populasi dewasa
awal. Kematian dan cedera dapat terjadi karena serangan fisik, kecelakaan kendaraan
bermotor atau kecelakaan lain dan usaha bunuh diri.
b) Penyalahgunaan Zat
Penyalahgunaan zat secara langsung maupun tidak langsung berperan terhadap
mortalitas dan morbilitas pada dewasa awal. Intoksikasi pada dewasa awal dapat
menyebabkan cedera berat dalam kecelakaan kedaraan bermotor yang dapat
mengakibatkan kematian atau kecacatan permanen. Penyalahgunan pada obat stimulan
dan depresan yang (“upper”) dapat menekan system kardiovaskuler dan persyarafan
yang dapat meluas sehingga menyebabkan kematian.
c) Kehamilan yang tidak diinginkan
Kehamilan yang tidak direncanakan meskipun lebih umum terjadi pada masa remaja,
sebanyak 55% kemamilan terjadi pada wanita dewasa awal dan tengah ( Alan
Guttmacher Institute). Kehamilan yang tidak direncanakan dapat mempunyai efek
fisik dan emosional jangka panjang pada masa awal dewasa. Kehamilan yang tidak
direncanakan adalah sumber stress yang berkelanjutan. Sering kali dewasa awal yang
mempunyai tujuan pendidikan, karier dan mengutamakan perkembangan keluarganya.
Gangguan pada tujuan tersebut dapat mempengaruhi hubungan masa depan dan
hubungan orang tua-anak nantinya.
d) Penyakit Menular Seksual (PMS)
Penyakit menular seksual yaitu sifilis, klamidia, gonore, herpes genital dan AIDS.
Penyakit sekual menular mempunyai efek yang cepat seperti keluarnya rabas,
ketidaknyamanan dan infeksi. PMS juga memicu gangguan kronis yang diakibatkan
penyakit herpes genital, infertilitas yang diakibatkan gonore atau bahkan kematian
yang disebabkan AIDS. Penyakit ini dapat terjadi pada orang yang aktif secara seksual
dan diperkirakan hampir dua pertiga kasus PMS terjadi pada individu berusia antara
15-24 tahun (Killion,1994).
2. Faktor Lingkungan dan Pekerjaan
Faktor lingkungan dan pekerjaan yang umum yaitu, paparan terhadap partikel
udara yang dapat menyebabkan penyakit paru dan kanker. Penyakit paru yang termasuk
silikosis berasal dari inhalasi bedak atau debu silikon dan emfisema karena kanker
disebabkan paparan tentang pekarjaan dapat menyerang paru, hati, otak, darah atau kulit.
Pertanyaan tentang paparan pekerjaan terhadap bahan-bahan berbahaya harus menjadi
bagian rutin pengkajian perawat.
3. Gaya hidup
Kebiasaan gaya hidup seperti merokok, stres, kurang large dan higiene personal
yang buruk meningkatkan risiko penyakit di masa depan. Riwayat penyakit dalam
keluarga seperti kardiovaskular, ginjal, endokrin atau neoplastik meningkatkan risiko
penyakit juga. Peran perawat dalam meningkatkan kesehatan yaitu mengidentifikasi
faktor yang meningkatkan risiko masalah kesehatan pada dewasa awal.
4. Perilaku dan Status Kesehatan
Status kesehatan seseorang sangat berkaitan dengan seberapa jauh pola kebiasaan
perilaku orang tersebut Kebiasaan perilaku yang sehat akan memberi pengaruh positif
pada kesehatannya, sebaliknya kebiasaan yang salah cenderung memberi dampak negatif.
Akibatnya, individu mudah terserang penyakit. Kasl & Cobb (dalam Sarafino, 1994)
mengemukakan tiga jenis upaya individu untuk mengatasi suatu penyakit dan
menipertahankan taraf kesehatan, yakni :
a. health behavior
adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan individu yang diyakini akan dapat
membangun kesehatannya dengan cara mencegah suatu penyakit atau menanggulangi
gangguan penyakitnya.
b. illness behavior
adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan orang yang sakit, guna memperoleh
informasi, nasihat atau cara penyembuhannya agar dirinya sehat kembali.
c. sick-role behavior .
adalah aktivitas yang dilakukan individu untuk proses penyembuhan dari rasa
sakitnya.

f. Perkembangan tahapan keluarga dewasa muda awal


a) Perkembangan fisiologis
Dewasa muda telah melengkapi pertumbuhan fisiknya pada usia 20 tahun. Pengecualian
pada hal ini adalah wanita hamil dan menyusui. Perubahan fisik, kognitif dan psikososial
serta masalah kesehatan pada wanita hamil dan keluarga usia subur sangat luas. Dewasa
awal biasanya lebih aktif, mengalami penyakit berat tidak sesering kelompok usia yang
lebih tua. Cenderung mengakibatkan gejala fisik dan sering menunda dalam mencari
perawatan kesehatan. Karakteristik dewasa muda mulai berubah mendekati usia baya.
Temuan pengkajian umumnya dalam batas normal, kecuali klien mempunyai penyakit.
b) Perkembangan kognitif
Kebiasaan berpikir rasional meningkat secara tetap pada masa dewasa awal dan
tengah. Pengalaman pendidikan formal dan informal, pengalaman hidup secara umum
dan kesempatan pekerjaan secara dramatis meningkatkan konsep individu, pemecahan
masalah dan keterampilan motorik.
Mengidentifikasi area pekerjaan yang diinginkan adalah tugas utama dewasa awal.
Ketika seseorang mengetahui persiapan pendidikannya, keahlian, bakat dan karakteristik
kepribadian. Pilihan pekerjaan menjadi lebih muda dan biasanya meraka akan lebih luas
dengan pilihannya. Akan tetapi, banyak dewasa awal kekurangan sumber dan system
pendukung untuk memfasilitasi pendidikan lebih lanjut atau pengembangan keahlian
yang diperluhkan untuk berbagai posisi pekerjaan. Akibatnya, beberapa dewasa awal
mempunyai pilihan pekerjaan yang terbatas.
c) Perkembangan spikososial
Kesehatan emosional dewasa awal berhubungan dengan kemampuan individu
mengarahkan dan memecahkan tugas pribadi dan social. Dewasa awal kadang terjebak
antara keinginan untuk memperpanjang masa remaja yang tidak ada tanggung jawab dan
memikul tanggung jawab dewasa. Namun pola tertentu atau kecenderungan relatif dapat
diperkirakan. Antara usia 23-28 tahun, arang dewasa memperbaiki perpepsi diri dan
kemampuan berhubungan. Dari usia 29-34 tahun orang dewasa mengarahkan kelebihan
energinyaterhadap pencapaian dan penguasaan dunia sekitarnya. Usia 35-43 tahun adalah
waktu ujian yang besar dari tujuan hidup dan hubungan. Perubahan telah dibuat dalam
kehidupan pribadi, sosial dan pekerjaan. Seringkali stress dalam ujian ini mengakibatkan
“krisi usia baya” ketika pasangan dalam pernikahan, gaya hidup dan pekerjaan dapat
berubah.
d) Stress pekerjaan
Stres pekerjaan dapat terjadi setiap hari atau dari waktu ke waktu. Kebanyakan
dewasa awal dapat mengatasi krisis dari hari ke hari. Stres situasi pekerjaan situasional
dapat terjadi ketika atasan baru memasuki tempat pekerjaan, tenggat waktu hampir dekat,
atau seorang pekerja diberi tanggung jawab baru atau besar. Kecenderungan terbaru pada
dunia bisnis saat ini dan faktor risiko stres pekerjaan menurun, yang memicu peningkatan
tanggung jawab pegawai dengan posisinya lebih sedikit dalam struktur perusahaan. Stres
pekerjaan juga terjadi jika seseorang tidak puas pada pekerjaan atau tanggung jawabnya.
Karena setiap individu menerima pekerjaan yang berbeda, maka tiap stresor bervariasi
pada setiap klien. Pengkajian perawat pada dewasa awal harus meliputi deskripsi
pekerjaan yang biasa dilakukan dan pekerjaan saat ini jika berbeda.
e) Stress keluarga
Stresor keluarga dapat terjadi setiap waktu dalam kehidupan keluarga. Kehidupan
keluarga ada puncaknya, karena setiap orang dalam keluarga bekerja sama, dan sampai
pada lembahnya, ketika setiap orang dalam keluarga memisahkan diri. Stresor situasi
terjadi pada peristiwa seperti pertengkaran, kematian, penyakit, perkawinan dan
kehilangan pekerjaan
g. Peran perawat dalam keluaraga
Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga
meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga disepanjang waktu.
Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau kurun waktu tertentu. Pada setiap
tahapan mempunyai tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat
dilalui dengan sukses

C. Konsep asuhan keperawatan keluarga


1. Pengkajian
a. Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga (sesuai dengan
materi askep keluarga).
b. Pengkajian yang berhubungan dengan dewasa muda awal
 Identitas
 Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari).
 Pertumbuhan dan prekembangannya saat ini (termasuk kemampuan yang telah
dicapai).
 Pemeriksaan fisik.
c. Lengkapi dengan pengkajian focus.
2. Diagnosa dan intervensi keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul yaitu :
Masalah potensial :
 Gangguan proses keluarga
 Gangguan penampilan
 Gangguan proses berpikir
 Gangguanpemeliharaan kesehat
 Gangguan peyalahgunaan zat
 Gangguan pola seksual
 Konflik peran keluarga
 Konflik pengambilan keputusan
 Ketidakefektifan koping keluarga
 Hambatan interaksi social
 Ketidakberdayaan
 Defisit pengetahuan
 Defisit perawatan diri
 Perubahan kebutuhan nutrisi
Masalah actual/resiko
 Risiko perubahan peran orang tua
 Risiko penularan infeksi
 Risiko kesepian
 Risiko cedera

Masalah potensial/kesejateraan :
 Potensial berkembangnya koping keluarga
 Potensial pemeliharaan kesehatan
3. Pengskoringan
Tabel : skala prioritas masalah keluarga

kriteria Bobot Skore

1. Sifat masalah
a. Aktual 3
(tidak/kurang
sehat) 1
b. Ancaman 2
kesehatan
c. Keadaan 1
sejahtera
2. Kemungkinan 2
masalah dapat di
ubah
a. Mudah 2
b. Sebagian 1
c. Tidak dapat 0
3. Potensi masalah
untuk dicegah
a. Tinggi 3 1
b. Cukup 2
c. Rendah 1

Cara melakukan skoringnya adalah :


1) Tentukan skor untuk setiap kriteria
2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan boboit
3) Jumlah skor untuk semua kriteria
4) Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor
diagnosa keperawatan keluarga Dalam menentukan prioritas, banyak faktor yang
mempengaruhi untuk kriteria yang pertama yaitu sifat masalah, skor yang lebih besar
(3) diberikan pada tidak/kurang sehat karna kondisi ini biasanya disadari dan disadari
dan dirasakan oleh keluarga, ancaman kesehatan skor dua dan keadaan sejahtera skor
satu.
Untuk kriteria kedua yaitu kemungkinan masalah dapat diubah,
perawat perlu memperhatikan faktor-fakor berkut :
1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah.
2) Sumber daya keluarga baik dalam bentuk fisik, keuangan maupun tenaga
3) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu
4) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi masyarakat dan
dukungan masyarakat
Untuk kriteria ketiga yaitu potensi masalah dapat dicegah, perawat
perlu memperhatikan faktor-faktor berikut :
1) Kepelikan masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah
2) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada
3) Tindakan yang sedang dijalankan, yaitu tindakan-tindakan yang tepat dalam
memperbaiki masalah
4) Adanya kelompok high risk atau kelompok yang sangat peka menambah masalah
Untuk kriteria keempat yaitu menonjolnya masalah, perawat perlu menilai
persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut.

