Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembinaan berasal dari kata bina, yang mendapat imbuhan pe-an,
sehingga menjadi kata pembinaan. Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan
kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil
yang lebih baik. Pembinaan merupakan proses, cara membina dan
penyempurnaan atau usaha tindakan dan kegiatan yang dilakukan untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan pada dasarnya merupakan
aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara sadar, berencana, terarah, dan
teratur secara bertanggung jawab dalam rangka penumbuhan, peningkatan
dan mengembangkan kemampuan serta sumber-sumber yang tersedia untuk
mencapai tujuan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pembinaan alam?
2. Apa yang dimaksud dengan perlindungan alam?
3. Bagaimana keterkaitan antara pembinaan dan perlindungan alam?

C. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui pengertian pembinaan alam?
2. Dapat mengetahui pengertian perlindungan alam?
3. Dapat mengetahui keterkaitan antara pembinaan dan perlindungan alam?
BAB II

ISI

A. Pengertian Pembinaan Alam


Pembinaan berasal dari kata bina, yang mendapat imbuhan pe-an,
sehingga menjadi kata pembinaan. Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan
kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil
yang lebih baik. Pembinaan merupakan proses, cara membina dan
penyempurnaan atau usaha tindakan dan kegiatan yang dilakukan untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan pada dasarnya merupakan
aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara sadar, berencana, terarah, dan
teratur secara bertanggung jawab dalam rangka penumbuhan, peningkatan
dan mengembangkan kemampuan serta sumber-sumber yang tersedia untuk
mencapai tujuan.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia.
Lingkungan memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik secara
langsung maupun tidak langsung. Lingkungan bisa dibedakan atas
lingkungan biotik (benda hidup) dan lingkungan abiotik (benda mati).
Lingkungan biotik terdiri dari manusia, hewan, dan tumbuhan. Sedangkan
lingkungan abiotik diantaranya kursi, rumah, papan tulis, dan segala benda
mati di sekitar kita. Secara garis besar lingkungan dibagi menjadi
lingkungan alam dan lingkungan buatan. Di kota lingkungan yang
mendominasi adalah lingkungan buatan. Sebaliknya di desa lingkungan
yang paling banyak adalah lingkungan buatan.
Lingkungan alam adalah lingkungan yang merupakan ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa. Lingkungan alam dapat dibedakan atas lingkungan daratan
dan lingkungan perairan. Lingkungan alam daratan yang berada di sekitar
kita, antara lain, gunung, pegunungan, dataran rendah, dataran tinggi, dan
lembah. Adapun lingkungan alam perairan yang berada di sekitar kita antara
lain, sungai, danau, rawa, dan laut. Lingkungan alam sudah ada sejak zaman
dahulu. Berikut ini adalah beberapa contoh yang termasuk lingkungan alam.
1. Gunung dan Pegunungan
Daratan yang menonjol sangat tinggi dinamakan gunung. Ketinggian
gunung di atas 600 m. Di gunung banyak terdapat pepohonan yang
rindang. Pada waktu hujan akar akan menyerap air. Air hujan akan
terserap oleh tanah. Akar-akar pepohonan akan menahan tanah sehingga
tidak terjadi longsor. Gunung yang berderet-deret dalam suatu barisan
dan sambung-menyambung menjadi satu dinamakan pegunungan.
Pegunungan juga dapat disebut kumpulan beberapa gunung. Udara di
gunung atau pegunungan sejuk karena terletak pada daerah yang tinggi.
Banyak orang datang ke pegunungan untuk menikmati kesejukan
udaranya dan pemandangan yang indah. Pada malam hari, di kejauhan
tampak kelap-kelip lampu di daerah perkotaan sehingga menambah
indahnya suasana malam. Daerah pegunungan yang sejuk juga
dimanfaatkan oleh petani untuk menanam sayur-sayuran, buah, serta
tanaman hias. Gunung dan pegunungan memiliki banyak manfaat. Di
daerah pegunungan banyak ditumbuhi tanaman yang dapat menyerap dan
menyimpan air hujan. Hal ini berguna untuk mencegah terjadinya erosi.
Erosi adalah pengikisan tanah yang dapat mengakibatkan terjadinya
banjir dan longsor. Di daerah pegunungan muncul mata air yang
akhirnya menjadi sumber air sungai. Selain itu, daerah pegunungan juga
dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata karena pemandangannnya yang
indah. Tanah dan suhu di gunung sangat cocok untuk perkebunan sayur,
buah-buahan, dan teh.

2. Bukit
Bukit adalah tanah yang berbentuk kubah dan mempunyai ketinggian
antara 200-300 meter. Bukit lebih rendah dari gunung. Bukit biasa
dimanfaatkan untuk berladang atau berkebun oleh para petani. Tanaman
yang tumbuh biasanya alang-alang, teh, sayur-mayur, serta palawija.
3. Hutan
Hutan adalah daerah yang ditumbuhi banyak pohon. Di hutan terdapat
banyak sekali jenis pohon. Ada pohon yang kayunya sangat keras. Ada
juga pohon yang kayunya lembek. Ada hutan rimba yang selalu rindang
sepanjang tahun. Ada pula hutan yang hanya berisi satu jenis pohon,
misalnya hutan jati. Hutan jati ini disebut hutan homogen. Selain itu, ada
juga hutan heterogen, yaitu hutan yang isinya bermacam-macam pohon.
Hutan memiliki banyak manfaat diantaranya adalah:
 Sebagai paru-paru dunia
 Penyimpan cadangan air
 Penyedia kayu untuk berbagai keperluan
 Tempat hidup flora dan fauna; dan
 Tempat riset dan pendidikan.

4. Sungai
Sungai adalah tempat air mengalir. Sungai ada yang kecil dan besar.
Pada zaman dahulu sungai-sungai mengalir air yang jernih, sehingga
banyak digunakan untuk mandi, mencuci, dan mengairi sawah. Di sungai
banyak terdapat ikan. Orang-orang yang tinggal di dekat sungai sering
menjala atau memancing ikan untuk lauk-pauk. Namun, sekarang air
sungai kotor dan berbau sehingga tidak bisa digunakan untuk mandi dan
mencuci. Ikan-ikan pun sudah jarang bisa ditemukan karena air sungai
tercemar limbah dan cara penangkapan ikan yang salah. Kita harus
menjaga kelestarian sungai karena banyak manfaatnya bagi makhluk
hidup. Cara menjaga kelestarian sungai dengan cara tidak membuang
sampah ke sungai, tidak menangkap ikan dengan cara meracuni, dan
tidak menggunakan arus listrik untuk menangkap ikan. Penggunaan arus
listrik atau racun ketika menangkap ikan akan mematikan ikan-ikan kecil
dan telur-telurnya. Di samping itu, hewan-hewan kecil dan tumbuhan-
tumbuhan kecil juga ikut mati.
Manfaat sungai bagi kehidupan manusia, antara lain:
 untuk mandi, mencuci, dan memandikan ternak
 untuk sarana irigasi
 untuk sarana transportasi (terutama sungai-sungai besar di luar Pulau
Jawa), seperti di Sumatra danKalimantan, dan
 sebagai tempat hidup berbagai macam ikan.
5. Danau
Danau juga termasuk lingkungan alam. Danau terjadi karena adanya
cekungan di alam yang berisi air, baik dari air hujan maupun mata air
yang ada di tempat tersebut. Danau-danau yang ada di Indonesia antara
lain sebagai berikut. Danau sangat bermanfaat bagi manusia. Manfaat
danau bagi kehidupan manusia, antara lain, untuk keperluan-keperluan
sebagai berikut:
 tempat penampungan air,
 budi daya ikan air tawar,
 tempat wisata,
 irigasi atau pengairan sawah, dan
 sarana olahraga (dayung).

6. Laut dan Pantai


Laut adalah wilayah yang sangat luas dan digenangi air. Laut
mempunyai banyak manfaat bagi manusia. Di dalam laut terdapat
berbagai kekayaan alam, seperti ikan, minyak bumi, dan gas. Laut juga
dapat dimanfaatkan untuk transportasi dan olahraga air. Daerah
perbatasan antara laut dan daratan dinamakan pantai. Daerah pantai ada
yang terjal dan ada pula yang landai. Pantai yang terjal banyak terdapat
karang, sedangkan pantai yang landai berisi hamparan pasir. Daerah
pantai yang berisi hamparan pasir banyak dimanfaatkan sebagai objek
wisata.
Di daerah pantai biasanya banyak ditumbuhi tanaman kelapa dan
bakau. Tanaman bakau dapat digunakan untuk menahan hempasan
ombak, sehingga dapat mencegah terjadinya abrasi atau erosi karena air
laut. Selain itu, di bawah tanaman bakau merupakan tempat hidup ikan.
Penduduk di daerah pantai banyak yang bekerja sebagai nelayan dan
budidaya ikan dengan menggunakan air laut. Di samping itu, juga ada
usaha pembuatan garam. Selain yang telah dijelaskan diatas laut
memiliki banyak fungsi/peran/manfaat lainnya.
 tempat hidup sumber makanan kita.
 pembangkit listrik tenaga ombak, pasang surut, dan angin.
 tempat budidaya ikan, kerang mutiara, dan rumput laut.
 tempat barang tambang berada.
 salah satu sumber air minum setelah dilakukan destilasi.
 sebagai jalur transportasi air.
 sebagai tempat cadangan air bumi.
 sebagai objek riset penelitian dan pendidikan.

