Selviana Exo - Demam Tipoid
Selviana Exo - Demam Tipoid
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyebaran geografis dan musim : Kasus-kasus demam typhoid terdapat
ada perbedaan antara jenis kelamin lelaki atau perempuan. Umumnya penyakit
itu lebih sering diderita anak-anak. Orang dewasa sering mengalami dengan
gejala yang tidak khas, kemudian menghilang atau sembuh sendiri. Persentase
penderita dengan usia di atas 12 tahun seperti bisa dilihat pada tabel di bawah
tahun 5 – 10 %.
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan
pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Mansjoer, 2000). Demam typoid dan
demam paratypoid adalah infeksi akut usus halus. Demam thypoid adalah infeksi
demam sistemik akut yang nyata pada fogosit mononuclear dan membutuhkan
dapat disimpulkan bahwa thypoid adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep medis demam thypoid?
2. Bagaimana bentuk asuhan keperawatan teori demam thypoid?
3. Bagaimana bentuk asuhan keperawatan kasus demam thypoid?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep medis demam thypoid?
2. Untuk mengetahui Bagaimana bentuk asuhan keperawatan teori demam
thypoid?
3. Untuk mengetahui Bagaimana bentuk asuhan keperawatan kasus demam
thypoid?
2
BAB II
A. Definisi
Thypoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infelsi
salmonella thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh feses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada
demam paratypoid adalah infeksi akut usus halus. Demam thypoid adalah infeksi
demam sistemik akut yang nyata pada fogosit mononuclear dan membutuhkan
dapat disimpulkan bahwa thypoid adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan
B. Etiologi
Etiologi Penyebab demam thypoid adalah Salmonella thyposa, basil gram
kurangnya empat macam antigen yaitu antigen O (somatic), H (flagella), Vi, dan
(1996) penyebaran thypoid tidak bergantung pada iklim, tetapi banyak di jumlah
3
di negara yang beriklim tropis. Hal ini disebabkan karena penyediaan air bersih,
C. Patofisiologi
Kuman Salmonella typosa masuk melalui mulut, setelah melewati aliran
selanjutnya akan kedinding usus halus melalui aliran limfa ke kelenjar mesentrium
gejala klinik (asimtomatik) seperti mual, muntah, tak enak badan, nafsu makan
menurun, pusing karena segera diserbu sel sistem retikulo endotetial. Tetapi
sehingga timbul gejala demam dan apabila demam tinggi tidak segera diatasi
maka dapat terjadi gangguan kesadaran dalam berbagai tingkat. Setelah dari
nyeri tekan, terutama pada folikel limfosial dan apabila kuman tersebut
perbaikan dan apabila tidak dihancurkan akan menyebar keseluruh organ sehingga
D. Manifestasi klinis
Gejala dapat timbul secara tiba-tiba / berangsur-angsur yaitu antara 10 sampai
4
demam, rasa tidak enak di perut dan nyeri di seluruh badan. Minggu pertama
keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu :
demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, konstipasi/
diare, perasaan tidak enak pada perut, batuk dan epistaksis. Pada minggu kedua
gejala-gejala menjadi lebih jelas yaitu : demam, bradikardi relatif, lidah yang khas
(kotor ditengah, tepi dan ujung merah dan tremor), hepatomegali, splenomegali,
E. Penatalaksanaan
Penalaksanaan thypoid terdiri dari 3 bagian yaitu :
minimal 7 hari. Besar demam / kurang lebih selama 14 hari. Maksud tirah
dekubitus.
2. Diet Dimasa lalu penderita tifoid diberi bubur saring, kemudian bubur kasar
tidak menyukai bubur saring karena tidak sesuai dengan selera mereka.
Karena mereka hanya makan sedikit dan ini berakibat keadaan umum dan gizi
5
padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran
dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman pada penderita tifoid.
orang dewasa 4x.500 mg sehari oral atau intravena sampai 7 hari bebas
kontrimoksazol demam pada demam tifoid turun rata-rata setelah 5-6 hari.
75-150 mg/kg berat badan sehari, digunakan sampai 7 hari bebas demam.
Dengan ampicillin dan amoksisilin demam pada demam tifoid turun rata-
6
untuk demam thypoid, tatapi dan lama pemberian yang oktimal belum
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan thypoid adalah pemeriksaan
sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam thypoid, jumlah leukosit pada
thypoid. Hal ini dikarenakan hasil biarkan darah tergantung dari beberapa
faktor:
hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biarkan yang
digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam
7
Biarkan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu
serum klien dengan thypoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasi.
Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspense salmonella yang
sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah
menderita thypoid.
G. Komplikasi
1. Komplikasi intestinal
a. Perdarahan usus
b. Perporasi usus
c. Ilius paaralitik
2. Komplikasi ekstra intestinal
a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),
hemolitik
c. Komplikasi paru : pneumonia empyema dan pleuritis
d. Komplikasi pada hepar : hepatitis dan kolesistisis
e. Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonephritis dan perinefritis
8
f. Komplikasi pada tulang : osteomyelitis, osteoporosis
g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis dan
sindroma katatonia.
9
BAB III
A. Pengkajian
1. Data Umum
Identitas klien meliputi nama, umur, alamat, agama, tanggal amsuk RS/RB,
a. Health Promotion
1) Keadaan umum (Alasan masuk Rumah Sakit, TTV)
2) Riwayat masa lalu (penyakit, kecelakaan, dll) :
3) Riwayat pengobatan
4) Kemampuan mengontrol kesehatan (Yang dilakukan bila sakit, Pola
hidup
5) Faktor Sosial Ekonomi (penghasilan/asuransi kesehatan, dll) :
6) Pengobatan sekarang :
b. Nutrition
1) A (Antropometri) meliputi BB, TB, LK,LD,LILA,IMT)
2) B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abnormal :
3) C (Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosa
rumah sakit :
6) F (Faktor) meliputi penyebab masalah nutrisi: (kemampuan menelan,
mengunyah, dll) :
7) Penilaian Status Gizi :
8) Pola Asupan Cairan :
10
9) Cairan masuk :
10) Cairan Keluar :
11) Penilaian Status Cairan (balance cairan) :
12) Pemeriksaan Abdomen (IPPA)
c. Elimination
1) Sistem Urinary (Pola pembuangan urine, Riwayat kelainan kandung
penyebab konstipasi)
3) Sistem Integument (Kulit)
d. Activity/Rest
1) Istirahat/tidur (Jam tidur, Insomnia, Pertolongan untuk merangsang
tidur
2) Aktivitas (Pekerjaan, Kebiasaan olahraga, ADL, Kekuatan otot,
(IPPA))
4) Pulmonary respon (Penyakit sistem nafas, Penggunaan O2,
paru (IPPA))
e. Perception/Cognition
1) Orientasi/kognisi (Tingkat pendidikan, Kurang pengetahuan,
11
Identitas seksual (Masalah/disfungsi seksual, Periode menstruasi, KB,
masalah)
k. Safety/Protection
Alergi (Penyakit autoimune, Tanda infeksi, Gangguan thermoregulasi,
Gangguan/resiko)
l. Comfort
1) Kenyamanan/Nyeri (PQRST)
2) Rasa tidak nyaman lainnya
3) Gejala yang menyertai
m. Growth/Development (Pertumbuhan dan perkembangan )
3. Pemeriksaan GCS
GCS/AVPU
Menurut (Heriana, 2014, hal. 63-65) ada tiga hal yang dinilai dalam penilaian
Nilai
Mata membuka spontan, misalnya sesudah disentuh
4:
Nilai Dapat membuka mata jika diajak bicara, dipanggil
12
1: nyeri
3: dibicarakan
Mampu bersuara namun tidak dapat ditangkap secara
c. Respon motorik
6: genggaman.
Nilai Mampu menunjuk tepat, tempat rangsang nyeri yang
13
muskulus trapizius
4: diberikan
Bila diberi rangsangan nyeri bahu mengalami fleksi
3: mengepal
Bila diberi rangsang nyeri bahu mengalami ekstensi
2: mengepal,
Nilai
Sama sekali tidak ada respons
1:
d. Skor penilaian GCS :
14
6) GCS <5: Koma
B. Analisa Data
DO : Pengaruh Hipertermia
1. Pasien mengatakan
badannya terasa
panas
2. Pasien rnengeluh
pusing
DO: Peradangan usus halus Nyeri Akut
1. Pasien tampak
meringis kesakitan
jika perutnya
ditekan
2. Ekspresi wajah
pasien tegang
3. Skala nyeri 3
4. Leukosit = 12.200
uI
DS:
15
1. Pasien rnengeluh
nyeri epigastrium
2. Pasien mengatakan
mual
DO: Intake yang kurang Ketidakseimbangan
kg
7. Setelah sakit = 24 kg
DS :
1. Pasien mengatakan
nafsu makannya
berkurang
2. Pasien mengatakan
mual
3. Pasien. Mengatakan
C. Diagnosa
16
Tujuan dan
Intervensi
No Diagnosa Rasional
Kriteria Hasil NOC
(NIC)
17
kebutuhan 4. Memberikan
5. berikan medikasi
informasi
yang tepat untuk
mengenai
mencegah atau
tanda yang
mengontrol
memungkink
menggigil
an gejala
muncul
kembali
2. Nyeri Akut Setelah 1. Kaji keluhan
1. Nyeri
berhubungan dilakukan nyeri, lokasi,
merupakan
dengan agens asuhan lamanya
pengalaman
cedera keperawatan serangan, faktor
subyektif
biologis (mis: selama 2x 24 pencetus / yang
dan harus
infeksi, jam memperberat.