4. Intervensi keperawatan
a. Menyusun prioritas
Friedman (1998:64), menjelaskan perencanaan perawatan meliputi seleksi
bersama yang dirancang untuk mencapai tujuan. Faktor penetapan prioritas
perasaan peka terhadap klien dan efek terpeutik terhadap tindakan dimasa
mendatang.
b. Menyusun tujuan
Friedman (1998:64) menjelaskan perencanaan meliputi perumusan tujuan yang
berorientasi kepada klien kemungkinan sumber-sumber penggambaran
pendekatan alternatif untuk memenuhi tujuan dan operasional perencanaan.
Ada 3 kegiatan menurut Friedman (1998:64) yaitu:
1. Tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur langsung dan spesifik
2. Tujuan jangka menengah
3. Tujuan akhir atau jangka panjang yang sifatnya umum dan mempunyai
tujuan
c. Menentukan kriteria dan standar evaluasi.
Kriteria yang akan dicapai adalah respon verbal, afektif dan psikomotor
keluarga mengenai penjelasan tentang masalah kesehatan (Friedman:1998:71)

5. Evaluasi
Evaluasi didasarakan pada tujuan yang hendalk dicapai mengacu pada kriteria hasil
yang telah ditetapkan.Perawat selalu memberi kesempatan pada keluarga untuk
menilai keberhasilannya kemudian arahkan sesuai dengan tugas perkembangan
keluarga dibidang kesehatan.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
2. Nama Kepala keluarga (KK) : Tn. S
3. Usia : 46 tahun
4. Pendidikan : perguruan tinggi
5. Pekerjaan : Guru
6. Alamat : kampong baru
a. Komposisi kelurga

No Nama Jenis Hub. Dg Umur Pendidikan Pekerjaan


kelamin keluarga
1 Tn. S L KK 49 th Perguruan Guru
Tinggi
2 Ny. R P Istri 45 th SMA IRT
Pergutuang
3 An. T P Anak 22 th suwasta
tinggi
4 An. N P Anak 17 th SMA Pelajar

b. genogram

Keterangan:
Laki- laki :Meninggal
Perempuan :tinggal serumah
klien
c. Tipe keluarga
Keluarga TN. S termasuk tipe keluarga pasangan suami dan istri bekerja dimana
bekerja sebagai guru dan jarang berkumpul dengan keluarga selama periode tertentu
dalam siklus kehidupan berkeluarga.
d. Suku bangsa
Bahasa yang digunakan adalah bahasa luwu. Tn. S adalah penduduk luwu asli dan
berasal dari suku toraja. Dalam keluarganya tidak terdapat adat istiadat yang
mengikat, dan tidak ada pantangan atau hal–hal yang lain asalkan tidak bertentangan
dengan budaya dan agama tertentu menurut kebiasaan atau budaya yang berhubungan
dengan kesehatan dirasakan tidak ada.
e. Agama
Semua anggota keluarga beragama islam, taat menjalankan shalat 5 waktu. Sering
kali tidak melakukan shalat berjamaah dikarenakan jarang sekali terdapat waktu
untuk kumpul.
f. Status sosial ekonomi keluarga
Tn. S bekerja sebagai guru, dengan penghasilan rata–rata tiap bulan Rp. 2.000.000,00.
Sedangkan Ny. T sebagai seorang Ibu RT yang berpenghasilan sama dengan suami.
Dari pengasilan tersebut akan dibagi untuk kebutuhan sehari – hari dan sisanya
ditabung untuk mengantisipasi jika ada kebutuhan yang tidak terduga.
g. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga melakukan rekreasi satu tahun hanya satu kali yaitu pada saat lebaran.
Untuk rekreasi sehari–hari yaitu dengan menonton TV bersama keluarga.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
- Memperluas pengetahuan untuk menghadapi anak dewasa awal
- Membantu anak untuk mandiri
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Berdasarkan hasil wawancara dengan Tn.S, beliau mengatakan tugas
perkembangan menghadapi anak usia dewasa awal belum terpenuhi semua, Tn.S
belum bisa menyiapkan anak–anaknya untuk mandiri dan tanggung jawab karena
kesibukan.
c. Riwayat keluarga inti
Tn. S mengatakan semua anggota keluarganya sehat dan tidak mempunyai
penyakit keturunan.
d. Riwayat keluarga sebelumnya
Keluarga dari pihak bapak dan ibu saat ini hubungannya baik, dan
saudara–saudaranya tinggal berjauhan dengan keluarga, tidak ada konflik dalam
berhubungan.
3. Lingkunngan
a. Dena rumah

b. Karakteristik rumah
Rumah Tn. S merupakan rumah permanen dengan ukuran panjang ± 17 meter dan
lebar 9 meter. Di rumah tersebut terdapat :
 Kamar tidur (terdapat 3 kamar tidur, 2 kamar tidur berada di depan ruang tamu,
kamar tidur berada di samping ruang makan).
 Ruang tamu berukuran 2 x 2,5 meter, Ruang tamu rapih dan bersih, terdapat
kursi dan meja tamu, serta foto-foto keluarga yang terpajang di dinding
 Ruang makan Tn. S biasanya bergabung dengan ruang keluarga atau ruang
menonton TV.
 Kamar mandi bergabung dengan WC berjumlah 2.
 Lantai rumah Tn. S terbuat dari tehel. Atap rumah dari seng. Ventilasi ada
beberapa yaitu : di ruang tamu ada 3 jendela, di kamar tidur masing-masing 1
jendela, serta dapur 2 jendela. Kamar tamu ada 1 buah lampu 10 watt, masing–
masing kamar teradapat satu buah lampu 8 watt dan dapur terdapat lampu
15watt.
 Sumber air keluarga berasal dari PDAM. Untuk pembuangan sampah
dilakukan penampungan dulu di ember sampah kemudian di pindah di tempat
pembuangan sampah yang telah disediakan pemerintah.
c. Karakteristik tetangga dan komunitas
Lingkungan rumah tangga banyak yang berasal dari jawa jadi mempunyai
adat kebiasaan yang sama. Pergaulan dengan lingkungan cukup baik, meskipun
Tn. S dan Ny. T sibuk bekerja dan jarang sekali ngobrol dengan tetangganya.
d. Mobilitas Geografis keluarga
Keluarga Tn. S Keluarga terkadang bepergian ke tempat-tempat yang jauh untuk
bersilaturahmi dengan keluarga.Kegiatan rutin Tn. S adalah beraktivitas sebagai
pedagang coklat yang berada di belakang rumah, karena di belakang rumah
merupkan pasar tradisional, aktivitas lainnya menonton TV dan mengikuti kegiatan
keagamaan.Tempat tinggal keluarga juga tidak berpindah – pindah.
e. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Tn. S mengatakan setiap hari raya semua anak-anak dan keluarga Tn. S
berkumpul di rumah.Saudara-saudara Tn. S yang berada di sekitar rumah sering
datang berkunjung.Istri Tn. S rutin mengikuti kegiatan, seperti pengajian.
f. Sistem pendukung keluarga
Tn. S memiliki tetangga yang baik yang berada di sekitar rumahnya sehingga
sewaktu-waktu dapat dimintai bantuan. Tn. S memiliki BPJS.Jika sakit biasanya
keluarga Tn. S dibawa ke Dokter
4. Struktur keluarga
1. Pola komunikasi Keluarga
Pola komunikasi yang digunakan adalah pola komunikasi terbuka. Setiap anggota
keluarga bebas menyampaikan keluhan ataupun anggapan, hal ini dapat terlihat dari
pembicaraan anggota keluarga saat perawat berkunjung.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Dalam keluarga Tn.S, sebagai pengambil kepetusan karena Tn.S sebagai kepala
keluarga. Dan kalau ada pendapat dari anggota keluarga maka akan dibicarakan
bersama. Dalam menyelesaikan masalah atau memutuskan sesuatu harus
berdasarkan hasil keputusan bersama.
3. Stuktur Peran
Tn. S sebagai kepala keluarga yang memenuhi semua kebutuhan ekonomi
keluarga dan Ny.S sebagai ibu rumah tangga yang mengerjakan dan mengatur semua
pekerjaan rumah seperti: memasak, mengurus anak, menyapu, memenej keuangan
dan semua pekerjaan rumah.

