Anda di halaman 1dari 6

PERKEMBANGAN IPTEKS DIBIDANG FARMASI

Spektroskopi FTIP (Fourier Transform Infared Spectroscopy) dan


Microneedle Coating Untuk Penghantara Obat Secara Transdermal

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah IPA Terapan


Yang Dibina oleh Bapak Drs. H. Ridwan Joharmawan, M.Si.,
dan Ibu Erti Hamimi, S.Pd., M.Sc.

Oleh:
Jesisca Pratiwi
160351606432
Kelompok 3/OFF B

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN IPA
Februari 2019
PERKEMBANGAN IPTEKS DIBIDANG FARMASI

Spektroskopi FTIP (Fourier Transform Infared Spectroscopy) dan


Microneedle Coating Untuk Penghantara Obat Secara Transdermal

Pemeriksaan mutu obat sangat pelu dilakukan dalam bidang farmasi, hal ini
bertujuan agar obat dapat sampai pada target dengan kadar yang tepat sehingga
dapat memberikan efek terapi yang dikehendaki. Khususnya obat yang digunakan
terapi adalah golongan antibiotic karena penggunaan abtibiotik yang sangat sering
digunakan, irasional, berlebihan dan digunakan dalam jangka panjang dapat
memicu resistensi,

Siprofloksasin merupakan antibiotik golongan kuinolon yang masuk dalam


kelompok florokuinolon. Siprofloksasin dapat digunakan sebagai terapi prostatitis
bacterial akut ataupun kronis karena dapat mencapai kadar yang cukup tinggi
dijaringan prostat. Kadar siprofloksasin harus dijamin tepat dalam suatu produk
karena untuk mempertahankan mutu sesuai dengan yang diinginkan oleh produsen
sehingga pengawasan mutu harus ditingkatkan. Hal yang dapat dilakukan untuk
menentukan kadar siprofloksasin dalam suatu kemasan produk yaitu dengan
menggunakan metode Spektroskopi FTIP (Fourier Transform Infared
Spectroscopy) (Wardatus et al., 2013).

A. Spektroskopi FTIP (Fourier Transform Infared Spectroscopy)


Spektroskopi FTIP merupakan salah satu teknik analisa yang tersedia
bagi para ilmuan saat ini, yangmana FTIP merupakan suatu teknik yang
didasarkan pada vibrasi atom dalam suatu molekul. Spektrum dihasilkan
melalui pelewatan sinar inframerah. Keuntungan dengan menggunakan teknik
FRIP ini yaitu penggunaan sampel dapat berupa cairan, larutan, pasta, serbuk
maupun gas.
Infra Red (IR) merupakan interaksi antara radiasi cahaya didaerah infra
merah dengan materi. Spektra Infra Red dari suatu senyawa memberikan
gambaran keadaan dan struktur molekul. Spektra IR biasa dihasilkan dengan
mengukur absorpsi radiasi didaerah IR. Proses instrument spektroskopi FTIR
diantaranya yaitu:
1. Sumber energi: energi infra merah dipancarkan dari sebuah sumber yang
biasa disebut dengan glowing black-body.
2. Interferometer: sinar memasuki interferometer yangmana spectral encoding
berlangsung.
3. Sampel: sinar yang memasuki ruang sampel akan diteruskan atau
dipantulkan oleh permukaan sampel, tergantung jenis analisis yang
diinginkan.
4. Detektor: sinar akan diteruskan ke detektor untuk proses pengukuran akhir.
5. Komputer: sinyal yang telah diukur kemudian didigitalkan untuk
selanjutnya dikirim kekomputer dimana Fourier transformasi berlangsung.

(Syafiqoh, 2014)

Skema alat spektroskopi FTIR secara sederhana yaitu sebagai berikut:

Berdasarkan gambar diatas, (1) sumber inframerah, (2) pembagi berkas (beam
spliter), (3) kaca pemantul, (4) sensor inframerah, (5) sampel dan (6) Display
(Anam dkk, 2007 dalam (Silviyah, Siti dan Widodo, 2003)
Sifat fisikokimia molekul obat dengan waktu paruh pendek dan
bioavailabilitas yang buruk sangat cocok apabila dibuat sediaan transdermal.
Pengahantaran obat secara transdermal ini melibatkan transport obat melalui kulit
sehingga diperlukan sifat fisikokimia yang optimal agar obat dapat dihantarkan
secara transdermal. Penghantaran obat secara transdermal dapat memberikan
beberapa keuntungan misalnya dapat meningkatkan kepatuhan pasien, suistained
releasa, menghindari iritasi asam lambung dan presistemik first pass effect. Disisi
lain penggunaan MN ini juga memiliki kekurangan, seperti akurasi dosis lebih
rendah, pemakaiannya harus lebih berhati-hati, ketebalan stratum korneum setiap
orang yang berbeda-beda sehingga kemampuan penetrasi menjadi bervariasi,
pengaruh lingkungan eksternal dapat mempengaruhi dalam penghantaran obat,
injeksi berulang dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh darah dan bagian tip
dai MN mungkin saja dapat tertinggal dikulit (Bariya, 2011 dalam Sulastri et al.,
2017).

Masalah yang dihadapi ketika menggunakan penghantaran obat secara


transdermal yaitu transpor obat yang buruk, akan tetapi saait ini hal tersebut dapat
diatasi dengan pengembangan Microneedle (MN) dimana dapat menghantarkan
obat melalui stratum korneum tanpa rasa sakit (Sulastri & Patihul, 2017 dalam
(Purba, 2018).

B. Microneedle (MN)
Microneedle (MN) merupakan jarum suntik yang berukuran mikron yang
dapat menembus stratum korneum, membuat obat dapat diakses oleh dermis
dan sirkulasi sistemik. Beberapa jenis MN yang telah dibuat antara lain yaitu
maltose, logam, polimer, dan kaca. Berikut merupakan cara pengiriman obat
dengan MN:

Penggunaan MN ini awalnya dengan cara dilapisi menggunakan patch


dalam larutan cair yang kemudian didiamkan selama beberapa jam untuk
memastikan lapisan terdistribusi ke permukaannya. Akan tetapi prosedur
tersebut memeliki kelemahan yaitu ketidaklarutan dosis obat sehingga saat ini
dilakukan pengembangan Microneedle Coating dengan teknik:
1. Dip Coating: merupakan pelapisan dengan cara mencelupkan MN ke dalam
formula obat yang kemudian langsung ditarik dengan tujuan menghasilkan
film MN yangmana film tersebut akan memadat.
2. Gas-jet Drying: merupakan proses pengeringan yang dilakukan untuk
mengatasi masalah ukuran yang sangat kecil yang berkisar <90 mikron
dimana silicon dilapisi dengan menggunakan emas.
3. Spray Drying: merupakan lapisan semprot yang mirip dengan pendekatan
konvensional untuk mencapai ketebalan millimeter dan desain MN untuk
spray drying ini memiliki ketebalan 60-700mikronmeter.
4. Proses Electrohydrodynamic Atomisation (EHDA): merupakan proses untuk
menghasilkan arsitektur berskala mikron dan nano yang hamper segaram
dalam satu langkah.
5. Piezoelectric Ink-jet Printing: merupakan alat teknik yang memungkinkan
distribusi terkontrol dan pengaturan akurat dari tetesan cairan halus ke
substrat sebelum pemadatan.

(Purba, 2018)

C. Pengalaman Riil atau Pendapat Mengenai Perkembangan Teknologi Yang


Berkembang
Menurut saya dengan adanya teknologi untuk mendeteksi mutu obat ini
dapat menjadikan obat sesuai dengan dosis yang dianjurkan sehingga pengguna
obat yang memiliki dosis berbeda-beda setiap orang dapat cocok dengan
dosisnya masing-masing. Selain itu dengan adanya microneedle coating dapat
membantu seseorang yang memiliki kesulitan dalam meminum obat dapat
teratasi walaupun alat ini memiliki beberapa kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA

Purba, D. M. (2018). REVIEW: TEKNIK MICRONEEDLE COATING UNTUK


PENGHANTARAN OBAT SECARA TRANSDERMAL, 16(Suplemen
volume 16 nomor 1), 255–262.

Silviyah, Siti dan Widodo, C. (2003). Penggunaan metode FT-IR (Fourier


Transform Infra Red) UNTUK MENGIDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI
PADA PROSES PEMBALURAN PENDERITA MIOMA. Retrieved from
malang: Universitas Brawijaya

Sulastri, A., Husni, P., Studi, P., Apoteker, P., Farmasi, F., & Padjadjaran, U.
(2017). Smart Insulin Patch: Inovasi Sistem Penghantaran Insulin
Transdermal, 15(November 2017), 9–17.

Syafiqoh, F. (2014). Analisis Gelatin Sapi dan Gelatin Babi pada Produk
Cangkang Kapsul Keras Obat dan Vitemin Menggunakan FTIR dan KCKT,
(September). Retrieved from jakarta: UIN Syarif Hidayatullah

Wardatus, I., Sari, A., Wulandari, L., Retnaningtyas, Y., Farmasi, J., Farmasi, F.,
& Unej, U. J. (2013). Analisis Kadar Siprofloksasin dalam Sediaan Tablet
dengan Metode Spektroskopi Near-Infrared dan Kemometrik Spectroscopy
Method and Chemometric ), 1–6.

Anda mungkin juga menyukai