2. Pertahankan tirah dijelaskan
iskemia, 1. Pasien sering
baring, posisi oleh pasien.
nioplasma) menunjukka
semi fowler Identifikasi
(12,1,00132) n atau
dengan tulang karakteristi
mengenali
spinal, pinggang k nyeri dan
kapan nyeri
dan lutut dalam faktor yang
terjadi
2. Pasien keadaan fleksi, berhubunga
18
mengenali kebutuhan
4. Berikan relaksan penting
apa yang
otot yang untuk
terkait
diresepkan, memilih
dengan
analgesik, dan intervensi
gejalah nyeri
agen anti yang cocok
evaluasi mengevalua
keefektifan si
keefektifan
dari terapi
yang
diberikan
2. Pertahanka
n tirah
baring,
posisi semi
fowler
dengan
tulang
spinal,
pinggang
dan lutut
dalam
19
keadaan
fleksi,
posisi
telentang
3. Untuk
menghindar
i adanya
cidera
4. Agen-agen
ini secara
sistematik
menghasilk
an relaksasi
umum dan
menurunka
n inflamasi.
3. Ketidakseimb Setelah 1. Kaji nutrisi pasien 1. mengetahui
2. Jelaskan pada
angan nutrisi dilakukan langkah
pasien dan
kurang dari perawatan 2 x pemenuhan
keluarga tentang
kebutuhan 24 jam nutrisi
manfaat 2. untuk
tubuh 1. Nafsu makan
makan/nutrisi meningkatk
berhubungan bertambah 3. Timbang berat
2. menunjukka an
dengan badan klien stiap
20
intake yang n berat badan 2 hari. pengetahua
4. Beri nutrisi
kurang. stabil/ideal n klien
3. nilai bising dengan diet
(2,1,00002) tentang
usus/peristalt lembek, tidak
nutrisi
ik usus mengandung
sehingga
normal (6-12 banyak serat,
motivasu
kali per tidak merangsang
makan
menit) nilai maupun
meningkat
laboratorium menimbulkan 3. untuk
meningkatk
an asupan
makanan
karena
mudah
ditelan
5. untuk
menghindar
i mual dan
21
muntah.
D. Implementasi
) nyaman. perut
4. Mengajarkan teknik
O: pasien nampak rileks
relaksasi
5. Memberikan motivasi A: Masalah teratasi
22
analgesik distraksi (nafas dalam) bila
nyeri timbul
sesuai program
BAB IV
23
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS DEMAM TIFOID
Kasus
Pada tanggal 10 mei 2019 pukul 19.45 WIB An. T 9 th, di bawa ke IGD PKU
Muhammadiyah Gombong dengan keluhan panas sejak 5 hari yang lalu, pusing, mual,
lemas. Pada saat di IGD pasien mendapatkan terapy Aminopilin 2x300 g/l, amoxilin
g/l, Infus RL 12tpm, puyer (Paracetamol 250mg 3x1). Tanda tanda vital, TD: 110/70,
Nadi di IGD; 110 x/mnt, suhu; 40º C, RR ; 16x/mnt. BB: 21 Kg. Pasien dibawa ke
bangsal Inayah sekitar jam 20.00 WIB. Pada saat di ruangan Kondisi klien tampak
lemas, akral hangat, pusing, pasien mual, tidak mau makan, tanda tanda vital; TD:
A. Pengkajian Keperawatan
Nama Mahasiswa : Selviana
Semester/Tingkat : VI/III
Tempat Praktik :
Tanggal Pengkajian :
1. Data Umum
a. Nama Insial Klien : An. T
b. Umur : 9 th
c. Alamat : Wonorejo, karanganyar
d. Agama : Islam
e. Tanggal masuk RS/RB : 10 Mei
f. Nomor Rekam Medis :
g. Diagnosis Medis : Demam Tifoid
h. Bangsal : Inayah
2. Pengkajian 13 Domain Nanda
a. Health Promotion
1) Keadaan umum
a) Alasan masuk Rumah Sakit :
24
Demam tinggi sejak 5 hari yang lalu, pusing, mual, lemas
b) Tekanan darah : 110/70 mmHg
c) Nadi : 110 x/mnt
d) Suhu : 40º C
e) Respirasi : 16x/mnt.
