Anda di halaman 1dari 15

DESKRIPSI DAN PERBEDAAN HABITAT DAN RELUNG EKOLOGI

Makalah

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekologi

Yang dibina Oleh Ibu Novida Pratiwi, S.Si., M.Sc., dan Ibu Vivi Novianti, M.Si

Oleh :

Anisya Fadhillah (160351606419)

Muhammad Fariz (130351615579)

Nadya Rofaidah Dewi N (160351606413)

Ramadhani Faizatul Ula (160351606425)

Kelompok 1 Urutan ke-5

Offering B

FAKULTAS MATEMATIKA DAN IMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Februari 2018

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ……………………………………………. ……… 1
Rumusan Masalah ………………………………………………… 1
Tujuan ……………………………………………………………... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Habitat ......................................................................................... 2

2.2 Macam-Macam Habitat ............................................................... 3

2.3 Relung Ekologi .............................................................................5

2.4 Asas Eksklusi Persaingan dan Contoh Pemisahan Relung .......... 9

BAB III KESIMPULAN


Kesimpulan ……………………………………………………….. 11
DAFTAR PUSTAKA

2
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Ekologi Tumbuhan/Hewan yaitu tentang “Habitat dan
Relung Ekologi” sehingga makalah ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.

Ucapan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Ekologi


Tumbuhan/Hewan yang telah memberikan kami kesempatan untuk membuat
makalah ini sebagai pedoman, acuan, dan sumber belajar.

Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan yang ditemukan baik


dari segi bahasa, tulisan, maupun kalimat yang kurang tepat dalam makalah ini.
Oleh sebab itu, kami mengharapkan masukan-masukan dan kritik yang
membangun sebagai bahan evaluasi guna memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih dan berharap agar makalah ini dapat
memberi manfaat maupun inspirasi.

Malang, 24 Februari 2018

Penyusun

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Di alam atau lingkungan sekitar, kita dapat menemui berbagai jenis


makhluk hidup baik hewan maupun tumbuhan ataupun mikroorganisme. Masing-
masing makhluk hidup memiliki tempat tinggal yang berbeda-beda dan hidup
pada tempat yang tepat. Makhluk hidup ini juga melakukan interaksi dengan
lainnya. Kehadiran makhluk hidup di suatu lingkungan pasti akan menghadirkan
kumpulan dari berbagai jenis organisme yang jika dikumpulkan dengan variasi
jenis yang banyak dapat menjadi suatu satuan ekosistem yang besar. Dalam
ekosistem terdapat populasi yang berkaitan dengan habitat dan relung ekologi.

Habitat merupakan tempat organisme hidup dan menyesuaikan dengan


lingkungannya sedangkan relung adalah status fungsional atau kedudukan hewan
yang relatif terhadap lingkungan biotik maupun abiotiknya. Dalam suatu habitat
makhluk hidup tidak hanya melakukan interaksi saja akan tetapi juga akan
melakukan persaingan untuk bertahan hidup.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan habitat?
2. Apa saja macam-macam habitat ?
3. Apa yang dimaksud dengan relung ekologi?
4. Apa yang dimaksud dengan asas eksklusi persaingan
5. Bagaimana contoh dari pemisahan relung ekologi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari habitat.
2. Untuk mengetahui macam-macam habitat.
3. Untuk mengetahui pengertian relung ekologi.
4. Untuk mengetahui asas eksklusi persaingan
5. Untuk mengetahui bagaimana contoh pemisahan relung ekologi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Habitat

1
Habitat adalah lingkungan tempat makhluk hidup tinggal dan melestarikan
keturunannya. Tiap makhluk hidup memiliki habitat yang berbeda-beda
tergantung cara beradaptasi makhluk hidup tersebut. Dalam suatu habitat terdapat
interaksi antar makhluk hidup dan persaingan untuk mempertahankan hidupnya.
Pengertian lain dari habitat menurut Krebs (2001) adalah suatu bagian dari biosfer
yang merupakan suatu tempat bagi spesies tertentu yang mampu hidup baik
sementara maupun secara permanen. Setiap habitat diasumsikan memiliki
kesesuaian untuk spesies tertentu. Spesies tidak sembarangan dalam memilih
habitat untuk mereka tinggali hal ini karena tidak semua daerah cocok dengan
perilaku dan kebutuhan tiap spesies. Suatu habitat terdiri dari faktor fisik seperti
tanah, kelembapan, kisaran suhu, ketersediaan cahaya, ketersediaan nutrisi atau
sumber makanan dan adanya predator. Faktor inilah yang menjadi syarat bagi
organisme dalam memilih habitat yang cocok untuknya agar mereka bisa
mempertahankan hidupnya. Pemilihan habitat penting dilakukan mengingat tidak
semua organisme dapat tinggal sembarang habitat.

Dalam pemilihan habitat terdapat dua pendekatan penting yang dapat


dilakukan yaitu pendekatan proksimal dan pendekatan evolusioner atau biasa
disebut dengan pendekatan akhir. Pertama, pendekatan proksimal yang
memandang bahwa pemilihan suatu habitat didasarkan pada mekanisme perilaku
organisme khususnya hewan yang secara fisiologis mampu memilih habitatnya.
Kedua, pendekatan evolusioner yang melihat alasan adaptif dan mementingkan
tingkah laku yang terlibat dalam pemilihan habitat.

Tanaman dan hewan memiliki habitat yang berbeda hal ini karena hewan
lebih aktif bergerak sedangkan tanaman tidak bergerak aktif dari satu habitat ke
habitat lain. Penyebaran habitat tanaman yaitu dapat dilihat dari spora atau biji
yang jatuh dan terbawa oleh angin. Berbeda dengan hewan yang bergerak
menemukan habitat yang sesuai, tumbuhan di bantu oleh angin atau faktor lain
yang dapat membantunya dalam menemukan tempat yang cocok untuk dia
tumbuh.

2.2 Macam-Macam Habitat

2
Secara garis beras dikenal lima tipe habitat utama yaitu daratan, perairan
air tawar,perairan air payau, perairan laut, dan eustaria. Masing-masing tipe
tersebut dipilih berdasarkan kepentingannya. Menurut Darmawan (2005)
pemilihan habitat dilihat dari sudut pandang dan kepentingan populasi hewan
yang menempati suatu habitat yang didasarkan pada segi variasi menurut ruang
dan bentuk habitatnya. Berdasarkan ruang habitat terdiri dari habitat yang
berkesinambungan, habitat terputus-putus dan habitat terisolasi sedangkan
menurut bentuknya terdiri dari mikrohabitat dan makrohabitat.

a. Berdasarkan variasi ruang, habitat dapat diklasifikasikan menjadi


tiga macam yaitu
1. Habitat yang berkesinambungan

apabila suatu habitat mengandung area dengan kondisi baik yang luas
sekali melebihi luas area yang dapat dijelajahi populasi hewan penghuninya.
Contoh : populasi rusa yang berjumlah 10 ekor yang menempati suatu wilayah
besar.

2. Habitat yang terputus-putus

Suatu habitat yang mengandung area dengan kondisi baik yang letaknya
berseling-seling dengan area yang kurang baik dan hewan-hewan penguhuninya
dengan mudah dapat menyebar dari area kondisi kurang baik ke kondisi yang
lebih baik. Pada habitat ini hewan dengan bebas berpindah ke habitat lain untuk
memenuhi makanannya, menjauhi predator dan berkembang biak. Jadi hewan
mampu memiliki habitat lebih dari satu tergantung kondisi yang baik yang dapat
ditinggali.

Contoh: burung pipit yang mencari berupa padi di sawah akan tetapi memiliki
sarang di pohon-pohon dekat rumah-rumah penduduk untuk meletakkan telurnya.

3. Habitat Terisolasi

Suatu habitat yang mengandung area berkondisi baik yang terbatas


luasnya dan letaknya terpisah jauh dari area berkondisi baik lainnya sehingga
hewan-hewan tidak dapat menyebar untuk mencapainya. Contoh: suatu pulau

3
kecil yang dihuni oleh populasi rusa. Apabila makanan habis rusa sulit untuk
berpindah ke pulau lain karena jaraknya jauh.

b. Berdasarkan bentuknya habitat dibedakan menjadi dua yaitu


mikrohabitat dan makrohabitat
1. Mikrohabitat

Habitat memiliki sifat yang heterogen dengan vegetasi yang berbeda-beda.


