Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan upaya yang bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi


dalam diri individu yang berlangsung seumur hidup sesuai dengan nilai-nilai dan kebudayaan
yang ada dalam masyarakat. Pendidikan juga merupakan salah satu cara yang digunakan
untuk memperoleh pembelajaran dari berbagai disiplin ilmu.

Pendidikan individu dapat dilakukan melalui pendidikan formal, non formal maupun
informal. Salah satu tempat untuk mendapatkan pendidikan secara formal adalah perguruan
tinggi, yakni merupakan pendidikan lanjutan bagi peserta didik setelah selesai menempuh
pendidikan menengah atas. Perguruan tinggi memiliki peran penting untuk menghasilkan
individu yang mandiri, bermartabat, individu yang tangguh, serta individu yang kreatif.

Mahasiswa adalah orang yang belajar (pelajar) di perguruan tinggi (Tim Penyusun
Kamus Pusat Bahasa 2008: 895). Djamarah (2002) mengatakan bahwa selama menuntut ilmu
dilembaga pendidikan formal baik pelajar atau mahasiswa, tidak akan lepas dari keharusan
mengerjakan tugas-tugas studi. Demikian pula, pada mahasiswa sebagai subjek yang belajar
diperguruan tinggi tentunya akan berhadapan dengan rutinitas kegiatan belajar, mengerjakan
tugas- tugas dari dosen, dan lain sebagainya.Mahasiswa harus dapat belajar secara lebih
mandiri dan tidak boleh hanya bergantung pada orang lain. Mahasiswa juga harus dapat
mengerjakan tugas-tugas akademiknya dengan sebaik mungkin. Hal ini penting karena
kesuksesan dalam pendidikan tinggi menjadi salah satu faktor dalam mendapatkan pekerjaan
yang baik.

Mahasiswa dilihat dari batasan psikologi perkembangan, menurut Hurlock (1980) dapat
digolongkan memasuki tahap remaja akhir yang dihadapkan pada tugas perkembangan untuk
memenuhi harapan-harapan masyarakat dan mencakup mendapatkan pekerjaan sesuai bidang
ilmu yang dipelajari yang kelak akan menentukan pengakuan sosial. Persoalan klasik yang
hingga kini tetap ada dalam dunia pendidikan termasuk dalam perguruan tinggi yaitu masih
sering terjadinya prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh mahasiswa.
Fenomena yang terjadi dilapangan, mahasiswa sering kali menunda mengerjakan tugas
kuliah, menunda belajar ketika akan menghadapi ujian dan terkadang malah memilih
melakukan hal-hal yang sifatnya lebih menyenangkan dan tidak berhubungan dengan
tugasnya. Beberapa penelitian mengenai prokrastinasi diantaranya penelitian Ellis dan Knaus
yang memperkirakan lebih dari 95% mahasiswa perguruan tinggi di Amerika menunda
memulai atau menyelesaikan tugas dengan sengaja dan lebih dari 70% mahasiswa melakukan
prokrastinasi secara berulang (dalam Sepehrian dan Lotf 2011: 2987).

Subjek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Seni rupa
Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Semarang angkatan 2017. Peneliti
memilih subjek penelitian ini dikarenakan peneliti memiliki akses kepada responden.

1.2. Rumusan Masalah

A. Seberapa banyak mahasiswa jurusan Senirupa UNNES 2017 yang pernah menunda
memulai atau menyelesaikan tugas kuliah secara sengaja?
B. Seberapa sering mahasiswa jurusan Senirupa UNNES 2017 menunda pengerjaan tugas
kuliah secara sengaja?
C. Apa saja penyebab mahasiswa jurusan Senirupa UNNES 2017 menunda pengerjaan
tugas kuliah secara sengaja?

1.3. Manfaat dan Tujuan Penelitian

A. Mengetahui banyaknya mahasiswa jurusan Senirupa UNNES angkatan 2017 yang


pernah menunda pengerjaan tugas kuliah secara sengaja.
B. Mengetahui seberapa sering mahasiswa jurusan Senirupa UNNES angkatan 2017
menunda pengerjaan tugas kuliah secara sengaja.
C. Mengetahui penyebab mahasiswa jurusan Senirupa UNNES 2017 melakukan
prokrastinasi akademik.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Prokrastinasi

2.1.1. Definisi Prokrastinasi

Secara etiologis atau menurut asal kata, istilah prokrastinasi berasal dari dua kata
dalam bahasa latin yaitu pro yang berarti bergerak maju, dan crastinus yang berarti
keputusan hari esok, ini berarti prokrastinasi adalah menangguhkan atau menunda
sampai hari berikutnya (Burka dan Yuen 2008: 5).

Menurut Fiore (dalam Catrunada dan Puspitawati 2008: 6) prokrastinasi adalah


suatu mekanisme untuk mengatasi kecemasan yang berhubungan dengan bagaimana
cara memulai atau menyelesaikan pekerjaan dan dalam hal membuat keputusan.

Menurut Ferrari (dalam Ghufron 2003: 20) prokrastinasi akademik adalah jenis
penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas
akademik, misalnya tugas sekolah atau tugas kursus. Prokrastinasi merupakan
kecenderungan menunda memulai menyelesaikan tugas dengan melakukan aktivitas
lain yang tidak berguna sehingga tugas menjadi terhambat, tidak selesai tepat waktu,
dan sering terlambat.

Pengertian yang serupa mengenai prokrastinasi akademik dikemukakan oleh


Rothblum, Solomon, dan Murakami (1986: 387) sebagai kecenderungan untuk (a)
selalu atau hampir selalu menunda tugas akademik, dan (b) selalu atau hampir selalu
mengalami masalah kecemasan terkait dengan prokrastinasi ini.

Orang yang melakukan perilaku menunda disebut penunda (prokrastinator). Gejala


perilaku menunda (prokrastinasi) lebih banyak dimanifestasikan dalam dunia
pendidikan.

Menurut Schouwenburg (dalam Ferrari dkk, 1995:76-84) indikator dari


prokrastinasi akademik adalah sebagai berikut: (a). Penundaan pelaksanaan tugas-tugas
akademik, (b) Kelemahan dan keterlambatan dalam mengerjakan tugas akademik (c)
ketidaksesuaian antara rencana dengan performansi aktual, (d) melakukan aktivitas lain
yang lebih menyenangkan.

Noran (dalam Akinsola, Tella dan Tella 2007: 364) mendefinisikan prokrastinasi
sebagai bentuk penghindaran dalam mengerjakan tugas yang seharusnya diselesaikan
oleh mahasiswa. Mahasiswa yang melakukan prokrastinasi lebih memilih
menghabiskan waktu dengan teman atau pekerjaan lainnya yang sebenarnya tidak
begitu penting daripada mengerjakan tugas yang harus diselesaikan dengan cepat.

2.1.2. Ciri-Ciri Prokrastinasi Akademik

Menurut Ferrari, Johnshon dan McCown (dalam Ghufron 2003: 23), prokrastinasi
akademik dapat termanifestasikan dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan
diamati dengan ciri-ciri berupa:

1. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi.
Seseorang yang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang dihadapinya harus
segera diselesaikan, tetapi dia menunda-nunda untuk mulai mengerjakannya atau
menunda-nunda untuk menyelesaikan sampai tuntas jika dia sudah mulai mengerjakan
sebelumnya.

2. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas. Orang yang melakukan prokrastinasi


memerlukan waktu yang lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya
dalam mengerjakan suatu tugas.

3. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual. Seorang prokrastinator


mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah
ditentukan sebelumnya. Seorang prokrastinator sering mengalami keterlambatan
dalam memenuhi deadline yang telah ditentukan, baik oleh orang lain maupun rencana
yang telah dia tentukan sendiri.

4. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang
harus dikerjakan. Seorang prokrastinator dengan sengaja tidak segera melakukan
tugasnya, akan tetapi menggunakan waktu yang dia miliki untuk melakukan aktivitas
lain yang dipandang lebih menyenangkan sehingga menyita waktu yang dia miliki
untuk mengerjakan tugas yang harus diselesaikannya.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri prokrastinasi akademik yaitu
meliputi penundaan untuk menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi,
keterlambatan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja
aktual, dan melakukan aktivitas lain daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan.

2.1.3. Area Prokrastinasi Akademik

Menurut Green (dalam Ghufron 2003: 20), jenis tugas yang menjadi objek
prokrastinasi akademik adalah tugas yang berhubungan dengan kinerja akademik.
Perilaku-perilaku yang mencirikan penundaan dalam tugas akademik dipilah dari
perilaku lainnya dan dikelompokkan menjadi unsur prokrastinasi akademik.

Adapun menurut Solomon dan Rothblum (1984: 504), prokrastinasi terjadi secara
merata dalam enam area fungsi akademis yaitu tugas mengarang, belajar untuk
menghadapi ujian, membaca, tugas administrasi, menghadiri pertemuan dan kinerja
akademik secara keseluruhan.

Selanjutnya prokrastinasi terhadap keenam area fungsi akademis tadi dijelaskan


oleh Ghufron (2003: 20-21) sebagaimana berikut ini:

1. Tugas mengarang, meliputi penundaan melaksanakan kewajiban atau tugas


menulis, misalnya menulis makalah, laporan atau tugas mengarang lainnya.
2. Tugas belajar untuk menghadapi ujian, mencakup penundaan belajar untuk
menghadapi ujian.
3. Tugas membaca, meliputi adanya penundaan untuk membaca buku atau referensi
yang berkaitan dengan tugas akademik yang diwajibkan.
4. Tugas administrasi, yaitu menyalin catatan, presensi, dan daftar peserta praktikum.
5. Menghadiri pertemuan, meliputi penundaan atau terlambat masuk kelas atau
pelajaran, praktikum, dan pertemuan lainnya.
6. Kinerja akademik secara keseluruhan, meliputi kewajiban mengerjakan atau
menyelesaikan tugas – tugas akademik secara keseluruhan.

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa ada enam area prokrastinasi akademik
yaitu tugas mengarang, belajar untuk menghadapi ujian, membaca, tugas administrasi,
menghadiri pertemuan dan kinerja akademik secara keseluruhan.
2.1.4. Faktor-faktor yang Menyebabkan Prokrastinasi

Bernard (dalam Catrunada dan Puspitawati 2008: 6-9), mengungkapkan ada


sepuluh faktor yang dapat menyebabkan prokrastinasi, yaitu:

1. Kecemasan (Anxiety)
Kecemasan yang tinggi yang berinteraksi dengan tugas-tugas yang diharapkan dapat
diselesaikan menyebabkan seseorang cenderung menunda tugas tersebut.

2. Pencelaan terhadap Diri Sendiri (Self-Depreciation)


Pencelaan terhadap diri sendiri termanifestasi ke dalam penghargaan yang rendah
atas dirinya sendiri, selalu menyalahkan diri sendiri ketika terjadi kesalahan, dan rasa
tidak percaya diri menyebabkan seseorang cenderung melakukan prokrastinasi.

3. Rendahnya Toleransi terhadap Ketidaknyamanan (Low Discomfort Tolerance)


Kesulitan pada tugas yang dikerjakan membuat seseorang mengalami kesulitan
untuk menoleransi rasa frustrasi dan kecemasan, sehingga mereka mengalihkan diri
sendiri kepada tugas-tugas yang dapat mengurangi ketidaknyamanan dalam diri
mereka.

4. Pencari Kesenangan (Pleasure-seeking)


Seseorang yang mencari kenyamanan cenderung tidak mau melepaskan situasi yang
membuat nyaman tersebut. Jika seseorang memiliki kecenderungan tinggi dalam
mencari situasi yang nyaman, maka orang tersebut akan memiliki hasrat kuat untuk
bersenang-senang dan memiliki kontrol impuls yang rendah.

5. Tidak Teraturnya Waktu (Time Disorganization)


Mengatur waktu berarti bisa memperkirakan dengan baik berapa lama seseorang
membutuhkan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Lemahnya pengaturan
waktu disebabkan sulitnya seseorang memutuskan pekerjaan apa yang penting dan
kurang penting untuk dikerjakan hari ini. Semua pekerjaan terlihat sangat penting
sehingga muncul kesulitan untuk menentukan apa yang harus dikerjakan terlebih
dahulu.

6. Tidak Teraturnya Lingkungan (Environmental Disorganisation)


Salah satu faktor prokrastinasi adalah kenyataan bahwa lingkungan disekitarnya
berantakan atau tidak teratur dengan baik, hal itu terjadi kemungkinan karena
kesalahan mahasiswa tersebut. Tidak teraturnya lingkungan bisa dalam bentuk
interupsi dari orang lain, kurangnya privasi, kertas yang bertebaran dimana-mana,
dan alat-alat yang dibutuhkan dalam pekerjaan tersebut tidak tersedia. Adanya begitu
banyak gangguan pada area wilayah pekerjaan menyulitkan seseorang untuk
berkonsentrasi sehingga pekerjaan tersebut tidak bisa selesai tepat pada waktunya.

7. Pendekatan yang Lemah terhadap Tugas (Poor Task Approach)


Seseorang merasa siap untuk bekerja, kemungkinan dia akan meletakkan kembali
pekerjaan tersebut karena tidak tahu darimana harus memulai sehingga cenderung
menjadi tertahan oleh ketidaktahuan tentang bagaimana harus memulai dan
menyelesaikan pekerjaan tersebut.

8. Kurangnya Pernyataan yang Tegas (Lack of Assertion)


Kurangnya pernyataan yang tegas disebabkan seseorang mengalami kesulitan untuk
berkata “tidak” terhadap permintaan yang ditujukan kepadanya ketika banyak hal
yang harus dikerjakan karena telah dijadwalkan terlebih dulu.

9. Permusuhan terhadap orang lain (Hostility with others)


Kemarahan yang terus menerus bisa menimbulkan dendam dan sikap bermusuhan
sehingga bisa menuju sikap menolak atau menentang apapun yang dikatakan oleh
orang tersebut.

10. Stres dan kelelahan (Stress and fatigue)


Stres adalah hasil dari sejumlah intensitas tuntutan negatif dalam hidup yang
digabung dengan gaya hidup dan kemampuan mengatasi masalah pada diri sendiri.
Semakin banyak tuntutan dan semakin lemah sikap seseorang dalam memecahkan
masalah, semakin tinggi stres seseorang.

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat


menyebabkan prokrastinasi antara lain kecemasan, pencelaan terhadap diri sendiri, rendahnya
toleransi terhadap ketidaknyamanan, pencari kesenangan, tidak teraturnya waktu, tidak
teraturnya lingkungan, pendekatan yang lemah terhadap tugas, kurangnya pernyataan yang
tegas, permusuhan dengan orang lain, dan stres dan kelelahan.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

3.1.1. Jenis penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode
survei. Dengan tujuan untuk mengetahui perilaku prokrastinasi akademik pada
mahasiswa jurusan Senirupa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Menurut Nazir (dalam Buku Contoh Metode Penelitian 1988: 63), metode deskriptif
merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu
set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki. Menurut Whitney (1960: 160) metode
deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Dapat dikatakan bahwa
penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala,
peristiwa yang terjadi pada saat sekarang atau masalah aktual.
Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta
dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik
tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu
daerah. (Nazir, 1988: 65).

3.1.2. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian (Arikunto 2006: 118). Variabel juga dapat didefinisikan sebagai
konsep yang mengenai atribut atau sifat yang terdapat pada subjek penelitian
yang dapat bervariasi secara kuantitatif atau secara kualitatif (Azwar 2011a: 59).

Variabel dalam penelitian ini adalah prokrastinasi akademik. Prokrastinasi


adalah penundaan yang dilakukan pada tugas formal yang berhubungan dengan
tugas akademik. Prokrastinasi merupakan kecenderungan menunda memulai
menyelesaikan tugas dengan melakukan aktivitas lain sehingga tugas menjadi
terhambat, tidak selesai tepat waktu, dan sering terlambat.
3.1.3. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan


berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati (Azwar
2011a: 74). Definisi operasional ini dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman
mengenai data yang akan dikumpulkan dan untuk menghindari kesesatan alat
pengumpulan data.

Prokrastinasi akademik adalah perilaku penundaan pada tugas akademik yang


dilakukan secara sadar dengan melakukan aktivitas lain yang menimbulkan akibat
negatif atau kerugian pada pelakunya. Untuk mengungkap tingkat prokrastinasi
akademik akan digunakan skala yang disusun berdasarkan ciri-ciri prokrastinasi
akademik yang meliputi penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada
tugas yang dihadapi, keterlambatan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan waktu
antara rencana dan kinerja aktual, dan melakukan aktivitas lain yang lebih
menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan.

3.2. Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi

Pengertian lain diungkapkan oleh Purwanto (2011: 56-57) bahwa populasi adalah
sebuah kelompok yang kepada mereka hasil-hasil penelitian yang dilakukan hendak
digeneralisasikan.

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif jurusan Senirupa
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang angkatan 2017 yang memiliki
kriteria sebagai berikut:

1. Mahasiswa jurusan Senirupa Universitas Negeri Semarang angkatan 2017.


2. Merupakan mahasiswa aktif atau tidak sedang masa cuti.
3. Mengambil progam gelar sarjana S1 atau D3.
3.2.2. Sampel

Menurut Purwanto (2011: 56) istilah sampel menunjukkan pada sebuah kelompok
yang dari padanya peneliti memperoleh informasi yang pada gilirannya akan
digeneralisasikan kepada kelompok yang lebih besar.

Dalam penelitian ini pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling


yaitu teknik pengambilan sampel dimana setiap anggota populasi memiliki peluang
yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel (Purwanto 2011: 61).

Peneliti mengambil 48 subjek yang dipilih secara acak untuk mengisi kuisioner
yang akan diberikan.

3.3. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala.
Penskalaan adalah merupakan prosedur untuk menempatkan karakteristik objek pada
titik-titik sepanjang sebuah kontinum. Penskalaan dalam psikologi adalah upaya untuk
mengembangkan instrumen pengukuran terhadap penilaian individu.
3.3.1. Skala Prokrastinasi Akademik
Skala berikut ditujukan untuk mengetahui tingkatan prokrastinasi akademik
mahasiswa jurusan Senirupa UNNES. Skala berikut menggunakan ciri-ciri
Prokrastinasi akademik sebagai indikator yang akan dicari, yaitu penundaan
penyelesaian pada tugas yang dihadapi, keterlambatan dalam mengerjakan tugas,
kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual, melakukan aktivitas lain daripada
melakukan tugas yang harus dikerjakan.

Berdasarkan indikator-indikator tersebut, maka disusunlah blueprint berikut aitem


skala prokrastinasi akademik dengan sebagaimana ditunjukkan dalam tabel dibawah
ini:
Table 3.1

No. Indikator No. Aitem Total

Favorabel Unfavorabel

1 Penundaan penyelesaian pada tugas yang 1,10,23,31 5,13,24,32 8


dihadapi

2 Keterlambatan dalam mengerjakan tugas 4,12,18,21 7,19,25,29 8

3 Kesenjangan waktu antara rencana dan 3,11,16,26 2,15,17,22 8


kinerja actual

4 Melakukan aktivitas lain daripada melakukan 6,9,20,28 8,14,27,30 8


tugas yang harus dikerjakan

Jumlah 16 16 32

Skala prokrastinasi akademik ini terdiri pernyataan favorable dan unfavorable,


dimana pernyataan-pernyataan tersebut mengarah kepada keadaan diri individu atau
penilaian diri sendiri (self report). Skala ini menggunakan penskalaan model likert
dengan menggunakan empat kategori jawaban yang tertutup yaitu selalu (SL), sering
(SR), kadang - kadang (KD), dan tidak pernah (TP).

Skoring masing-masing aitem pernyataan skala prokrastinasi akademik dapat


dilihat dalam tabel dibawah ini.
Tabel 3.2

Aitem Favorabel Aitem Unfavorabel

Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban Skor

Selalu 4 Selalu 1

Sering 3 Sering 2

Kadang-kadang 2 Kadang-kadang 3

Tidak pernah 1 Tidak pernah 4

3.3.2. Blueprint Prokrastinasi Akademik


Skala ini bertujuan untuk mengetahui tingkatan prokrastinasi akademik mahasiswa
jurusan Senirupa UNNES. Skala ini disusun berdasarkan empat ciri-ciri proktinasi
akademik yang dikemukakan oleh Ferrari, Johnshon dan McCown (dalam Ghufron
2003: 23) yaitu; (1) Penundaan untuk menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi,
(2) Keterlambatan dalam mengerjakan tugas, (3) Kesenjangan waktu antara rencana
dan kinerja aktual, (4) Melakukan aktivitas lain daripada melakukan tugas yang harus
dikerjakan.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, maka disusunlah blueprint berikut sebaran aitem
skala prokrastinasi akademik. Berikut adalah blueprint prokrastinasi akademik:
Tabel 3.3.

Sebaran aitem
No. Indikator Jml
Favorabel Unfavorabel

1 Penundaan penyelesaian 1. Saya sering 1. Saya langsung 8


pada tugas yang menunda mengerjakan
mengerjakan tugas tugas yang
dihadapi
karena merasa diberikan saat
tugas yang pulang kuliah.
diberikan terlalu 2. Saya sering
susah. mengajak teman
2. Tugas saya sering sekelompok
terhambat karena untuk
lingkungan sekitar mengerjakan
saya. tugas bersama.
3. Saya selalu malas 3. Saya tidak suka
mengerjakan tugas. menunda
4. Saya sering jadi pekerjaan saya
penghambat dalam dengan alasan
kerja kelompok. apapun.
4. Saya langsung
mengerjakan
tugas dari dosen
yang saya
sukai/favoritkan.

2 Keterlambatan dalam 1. Saya sering 1. Saya sudah 8


mengerjakan tugas terlambat mengerjakan
mengumpulkan tugas saya jauh
tugas yang hari sebelum
diberikan oleh batas waktu
dosen. pengumpulan.
2. Saya sering 2. Saya
meminta tambahan mengerjakan
waktu kepada tugas tepat waktu.
dosen untuk 3. Saya tidak pernah
mengumpulkan ada masalah
tugas. dengan jadwal
3. Saya sering pengumpulan
akhirnya tidak tugas.
mengerjakan tugas 4. Saya langsung
karena belum mengerjakan
memulai tugas karena saya
mengerjakan tugas merasa tenang
sama sekali. saat tugas saya
4. Saya sering belum sudah selesai.
mengerjakan tugas
saat teman-teman
sudah selesai
mengerjakan.

3 Kesenjangan waktu 1. Saya tidak 1. Saya langsung 8


antara rencana dan langsung mengerjakan
mengerjakan tugas tugas pada waktu
kinerja actual
walaupun sudah yang sudah saya
berencana rencanakan.
mengerjakan pada 2. Saya lebih
hari itu. memilih tetap
2. Saya sering tidak mengerjakan
mengerjakan tugas tugas walaupun
karena malas saya mengantuk.
mengerjakan. 3. Saya memiliki
3. Saya sering agenda
ketiduran ditengah- mengerjakan
tengah mengerjakan tugas dengan
tugas. jelas.
4. Saya sering 4. Saya lebih
beralasan untuk memilih
tidak mengikuti mengerjakan
kerja kelompok. tugas yang saya
anggap mudah
terlebih dahulu.

4 Melakukan aktivitas 1. Saya lebih suka 1. Saya mematikan 8


lain daripada melakukan berkumpul dengan atau me-mode
teman-teman diam/silent
tugas yang harus
dibandingkan ponsel saya saat
dikerjakan mengerjakan tugas. mengerjakan
2. Saya sering tugas agar tidak
menunda terganggu.
mengerjakan tugas 2. Saya menolak
saat ada teman ajakan teman
yang mengajak untuk bermain
pergi. saat ada tugas
3. Saya sering yang ingin saya
melalaikan tugas kerjakan.
saya karena ada 3. Saya sangat
notifikasi ponsel. fokus dan tidak
4. Perhatian saya menghiraukan
sering teralihkan gangguan lain
saat mengerjakan saat mengerjakan
tugas. tugas.
4. Saya lebih
memilih
mengerjakan
tugas saat
memiliki waktu
luang
dibandingkan
hanya bermalas-
malasan.
BAB IV
HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
4.1. Uji Coba
Skala sebar melalui media cetak pada tanggal 21 Mei 2019. Skala ini dibagika
langsung kepada reponden. Skala diuji kepada 48 reponden dengan kriteria mahasiswa
aktif Universitas Negeri Semarang jurusan Senirupa angkatan 2017.

4.2. Uji Validitas


Uji validitas yang dilakukan menggunakan program spss 20 dengan 48 aitem
dalam mengukur tingkat prokrastinasi akademik menggunakan uji validitas product
moment untuk mengetahui aitem yang valid dan tidak valid.
Tabel hasil uji validitas menggunakan product moment:
Aitem Koefisien Keterangan
1 471 VALID
2 551 VALID
3 322 VALID
4 692 VALID
5 422 VALID
6 547 VALID
7 542 VALID
8 410 VALID
9 456 VALID
10 646 VALID
11 720 VALID
12 597 VALID
13 424 VALID
14 602 VALID
15 430 VALID
16 178 TIDAK VALID
17 608 VALID
18 580 VALID
19 712 VALID
20 547 VALID
21 682 VALID
22 575 VALID
23 631 VALID
24 395 VALID
25 233 TIDAK VALID
26 469 VALID
27 347 VALID
28 417 VALID
29 473 VALID
30 635 VALID
31 445 VALID
32 390 VALID

Berdasarkan uji validitas aitem diatas yang dilakukan menunjukkan. Sebanyak 2


aitem dinyatakan tidak valid, sedangkan 30 sisanya dinyatakan valid. Validitas yang
diukur dengan melihat r tabel dengan r hitung, N=48 adalah 0,284.
Aitem gugur yaitu aitem nomor 16, dan 25.

4.3. Uji Reliabilitas


Uji reliabilitas yang menggunakan program spss 20 dengan 30 aitem dalam
mengukur tingkat prokrastinasi akademik mahasiswa UNNES jurusan Senirupa
angkatan 2017 menggunakan teknik Alpha Cronchbach menunjukkan bahwa koefisien
reliabilitas skala prokrastinasi akademik sebesar 0,890. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa skala prokrastinasi akademik tergolong baik.
Menurut Azwar (2019) apabila aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem-total
sama dengan atau lebih dari 0.30 dapat dinyatakan memiliki indeks daya diskriminasi
yang tinggi. Berikut tabel indeks daya diskriminasi skala prokrastinasi akademik.
Tabel indeks daya diskriminasi:
No. Aitem Koefisien Relabilitas
1 .423 TINGGI
2 .462 TINGGI
3 .270 RENDAH
4 .660 TINGGI
5 .368 TINGGI
6 .492 TINGGI
7 .502 TINGGI
8 .339 TINGGI
9 .397 TINGGI
10 .612 TINGGI
11 .684 TINGGI
12 .547 TINGGI
13 .369 TINGGI
14 .556 TINGGI
15 .385 TINGGI
16 .113 RENDAH
17 .565 TINGGI
18 .536 TINGGI
19 .681 TINGGI
20 .495 TINGGI
21 .643 TINGGI
22 .524 TINGGI
23 .593 TINGGI
24 .445 TINGGI
25 .165 RENDAH
26 .419 TINGGI
27 .297 RENDAH
28 .364 TINGGI
29 .411 TINGGI
30 .591 TINGGI
31 .391 TINGGI
32 .316 TINGGI

Dapat disimpulkan bahwa dari 32 aitem yang terdapat pada sala prokrastinasi
akademik terdapat 4 aitem yang memiliki indeks daya diskriminasi rendah yaitu aitem
nomor 3, 16, 25, dan 27. Sedangkan 28 aitem lainnya memiliki indeks daya
diskriminasi aitem tinggi.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji reliabilitas skala prokrastinasi akademik dengan
menggunakan formulasi koefisien Cronbach Alpha memiliki koefisien reliabilitas
sebesar 0,890. Dari 32 butir aitem pernyataan terdapat 4 aitem yang dinyatakan gugur
dan memiliki indeks daya diskriminasi rendah.
Hasil uji validitas dengan rumus korelasi product moment dengan batas koefisien
0,349, terdapat 4 aitem yang dinyatakan tidak valid. Dari hasil tersebut dapat
dinyatakan 28 dari 32 butir aitem pada skala prokrastinasi dapat dinyatakan layak
digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. 2015. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Aziz, A. & Raharjo, P. 2013. Faktor-Faktor Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa


Semester Akhir Yang Menyusun Skripsi di Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Tahun Ajaran 2011/2012. Purwokerto: Psycho Idea Tahun 11 No.1.

Kurniawan, R. 2013. Hubungan Antara Self-Regulated Learning Dengan Prokrastinasi


Akademik Pada Mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Hanifah, H. F. 2015. Fakor-Faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik pada


Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung. Psympathic, Jurnal Ilmiah
Psikologi, Vol. 2, No. 2, Hal: 123 – 132.

Anda mungkin juga menyukai