PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembinaan berasal dari kata bina, yang mendapat imbuhan pe-an,
sehingga menjadi kata pembinaan. Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan
kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil
yang lebih baik. Pembinaan merupakan proses, cara membina dan
penyempurnaan atau usaha tindakan dan kegiatan yang dilakukan untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan pada dasarnya merupakan
aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara sadar, berencana, terarah, dan
teratur secara bertanggung jawab dalam rangka penumbuhan, peningkatan
dan mengembangkan kemampuan serta sumber-sumber yang tersedia untuk
mencapai tujuan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pembinaan alam?
2. Apa yang dimaksud dengan perlindungan alam?
3. Bagaimana keterkaitan antara pembinaan dan perlindungan alam?
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui pengertian pembinaan alam?
2. Dapat mengetahui pengertian perlindungan alam?
3. Dapat mengetahui keterkaitan antara pembinaan dan perlindungan alam?
BAB II
ISI
2. Bukit
Bukit adalah tanah yang berbentuk kubah dan mempunyai ketinggian
antara 200-300 meter. Bukit lebih rendah dari gunung. Bukit biasa
dimanfaatkan untuk berladang atau berkebun oleh para petani. Tanaman
yang tumbuh biasanya alang-alang, teh, sayur-mayur, serta palawija.
3. Hutan
Hutan adalah daerah yang ditumbuhi banyak pohon. Di hutan terdapat
banyak sekali jenis pohon. Ada pohon yang kayunya sangat keras. Ada
juga pohon yang kayunya lembek. Ada hutan rimba yang selalu rindang
sepanjang tahun. Ada pula hutan yang hanya berisi satu jenis pohon,
misalnya hutan jati. Hutan jati ini disebut hutan homogen. Selain itu, ada
juga hutan heterogen, yaitu hutan yang isinya bermacam-macam pohon.
Hutan memiliki banyak manfaat diantaranya adalah:
Sebagai paru-paru dunia
Penyimpan cadangan air
Penyedia kayu untuk berbagai keperluan
Tempat hidup flora dan fauna; dan
Tempat riset dan pendidikan.
4. Sungai
Sungai adalah tempat air mengalir. Sungai ada yang kecil dan besar.
Pada zaman dahulu sungai-sungai mengalir air yang jernih, sehingga
banyak digunakan untuk mandi, mencuci, dan mengairi sawah. Di sungai
banyak terdapat ikan. Orang-orang yang tinggal di dekat sungai sering
menjala atau memancing ikan untuk lauk-pauk. Namun, sekarang air
sungai kotor dan berbau sehingga tidak bisa digunakan untuk mandi dan
mencuci. Ikan-ikan pun sudah jarang bisa ditemukan karena air sungai
tercemar limbah dan cara penangkapan ikan yang salah. Kita harus
menjaga kelestarian sungai karena banyak manfaatnya bagi makhluk
hidup. Cara menjaga kelestarian sungai dengan cara tidak membuang
sampah ke sungai, tidak menangkap ikan dengan cara meracuni, dan
tidak menggunakan arus listrik untuk menangkap ikan. Penggunaan arus
listrik atau racun ketika menangkap ikan akan mematikan ikan-ikan kecil
dan telur-telurnya. Di samping itu, hewan-hewan kecil dan tumbuhan-
tumbuhan kecil juga ikut mati.
Manfaat sungai bagi kehidupan manusia, antara lain:
untuk mandi, mencuci, dan memandikan ternak
untuk sarana irigasi
untuk sarana transportasi (terutama sungai-sungai besar di luar Pulau
Jawa), seperti di Sumatra danKalimantan, dan
sebagai tempat hidup berbagai macam ikan.
5. Danau
Danau juga termasuk lingkungan alam. Danau terjadi karena adanya
cekungan di alam yang berisi air, baik dari air hujan maupun mata air
yang ada di tempat tersebut. Danau-danau yang ada di Indonesia antara
lain sebagai berikut. Danau sangat bermanfaat bagi manusia. Manfaat
danau bagi kehidupan manusia, antara lain, untuk keperluan-keperluan
sebagai berikut:
tempat penampungan air,
budi daya ikan air tawar,
tempat wisata,
irigasi atau pengairan sawah, dan
sarana olahraga (dayung).
7. Rawa
Rawa adalah tanah basah yang selalu digenangi air dan ditumbuhi
tanaman. Tanaman yang tumbuh di rawa biasanya enceng gondok dan
pandan. Air rawa selalu tergenang dan tidak mengalir seperti sungai.
Biasanya berwarna cokelat tua. Di rawa banyak terdapat ikan air tawar.
Masyarakat sekitar rawa mencari ikan dengan menggunakan jaring.
Rawa sangat cocok untuk memelihara ikan dan udang. Sekarang ini
banyak rawa-rawa yang mengalami pendangkalan karena terlalu
banyaknya enceng gondok yang tumbuh. Masyarakat sekitar rawa
menjaga kelestarian rawa dengan cara membuang sebagian enceng
gondok. Enceng gondok ini dapat dimanfaatkan untuk membuat barang-
barang kerajinan. Rawa juga dapat digunakan untuk mengairi sawah
pasang surut. Rawa juga dapat digunakan sebagai objek wisata. Contoh
rawa adalah Rawa Pening di Ambarawa.
Sumber daya alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas
sumber daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan membentuk
kesatuan ekosistem. Sumber daya alam adalah modal dasar pembangunan
yang harus dimanfaatkan baik sebagai obyek maupun subyek pembangunan.
Alam merupakan tempat dimana manusia bisa tinggal dan menjalankan
aktifitasnya.
Dalam kehidupan, antara manusia dengan sumber daya alam senantiasa
berhubungan. Hal itu dilakukan untuk mempertahankan eksistensinya.
Hubungan tersebut memberikan beban pada sumber daya alam, sehingga
daya dukungnya lama kelamaan berada pada ambang batas. Adanya beban
daya dukung terhadap sumber daya alam akibat pertumbuhan penduduk,
antara lain dapat diperingan dengan meningkatkan teknologi. Meskipun
demikian, juga perlu diingat bahwa pengembangan teknologi, di sisi lain
juga memperikan tekanan yang berat terhadap sumber daya alam sendiri.
Sebagai contoh, pertumbuhan penduduk yang cepat mendorong setiap
bangsa untuk meningkatkan kemakmuran lewat peningkatan produksi baik
peningkatan bahan makan atau industri. Peningkatan produksi bahan makan
dilakukan, dengan intensifikasi tanah pertanian dan ekstensifikasi dengan
jalan membuka tanah-tanah pertanian baru. Mengenai kebijaksanaan
intensifikasi dikembangkan dengan memakai pupuk buatan, bibit unggul,
penggunaan obat sebagai pemberantas hama penyakit, pengairan yang
cukup, dan lain-lain. Kebijaksanaan tersebut dalam banyak hal dapat
dilakukan dan menunjukkan hasil yang memuaskan, tetapi keberhasilan
tersebut tidak jarang harus dibayar mahal dengan rusaknya ekosistem.
Mengenai peningkatan industri dapat juga menimbulkan polusi baik udara
maupun suara, selain berdampak positif.
Menurut Zamroni (1990:10) kerusakan lingkungan sebagian besar
disebabkan oleh manusia sendiri, misalnya adanya urbanisasi, peningkatan
gaya hidup, perubahan teknologi, maupun disebabkan oleh masyarakat
awam sendiri. Urbanisasi dapat membawa dampak yang menguntungkan,
misalnya fasilitas kesehatan lebih baik, perluasan lapangan pekerjaan,
adanya hiburan, dan lain-lain, tetapi di mana tekanan penduduk sedemikian
besar maka keuntungan urbanisasi akan dilompati oleh kerugian yang
ditimbulkan oleh urbanisasi tersebut. Misalnya, berkembangnya daerah
kumuh dan tumpukan sampah diberbagai tempat. Keadaan tersebut bisa
tidak saja merupakan tempat berkembangbiaknya penyakit, tetapi juga dapat
menambah adanya kejahatan.
Meningkatnya gaya hidup sebagai akibat meningkatnya pendapatan
juga dapat mengancam lingkungan. Misalnya, banyaknya transportasi
semakin menambah adanya polusi udara. Faktor perubahan teknologi juga
bisa merusak lingkungan. Penggunaan nuklir bisa mempengaruhi manusia
secara langsung maupun tidak langsung, yaitu meningkatnya panas bumi.
Selain itu, tindakan dalam mencari ikan di sungai yang menggunakan bahan
beracun dapat mengakibatkan matinya semua organisme yang ada sehingga
keseimbangan ekosistem sungai tersebut menjadi rusak.
Kerusakan sumber daya alam yang disebabkan oleh masyarakat awam,
dapat terjadi karena dua hal, yakni ketidaktahuan mereka dalam mengelola
sumber daya alam atau karena desakan hidup yang mereka alami. Apabila
penyebab kerusakan sumber daya alam tersebut karena ketidaktahuan
manusia, seperti sungai dimanfaatkan sebagai kakus atau membuang limbah
rumah tangga di tanah pekarangan maka usaha memperbaikinya dapat
dilakukan dengan memberikan penyuluhan, penerangan atau pembinaan.
Mengenai kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh desakan hidup untuk
memenuhi kebutuhan pokok yang tidak dapat ditunda seperti penggalian
pasir untuk dijual, penebangan pohon untuk bahan bakar industri batu, bata,
jika tidak segera diatasi maka daya dukung sumber daya alam sendiri ntuk
menopang kehidupan manusia akan semakin kritis.
Untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan penyebab turunya daya
dukung sumber daya alam dalam menopang kehidupan manusia, perlu
adanya upaya pembinaan terhadap sumber daya manusia itu sendiri dengan
memanfaatkan semua jalur yang memungkinkan.
KAWASAN KONSERVASI
Kawasan konservasi sebagai kawasan yang di dalamnya terkandung
berbagai hidupan liar, dan ekosistemnya berperan sebagai penyangga
kehidupan dengan potensi keanekaragaman hayati yang tidak ternilai.
Potensi keanekaragaman hayati dan kawasan merupakan kebanggaan
nasional sebagai kekayaan yang harus dijaga keberadaan dan kelestariannya
sebagai tanggung jawab seluruh komponen bangsa (pemerintah bersama
masyarakat secara luas) maupun komunitas global (dunia internasional).
Potensi keanekaragaman hayati : Indonesia dengan luas daratan yang
hanya sekitar 1,3 % dari keseluruhan permukaan bumi. Kaya akan berbagai
species hidupan liar dan berbagai tipe ekosistem, dengan tingkat endemitas
tinggi. Kekayaan bumi Indonesia tersebut menurut World Conservation
Monitoring Commitee (1994) mencakup 10% dari seluruh spesies
Tumbuhan berbunga di dunia, 12% dari seluruh spesies Mamalia di dunia,
16% dari seluruh spesies Reptil dan Amphibi di dunia, 17 % dari seluruh
spesies Burung di dunia dan 25 % dari seluruh spesies Ikan di dunia.
Potensi sumber daya alam Indonesia saat ini tidak kurang dari : 25.000 jenis
flora dan 400.000 jenis fauna. Jenis-jenis tersebut antara lain : 5.000 jenis
anggrek, 500 jenis paku-pakuan, 1.539 jenis burung, 500 jenis mamalia,
10.000 jenis pohon, 2.500 jenis moluska, 214 jenis krustacea, 3.000 jenis
ikan, 6 jenis penyu, 25 jenis Mamalia laut, Terumbu karang 450 jenis.
Potensi kawasan : Luas kawasan hutan yang mencakup sekitar 120, 35
juta hektar atau 62,6 % dari total luas daratan 192,16 juta hektar, yang
terdiri atas hutan lindung, hutan produksi, dan hutan konservasi. Sedangkan
kawasan konservasi yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah 519 unit
dengan luas total 28,16 juta hektar dengan perincian 50 unit Taman
Nasional seluas 16,38 juta hektar; 119 unit Taman Wisata alam seluas 1,06
juta hektar; 21 unit Taman Hutan raya seluas 343.454 hektar; 14 unit Taman
Buru seluas 219.392 hektar; 237 unit Cagar Alam seluas 4,73 juta hektar
dan 77 unit Suaka Margasatwa seluas 5,42 juta hektar.
Pembinaan habitat merupakan salah satu kegiatan pengelolaan satwa
liar untuk memperbaiki keadaan habitat satwa liar guna mempertahankan
keberadaan atau menaikan kualitas tempat hidup satwa agar dapat hidup
layak dan mampu berkembang. Dalam pelaksanaannya, pembinaan habitat
dilakukan dengan memperhatikan prinsip pokok konservasi yaitu
pertimbangan ekologis, prinsip keterpaduan, efektifitas kegiatan, dan secara
teknis dapat dikerjakan serta secara ekonomi dapat dilaksanakan.
Dalam pembinaan habitat satwa liar ada tiga komponen utama yang satu
sama lain saling berkaitan, yaitu: komponen biotik (meliputi: vegetasi, satwa
liar, dan organisme mikro), komponen fisik (meliputi: air, tanah, iklim,
topografi, dll.) dan komponen kimia (meliputi seluruh unsur kimia yang
terkandung dalam komponen biotik maupun komponen fisik).
1. Pengelolaan Pakan
Berdasarkan jenis pakan dan kebiasaan makannya maka satwa dapat
dibedakan sebagai satwa pemakan buah dan biji (frugivor), rumput, daun,
pucuk (herbivora), pemakan serangga (insectivor), pemakan daging
(karnivora) dan pemakan segalanya (omnivora). Upaya dalam pengelolaan
pakan biasanya berupa peningkatan kualitas dan kuantitas.
2. Pengelolaan Air
Untuk memenuhi kebutuhan satwa akan air untuk minum, berkubang, dll
selain memanfaatkan air bebas dari alam (sungai, air hujan, embun dan
sumber-sumber lain) diperlukan sarana tambahannya. Misalnya, pembuatan
tempat minum, pembuatan kubangan dan kontrol terhadap kualitas air.
3. Pengelolaan Pelindung (Cover)
Kebutuhan perlindungan dari terik matahari, hujan dan pemangsa, sangat
dibutuhkan satwa. Untuk itu diperlukan pengetahuan tentang pola
penggunaan ruang setiap spesies satwa. Pengelolaan cover berkaitan erat
dengan pengaturan vegetasi. Selain itu perlu diketahui juga tentang
preferensi habitat setiap spesies satwa. Kegiatan yang mungkin dilakukan
dalam pengelolaan pelindung misalnya peningkatan jumlah pohon peneduh
yang dibutuhkan oleh satwa. Dalam perbaikan habitat memerlukan
pengkajian terhadap aspek penyebab kerusakan habitat dan daya dukung
habitat yang dibutuhkan oleh setiap satwa.
Dr.H. Totok Gunawan, M.S.,dkk. 2004. Fakta dan Konsep Geografi. Jakarta:
Ganeca Exact.2.