Mikrohabitat mengacu pada kondisi habitat terkecil dimana masih terjadi interaksi
antara organisme dengan lingkuangannya. Hewan menyesuaikan tempat
hidupmya berdasarkan wilayah yang cocok untuk mereka tinggali sehingga
mereka akan terkonsentrasi ditempat-tempat tersebut. Tempat yang cocok
memiliki arti yaitu pemenuhan nutrisi yang cukup, minimnya predator,dan cocok
untuk berkembang biak. Mikrohabitat adalah bagian dari habitat yang merupakan
lingkungan dengan kondisi paling cocok dan paling akrab berhubungan dengan
hewan. Mikrohabitat memegang peranan penting dalam dalam menetukan
keanekaragamn spesies yang menempati habitat itu. Tiap spesies hanya berfokus
pada habitat yang mereka angap cocok atau sesuai. Wilayah mikrohabitat ini
meliputi suatu wilayah yang tidak terlalu luas seperti kolam, rawa berlumpur, air
payau, danau, dan sungai. Contohnya populasi hewan air yang hidup di sungai
tepatnya di ruam dan lubuk. Ruam memiliki arus deras dengan dasar sungai yang
berbatu sedangkan lubuk hampir tidak berarus dan dasarnya berupa lumpur atau
serasah. Ada beberapa hewan air yang menyukai hidup di ruam seperti ikan mas
atau mujaer dan ada hewan air yang menyukai hidup di lubuk seperti lele.

2. Makrohabitat

Merupakan habitat bersifat global dengan kondisi lingkungan yang bersifat


umum dan luas, misalnya gurun pasir, pantai berbatu karang, hutan hujan tropis,
laut lepas dan sebagainya. Contoh dari makrohabitat ini adalah ikan yang hidup di
laut dalam dan di laut dangkal. Ikan yang hidup di laut dalam terkadang memiliki
ukuran tubuh yang lebih besar dengan struktus tubuh yang disesuaikan dengan
habitat yang mereka tempati dan ikan tersebut berperan sebagai predator berbeda
dengan ikan di laut dangkal yang memiliki tubuh kecil dengan corak warna tubuh
yang bermacam-macam. Dari kedua ikan tersebut juga memiliki makanan yang

4
berbeda pula ikan laut dalam misalnya saja Anglerfish atau ikan pemancing yang
memakan ikan kecil dengan gigi taringnya yang sangat banyak. Anglerfish
berburu mangsa dibantu oleh organ yang disebut bioluminescent yang
memancarkan cahaya untuk menarik mangsa.

2.3 Relung Ekologi (Ecological Niche)


Konsep relung (niche) dikembangkan oleh Charles Elton (1927) ilmuwan
Inggris, dengan pengertian relung adalah “status fungsional suatu organisme
dalam komunitas tertentu”. Dalam suatu organisme, kita harus mengetahui
kegiatannya, terutama mengenai sumber nutrisi dan energi, kecepatan
metabolisme dan tumbuhnya, pengaruh terhadap organisme lain bila
berdampingan atau bersentuhan, dan sampai seberapa jauh organisme yang kita
selidiki itu mempengaruhi atau mampu mengubah berbagai proses dalam
ekosistem.

Relung menurut Resosoedarmo (1992) adalah profesi (status suatu


organisme) dalam suatu komunitas dan ekosistem tertentu yang merupakan akibat
adaptasi struktural, fungsional serta perilaku spesifik organisme itu. Berdasarkan
uraian diatas relung ekologi merupakan istilah lebih inklusif yang meliputi tidak
saja ruang secara fisik yang didiami oleh suatu makhluk, tetapi juga peranan
fungsional dalam komunitas serta kedudukan makhluk itu di dalam kondisi
lingkungan yang berbeda.

Relung ekologi merupakan peranan total dari semua makhluk hidup dalam
komunitasnya. Pengendalian populasi tergantung pada tempat makhluk hidup
berfungsi di habitatnya, bagaimana cara hidup, atau peran ekologi makhluk hidup
tersebut. Jadi pada dasarnya makhluk hidup secara alamiah akan memilih habitat
dan relung ekologinya sesuai dengan kebutuhannya, dalam arti bertempat tinggal,
tumbuh berkembang dan melaksanakan fungsi ekologi pada habitat yang sesuai
dengan kondisi lingkungan (misalnya iklim), nutrien, dan interaksi antara
makhluk hidup yang ada.

Niche (relung) ekologi mencakup ruang fisik yang diduduki organisme ,


peranan fungsionalnya di dalam masyarakatnya (misal: posisi trofik) serta
posisinya dalam kondisi lingkungan tempat tinggalnya dan keadaan lain dari

5
keberadaannya itu. Ketiga aspek relung ekologi itu dapat dikatakan sebagai relung
atau ruangan habitat, relung trofik dan relung multidimensi atau hypervolume.
Oleh karena itu relung ekologi sesuatu organisme tidak hanya tergantung pada
dimana dia hidup tetapi juga apa yang dia perbuat (bagaimana dia merubah energi,
bersikap atau berkelakuan, tanggap terhadap dan mengubah lingkungan fisik serta
abiotiknya), dan bagaimana jenis lain menjadi kendala baginya.
Hutchinson (1957) dalam Begon,et al (1986) telah mengembangkan
konsep relung ekologi multidimensi (dimensi-n atau hipervolume). Setiap kisaran
toleransi hewan terhadap suatu faktor lingkungan, misalnya suhu merupakan suatu
dimensi. Dalam kehidupannya hewan dipengaruhi oleh bukan hanya satu faktor
lingkungan saja, melainkan bannyak faktor lingkungan secara simultan. Faktor
lingkungan yang mempengaruhi atau membatasi kehidupan organisme bukan
hanya kondisi lingkungan seperti suhu, cahaya, kelembapan, salinitas tetapi juga
ketersediaan sumberdaya yang dibutuhkan hewan (makanan dan tempat untuk
membuat sarang bagi hewan).

Dimensi-dimensi pada relung ekologi menentukan kondisi-kondisi yang


menyebabkan organisme-organisme dapat berinteraksi tetapi tidak menentukan
bentuk, kekuatan atau arah interaksi. Dua faktor utama yang menetukan bentuk
interaksi dalam populasi adalah kebutuhan fisiologis tiap-tiap individu dan ukuran
relatifnya. Empat tipe pokok dari interaksi diantara populasi sudah diketahui
yaitu: kompetisi, predasi, parasitisme dan simbiosis.
Agar terjadi interaksi antar organisme yang meliputi kompetisi, predasi,
parasitisme dan simbiosis harusnya ada tumpang tindih dalam niche. Pada kasus
simbion, satu atau semua partisipan mengubah lingkungan dengan cara membuat
kondisi dalam kisaran kritis dari kisaran-kisaran kritis partisipan yang lain. Untuk
kompetitor, predator dan mangsanya harus mempunyai kecocokan dengan
parameter niche agar terjadi interaksi antar organisme, sedikitnya selama waktu
interaksi.
Suatu organisme dapat memiliki relung yang lebih besar, jika dalam suatu
ekosistem organisme tersebut tidak memiliki kompetitor, serta predator. Dengan
demikian, peluang-peluang untuk memperoleh sumber daya alam yang
dibutuhkan oleh organisme tersebut lebih besar. Namun demikian, kemampuan

6
hidup organisme tersebut dapat berubah ketika kondisi kebalikannya. Hadirnya
kompetitor dan juga predator tentu akan mengurangi kemampuan hidup
(viabilitas) organisme tersebut. Kondisi tersebut menjadi alasan bagi Hutchinson
untuk membedakan relung organisme. Niche pokok didefinisikan sebagai
sekelompok kondisi-kondisi fisik yang memungkinkan populasi masih dapat
hidup. Sedangkan niche sesungguhnya didefinisikan sebagai sekelompok kondisi-
kondisi fisik yang ditempati oleh organisme-organisme tertentu secara bersamaan.
Relung diklasifikasikan menjadi dua macam:

1. Relung Fundamental

Relung fundamental (dasar) ialah penggambaran dari semua potensi yang


terdapat pada suatu organisme. Relung fundamental mengacu pada kumpulan
sumber daya yang secara teoritis mampu digunakan oleh suatu populasi di bawah
keadaan ideal. Dalam suatu ekosistem organisme akan terlibat dalam jaring-
jaring makanan,dan dihadapkan pada interaksi kompetisi, predasi, serta
ketidakhadiran suatu sumber daya alam tertentu. Dengan demikian, hal tersebut
akan memaksa suatu organisme untuk melakukan adaptasi dan menggunakan
sebagian relung fundamentalnya. Singkatnya relung dasar atau relung
fundamental didefinisikan sebagai sekelompok kondisi-kondisi fisik yang
memungkinkan populasi masih dapat hidup, tanpa kehadiran pesaing.
Keterbatasan suatu organisme pada suatu relung tergantung pada adaptasinya
terhadap kondisi lingkungan tersebut. Relung dasar (Fundamental Niche) tidak
dapat dengan mudah ditentukan karena dalam suatu komunitas persaingan
merupakan proses yang dinamis dan kondisi fisik lingkungan yang beragam
mempengaruhi kehidupan suatu organisme.

2. Relung Realisasi

Relung realitas menggambarkan kondisi serta sumberdaya yang


dibutuhkan oleh organisme untuk bertahan hidup, bahkan ketika hadir kompetitor
dan preditor. Relung realitas menunjukkan sumberdaya alam yang sesungguhanya
digunakan oleh suatu populasi secara kolektif. Relung nyata didefinisikan sebagai

7
kondisi-kondisi fisik yang ditempati oleh organisme-organisme tertentu secara
bersamaan sehingga terjadi kompetisi

Menurut Odum (1993) tidak ada dua spesies yang adaptasinya identik
sama antara satu dengan yang lainnya, dan spesies yang memperlihatkan adaptasi
yang lebih baik dan lebih agresif akan memenangkan persaingan. Spesies yang
menang dalam persaingan akan dapat memanfaatkan sumber dayanya secara
optimal sehingga mampu mempertahankan eksistensinya dengan baik. Spesies
yang kalah dalam persaingan bila tidak berhasil mendapatkan tempat lain yang
menyediakan sumber daya yang diperlukannya dapat mengalami kepunahan lokal.

Pengetahuan tentang relung suatu organisme sangat perlu sebagai landasan


untuk memahami berfungsinya suatu komunitas dan ekosistem dalam habitat
utama. Untuk dapat membedakan relung suatu organisme, maka perlu diketahui
tentang kepadatan populasi, metabolisme secara kolektif, pengaruh faktor abiotik
terhadap organisme, pengaruh organisme yang satu terhadap yang lainnya.

Niche ada yang bersifat umum dan spesifik. Misalnya ayam termasuk
mempunyai niche yang umum karena dapat memakan cacing, padi, daging, ikan,
rumput dan lainnya. Ayam merupakan polifag, yang berarti makan banyak jenis.
Makan beberapa jenis disebut oligofag, hanya makan satu jenis disebut monofag
seperti wereng, hanya makan padi.

Apabila terdapat dua hewan atau lebih mempunyai niche yang sama dalam
satu habitat yang sama maka akan terjadi persaingan. Dalam persaingan yang
ketat, masing-masing jenis mempertinggi efisiensi cara hidup, dan masing-masing
akan menjadi lebih spesialis yaitu relungnya menyempit.

Jika relung suatu jenis bertumpang tindih sepenuhnya dengan jenis lain
maka salah satu jenis akan tersingkir sesuai dengan prinsip penyingkiran
kompetitif.Jika relung-relu ng itu bertumpang tindih maka salah satu jenis
sepenuhnya menduduki relung dasarnya sendiri dan menyingkirkan jenis kedua
dari bagian relung dasar tersebut dan membiarkannya menduduki relung nyata
yang lebih kecil , atau kedua jenis itu mempunyai relung nyata yang terbatas dan
masing-masing memanfaatkan kisaran yang lebih kecil dari dimensi relung yang
dapat mereka peroleh seandainya tidak ada jenis lain.

8
2.4 Asas Eksklusi Persaingan Dan Contoh Pemisahan Relung

A. Pengertian Asas Persaingan


Di alam atau lingkungan sekitar dapat di temui berbagai jenis mahkluk
hidup berupa tumbuhan, hewan dan organisme. Didalam tanah yang lembaba dan
gembur, sering ditemukan cacing tanah, di perairan sungai sering ditemukan
berbagai jenis ikan, di rerumputan sering ditemukannya belalang, di semak
belukar sering ditemukannya ular. Hewan-hewan tersebut sering di temukan di
tempat-tempat tertentu, bukan sembarang tempat (Darmawan.2005).
Kepadatan populasi merupakan suatu ciri kuantitatif ekosistem, aspek
kualitatifnya adalah penyebaran (dispersal) individu-individu dalam ruang yang
tersedia. Ahli-ahli ekologi telah menunjukkan bahwa tidak ada dua spesies yang
bisa menempati relung yang sama dalam waktu yang terlalu lama akibat kompetisi
diantara keduanya. Pernyataan tersebut merupakan aturan Niche. Pada tahun
1930-an, serangkaian percobaan rumit dengan paramecium sp. yang dilakukan
oleh G. F. Gause mengembangkan aturan itu dengan menunjukan bahwa dalam
berkompetisi demi sumberdaya yang langka, satu spesies cenderung
menyingkirkan spesies yang bersaing dengannya ( Fried & Hademenos.2006).
Dengan adanya interaksi persaingan antara dua spesies atau lebih yang
memiliki relung ekologi yang sangat mirip maka mungkin saja spesies-spesies
tersebut tidak berkonsistensi dalam habitat yang sama secara terus-menerus. Hal
ini menunjukkan bahwa suatu relung ekologi tidak dapat ditempati secara
simultan dan sempurna oleh populasi stabil lebih dari satu spesies. Pernyataan ini
dikenal sebagai ” Asas Eksklusi Persaingan” atau ” Aturan Gause”.
Sehubungan dengan asas tersebut di atas, menurut ” asas koeksistensi’,
beberapa spesies yang dapat hidup secara langgeng dalam habitat yang sama ialah
spesies-spesies yang relung ekologinya berbeda-beda. Tentang pentingnya
perbedaan-perbedaan diantara berbagai spesies telah lama dikemukakan oleh
Darwin (1859). Darwin menyatakan bahwa makin besar perbedaan-perbedaan
yang diperlihatkan oleh berbagai spesies yang hidup di suatu tempat, makin besar
pula jumlah spesies yang dapat hidup di suatu tempat itu. Pernyataan Darwin
tersebut dikenal sebagai ” Asas Divergensi”.

9
Dari uraian tersebut di atas tampak bahwa aspek relung ekologi yang
menyangkut dimensi sumberdaya, khususnya yang vital untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan, dari beberapa spesies harus berbeda (terpisah) agar dapat
berkoeksistensi dalam habitat yang sama. Perbedaan atau pemisahan relung itu
juga mencakup aspek waktu aktif.

B. Contoh Pemisahan Relung


Contoh dari kasus pemisahan relung antara berbagai spesies yang
berkohabitasi dapat dilihat dari contoh berikut ini. Serumpun padi dapat menjadi
sumberdaya berbagai jenis spesies hewan. Orong-orong (Gryllotalpa africana)
memekan akarnya, walang sangit (Leptocorisa acuta) memakan buahnya, ulat
tentara kelabu (Spodoptera maurita) yang memakan daunnya, ulat
penggerek batang (Chilo supressalis) yang menyerang batangnya, hama ganjur
(Pachydiplosis oryzae) menyerang pucuknya, wereng coklat (Nilaparvata lugens)
dan wereng hijau (Nephotettix apicalis) yang menghisap cairan batangnya. Tiap
jenis hama tersebut masing-masing telah teradaptasi khusus untuk memanfaatkan
tanaman padi sebagai sumberdaya makanan pada bagian-bagian yang berbeda-
beda. (Darmawan.2005). Relung makanannya adalah walang sangit memakan
padi dan hewan lainnya yang juga memakan bagian padi, relung ruang berupa
sawah tempat padi tumbuh dan relung aktifitasnya didasarkan pada waktu aktif
atau saat hewan-hewan tersebut melakukan aktifitas makan.

Kesimpulan

 Habitat adalah suatu bagian dari biosfer yang merupakan suatu


tempat bagi spesies tertentu yang mampu hidup baik sementara maupun

10
secara permanen. Habitat dibedakan variasinya berdasarkan bentuk dan
ruangnya.
 Relung ekologi hewan adalah status fungsional hewan itu dalam
habitat yang ditempatinya berkaitan dengan adaptasi-adaptasi fisiologis,
morfologi dan pola perilaku hewan itu.
 Asas eksklusi persaingan atau Aturan Gause : suatu relung ekologi
tidak dapat ditempati secara simultan dan sempurna oleh populasi stabil
lebih dari satu spesies.
 Pemisahan relung didasarkan pada asas koeksistensi.

DAFTAR PUSTAKA

Krebs, Charles J. 2001. Ecology: the Experimental Analysis of Distribution and


Abundance.University of British Columbia

11
Darmawan,Agus, Ibrohim, Hawa Tuarita, Hadi Suwono, Pudyo Susanto.2005.
Ekologi Hewan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Kramadibrata, H. 1996. Ekologi Hewan. Bandung: Institut Teknologi Bandung


Press.

Odum, Eugene P. 1971. Fundamentals of Ecology. Saunders College Publishing.

Wirakusumah, Sambas. 2003. Dasar-Dasar Ekologi. Jakarta: Penerbit UI Press.

Resosoedarmo S., Kuswata K.,Apriliani S. 1992. Pengantar Ekologi. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

12

Anda mungkin juga menyukai