4. Nilai dan norma budaya


Menurut Tn.S, semua anggota keluarganya berusaha menyesuaikan dengan
lingkungan sekitarnya, nilai yang ada dikeluarga merupakan gambaran nilai dari
agama yang dianut, tidak terlihat adanya konflik dalam nilai dan tidak ada yang
mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga dalam menggunakan nilai yang
diyakini oleh keluarga dan juga tidak bertentangan dengan masyarakat sekitarnya

5. Fungsi keluarga

a. Fungsi Afektif
Keluarga Tn. S mengatakan berusaha memelihara keharmonisan antar anggota
keluarga, saling menyayangi, dan menghormati.Keluarga Tn. S sangat harmonis,
rukun dan tentram. Apabila ada anggota yang membutuhkan atau sakit maka
keluarga yang lain berusaha membantu.
b. Fungsi Sosialisasi
Tn. S mengatakan interaksi antar anggota keluarga berjalan dengan baik.Keluarga
Tn. S berusaha untuk tetap memenuhi aturan yang ada keluarga, misalnya saling
menghormati dan menghargai. Keluarga juga mengatakan mengikuti norma yang ada
di masyarakat sekitar, sehingga dapat menyesuiakan dan berhubungan baik dengan
para tetangga atau masyarakat sekitar.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
 Kemampuan mengenal masalah kesehatan
Keluarga mengatakan mengetahui penyakit di keluarganya tetapi tidak
mengetahui sama sekali apa penyebabnya. Keluarga Tn. S mengatakan hanya
sedikit mengetahui tentang tanda dan gejala, serta tidak mengetahui apa-apa saja
yang harus dihindari untuk mencegah terjadinya penyakit pada Tn. S.
 Kemampuan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan.
Keluarga terus mengingatkan kepada Tn. S untuk tidak banyak melakukan
aktivitas dan beristirahat saja jika merasa tidak enak badan.
 Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Jika keluarga yang sakit, hal pertama yang dilakukan adalah mengecek tekanan
darah dan mengkaji penyebab dari penyakit tersebut.Jika sakitnya berlarut segera
dibawa ke Dokter.
 Kemampuan keluarga memelihara/ memodifikasi lingkungan rumah yang sehat
 Keluarga mengatakan tiap hari selalu membersihkan lingkungan rumahnya
(menyapu, mengepel). Untuk pembuangan sampah dilakukan penampungan dulu
di ember sampah kemudian di pindah di tempat pembuangan sampah yang telah
disediakan pemerintah.
 Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan
setempat
Keluarga Tn. S mengatakan jika ada keluarga yang sakit segera dibawa ke
Dokter, dan jika perlu rujukan dibawa ke Puskesmas terdekat.Tn. S seringkali
tidak mau dibawa ke pelayanan kesehatan kecuali benar-benar dirasa parah.
d. Fungsi Reproduksi
Tn. S dan istri memiliki 2 orang anak, Ny. T mengatakan belum terlalu mengetahui
tentang KB.
e. Fungsi Ekonomi
Keluarga Tn. S termasuk keluarga mampu, hal ini dapat dilihat dari penghasilan
keluarga tiap bulannya sekitar Rp.1.200.000/perbulan.Keluarga Tn. S dapat
memenuhi setiap kebutuhan sandang, pangan dan papan walaupun dengan kapasitas
seadanya
5. Stres Dan koping Keluarga
a. Stressor Jangka Pendek Dan Panjang
 Stresor jangka panjang
Keluarga Tn. S mengatakan hampir tidak pernah mengalami stres baik itu stres
jangka panjang ( > 3 bulan ) maupun jangka pendek.
b. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi/Stressor
Pemecahan masalah dalam keluarga Tn. S biasanya dengan cara musyawarah antar
anggota keluarga, kadang juga melibatkan istri dan anaknya. Dalam menentukan
pengobatan yang harus dijalani salah satu anggota keluarga, An.H pengambil
keputusan karena An. S yang dianggap mampu dan memiliki fisik yang kuat serta
tahu masalah kesehatan karena berkuliah di kampus kesehatan.
c. Strategi Adaptasi Disfungsional
Dalam menghadapi suatu permasalahan keluarga Tn. S biasanya
mengkonsentrasikan pada bagaimana cara pemecahan masalah tersebut. Sehingga
keluarga tidak terganggu dalam melakukan pekerjaan keseharian.

7. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan
No Tn. S Ny. T An. H An. N
Fisik

1 Kepala Simetris, Simetris, Simetris, rambut Simetris, rambut


rambut rambut berwarna hitam, berwarna hitam, tidak
berwarna berwarna tidak ada ada ketombe.
hitam, tidak hitam, tidak ketombe.
ada ketombe. ada
ketombe.

2. Leher Leher terlihat Leher Leher terlihat Leher terlihat simetris,


simetris, terlihat simetris, tidak ada tidak ada gangguang
tidak ada simetris, gangguang fungsi fungsi dan kelainan
gangguang tidak ada dan kelainan anatomis, tidak teraba
fungsi dan gangguang anatomis, tidak adanya pembesaran
kelainan fungsi dan teraba adanya kelenjar tiroid
anatomis. kelainan pembesaran (struma).
Akan tetapi anatomis, kelenjar tiroid
Tn. S tidak teraba (struma).
mengatakan adanya
terasa berat pembesaran
pada kelenjar
tiroid
tengkuk. (struma).

3. Mata Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak


tidak terlihat tidak terlihat anemis, terlihat anemis, tidak
anemis, tidak terlihat tidak ada katarak, ada katarak,
ada katarak, anemis, penglihatan jelas penglihatan jelas
penglihatan tidak ada
jelas katarak,
penglihatan
jelas

4. Telinga Simetris, Simetris, Simetris, keadaan Simetris, keadaan


keadaan keadaan bersih,Fungsi bersih,Fungsi
bersih,Fungsi bersih,Fung pendengaran baik pendengaran baik
pendengaran si
baik pendengara
n baik

5. Hidung Simetris,kead Simetris,kea Simetris,keadaan Simetris,keadaan


aan daan bersih,Tidak ada bersih,Tidak ada
bersih,Tidak bersih,Tida kelainan yang kelainan yang
ada kelainan k ada ditemukan ditemukan
yang kelainan
ditemukan yang
ditemukan

6. Mulut Mukosa Mukosa Mukosa mulut Mukosa mulut


mulut mulut lembab,keadaan lemb,keadaan
lembab,kead lembab,kea bersih,Tidak ada bersih,Tidak ada
aan daan kelainan kelainan
bersih,Tidak bersih,Tida
ada kelainan k ada
kelainan

7. Dada Pergerakan Pergerakan Pergerakan dada Pergerakan dada


dada terlihat dada terlihat terlihat simetris, terlihat simetris, suara
simetris, simetris, suara jantung S1 jantung S1 dan S2
suara jantung suara dan S2 tunggal,tidak terdapat
S1 dan S2 jantung S1 tunggal,tidak palpitasi, suara mur-
tunggal,tidak dan S2 terdapat palpitasi, mur (-), ronchi (-),
terdapat tunggal,tida suara mur-mur (- wheezing (-)
palpitasi, k terdapat ), ronchi (-),
suara mur- palpitasi, wheezing (-)
mur (-), suara mur-
ronchi (-), mur (-),
wheezing (-) ronchi (-),
wheezing (-
)

8. Abdomen Pada Pada Pada pemeriksaan Pada pemeriksaan


pemeriksaan pemeriksaa abdomen tidak abdomen tidak
abdomen n abdomen didapatkan didapatkan adanya
tidak tidak adanya pembesaran hepar,
didapatkan didapatkan pembesaran tidak kembung,
adanya adanya hepar, tidak pergerakan peristaltik
pembesaran pembesaran kembung, usus 35x/mnt, tidak
hepar, tidak hepar, tidak pergerakan ada bekas luka operasi
kembung, kembung, peristaltik usus
pergerakan pergerakan 35x/mnt, tidak
peristaltik peristaltik ada bekas luka
usus usus operasi
35x/mnt, 35x/mnt,
tidak ada tidak ada
bekas luka bekas luka
operasi operasi

