PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan individu dapat dilakukan melalui pendidikan formal, non formal maupun
informal. Salah satu tempat untuk mendapatkan pendidikan secara formal adalah perguruan
tinggi, yakni merupakan pendidikan lanjutan bagi peserta didik setelah selesai menempuh
pendidikan menengah atas. Perguruan tinggi memiliki peran penting untuk menghasilkan
individu yang mandiri, bermartabat, individu yang tangguh, serta individu yang kreatif.
Mahasiswa adalah orang yang belajar (pelajar) di perguruan tinggi (Tim Penyusun
Kamus Pusat Bahasa 2008: 895). Djamarah (2002) mengatakan bahwa selama menuntut ilmu
dilembaga pendidikan formal baik pelajar atau mahasiswa, tidak akan lepas dari keharusan
mengerjakan tugas-tugas studi. Demikian pula, pada mahasiswa sebagai subjek yang belajar
diperguruan tinggi tentunya akan berhadapan dengan rutinitas kegiatan belajar, mengerjakan
tugas- tugas dari dosen, dan lain sebagainya.Mahasiswa harus dapat belajar secara lebih
mandiri dan tidak boleh hanya bergantung pada orang lain. Mahasiswa juga harus dapat
mengerjakan tugas-tugas akademiknya dengan sebaik mungkin. Hal ini penting karena
kesuksesan dalam pendidikan tinggi menjadi salah satu faktor dalam mendapatkan pekerjaan
yang baik.
Mahasiswa dilihat dari batasan psikologi perkembangan, menurut Hurlock (1980) dapat
digolongkan memasuki tahap remaja akhir yang dihadapkan pada tugas perkembangan untuk
memenuhi harapan-harapan masyarakat dan mencakup mendapatkan pekerjaan sesuai bidang
ilmu yang dipelajari yang kelak akan menentukan pengakuan sosial. Persoalan klasik yang
hingga kini tetap ada dalam dunia pendidikan termasuk dalam perguruan tinggi yaitu masih
sering terjadinya prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh mahasiswa.
Fenomena yang terjadi dilapangan, mahasiswa sering kali menunda mengerjakan tugas
kuliah, menunda belajar ketika akan menghadapi ujian dan terkadang malah memilih
melakukan hal-hal yang sifatnya lebih menyenangkan dan tidak berhubungan dengan
tugasnya. Beberapa penelitian mengenai prokrastinasi diantaranya penelitian Ellis dan Knaus
yang memperkirakan lebih dari 95% mahasiswa perguruan tinggi di Amerika menunda
memulai atau menyelesaikan tugas dengan sengaja dan lebih dari 70% mahasiswa melakukan
prokrastinasi secara berulang (dalam Sepehrian dan Lotf 2011: 2987).
Subjek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Seni rupa
Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Semarang angkatan 2017. Peneliti
memilih subjek penelitian ini dikarenakan peneliti memiliki akses kepada responden.
A. Seberapa banyak mahasiswa jurusan Senirupa UNNES 2017 yang pernah menunda
memulai atau menyelesaikan tugas kuliah secara sengaja?
B. Seberapa sering mahasiswa jurusan Senirupa UNNES 2017 menunda pengerjaan tugas
kuliah secara sengaja?
C. Apa saja penyebab mahasiswa jurusan Senirupa UNNES 2017 menunda pengerjaan
tugas kuliah secara sengaja?
LANDASAN TEORI
2.1. Prokrastinasi
Secara etiologis atau menurut asal kata, istilah prokrastinasi berasal dari dua kata
dalam bahasa latin yaitu pro yang berarti bergerak maju, dan crastinus yang berarti
keputusan hari esok, ini berarti prokrastinasi adalah menangguhkan atau menunda
sampai hari berikutnya (Burka dan Yuen 2008: 5).
Menurut Ferrari (dalam Ghufron 2003: 20) prokrastinasi akademik adalah jenis
penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas
akademik, misalnya tugas sekolah atau tugas kursus. Prokrastinasi merupakan
kecenderungan menunda memulai menyelesaikan tugas dengan melakukan aktivitas
lain yang tidak berguna sehingga tugas menjadi terhambat, tidak selesai tepat waktu,
dan sering terlambat.
Noran (dalam Akinsola, Tella dan Tella 2007: 364) mendefinisikan prokrastinasi
sebagai bentuk penghindaran dalam mengerjakan tugas yang seharusnya diselesaikan
oleh mahasiswa. Mahasiswa yang melakukan prokrastinasi lebih memilih
menghabiskan waktu dengan teman atau pekerjaan lainnya yang sebenarnya tidak
begitu penting daripada mengerjakan tugas yang harus diselesaikan dengan cepat.
Menurut Ferrari, Johnshon dan McCown (dalam Ghufron 2003: 23), prokrastinasi
akademik dapat termanifestasikan dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan
diamati dengan ciri-ciri berupa:
1. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi.
Seseorang yang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang dihadapinya harus
segera diselesaikan, tetapi dia menunda-nunda untuk mulai mengerjakannya atau
menunda-nunda untuk menyelesaikan sampai tuntas jika dia sudah mulai mengerjakan
sebelumnya.
4. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang
harus dikerjakan. Seorang prokrastinator dengan sengaja tidak segera melakukan
tugasnya, akan tetapi menggunakan waktu yang dia miliki untuk melakukan aktivitas
lain yang dipandang lebih menyenangkan sehingga menyita waktu yang dia miliki
untuk mengerjakan tugas yang harus diselesaikannya.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri prokrastinasi akademik yaitu
meliputi penundaan untuk menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi,
keterlambatan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja
aktual, dan melakukan aktivitas lain daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan.
Menurut Green (dalam Ghufron 2003: 20), jenis tugas yang menjadi objek
prokrastinasi akademik adalah tugas yang berhubungan dengan kinerja akademik.
Perilaku-perilaku yang mencirikan penundaan dalam tugas akademik dipilah dari
perilaku lainnya dan dikelompokkan menjadi unsur prokrastinasi akademik.
Adapun menurut Solomon dan Rothblum (1984: 504), prokrastinasi terjadi secara
merata dalam enam area fungsi akademis yaitu tugas mengarang, belajar untuk
menghadapi ujian, membaca, tugas administrasi, menghadiri pertemuan dan kinerja
akademik secara keseluruhan.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa ada enam area prokrastinasi akademik
yaitu tugas mengarang, belajar untuk menghadapi ujian, membaca, tugas administrasi,
menghadiri pertemuan dan kinerja akademik secara keseluruhan.
2.1.4. Faktor-faktor yang Menyebabkan Prokrastinasi
1. Kecemasan (Anxiety)
Kecemasan yang tinggi yang berinteraksi dengan tugas-tugas yang diharapkan dapat
diselesaikan menyebabkan seseorang cenderung menunda tugas tersebut.
METODE PENELITIAN
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian (Arikunto 2006: 118). Variabel juga dapat didefinisikan sebagai
konsep yang mengenai atribut atau sifat yang terdapat pada subjek penelitian
yang dapat bervariasi secara kuantitatif atau secara kualitatif (Azwar 2011a: 59).
3.2.1. Populasi
Pengertian lain diungkapkan oleh Purwanto (2011: 56-57) bahwa populasi adalah
sebuah kelompok yang kepada mereka hasil-hasil penelitian yang dilakukan hendak
digeneralisasikan.
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif jurusan Senirupa
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang angkatan 2017 yang memiliki
kriteria sebagai berikut:
Menurut Purwanto (2011: 56) istilah sampel menunjukkan pada sebuah kelompok
yang dari padanya peneliti memperoleh informasi yang pada gilirannya akan
digeneralisasikan kepada kelompok yang lebih besar.
Peneliti mengambil 48 subjek yang dipilih secara acak untuk mengisi kuisioner
yang akan diberikan.
Favorabel Unfavorabel
Jumlah 16 16 32
Selalu 4 Selalu 1
Sering 3 Sering 2
Kadang-kadang 2 Kadang-kadang 3
Sebaran aitem
No. Indikator Jml
Favorabel Unfavorabel
Dapat disimpulkan bahwa dari 32 aitem yang terdapat pada sala prokrastinasi
akademik terdapat 4 aitem yang memiliki indeks daya diskriminasi rendah yaitu aitem
nomor 3, 16, 25, dan 27. Sedangkan 28 aitem lainnya memiliki indeks daya
diskriminasi aitem tinggi.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji reliabilitas skala prokrastinasi akademik dengan
menggunakan formulasi koefisien Cronbach Alpha memiliki koefisien reliabilitas
sebesar 0,890. Dari 32 butir aitem pernyataan terdapat 4 aitem yang dinyatakan gugur
dan memiliki indeks daya diskriminasi rendah.
Hasil uji validitas dengan rumus korelasi product moment dengan batas koefisien
0,349, terdapat 4 aitem yang dinyatakan tidak valid. Dari hasil tersebut dapat
dinyatakan 28 dari 32 butir aitem pada skala prokrastinasi dapat dinyatakan layak
digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. 2015. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.