2. Riwayat masa lalu (penyakit, kecelakaan, dll) :
Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah sakit yang
3. Riwayat pengobatan
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak pernah mengonsumsi
obat/jamu sebelumnya.
Keteranga
N
o Nama obat/jamu Dosis n
1. - - -
2.
hanya makan pagi dan sore saja dan paling hanya 8- 10 sendok
25
makan, pada saat dikaji ibu klien mengatakan klien makan
6. Pengobatan sekarang :
b. Nutrition
1) A (Antropometri) meliputi BB, TB, LK,LD,LILA,IMT)
a) BB biasanya : 24 kg dan BB sekarang : 21 kg
b) Tinggi badan : 119 cm
c) Lingkar perut : 56 cm
d) Lingkar kepala : 49 cm
e) Lingkar dada : 60 cm
f) Lingkar lengan atas : 18 cm
g) IMT : 14,8
2) B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abnormal :
26
3) C (Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosa
klien susah makan sejak sebelum sakit biasanya hanya makan pagi
dan sore saja dan paling hanya 8- 10 sendok makan, pada saat dikaji
ibu klien mengatakan klien makan hanya 1-3 sendok. Ibu klien
rumah sakit :
Sebelum sakit klien tidak ada keluhan dalam aktifitasnya, dapat
mengunyah, dll) :
Ibu klien mengatakan tidak ada masalah nutrisi pada anaknya,
24 kg menjadi 21 kg.
27
8) Pola Asupan Cairan : Sebelum sakit klien minum susu 1-3 gelas
perhari, selama sakit klien minum susu 1 gelas dan kadang minum
air putih
9) Cairan masuk :
Pasien mendapatkan terapi cairan IV RL, klien minum susu 1 gelas
kemih
c) Pola urine (jumlah, warna, kekentalan, bau) : pola urine normal
d) Distensi kandung kemih/retensi urine
2) Sistem Gastrointestinal
a) Pola eliminasi
Sebelum sakit klien biasanya BAB 1x /hari
Pada saat dikaji klien BAB 1x konsistensi padat
b) Konstipasi dan faktor penyebab konstipasi
Nutrisi yang tidak terpenuhi dengan baik dan muntah
3) Sistem Integument
a) Kulit (integritas kulit/hidrasi/turgor/warna/suhu)
Warna sawo matang, kulit teraba hangat, kuku pendek dan
28
sakit klien tidur sekitar jam 20.00 sampai jam 05.00, tidur
diperintahkan.
g) Resiko untuk cidera : resiko terjadinya cedera rendah
3) Cardio respons
29
a) Penyakit sistem nafas : pasien tidak memiliki penyakit system
pernapasan
b) Penggunaan O2 : tidak ada penggunaan O2
c) Kemampuan bernapas : baik
d) Gangguan pernapasan (batuk, suara nafas, sputum, dll) : tidak
berkomunikasi
f. Selfperception
1) Self-concept/self-estrem
30
a) Perasaan cemas/takut : Ibu klien mengatakan pingin anaknya
asa, hanya saja ibunya ingin agar anaknya cepat sembuh karena
untuk mencederai
d) Adanya luka/cacat : tidak ada luka/cacat
g. Role Relationship
1) Peranan hubungan
a) Status hubungan : An. T merupakan anak ke 2 dari
2 bersaudara
b) Orang terdekat : Hubungan dengan orang tua
31
b) Kemampuan untuk mengatasi : ibu pasien terlihat
untuk berpartisipasi
c) Kegiatan kebudayaan : pasien belum tahu
tuanya.
k. Safety/Protection
1) Alergi
a) Penyakit autoimune : ibu pasien mengatakan anaknya tidak
S:40OC
d) Gangguan/resiko (komplikasi immobilisasi, jatuh, aspirasi,
32
a) Provokes (yang menimbulkan nyeri) : ibu pasien mengatakan
saat beristirahat.
b) Quality (bagaimana kualitasnya) : ibu pasien mengatakan nyeri
B. Analisa Data
33
Data Etiologi Masalah
DO : Pengaruh Hipertermia
3. Pasien mengatakan
badannya terasa
panas
4. Pasien rnengeluh
pusing
DO: Peradangan usus halus Nyeri Akut
5. Pasien tampak
meringis kesakitan
jika perutnya
ditekan
6. Ekspresi wajah
pasien tegang
7. Skala nyeri 3
8. Leukosit = 12.200
uI
DS:
3. Pasien rnengeluh
nyeri epigastrium
4. Pasien mengatakan
mual
DO: Intake yang kurang Ketidakseimbangan
34
habis ¼ porsi kebutuhan tubuh
2. Muntah 3 x
3. Lidah kotor
4. Pasien tampak lemah
5. BB turun:
6. Sebelum sakit = 26
kg
7. Setelah sakit = 24 kg
DS :
1. Pasien mengatakan
nafsu makannya
berkurang
2. Pasien mengatakan
mual
3. Pasien. Mengatakan
C. Diagnosa
Tujuan dan
Intervensi
No Diagnosa Rasional
Kriteria Hasil NOC
(NIC)
35
1. Hipertermia Dalam 2x24 jam 1. monitor suhu 1. Suhu 380 C
mencegah atau s
4. Memberika
mengontrol
36
menggigil n informasi
mengenai
tanda yang
memungkin
kan gejala
muncul
kembali
2. Nyeri Akut Setelah 1. Kaji keluhan
1. Nyeri
berhubungan dilakukan nyeri, lokasi,
merupakan
dengan agens asuhan lamanya
pengalaman
cedera keperawatan serangan, faktor
subyektif
biologis (mis: selama 2x 24 pencetus / yang
dan harus
infeksi, jam memperberat.
2. Pertahankan tirah dijelaskan
iskemia, 3. Pasien sering
baring, posisi oleh pasien.
nioplasma) menunjukka
semi fowler Identifikasi
(12,1,00132) n atau
dengan tulang karakteristi
mengenali
spinal, pinggang k nyeri dan
kapan nyeri
dan lutut dalam faktor yang
terjadi
4. Pasien keadaan fleksi, berhubunga
37
apa yang otot yang
untuk
terkait diresepkan,
memilih
dengan analgesik, dan
intervensi
gejalah nyeri agen anti
yang cocok
inflamasi dan
dan untuk
evaluasi
mengevalua
keefektifan
si
keefektifan
dari terapi
yang
diberikan
2. Pertahanka
n tirah
baring,
posisi semi
fowler
dengan
tulang
spinal,
pinggang
dan lutut
dalam
keadaan
38
fleksi,
posisi
telentang
3. Untuk
menghindar
i adanya
cidera
4. Agen-agen
ini secara
sistematik
menghasilk
an relaksasi
umum dan
menurunka
n inflamasi.
3. Ketidakseimb Setelah 1. Kaji nutrisi 1. mengetahui
39
kurang. stabil/ideal 2 hari. n klien
7. nilai bising 4. Beri nutrisi
(2,1,00002) tentang
usus/peristalt dengan diet
nutrisi
ik usus lembek, tidak
sehingga
normal (6-12 mengandung
motivasu
kali per banyak serat,
makan
menit) nilai tidak merangsang
meningkat
laboratorium maupun 3. untuk
sering meningkatk
an asupan
makanan
karena
mudah
ditelan
5. untuk
menghindar
i mual dan
muntah.
40
D. Implementasi
) nyaman. perut
4. Mengajarkan teknik
O: pasien nampak rileks
relaksasi
5. Memberikan motivasi A: Masalah teratasi
nyeri timbul
41
Kolaborasi dengan dokter
sesuai program
42
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan
pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Mansjoer, 2000). Demam typoid dan
demam paratypoid adalah infeksi akut usus halus. Berdasarkan berbagai definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa thypoid adalah penyakit infeksi akut yang
minggu.
Dari kasus yang saya angkat, diagnose yang muncul yaitu:
1. Hipertermia b.d penyakit. Ditandai oleh kulit terasa hangat (11,6,00007)
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agens cedera biologis (mis: infeksi,
B. Saran
Diharapkan agar makalah ini dapat membantu dalam penyusunan berbagai
asuhan keperawatan terkait demam thypoid dan dapat bermanfaat bagi semua.
43
DAFTAR PUSTAKA
Brunners & Suddart, (2002), Buku Ajar Keperawatan, Edisi 8, Penerbit EGC, Jakarta.
Evelyn C., Pearce, (2002), Anatomi dan Fisiologi untuk paramedic, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Sudoyo, Aru W., (2006), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV, Jilid III, FKUI,
Jakarta.
44