9. TTV dan TD : TD : N: 84 x/mnt N: 82 x/mn


ekstremitas 140/100 110/90mm
mmHg, Hg, S: 37,2OC S: 370C

N : 94 x/m, N : 80 x/m, R: 18 x/mnt R: 20 x/mnt

S : 360C S : 36 0C

R: 20x/m R: 20x/m

8. Harapan Keluarga
Keluarga berharap perawat dapat memberikan informasi kesehatan sehingga
anggota keluarga dapat memelihara kesehatannya.
B. Diagnosa Keperawatan Keluarga
1. Prioritas Masalah
a. Kecemasan orang tua terhadap pelepasan anak dewasa awal b.d kurangnya
kemandirian anak

KRITERIA PERHITUNGAN SKORE


Sifat masalah
(bobot 1)
Skala :
3/3 x 1 1
3 : Aktual
2 : Resiko
1 : Sejahtera
Kemungkinan masalah
dapat diubah (bobot 2)
Skala :
1/2 x 2 1
2 : Mudah
1 : Sebagian
0 : Tidak dapat
Potensial masalah untuk
dicegah (bobot 1)
3 : Tinggi 3/3 x 1 1
2 : Cukup
1 : Rendah
Menonjolnya masalah
(bobot 1)
2 : Berat, segera
2/2 x 1 1
ditangani
1 : Tidak perlu segera
ditangani
0 : tidak dirasakan

Total 4
b. Ketakutan orang tua b.d perpisahan dengan anaknya

KRITERIA PERHITUNGAN SKORE


Sifat masalah
(bobot 1)
Skala :
2/3 x 1 2/3
3 : Aktual
2 : Resiko
1 : Sejahtera
Kemungkinan masalah
dapat diubah (bobot 2)
Skala :
2/2 x 2 2
2 : Mudah
1 : Sebagian
0 : Tidak dapat
Potensial masalah untuk
dicegah (bobot 1)
3 : Tinggi 2/3 x 1 2/3
2 : Cukup
1 : Rendah
Menonjolnya masalah
(bobot 1)
2 : Berat, segera
ditangani 2/2 x 1 1
1 : Tidak perlu segera
ditangani
0 : tidak dirasakan
Total 3 4/3

Maka prioritas masalah adalah sebagai berikut :


N Diagnosa Keperawatan Skore
o
Kecemasan orang tua terhadap pelepasan anak dewasa

1 awal b.d ketidak mampuan keluarga mengatasi masalah 4


kemandirian anak
Resiko tinggi Ketakutan orang tua b.d perpisahan
2 3 4/3
dengan anaknya

C. Rencana asuhan keperawatan

No
Tujuan Kriteria Intervensi
Dx
1. Setelah dilakukan Non verbal  Identifikasi factor
pendidikan kesehata penyebab kecemasan
dan penjelasan, pada keluarga
keluarga dapat  Jelaskan pada keluarga
mengatasi masalah tentang pelepasan anak
dengan kriteria : dewasa awal
 Keluarga  Berikan penyuluhan
mengetahui cra tentang pelepasan
untuk mencegah anak usia dewasa awal
kecemasan  Berikan penyuluhan
tentang cara mengatasi
kecemasan
 Berikan penyuluhan
kemandirian pada anak

2. Setelah dilakukan Verbal  Indentifikasi penyebab


pendidikan pengetahuan ketakutan pada
keperawatan keluarga
keluarga, mampu  Jelaskan pada keluarga
mengatasi masalah tentang bagaimana
ketakutan perlunya menerima
ketakutan
 Berikan cara-cara
untuk mehilangkan
ketakutan

D. Implementasi dan Evaluasi

No Dx dan Implementasi Evaluasi


Tanggal
1 Diagnosa 1 a. Memberikan penjelasan pada S :Ny.T mengatakan lega
22-08-2019 keluarga tentang pelepasan dan mengerti
anak dewasa awal O : keluarga tampak
b. Diskusikan dengan keluarga senang dan mampu
masalah yang menjadi mengatasi masalah
penyebab kecemasan A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
2 Diagnosa II a. Menjelaskan penyebab S : keluarga mengatakan
23-08-2019 ketakutan pada keluarga Sudah mengerti cara
b. Menjelaskan hal-hal untuk mengatasi ketakutan
mengatasi ketakutan O : klien tampak sudah
c. Mengidentifikasi paham
kemungkinan penyebab A : masalah sudahteratasi.
terjadinya ketakutan P : intervensi dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai