SISTEM URINER
Urin mengalir dari ginjal ke kandung kemih. Gerak peristaltis dari ureter membantu
aliran tersebut. Setelah itu, urin ditampung di dalam kandung kemih. Ketika urin yang
tertampung dalam kandung kemih semakin banyak, serabut otot yang menyusun dinding
kantung ini menegang. Hal ini menstimulasi ujung syaraf sensorik yang terdapat pada
trigonum. Kemudian timbulah rasa ingin buang air kecil.
1. Urin normal
Urin normal berbentuk cairan berwarna kuning pucat jernih dan bersifat asam.
Perbandingan kepadatannya adalah 1.015 hingga 1.025. Jumlah urin yang dihasilkan setiap
hari adalah sekitar 284 hingga 1.704 ml tergantung pada jumlah air yang diminum dan
yang hilang sebagai keringat.
1
1) Filtrasi
Filtrasi adalah proses petama dalam pembentukan urin. Proses ini terjadi diantara
glomerulus dan kapsula bowman. Kandungan darah di dalam kapiler yang menyusun
glomerulus itu tersaring keluar secara mekanis ke dalam kapsula bowman. Proses
penyaringan ini terjadi dengan mudah karena :
a) Tekanan darah di dalam arteri renalis dan cabangnya cukup tinggi karena terletak
di dekat aorta
b) Kapiler darah yang menyusun glomerulus memiliki banyak glomerulus
Oleh karena hal-hal diatas, air dan bahan-bahan mudah larut disaring keluar
dari glomerulus ke dalam kapsula bowman. Bahan-bahan koloid, (bahan-bahan
dengan molekul besar), seperti protein darah, tidak tersaring keluar.
2) Reabsorbsi
Proses reabsorbsi terjadi di dalam pembuluh uriner. Bahan-bahan yang
tersaring keluar dari glomerulus, yaitu bahan-bahan yang dibutuhkan oleh tubuh,
diserap kembali ke dalam kapiler darah yang mengelilingi pembuluh uriner. Proses
reabsorbsi ini merupakan tanggung jawab sel-sel yang menyusun dinding pembuluh
uriner. Sel-sel ini memilki sifat yang khusus dan hanya memilki bahan-bahan yang
dibutuhkan, misalnya glukosa, asam amino, vitamin dan beberapa garam mineral
untuk diserap. Bahan-bahan yang tidak dibutuhkan dikeluarkan di dalam urin.
Sebagian besar air yang tersaring keluar gari glomerulus diserap kembali ke dalam
kapiler darah.
3) Augmentasi
Dalam proses penyerapan, bahan-bahan yang diperlukan oleh tubuh diserap
masuk ke dalam kapiler darah melalui pembuluh uriner. Dalam proses ini, bahan-
bahan yang tidak dibutuhkan, misalnya urea, amonia, racun, pigmen, dan obat-obatan
dibiarkan keluar melalui urin.
Proses penyerapan dan pengeluaran tersebut terjadi secara difusi, osmosis, dan
transport aktif.
2
TAHAPAN PRA ANALITIK
Dalam proses pengendalian mutu laboratorium dikenal ada tiga tahapan penting, yaitu
tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Pada umumnya yang sering sering diawasi
dalam pengendalian mutu hanya tahap analitik dan pasca analitik yang lebih cenderung
kepada urusan administrasi, sedangkan proses pra analitik kurang mendapat perhatian.
Kesalahan pada proses pra-analitik dapat memberikan kontribusi sekitar 61% dari total
kesalahan laboratorium, sementara kesalahan analitik 25%, dan kesalahan pasca analitik 14%.
Proses pra-analitik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : pra-analitik ekstra laboratorium dan
pra-analitik intra laboratorium. Proses-proses tersebut meliputi persiapan pasien, pengambilan
spesimen, pengiriman spesimen ke laboratorium, penanganan spesimen, dan penyimpanan
spesimen.
1. Persiapan pasien
Ada beberapa sumber kesalahan yang kurang terkontrol dari proses pra-analitik yang
dapat mempengaruhi keandalan pengujian laboratorium, tapi yang hampir tidak dapat
diidentifikasi oleh staf laboratorium. Ini terutama mencakup variabel fisik pasien, seperti
latihan fisik, puasa, diet, stres, efek posisi, menstruasi, kehamilan, gaya hidup (konsumsi
alkohol, rokok, kopi, obat adiktif), usia, jenis kelamin, variasi diurnal, pasca transfusi,
pasca donasi, pasca operasi, ketinggian.
3
3. Penggunaan pengawet urin (untuk urin 24 jam)
a. Toluena
Pengawet ini banyak dipakai, baik sekali dipakai untuk mengawetkan glukosa, aseton,
dan asam aseto asetat. Pakailah sebanyak 2-5 ml toluena untuk mengawetan urin 24
jam.
b. Thymol
Mempunyai daya seperti toluena. Kalau jumlah thymol terlalu banyak ada kemungkinan
terjadi hasil positif palsu pada reaksi terhadap proteinuria dengan cara pemanasan
dengan asam asetat.
c. Formaldehida
Khusus dipakai untuk mengaawetkan sedimen. Pakailah sebanyak 1-2 ml larutan
formaldehida 40% untuk mengawetkan urin 24 jam. Campur baik-baik tiap kali
ditambah urin.
d. Asam sulfat pekat
Asam ini dipakai untuk mengawetkan urin guna penetapan kuantitatif kalsium, nitrogen,
dan kebanyakan zat inorganik lain.
e. Natrium kabonat
Khusus dipakai untuk mengawetkan urobilinogen jika hendak menentukan ekskresinya
per 24 jam. Masukanlah kira-kira 5 gram natrium karbonat dalam botol penampung
bersama dengan beberapa ml toluena.
4
TAHAPAN ANALITIK
Prosedur pemeriksaan :
b. Warna Urin
Memperhatikan warna urin bermakna karena kadang-kadang didapat kelainan
yang berarti untuk klinik. Warna urin diuji pada tebal lapisan 7-10 cm dengan cahaya
tembus. Tindakan itu dapat dilakukan dengan mengisi tabung reaksi sampai ¾ penuh.
Menyatakan warna urin dengan perkataan seperti : tidak berwarna, kuning
muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah bercampur kuning,
merah, coklat kuning bercampur hijau, putih serupa susu, dsb.
c. Bau Urin
Bau urin normal disebabkan sebagian oleh asam-asam organik yang mudah menguap.
Bau yang berlainan dari yang normal :
1) Oleh makanan yang mengandung zat-zat atsiri, seperti jengkol, durian, petai, dll.
2) Oleh obat-obatan seperti : terpenthin, menthol, dsb. Telah ada dalam urin segar.
3) Bau amoniak oleh perombakan bakteriil dari ureum. Biasanya terjadi pada urin
yang dibiarkan tanpa pengawet. Terkadang juga oleh perombakan ureum di dalam
kantong kencing oleh infeksi dengan bakteri tertentu.
4) Bau ketonuria : bau itu ada dari semua dan menyerupai bau buah-buahan atau
bungan setengah layu.
5) Bau busuk. Kalau tercium dari awal mungkin berasal dari perombakan zat-zat
protein, misalnya pada carcinoma dalam saluran kencing. Mungkin pula terjadi
oleh pembusukan urin yang mengandung banyak protein di luar badan.
5
d. Kejernihan
Cara menguji kejernihan sama seperti menguji warna. Nyatakanlah pendapat
dengan salah satu dari : jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh. Pentinglah untuk
menentukan apakah urin tersebut telah keruh pada waktu dikeluarkan atau jika
dibiarkan.
Tidak semua macam kekeruhan bersifat abnormal. Urin normalpun akan
menjadi agak keruh jika dibiarkan atau didinginkan. Kekeruhan ringan itu disebut
nubecula dan terjadi dari lendir, sel-sel epitel dan leukosit yang lambat laun
mengendap.
Prosedur pemeriksaan :
1) Mengisi tabung reaksi dengan sampel urin ±1/2 tabung.
2) Mengamati kekeruhan yang terdapat pada sampel urin. Jiika jernih tidak perlu
didekatkan dengan tulisan. Namun jika agak keruh atau keruh, sampel tersebut
didekatkan dengan tulisan. Apakah tulisan tersebut masih bisa terbaca atau sulit
terbaca.
f. Berat Jenis
Penentuan berat jenis urin dapat dilakukan dengan menggunakan urinometer
atau refraktometer. Berat jenis urin sangat erat hubungannya dengan diuresis.
Semakain besar diuresis, makin rendah berat jenis dan sebaliknya. Berat jenis urin 24
jam dari orang normal biasanya berkisar antara 1,016-1,022. Oleh pengaruh faktor-
faktor yang menentukan besarnya diuresis, batas normal boleh berbeda-beda dari
1,003-1,030. Tingginya berat jenis urin bertalian dengan faal pemekat ginjal.
g. Buih
Untuk menetukan buih, dapat dilakukan dengan cara memasukkan sampel urin ke
dalam tabung reaksi. Kemudian diketuk-ketukkan pada tangan hingga muncul buih.
Setelah itu, menunggu hingga 2 menit. Jika dalam waktu 2 menit sampel urin tersebut
6
masih terdapat buih, maka dinyatakan buih +. Jika dalam waktu 2 menit kemudian
buih hilang, maka dinyatakan – buih.
b. Glukosa
Glukosa biasanya tidak terdapat dalam urin. Ketika glukosa terdeteksi kondisi
ini disebut glukosuria.Disebabkan oleh kondisi :
1) Penyandang diabetes mellitus yang tidak terkontrol.
2) Penurunan "ambang ginjal." Ketika kadar glukosa darah mencapai konsentrasi
tertentu, ginjal mulai mengeluarkan glukosa ke dalam urin untuk mengurangi
konsentrasi darah. Kadang-kadang konsentrasi ambang berkurang dan glukosa
memasuki urin lebih cepat padahal konsentrasi glukosa darah masih rendah.
3) Gangguan hormonal, penyakit hati, obat-obatan, dan kehamilan.
Interprestasi Protein : Negatif dan Positif +, ++, +++, ++++
c. Bilirubin
Bilirubin tidak ditemukan dalam urin normal orang yang sehat. Bilirubin
adalah produk limbah yang dihasilkan oleh hati dari hemoglobin eritrosit yang
7
dibuang dari peredaran darah. Zat ini menjadi komponen empedu, cairan yang
disekresikan ke dalam usus untuk membantu pencernaan makanan.
d. Urobilinogen
Urobilinogen biasanya terdapat dalam urin dalam konsentrasi rendah. Hal ini
terbentuk dalam usus dari bilirubin, dan sebagian dari itu diserap kembali ke dalam
aliran darah. Hasil tes positif membantu mendeteksi penyakit-penyakit hati seperti
hepatitis dan sirosis dan kondisi yang terkait dengan peningkatan kerusakan
eritrosit (anemia hemolitik).
e. Keton
Keton biasanya tidak ditemukan dalam urin. Merupakan produk antara
metabolisme lemak. Dapat terbentuk ketika seseorang kekurangan karbohidrat
(misalnya, dalam kasus kelaparan atau diet protein tinggi). Juga terjadi ketika tubuh
seseorang tidak dapat menggunakan karbohidrat dengan benar. Ketika karbohidrat
tidak tersedia, tubuh memetabolisme lemak daripada untuk mendapatkan energi yang
dibutuhkan untuk menjaga fungsi.
Keton dalam urin dapat memberikan indikasi awal insulin tidak cukup pada
orang yang memiliki diabetes. Latihan berat, paparan dingin, kehilangan karbohidrat
seperti dengan sering muntah, juga dapat meningkatkan metabolisme lemak yang
menyebabkan ketonuria.
Pencegahan :
a. Perbanyaklah minum air putih agar air seni lancar.
b. Lakukan olahraga rutin dengan tujuan agar metabolisme di dalam tubuh berjalan
dengan baik. Pilihlah jenis olahraga yang disukai dan lakukan sesuai kemampuan,
jangan dipaksakan.
c. Jangan duduk terlalu lama saat bekerja. Posisi tersebut mempermudah terjadinya
pengendapan kristal air seni yang kemudian membentuk batu. Paling tidak, dua jam
sekali bangkitlah dari duduk dan berjalan-jalan sebentar.
d. Bila terasa ingin membuang air seni sebaiknya segera lakukan. Sangat tidak
disarankan untuk menahan air seni, karena kristal-kristal tersebut bisa mengendap
membentuk batu ginjal.
8
Pemeriksaan :
Penyakit batu ginjal dapat dilakukan dengan pemeriksaan urin. Pada pemeriksaan
dilakukan melalui proses mikroskopik, yaitu dengan cara :
Pengobatan :
Penyakit ini dapat diatasi dengan pembedahan dan sinar laser. Tujuan dari pembedahan
untuk membuang endapan garam kalium. Tujuan menggunakan sinar laser untuk
memecahkan endapan garam kalsium.
9
TAHAPAN PASCA ANALITIK
Pencatatan kegiatan pelayanan dapat dilakukan dengan membuat buku sebagai berikut :
a. Buku register penerimaan spesimen terdapat di loket berisi data pasien dan jenis
pemeriksaan
b. Buku register besar/induk berisi : data-data pasien secara lengkap serta hasil
pemeriksaan spesimen.
c. Buku register/catatan kerja harian tiap tenaga :
1) Data masing-masing pemeriksaan
2) Data rekapitulasi jumlah pasien dan spesimen yang diterima.
d. Buku register pemeriksaan rujukan.
e. Buku ekspedisi dari ruangan/rujukan.
f. Buku komunikasi pertukaran petugas (shift)
g. Buku register perawatan/kerusakan.
a. Kesesuaian antara pencatatan dan pelaporan hasil pasien dengan spesimen yang
sesuai.
b. Penulisan angka yang digunakan.
Khusus mengenai angka, pada pelaporannya perlu disesuaikan mengenai desimal
angka dan satuan yang digunakan terhadap keperluan pasien maupun terhadap nilai
normal. Bila diperlukan satu angkan bulat, cukup dilaporkan dalam angka bulat tanpa
decimal di belakang koma. Satuan yang digunakan sebaiknya adalah satuan
internasional.
c. Pencantuman nilai normal.
Pada pelaporan juga perlu dicantumkan nilai normal, yaitu rentang nilai yang
dianggap merupakan hasil pemeriksaan orang-orang normal. Pada pencantuman hasil
normal perlu dicantumkan metode pemeriksaan yang digunakan serta kondisi-kondisi
lain yang harus diinformasikan seperti batas usia dan jenis kelamin. Satuan pelaporan
juga harus sama antara hasil pemeriksaan dengan hasil normal.
10
d. Pencantuman keterangan yang penting, misalnya bila pemeriksaan dilakukan 2 kali
dan sebagainya.
e. Penyampain hasil.
Waktu pemeriksaan sangat menentukan manfaat laporan tersebut untuk kepentingan
diagnosis penyakit dan pengobatan pasien, oleh karena itu hasil pemeriksaan perlu
disampaikan secepat mungkin segera setelah pemeriksaan selesai dilaksanakan.
f. Dokumentasi/arsip.
Setiap laboratorium harus mempunyai system dokumentasi yang lengkap. Hasil suatu
kegiatan prncatatan dan pelaporan haruslah berupa dokumentasi yang lengkap, jelas
dan mudah dimengerti serta tidak melupakan efisiensi waktu penyampaian dokumen
tersebut kepada peminta pemeriksa.
g. Perlu pula disediakan buku ekspedisi didalam dan diluar laboratorium. Kasus tertukar
dan hilangnya specimen dapat terjadi baik dalam transportasi didalam maupun diluar
laboratorium, sehingga hal ini harus dihindarkan.
3. Cara pelaporan
Pelaporan kegiatan pelayanan laboratorium terdiri dari :
a. Laporan kegiatan rutin harian/bulanan/triwulan/tahunan
b. Laporan khusus
c. Laporan hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan laboratorium hematologi, kimia klinik, imunoserologi, urinalisis
dan parameter lainnya sesuai dengan permintaan dicatat dan dilaporkan dalam bentuk
blanko hasil pemeriksaan yang terpisah dan ditanda tangani oleh penanggung jawab
laboratorium atau petugas laboratorium yang memeriksa.
11
INTISARI
Urin merupakan hasil ekskresi yang dikeluarkan oleh organ ginjal. Jika terjadi
kerusakan pada ginjal ataupun saluran kemih dapat dilakukan pemeriksaan melalui urin.
Pemeriksaannya dengan tiga tahapan yaitu tahap pra analitik, analitik, dan pasca analitik.
Tahapan pra analitik harus benar-benar diperhatikan, karena pada tahap ini menyumbang
angka kesalahan 61%.
Dalam tahapan analitik dilakukan pemeriksaan urin secara makroskopis yang meliputi
pemeriksaan volume urin, warna, bau, kejernihan, derajat keasaman, berat jenis, buih. Secara
mikroskopis dilakukan pengamatan dengan mikroskop pada LPK dan LPB. Sedangkan secara
kimiawi dapat dilakukan pemeriksaan glukosa, protein, keton, bilirubin, urobilinogen, dsb.
Kemudian pada tahapan pasca analitik dilakukan pengecekan dan pencatatan hasil.
12
DAFTAR PUSTAKA
Setedjo. 2012. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium.
Yogyakarta : Amara Books
Saputra, Lindon, dan Luvina Dwisang. 2009. Antomi dan Fisiologi untuk Perawat dan
Paramedis. Tangerang Selatan : Binarupa Aksara
13