7. Rawa
Rawa adalah tanah basah yang selalu digenangi air dan ditumbuhi
tanaman. Tanaman yang tumbuh di rawa biasanya enceng gondok dan
pandan. Air rawa selalu tergenang dan tidak mengalir seperti sungai.
Biasanya berwarna cokelat tua. Di rawa banyak terdapat ikan air tawar.
Masyarakat sekitar rawa mencari ikan dengan menggunakan jaring.
Rawa sangat cocok untuk memelihara ikan dan udang. Sekarang ini
banyak rawa-rawa yang mengalami pendangkalan karena terlalu
banyaknya enceng gondok yang tumbuh. Masyarakat sekitar rawa
menjaga kelestarian rawa dengan cara membuang sebagian enceng
gondok. Enceng gondok ini dapat dimanfaatkan untuk membuat barang-
barang kerajinan. Rawa juga dapat digunakan untuk mengairi sawah
pasang surut. Rawa juga dapat digunakan sebagai objek wisata. Contoh
rawa adalah Rawa Pening di Ambarawa.
Sumber daya alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas
sumber daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan membentuk
kesatuan ekosistem. Sumber daya alam adalah modal dasar pembangunan
yang harus dimanfaatkan baik sebagai obyek maupun subyek pembangunan.
Alam merupakan tempat dimana manusia bisa tinggal dan menjalankan
aktifitasnya.
Dalam kehidupan, antara manusia dengan sumber daya alam senantiasa
berhubungan. Hal itu dilakukan untuk mempertahankan eksistensinya.
Hubungan tersebut memberikan beban pada sumber daya alam, sehingga
daya dukungnya lama kelamaan berada pada ambang batas. Adanya beban
daya dukung terhadap sumber daya alam akibat pertumbuhan penduduk,
antara lain dapat diperingan dengan meningkatkan teknologi. Meskipun
demikian, juga perlu diingat bahwa pengembangan teknologi, di sisi lain
juga memperikan tekanan yang berat terhadap sumber daya alam sendiri.
Sebagai contoh, pertumbuhan penduduk yang cepat mendorong setiap
bangsa untuk meningkatkan kemakmuran lewat peningkatan produksi baik
peningkatan bahan makan atau industri. Peningkatan produksi bahan makan
dilakukan, dengan intensifikasi tanah pertanian dan ekstensifikasi dengan
jalan membuka tanah-tanah pertanian baru. Mengenai kebijaksanaan
intensifikasi dikembangkan dengan memakai pupuk buatan, bibit unggul,
penggunaan obat sebagai pemberantas hama penyakit, pengairan yang
cukup, dan lain-lain. Kebijaksanaan tersebut dalam banyak hal dapat
dilakukan dan menunjukkan hasil yang memuaskan, tetapi keberhasilan
tersebut tidak jarang harus dibayar mahal dengan rusaknya ekosistem.
Mengenai peningkatan industri dapat juga menimbulkan polusi baik udara
maupun suara, selain berdampak positif.
Menurut Zamroni (1990:10) kerusakan lingkungan sebagian besar
disebabkan oleh manusia sendiri, misalnya adanya urbanisasi, peningkatan
gaya hidup, perubahan teknologi, maupun disebabkan oleh masyarakat
awam sendiri. Urbanisasi dapat membawa dampak yang menguntungkan,
misalnya fasilitas kesehatan lebih baik, perluasan lapangan pekerjaan,
adanya hiburan, dan lain-lain, tetapi di mana tekanan penduduk sedemikian
besar maka keuntungan urbanisasi akan dilompati oleh kerugian yang
ditimbulkan oleh urbanisasi tersebut. Misalnya, berkembangnya daerah
kumuh dan tumpukan sampah diberbagai tempat. Keadaan tersebut bisa
tidak saja merupakan tempat berkembangbiaknya penyakit, tetapi juga dapat
menambah adanya kejahatan.
Meningkatnya gaya hidup sebagai akibat meningkatnya pendapatan
juga dapat mengancam lingkungan. Misalnya, banyaknya transportasi
semakin menambah adanya polusi udara. Faktor perubahan teknologi juga
bisa merusak lingkungan. Penggunaan nuklir bisa mempengaruhi manusia
secara langsung maupun tidak langsung, yaitu meningkatnya panas bumi.
Selain itu, tindakan dalam mencari ikan di sungai yang menggunakan bahan
beracun dapat mengakibatkan matinya semua organisme yang ada sehingga
keseimbangan ekosistem sungai tersebut menjadi rusak.
Kerusakan sumber daya alam yang disebabkan oleh masyarakat awam,
dapat terjadi karena dua hal, yakni ketidaktahuan mereka dalam mengelola
sumber daya alam atau karena desakan hidup yang mereka alami. Apabila
penyebab kerusakan sumber daya alam tersebut karena ketidaktahuan
manusia, seperti sungai dimanfaatkan sebagai kakus atau membuang limbah
rumah tangga di tanah pekarangan maka usaha memperbaikinya dapat
dilakukan dengan memberikan penyuluhan, penerangan atau pembinaan.
Mengenai kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh desakan hidup untuk
memenuhi kebutuhan pokok yang tidak dapat ditunda seperti penggalian
pasir untuk dijual, penebangan pohon untuk bahan bakar industri batu, bata,
jika tidak segera diatasi maka daya dukung sumber daya alam sendiri ntuk
menopang kehidupan manusia akan semakin kritis.
Untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan penyebab turunya daya
dukung sumber daya alam dalam menopang kehidupan manusia, perlu
adanya upaya pembinaan terhadap sumber daya manusia itu sendiri dengan
memanfaatkan semua jalur yang memungkinkan.

KAWASAN KONSERVASI
Kawasan konservasi sebagai kawasan yang di dalamnya terkandung
berbagai hidupan liar, dan ekosistemnya berperan sebagai penyangga
kehidupan dengan potensi keanekaragaman hayati yang tidak ternilai.
Potensi keanekaragaman hayati dan kawasan merupakan kebanggaan
nasional sebagai kekayaan yang harus dijaga keberadaan dan kelestariannya
sebagai tanggung jawab seluruh komponen bangsa (pemerintah bersama
masyarakat secara luas) maupun komunitas global (dunia internasional).
Potensi keanekaragaman hayati : Indonesia dengan luas daratan yang
hanya sekitar 1,3 % dari keseluruhan permukaan bumi. Kaya akan berbagai
species hidupan liar dan berbagai tipe ekosistem, dengan tingkat endemitas
tinggi. Kekayaan bumi Indonesia tersebut menurut World Conservation
Monitoring Commitee (1994) mencakup 10% dari seluruh spesies
Tumbuhan berbunga di dunia, 12% dari seluruh spesies Mamalia di dunia,
16% dari seluruh spesies Reptil dan Amphibi di dunia, 17 % dari seluruh
spesies Burung di dunia dan 25 % dari seluruh spesies Ikan di dunia.
Potensi sumber daya alam Indonesia saat ini tidak kurang dari : 25.000 jenis
flora dan 400.000 jenis fauna. Jenis-jenis tersebut antara lain : 5.000 jenis
anggrek, 500 jenis paku-pakuan, 1.539 jenis burung, 500 jenis mamalia,
10.000 jenis pohon, 2.500 jenis moluska, 214 jenis krustacea, 3.000 jenis
ikan, 6 jenis penyu, 25 jenis Mamalia laut, Terumbu karang 450 jenis.
Potensi kawasan : Luas kawasan hutan yang mencakup sekitar 120, 35
juta hektar atau 62,6 % dari total luas daratan 192,16 juta hektar, yang
terdiri atas hutan lindung, hutan produksi, dan hutan konservasi. Sedangkan
kawasan konservasi yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah 519 unit
dengan luas total 28,16 juta hektar dengan perincian 50 unit Taman
Nasional seluas 16,38 juta hektar; 119 unit Taman Wisata alam seluas 1,06
juta hektar; 21 unit Taman Hutan raya seluas 343.454 hektar; 14 unit Taman
Buru seluas 219.392 hektar; 237 unit Cagar Alam seluas 4,73 juta hektar
dan 77 unit Suaka Margasatwa seluas 5,42 juta hektar.
Pembinaan habitat merupakan salah satu kegiatan pengelolaan satwa
liar untuk memperbaiki keadaan habitat satwa liar guna mempertahankan
keberadaan atau menaikan kualitas tempat hidup satwa agar dapat hidup
layak dan mampu berkembang. Dalam pelaksanaannya, pembinaan habitat
dilakukan dengan memperhatikan prinsip pokok konservasi yaitu
pertimbangan ekologis, prinsip keterpaduan, efektifitas kegiatan, dan secara
teknis dapat dikerjakan serta secara ekonomi dapat dilaksanakan.

HUTAN SEBAGAI HABITAT SATWA


Satwa liar dapat menempati tipe habitat yang beranekaragam, baik
hutan maupun bukan hutan seperti tanaman perkebunan, tanaman pertanian
(sawah dan ladang), pekarangan, gua, padang rumput, savana dan habitat
perairan (rawa, danau, sungai, laut, terumbu karang dan estuaria). Jika
ditinjau dari segi statusnya, habitat satwa liar ada terletak di dalam dan di
luar kawasan konservasi. Indonesia telah menetapkan kawasan-kawasan
konservasi dengan potensi keanekaragaman sumber daya alam hayati
termasuk tumbuhan dan satwa liar yang tinggi, tetapi jumlah individu setiap
spesies semakin menurun. Suplai makanan, air dan pelindung yang
diperlukan satwa liar sepanjang tahun relatif tetap keadaannya yang
berfluktuasi menurut musim adalah kualitasnya. Satwa liar mempunyai
beberapa strategi untuk menyesuaikan dirinya dengan dinamika lingkungan
hutan tropis seperti Indonesia., misalnya tercermin di dalam pola
perkembangbiakan, pergerakan ataupun pola migrasi yang berkaitan erat
dengan habitatnya. Banyak diantara satwa liar tersebut yang tidak mampu
mempertahankan populasinya dengan semakin banyak tekanan dan
perubahan habitat mereka. Sebagai salah satu habitat tumbuhan dan satwa
liar, kawasan konservasi menjadi salah satu areal yang diharapkan mampu
mempertahankan habitat dan populasi satwa liar terutama jenis-jenis satwa
liar dilindungi dan terancam punah.

PEMBINAAN HABITAT SATWA

Dalam pembinaan habitat satwa liar ada tiga komponen utama yang satu
sama lain saling berkaitan, yaitu: komponen biotik (meliputi: vegetasi, satwa
liar, dan organisme mikro), komponen fisik (meliputi: air, tanah, iklim,
topografi, dll.) dan komponen kimia (meliputi seluruh unsur kimia yang
terkandung dalam komponen biotik maupun komponen fisik).

1. Pengelolaan Pakan
Berdasarkan jenis pakan dan kebiasaan makannya maka satwa dapat
dibedakan sebagai satwa pemakan buah dan biji (frugivor), rumput, daun,
pucuk (herbivora), pemakan serangga (insectivor), pemakan daging
(karnivora) dan pemakan segalanya (omnivora). Upaya dalam pengelolaan
pakan biasanya berupa peningkatan kualitas dan kuantitas.
2. Pengelolaan Air
Untuk memenuhi kebutuhan satwa akan air untuk minum, berkubang, dll
selain memanfaatkan air bebas dari alam (sungai, air hujan, embun dan
sumber-sumber lain) diperlukan sarana tambahannya. Misalnya, pembuatan
tempat minum, pembuatan kubangan dan kontrol terhadap kualitas air.
3. Pengelolaan Pelindung (Cover)
Kebutuhan perlindungan dari terik matahari, hujan dan pemangsa, sangat
dibutuhkan satwa. Untuk itu diperlukan pengetahuan tentang pola
penggunaan ruang setiap spesies satwa. Pengelolaan cover berkaitan erat
dengan pengaturan vegetasi. Selain itu perlu diketahui juga tentang
preferensi habitat setiap spesies satwa. Kegiatan yang mungkin dilakukan
dalam pengelolaan pelindung misalnya peningkatan jumlah pohon peneduh
yang dibutuhkan oleh satwa. Dalam perbaikan habitat memerlukan
pengkajian terhadap aspek penyebab kerusakan habitat dan daya dukung
habitat yang dibutuhkan oleh setiap satwa.

TAHAP-TAHAP PEMBINAAN HABITAT


Beberapa kegiatan dasar pembinaan yang perlu mendapat perhatian dalam
kegiatan pembinaan habitat dan populasi satwa, yaitu :
1. Kegiatan tersebut harus didasarkan pada studi yang dilakukan secara
bertahap yang diawali dengan inventarisasi dan sensus, dilanjutkan dengan
analisa data dan penyusunan rencana pembinaan habitat dan populasi
2. Kegiatan harus layak dari segi teknis, sosial dan ekonomi serta layak dari
segi lingkungan
3. Kegiatan diarahkan untuk mempertahankan kondisi alami dan menggunakan
tumbuhan setempat bukan eksotik
4. Kegiatan harus disesuaikan dengan status kawasannya
5. Kegiatan tersebut perlu adanya monitoring dan evaluasi yang ditindak
lanjuti berdasarkan hasil monev.

JENIS-JENIS KEGIATAN PEMBINAAN HABITAT


1. Pembinaan apabila populasi satwa kurang
Kegiatan pembinaan habitat satwa liar yang dapat dilakukan bila populasi
satwa kurang seperti : Reboisasi, pembuatan grazing ground (padang
pengembalaan), pembuatan salt lick (garam jilat), penyediaan tempat minum,
Pembuatan tempat berkubang, pembuatan tempat berlindung, pembuangan
jenis eksotik dan kegiatan penambahan populasi.
2. Pembinaan apabila populasi satwa cukup
Apabila dari hasil inventarisasi dan sensus satwa serta habitat satwa
kondisinya masih baik, yaitu satwa masih dalam daya dukung kawasan
dengan populasi yang stabil dan kondisi habitat yang masih baik, maka
kegiatan yang perlu dilakukan adalah pengamanan kawasan yang
difokuskan kepada kemungkinan terjadinya perburuan satwa dan perusakan
habitat, serta pemeliharaan kesehatan satwa dan habitatnya terutama dari
kemungkinan terjadinya penyakit menular.
3. Pembinaan apabila populasi satwa lebih
Apabila pertumbuhan populasi satwa berlebih (over populasi) dalam suatu
kawasan, perlu dilakukan kegiatan pembinaan habitat dan populasi dengan
melakukan pengurangan populasi satwa yang ada. Kegiatan pengurangan
satwa liar dilakukan dengan penjarangan dan pemeliharan kesehatan satwa.

Hubungan Pembinaan Sumber Daya Manusia dengan Pelestatarian


Sumber Daya Alam

Hakikat kehidupan manusia adalah untuk mempertahankan hidupnya


dan kelangsungan spesies manusia. Untuk melaksanakan tugas kehidupan
tersebut manusia membutuhkan energi dari sumber daya alam. Agar
pemanfaatan sumber daya alam tersebut dapat dilaksanakan secara efektif,
efisien, dan lestari maka pelaksanaan pembinaan sumber daya manusia
diarahkan pada pengembangan pikiran, perasaan, moral, dan lain-lain.
Pembinaan sumber daya manusia seperti itu diharapkan dapat menjamin
pemanfaatan dan pelestarian alam, baik dalam arti konsumtif (memenuhi
kebutuhan manusia untuk mempertahankan hidupnya) maupun dalam arti
investasi (memenuhi kelangsungan spesies manusia) (Hasan Walinono,
1990).
Gambaran di atas tidak selamanya dapat terjadi, tetapi seringkali
terjadi penyimpangan-penyimpangan. Misalnya, hakikat kehidupan
manusia itu hanya untuk mempertahankan hidup di masa kini maka
pemanfaatan sumber daya alam hanya diarahkan pada aspek efektivitas dan
efisien sehingga pembinaan sumber daya manusia hanya di tujukan pada
aspek pikiran dan perasaan saja tanpa adanya moral. Pemanfaatan sumber
daya alam yang demikian dapat menyebabkan terjadinya kerusakan sumber
daya alam.

Pembinaan Sumber Daya Manusia Me1alui Jalur Pendidikan Formal

Dalam rangka pembinaan sumber daya manusia hubungannya dengan


pelestarian sumber daya alam, jalur pendidikan formal dari sekolah tingkat
dasar (SD) sampai tingkat perguruan tinggi (PT) merupakan tempat yang
strategis untuk melaksanakan usaha-usaha yang bersifat edukatif.
Pembinaan sumber daya manusia dalam hubungannya dengan pelestarian
sumber daya alam melalui jalur pendidikan formal disampaikan bersama-
sama dengan pendidikan kependudukan yang sering disebut dengan
Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH).

Pendidikan kependudukan dan Iingkungan hidup diberikan pada


tingkat Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Metode yang
dipakai adalah pendekatan monolitik untuk Perguruan Tinggi dan integratif
untuk SD sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)
(Dendasurono Prawiroatmodjo, 1988:139-140). Pendekatan monolitik ialah
pendekatan yang didasarkan pada pemikiran bahwa setiap mata pelajaran
merupakan sebuah komponen yang berdiri sendiri dan mem punyai tujuan
tertentu dalam suatu kesatuan sistem. Pendekatan ini dapat ditempuh
melalui dua cara, yaitu pertama membangun disiplin yang dinamakan
Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup, yang kedudukannya
dalam kurikulum sarna dengan mata pelajaran lainnya. Kedua, membangun
suatu paket Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup yang
merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri. Sedangkan pendekatan
integratif adalah memadukan atau menyatukan materi Pendidikan
Kependudukan dan Lingkungan Hidup ke dalam materi bidang studi atau
mata pelajaran yang relevan.

Pembinaan Melalui Jalur Pendidikan Nonformal


Pada jalur pendidikan nonformal ini sering diabaikan, padahal, jika
dilaksanakan dengan teratur, disiplin, maka hasilnya akan baik juga. Hal ini
disebabkan jalur pendidikan nonformal jangkauan sasarannya sangat luas,.
di antaranya dapat diketahui sebagai berikut.
Pertama, melalui keluarga. Menurut Ny. Wahyudi, fungsi pembentukan
pribadi adalah sangat penting dan di dalam keluargalah seorang anak
pertama kali berkenalan dengan norma-norma kehidupan. Di dalam
keluarga pula anak bela jar bermacam-macam kebiasaan yang pertama.
Lebih lanjut Sutari Imam Barnadib (1990:1) mengatakan bahwa pendidikan
anak memang merupakan hal yang sangat penting di dalam keluarga.
Mendidik merupakan tugas yang pokok dari keluarga. Tidak ada orang tua
yang menghendaki anak-nya terlantar. Orang tua yang normal pasti
menghendaki anaknya menjadi orang dewasa yang bahagia dalam hidupnya.
Pendidikan selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman,
meskipun demikian tujuannya sama, yaitu membawa anak ke arah
kedewasaan dengan bertanggung jawab. Menurut Ki Hajar Dewantara, cara
mendidik yang baik ialah ing ngarso sung tulada, Ing madya mangun karsa,
Tut. Wuri handayani, artinya memberi teladan, memberi semangat, dan
memberi dorongan. Jadi, mulai dalam keluarga inilah anak diperkenalkan
norma-norma kehidupan yang nantinya akan dijadikan pedoman dalam
kehidupan bermasyarakat dan ini menjadi tanggung jawab keluarga.
Berhubungan dengan pembinaan sumber daya manusia dalam rangka
pelestarian sumber daya alam, maka keluarga dalam hal ini orang tua wajib
memberi pengertian tentang sumber daya alam, manfaat, akibat adanya
kerusakan sumber daya alam serta cara-cara dalam melestarikannya secara
mikro. Keluarga dalam memberikan pembinaan terhadap anak di sini tentu
saja disesuaikan dengan umur, pikiran maupun kemampuan anak dalam
menghadapi kehidupan. Pendidikan dalam keluarga di sini yang penting
bagi pendidik (orang tua) adalah memberi contoh atau teladan yang baik
sebagai pengarahan. Teladan yang baik merupakan alat pendidikan yang
sangat penting.
Kedua, melalui kegiatan-kegiatan yang ada dalam masyarakat. Banyak
kegiatan yang ada di dalam masyarakat yang semuanya itu dijalankan untuk
mewujudkan hidup yang sejahtera. Adapun kegiatan-kegiatan itu, antara
lain kegiatan PKK tingkat Dasa Wisma, RT, RW, Dusun, atau Desa,
kegiatan Karang Taruna, kegiatan Klompencapir, kegiatan Lembaga
Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), kegiatan Muda-mudi, dan lain-lain.
Ketiga, melalui media komunikasi, baik media cetak, elektronika,
ataupun media tradisional seperti kelompok kesenian yang ada di dalam
masyarakat setempat. Pesan-pesan untuk membina sumber daya manusia
terhadap pelestarian sumber daya alam dikemas sedemikian rupa sesuai
karakteristik masing-masing media sehingga mudah dimengerti oleh
masyarakat umum.

Manfaat Positif dari Pembinaan Lingkungan Hidup


Manfaat positip dari pembinaan lingkungan hidup sehat antara lain
mendorong perilaku hidup sehat masyarakat, frekuensi sakit (tidak masuk
kerja karena sakit) berkurang, tinggi dan berat badan ideal (berdasarkan
KMS anak) semakin meningkat, tumbuh kembang berdasarkan usianya
normal, keadaan kesehatan masyarakat secara umum baik, motivasi kerja
meningkat, dan ketahanan kerja meningkat. Selain itu, pada masyarakat
sehat akan berperilaku sosial baik, dan memiliki kepekaaan tinggi terhadap
kebersihan lingkungan sekitar, memiliki ketahanan dan daya tangkal
terhadap pengaruh buruk merokok, minuman beralkohol, dan penyalah-
gunaan narkoba.
Tips sadar lingkungan:
a. Jangan membuang sampah sembarangan, buanglahsampah pada
tempatnya.
b. Memilah sampah sesuai jenisnya.
c. Habiskan makanan atau minuman.
d. Jangan membuang sampah di sungai atau di jalan.

B. Pengertian Perlindungan Alam


Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya
sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum. Perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup dilakukan secara terpadu mencakup seluruh
bidang-bidang lingkungan hidup untuk berkelanjutan fungsi lingkungan
hidup. Dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, tidak
terlepas untuk dilakukan pembangunan yang sifatnya berkelanjutan untuk
mencapai kesejahteraan rakyat.

Macam-macam Perlindungan Alam (PPA)

Perlindungan alam dibagi menjadi dua, yaitu perlindungan umum dan


perlindungan dengan tujuan tertentu.
a. Perlindungan Alam Umum

Perlindungan alam umum merupakan suatu kesatuan (flora, fauna, dan


tanahnya). Perlindungan alam ini dibagi menjadi tiga macam, yaitu sebagai
berikut:

1. Perlindungan alam ketat; merupakan perlindungan terhadap keadaan


alam yang dibiarkan tanpa campur tangan manusia, kecuali dipandang
perlu. Tujuannya untuk penelitian dan kepentingan ilmiah, misalnya
Ujung Kulon.

2. Perlindungan alam terbimbing; merupakan perlindungan keadaan alam


yang dibina oleh para ahli, misalnya Kebun Raya Bogor.

3. National Park atau Taman Nasional; merupakan keadaan alam


yang menempati suatu daerah yang luas dan tidak boleh ada rumah
tinggal maupunbangunan industri. Tempat ini dimanfaatkan untuk
rekreasi atau taman wisata, tanpa mengubah ciri-ciri ekosistem.
Misalnya: Taman Safari di Cisarua Bogor dan Way Kambas di Propinsi
Lampung. Pada tahun 1982 diadakan Kongres Taman nasional sedunia
di Bali (World National Park Conggres). Dalam kongres itu Pemerintah
Indonesia mengumumkan 16 taman nasional (TN) yang ada di
Indonesia, yaitu sebagai berikut.

1. TN. Kerinci Seblat (Sumbar, Jambi. Bengkulu) ± 1.485.000 Ha


2. TN. Gunung Leuser (Sumut, Aceh) ± 793.000 Ha
3. TN. Barisan Selatan (Lampung, Bengkulu) ± 365.000 Ha
4. TN. Tanjung Puting (Kalteng) ± 355.000 Ha
5. TN. Drumoga Bone (Sulut) ± 300.000 Ha
6. TN. Lore Lindu (Sulteng) t 231.000 Ha
7. TN. Kutai (Kaltim) ± 200.000 Ha
8. TN. Manusela Wainua (Maluku) ± 189.000 Ha
9. TN. Kepulauan Seribu (DKI) ± 108.000 Ha
10. TN. Ujung Kulon (Jabar) ± 79.000 Ha
11. TN. Besakih (Bali) ± 78.000 Ha
12. TN. Komodo (HTB) ± 75.000 Ha
13. TN. Bromo Tengger, Semeru (Jatim) ± 58.000 Ha
14. TN. Meru Betiri (Jatim) ± 50.000 Ha
15. TN. Baluran (Jatim) ± 25.000 Ha
16. TN. Gede Pangrango (Jabar) ± 15.000 Ha

b. Perlindungan Alam dengan Tujuan Tertentu

Macam perlindungan alam dengan tujuan tertentu adalah sebagai berikut:

1. Perlindungan geologi; merupakan perlindungan alam yang bertujuan


melindungi formasi geologi tertentu, misalnya batuan tertentu.

2. Perlindungan alam botani; merupakan perlindungan alam yang


bertujuan melindungi komunitas tumbuhan tertentu, misalnya Kebun
Raya Bogor.

3. Perlindungan alam zoologi; merupakan perlindungan alam yang


bertujuan melindungi hewan-hewan langka serta mengembangkannya
dengan cara memasukkan hewan sejenis ke daerah lain, misalnya gajah.

4. Perlindungan alam antropologi; merupakan perlindungan alam yang


bertujuan melindungi suku bangsa yang terisolir, misalnya Suku Indian
di Amerika, Suku Asmat di Irian Jaya, dan Suku Badui di Banten
Selatan.
5. Perlindungan Monumen Alam, merupakan perlindungan yang
bertujuan melindungi benda-benda alam tertentu, seperti stalaktit,
stalagmit, gua, dan air terjun.

6. Perlindungan Hutan, merupakan bentuk perlindungan yang bertujuan


untuk melindungi dan melestarikan tanah, air, dan udara.

7. Perlindungan Ikan, merupakan perlindungan yang bertujuan untuk


melindungi jenis ikan yang terancam punah.

8. Perlindungan Suaka Margasatwa, merupakan perlindungan dengan


tujuan melindungi hewan-hewan yang terancam punah

Strategi pencagaralaman sedunia (World Conservation Strategy) memiliki tiga


tujuan, yaitu:

1. memelihara proses ekologi yang esensial dan sistem pendukung


kehidupan
2. .mempertahankan keanekaragaman genetis
3. menjamin pemanfaatan jenis dan ekosistem secara berkelanjutan.

Ketiga tujuan ini paling berkaitan. Pencagaralaman tidak berlawanan dengan


pemanfaatan jenis dan ekosistem. Akan tetapi, pemanfaatan itu haruslah
dilakukan dengan cara yang menjamin adanya kesinambungan. Artinya,
kepunahan jenis dan kerusakan ekosistem tidak boleh terjadi. Demikian pula,
terjaganya ekosistem dari kerusakan tidak hanya melindungi keanekaragaman
jenis, melainkan juga proses ekologi yang esensial.

Nilai-nilai dalam perlindungan alamNilai-nilai yang terkandung dalam


perlindungan alam meliputi nilai ilmiah, nilai ekonomi, dan nilai budaya yang
saling berkaitan. Secara terperinci, nilai-nilai yang dimiliki dalam perlindungan
dan pengawetan alam dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Nilai ilmiah,yaitu kekayaan alam, misalnya, hutan dapat digunakan
sebagai tempat penelitian biologi untuk pengembangan ilmu (sains).
Misalnya, botani, proteksi tanaman, dan penelitian ekologi.
2. Nilai ekonomi,yaitu perlindungan alam ditujukan untuk kepentingan
ekonomi. Misalnya pengembangan daerah wisata. Hal ini akan
mendatangkan berbagai lapangan kerja. Hutan dengan hasil hutannya,
dan Taut dapat menjadi sumber devisa bagi negara.
3. Nilai budaya,yaitu flora dan fauna yang khas maupun hasil budaya
manusia pada suatu daerah dapat menimbulkan kebanggaan tersendiri,
misalnya Candi Borobudur, komodo, dan tanaman khas Indonesia
(melati dan anggrek).
4. Nilai mental dan spiritual, misalnya dengan perlindungan alam,
manusia dapat menghargai keindahan alam serta lebih mendekatkan
diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pengelolaan alam berwawasan lingkungan hidup

Untuk menanggulangi masalah kerusakan yang terjadi pada


lingkungan perlu diadakan konservasi. Konservasi dapat diartikan sebagai
upaya untuk memelihara lingkungan mulai dari lingkungan keluarga,
masyarakat, sampai bangsa.Konsep konservasi adalah kegiatan pelestarian
sesuai dengan kesepakatan yang telah dirumuskan dalam program tersebut.
Konservasi adalah konsep proses pengeloalaan suatu ruang atau tempat atau
obyek makna kultural yang terkandung di dalamnya terpelihara dengan baik.
Program – Program Konservasi

a ) Program Konservasi Di Dalam Kawasan

Tujuanya utamanya adalah menciptakan suatu system pengelolahan kawasan


konservasi yang lebih evesien dan efektif sehingga dapat dirasakan manfaat
adanya kawasan konservasi ini oleh masyarakat luas baik langsung atau tdak
langsung dan pada akhirnya diharapkan kesadaran ekologis masyarakat dapat
ditingkatkan sehingga kehadiran kawasan konservasi dirasakan benar - benar
merupakan suatu kebetulan yang luas ada di dalam lingkungan .

b ) Program Konservasi Di Luar Kawasan

Tujuan kegiatan tersebut adalah untuk tetap menjaga kelestarian sumberdaya


alam hayati.

c ) Program Pengembangan Wisata Alam

Penyelenggaraan Program ini dilaksanakan dengan cara pengembangan Wisata


dalam kawasan / di luar kawasan konservasi bagi kepentingan rekreasi dan
pariwisata secara alami dalam rangka pendidikan dan mengikutsertakan
masyarakat atas kegiatan konservasi .

d ) Program Pembinaan Cinta Alam

Pokok Kegiatan yang dilaksanakan ialah peningkatan kesadaran masyarakat


atas pentingnya upaya konservasi sumberdaya alam .

e ) Program Monitoring Dampak Lingkungan

Penyelenggaran Program ini adalah dalam bentuk pengawasan pembinaan dan


bimbingan / pengendalian di bidang lingkungan hidup khususnya yang
berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya alam , baik yang berada di dalam
kawasan konservasi maupun di luar kawasan konservasi termasuk pemanfaatan
setiap jenis sumberdaya alam .

f ) Program Pembinaan Dan Pengembangan Unsur Penunjang

Dalam Pelaksanaannya diperlukan suatu sarana penunjang yang seimbang dan


memadai , baik yang meliputi dukungan kesempurnaan peraturan
perundangan ,maupun organisasi dan manajemennya yang disertai dengan
pengembangan personil , kelengkapan sarana dan fasilitas kerja .
C. Keterkaiatan Antara Pemeliharaan Dan Perlindungan Alam
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pembinaan habitat merupakan salah satu kegiatan pengelolaan satwa
liar untuk memperbaiki keadaan habitat satwa liar guna
mempertahankan keberadaan atau menaikan kualitas tempat hidup
satwa agar dapat hidup layak dan mampu berkembang. Dalam
pelaksanaannya, pembinaan habitat dilakukan dengan memperhatikan
prinsip pokok konservasi yaitu pertimbangan ekologis, prinsip
keterpaduan, efektifitas kegiatan, dan secara teknis dapat dikerjakan
serta secara ekonomi dapat dilaksanakan.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.


Supriatna,Jatna,dkk. 2007. Biologi Konservasi. Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia

Dr.H. Totok Gunawan, M.S.,dkk. 2004. Fakta dan Konsep Geografi. Jakarta:
Ganeca Exact.2.

Eddy, Karden. 2009. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta : Djambatan.


Mangun hardjana, 1986. Pembinaan, Arti dan Metodenya,
Yogyakarta:Kanimus

Simanjuntak, B., I. L Pasaribu, 1990. Membina dan Mengembangkan


GenerasiMuda, Bandung: Tarsito

Sugandi, Dede. 2005. Geografi. Bandung: Regina

Anda mungkin juga menyukai