Anda di halaman 1dari 5

Kasus

Klien Tn. D 45 th, datang ke emergensi dengan keluhan merasa dirinya sudah tidak berguna lagi,
tidak berarti, tidak ada tuhuan hidup, putus asa dan cenderung ingin bunuh diri. Klien mudah
tersinggung dan ketidakmampuan untuk konsentrasi, anoreksia, konstipasi, tensidan nadi
menurun, ekspresi wajah murung, sukar tidur dan sering menangis. Menurut psikolog klien
memiliki corak kepribadian klien depresif. Perawat menyusun diagnosa keperawatan dan
memberi terapi rekreasi audiovisual.

MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

1. Gangguan alam perasaan: depresi


a) Data subyektif:
Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.Sering
mengemukakan keluhan somatik. Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti,
tidak ada tujuan hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh diri.

b) Data obyektif:
Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan
sikap yang merosot, ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah
yang diseret.Kadang-kadang dapat terjadi stupor. Pasien tampak malas, lelah, tidak ada
nafsu makan, sukar tidur dan sering menangis.Proses berpikir terlambat, seolah-olah
pikirannya kosong, konsentrasi terganggu, tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir,
tidak mempunyai daya khayal Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah
yang mendalam, tidak masuk akal (irasional), waham dosa, depersonalisasi dan
halusinasi.Kadang-kadang pasien suka menunjukkan sikap bermusuhan (hostility),
mudah tersinggung (irritable) dan tidak suka diganggu.
2. Koping maladaptif
DS : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.
DO : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko mencederai diri berhubungan dengan depresi.
2. Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif.

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


a. Tujuan umum: Klien tidak mencederai diri.
b. Tujuan khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
1. Perkenalkan diri dengan klien
2. Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan sikap empati
3. Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar empati dan lebih banyak memakai
bahasa non verbal. Misalnya: memberikan sentuhan, anggukan.
4. Perhatikan pembicaraan pasien serta beri respons sesuai dengan keinginannya
5. Bicara dengan nada suara yang rendah, jelas, singkat, sederhana dan mudah
dimengerti
6. Terima pasien apa adanya tanpa membandingkan dengan orang lain.
2. Klien dapat menggunakan koping adaptif
Tindakan:
1. Beri dorongan untuk mengungkapkan perasaannya dan mengatakan bahwa perawat
memahami apa yang dirasakan pasien.
2. Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan
sedih/menyakitkan
3. Diskusikan dengan pasien manfaat dari koping yang biasa digunakan
4. Bersama pasien mencari berbagai alternatif koping.
5. Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan dapat diterima
6. Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih
7. Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan masalah.

3. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri


Tindakan:
1. Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/melukai diri sendiri.
2. Jauhkan dan simpan alat-alat yang dapat digunakan olch pasien untuk mencederai
dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan terkunci.
3. Jauhkan bahan alat yang membahayakan pasien.
4. Awasi dan tempatkan pasien di ruang yang mudah dipantau oleh peramat/petugas.

4. Klien dapat meningkatkan harga diri


Tindakan:
1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
2. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
3. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar
sesama,keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).

5. Klien dapat menggunakan dukungan social


Tindakan:
1. Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu (orang-orang terdekat, tim
pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut).
2. Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas
keagamaan, kepercayaan agama).
3. Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka agama).

6. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat


Tindakan:
1. Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat).
2. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara,
waktu).
3. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
4. Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.
BAB II
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Depresi merupakan gangguan psikis yang dapat menurunkan alam kesadaran seseorang,
sehingga seseorang yang terkena depresi akan terganggu aktifitasnya. Ada banyak pengertian
tentang arti depresi, Depresi adalah penyakit suasana hati. Penyakit dari sekitar kesedihan atau
duka cita. “Depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai
seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood
yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan”. Depresi
merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia baik fungsi psikis mupun fungsi fisik, yang
berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada
pola tidur dan nafsu makan, psikomotorik, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan
tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.(ilmu kedokteran jiwa darurat halm 227) Depresi tidak
hanya menggambarkan suasana hati, tetapi juga meliputi perubahan dalam pemikiran, perilaku,
dan biologis kita. Jika hal tersebut dibiarkan maka akan sangat berbahaya karena akan
mempengaruhi keseimbangan hubungan diri kita dengan lingkungan. Depresi dapat menurunkan
fungsi kognitif, emosi dan produktifitas pada individu.

3.2 Saran
Dalam melakukan tindakan keperwatan jiwa kepada pasien yang akan melakukan
terapi kejang listrik kita sebagai seorang perawat harus dapat melakukan secara benar dalam
arti keilmuannya untuk praktik keperawatan harus dilakukan oleh perawat professional dan
berkompeten.
DAFTAR PUSTAKA

 http://fitra-ilmukeperawatan.blogspot.com/2010/11/terapi-kejang-listrik.html
 Dalami, Ermawati dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa.
Jakarta : Trans Info Media
 Maramis, W.F. 1994. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press
Baihaqi, MIF. 2007. Psikiatri. Bandung : PT Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai