Anda di halaman 1dari 6

PERKEMBANGAN IPTEK DIBIDANG LINGKUNGAN

Penggunaan Taman Atap (Roof Garden)

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah IPA Terapan


Yang Dibina oleh Bapak Drs. H. Ridwan Joharmawan, M.Si.,
dan Ibu Erti Hamimi, S.Pd., M.Sc.

Oleh:
Jesisca Pratiwi
160351606432
Kelompok 3/OFF B

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN IPA
Februari 2019
PERKEMBANGAN IPTEK DIBIDANG LINGKUNGAN

Penggunaan Taman Atap (Roof Garden)

Salah satu aktivitas pembangunan di kota yang mendominasi adalah


pembangunan lahan permukiman. Permukiman menjadi salah satu kebutuhan
pokok bagi setiap manusia sebagai tempat tinggal dan melangsungkan kegiatan
sehari-hari. Dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk maka akan
meningkatkan angka kebutuhan lahan untuk permukiman, sehingga akan
menyebabkan peningkatan permukiman setiap tahunnya. Kondisi semacam ini
akan memicu terjadinya konversi lahan-lahan tertentu sebagai lahan permukiman
mengingat adanya keterbatasan lahan. Konversi lahan yang dijadikan sebagai
lahan permukiman umumnya adalah lahan-lahan kosong, misalnya RTH.

Luasan RTH menurut Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan


Ruang ditetapkan bahwa RTH minimal harus memiliki luasan 30% dari luas total
wilayah, dengan proporsi 20% sebagai RTH publik. Maka dari itu, upaya
memperluas dan meningkatkan fungsi RTH perlu dilakukan untuk menjaga
kelestarian, keserasian, dan keseimbangan ekosistem perkotaan. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi RTH tersebut diantaranya:
keterbatasan lahan yang hendak dibangun pada daerah RTH yang mengalami
perubahan, kebutuhan akan pemenuhan fasilitas yang ingin dibangun untuk
melayani penduduk, kurangnya pengawasan dari pemerintah terhadap perubahan
RTH, tingkat pendapatan masyarakat berpengaruh terhadap tingkat kebutuhan
akan RTH, dan kondisi perekonomian (Hastuti, 2011).

Menanggapi permasalahan alih fungsi lahan RTH sebagai permukiman yang


semakin lama semakin meningkat perlu adanya solusi untuk mengatasi
permasalahan tersebut sebelum terlambat. Salah satu solusi yang mungkin dapat
diberikan yaitu dengan menerapkan taman atap (roof garden) sebagai pengganti
atau substituen RTH yang semakin menyempit. Menurut Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. 1 tahun 2007, tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan
Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, taman atap telah dikategorikan
sebagai salah satu jenis RTH. Taman atap bisa menjadi pilihan untuk mewujudkan
ketentuan luas RTH sebagaimana disyaratkan dalam Undang-Undang Penataan
Ruang.

A. Taman Atap (Roof Garden)

Atap merupakan bagian konstruksi bangun yang letaknya berada paling


atas dari bangunan. Atap berfungsi sebagai penutup ruangan yang ada
dibawahnya, melindungi seluruh bagian bangunan dari cuaca, polusi udara,
suara dan gangguan lainnya. Berikut merupakan jenis-jenis atap :
(Pynkyawati, Amiruloh, & Asvitasari, 2015)

Taman atap (Roof Garden) adalah taman yang memanfaatkan atap atau
teras rumah atau gedung sebagai lokasi taman. Taman ini berfungsi untuk
menanam tanaman yang dapat membuat pemandangan lebih asri, teduh,
sebagai insulator panas, menyerap gas polutan, mencegah radiasi ultraviolet
dari matahari langsung masuk ke dalam rumah, dan meredam kebisingan.
Taman atap ini juga mampu mendinginkan bangunan dan ruangan dibawahnya
sehingga bisa lebih menghemat energi seperti pengurangan pemakaian AC.
Tanaman yang sesuai adalah tanaman yang tidak terlalu besar dengan sistem
perakaran yang mampu tumbuh pada lahan terbatas, tahan hembusan angin,
dan tidak memerlukan banyak air.

Taman atap mempunyai dua fungsi, yaitu bersifat intensif, dan bersifat
ekstensif. Bersifat intensif di mana kegiatan yang dilakukan didalamnya aktif
dan variatif serta menampung banyak orang sedangkan bersifat ekstensif
dimana mempunyai satu jenis kegiatan dan tidak melibatkan banyak orang atau
bahkan tidak diperuntukkan untuk kegiatan manusia. Taman atap memiliki
pemandangan yang berbeda dengan taman aslinya.

Taman atap dapat berperan dalam rangka meningkatkan luasan ruang


terbuka hijau dan meminimasi banjir (Purnomohadi, 2006 dalam Hastuti,
2011). Taman atap dapat berfungsi ekologis yaitu dapat menyerap kontaminan
udara maupun retensi air hujan. Taman atap kurang berperan dalam proses
penyerapan air ke bumi, namun berkat taman atap asupan air hujan dapat
diserap dan disimpan secara optimal sampai 30%. Dengan adanya roof ganden
ini air hasil buangan (drain-off water) masih bisa digunakan untuk menyiram
tanaman atau dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan lain (Hastuti, 2011).

B. Kriteria Tanaman Roof Garden

Kriteria pemilihan vegetasi untuk taman atap menurut Peraturan Menteri


Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 adalah sebagai berikut:

1. Tanaman tidak berakar dalam sehingga mampu tumbuh baik dalam pot
tanam atau bak tanaman
2. Relatif tahan terhadap kekurangan air
3. Perakaran dan pertumbuhan batang yang tidak mengganggu struktur
bangunan
4. Tahan dan tumbuh baik pada temperatur lingkungan yang tinggi
5. Mudah dalam pemeliharaan.

Berikut merupakan contoh tanaman yang dapat ditanam pada taman atap
(Roof Garden) yaitu:

(Aditya, 2012)

C. Tipe Roof Garden

Berdasarkan kedalaman media tumbuh dan tinggi rendahnya intensitas


pemeliharaan roof garden dapat dikategorikan dalam 3 tipe (Daneswara, 2017
dalam Ratna, 2018):
1. Extensive Roof Garden
Media tanam yang digunakan merupakan tanah semi subur untuk
tanaman rumput. Jenis tanaman yang ditanampun tidak bervariasi, hanya
jenis rumput sedum atau tanaman yang bisa tumbuh di tanah kering dan
berbatu. Tanaman yang digunakan tidak akan mati ketika terkena panas dan
hujan, bahkan air dapat ditampung untuk kebutuhan sehari-hari.
2. Semi Intensive Roof Garden
Kedalaman media tanam pada taman atap jenis ini lebih tebal
dibandingkan dengan taman atap jenis extensive green roof. Jenis tanaman
yang ditanam lebih bervariasi dibandingkan dengan extensive green roof.
Semi Intensive Roof Garden membutuhkan struktur bangunan atap yang
lebih kuat dan berat.
3. Intensive Roof Garden
Media tanam yang digunakan adalah tanah subur yang diperlukan
untuk menanam berbagai tumbuhan. Jenis atap ini biasanya dibangun pada
bangunan yang luas. Media tanam digunakan untuk menanam rumput,
semak belukar, petak bunga, dan pohon. Tanam atap ini dapat dirancang
dengan berbagai model dan sistem perairan yang bervariasi.

(Ratna, 2018)

D. Pengalaman Riil atau Pendapat Mengenai Perkembangan Teknologi Yang


Berkembang
Dalam hal ini, ilmu pengetahuan yang berperan yaitu Bioteknologi dan
teknologinya berupa teknologi bangunan. Roof Garden merupakan taman yang
memanfaatkan atap atas teras rumah sebagai tempat penanamannya. Taman
atap ini dapat memberikan efek dingin pada bangunan dibawahnya. Selain itu
tanaman yang digunakan merupakan tanaman yang tahan terhadap panas dan
dingin.
Menurut saya dengan adanya perkembangan teknologi ini dapat
memberikan kenyamanan bagi penghuni rumah karena dengan adanya roof
garden ini dapat menjadikan rumah lebih asri dan sejuk. Selain itu roof garden
dapat berfungsi ekologi yaitu sebagai penangkap polutan udara sehingga polusi
dapat diminimalisir dengan adanya roof garden ini.
DAFTAR PUSTAKA

Aditya, P. (2012). PENERAPAN TAMAN ATAP ( ROOFTOP GARDEN )


SEBAGAI ALTERNATIF RUANG TERBUKA HIJAU PERMUKIMAN
KAWASAN PADANG BULAN / SELAYANG , MEDAN, (November).
Retrieved from surabaya: Universitas Airlangga
Hastuti, E., 2011. Kajian Perencanaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Perumahan
sebagai Bahan Revisi SNI 03-1733-2004. Jurnal Standardisasi, Vol. 13, No.
1 Tahun 2011. Puslitbang Permukiman, Kementerian PU. Bandung.

Pynkyawati, T., Amiruloh, M., & Asvitasari, A. (2015). Model Atap Bangunan
Ramah Lingkungan Ditinjau dari Pengolahan Air Hujan Pada Desain
Kampus PT Dahana , Subang-Jawa Barat, 3(1), 1–11.
Ratna, D. dan D. H. dkk. (2018). Aplikasi Green Roof Pada Bangunan Marina
Barrage Singapore, (November 2017).

Anda mungkin juga menyukai