Tugas terstuktur ini guna memenuhi tugas mata kuliah Praktek Pendidikan Agama
Oleh :
1. AdityaFajarMaula P1337434115003
2. Aisah Rahmawati P1337434115026
3. Della Yunita Sari P1337434115009
4. Fiska Triaji Nurhak P1137434115013
5. Rizka Sri Widya Nurkasanah P1337434115012
6. VikaJayanti P1337434115006
2015
Pendahuluan
Dalam hal beribadah memang menjadi hal penting dalam kehidupan di dunia
sehari-hari untuk mempersiapkan kehidupan yang ke dua yaitu kehidupan diakhirat.
Tentunya kita wajib mengetahui tata cara sholat berjamaah yang baik dan benar agar
mendapatkan keutamaan pahala dari Allah SWT. Terkadang kita menjumpai orang
melaksanakan sholat sendiri. Tetapi terkadang orang itu sebagian lebih memilih sendiri
entah itu karena tidak ada teman untuk dijadikan makmum atau imam, ataupun belum
mengetahui keutamaan dan kelebihannya sholat berjamaah itu sendiri.
Sebagai umat islam yang baik, hendaknya kita harus mengetahui dan
mempraktekan apa yang diajaran oleh agama kita terutama dalam pokok bahasan
sholat berjamaah dengan baik dan benar. Materi dalam Pendidikan Agama, yang
memiliki peran cukup besar dalam mengatur ibadah dan mendekatkan diri kepada
sang Maha Pencipta yaitu Allah SWT. Dalam prakteknya diharapkan aturan dan tata
cara tersebut dapat digunakan dalam menjalankan ibadah shola berjamaah dapat
digunakan secara baik dan benar.
Pengertian Sholat Berjamaah
Dan terdapat juga keutamaan dalam melaksanakan sholat berjamaah yaitu sebagai
berikut :
Salat berjama'ah lebih utama dari pada salat sendirian, dengan pahala 27
derajat
Setiap langkahnya diangkat kedudukannya 1 derajat dan dihapuskan baginya
satu dosa
Dido'akan oleh para malaikat
Terbebas dari pengaruh (penguasaan) setan
Memancarkan cahaya yang sempurna di hari kiamat
Mendapatkan balasan yang berlipat ganda
Sarana penyatuan hati dan fisik, saling mengenal dan saling mendukung satu
sama lain
Membiasakan kehidupan yang teratur dan disiplin. Pembiasaan ini dilatih
dengan mematuhi tata tertib hubungan antara imam dan ma'mum, misalnya
tidak boleh menyamai apalagi mendahului gerakan imam dan menjaga
kesempurnaan shaf-shaf salat
Merupakan pantulan kebaikan dan ketaqwaan
Shalat berjamaah diwajibkan dalam semua waktu berdasarkan firman Allah SWT :
Haram mendahului imam dalam shalat, dan barangsiapa yang dengan sengaja maka
shalatnya batal, adapun tertinggal dari imam, jika tertinggal karena ada halangan
seperti lupa atau tidak mendengar suara imam sehingga ketinggalan, maka langsung
melakukan yang ketinggalan dan langsung mengikuti imam.
Siapa yang masuk masjid dan ia telah ketinggalan shalat bersama imam tetap,
maka ia wajib shalat berjamaah bersama orang yang ketinggalan lainnya, akan tetapi
keutamaannya tidak seperti keutamaan jamaah yang pertama.
Siapa yang masuk masjid dan ia mendapatkan imam sedang berdiri, atau ruku',
atau sujud, atau duduk, maka ikut bersamanya, dan ia mendapat pahala apa yang ia
ikuti, akan tetapi tidak dihitung satu rakaat kecuali sempat ruku' bersama imam, dan
mendapat takbiratul ihram bersama imam selama belum mulai membaca fatihah.
Makmum boleh berdiri di samping kanan imam, atau di kedua sisinya, dan tidak
sah berdiri di depannya, begitu pula di sebelah kirinya saja kecuali darurat.
2. Fardhu kifayah
Yang mengatakan fardhu kifayah adalah Al Imam Asy Syafi`i dan Abu
Hanifah sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Habirah dalam kitab Al Ifshah jilid 1
halaman 142. Demikian juga dengan jumhur (mayoritas) ulama baik yang
lampau (mutaqaddimin) maupun yang berikutnya (mutaakhkhirin). Termasuk
juga pendapat kebanyakan ulama dari kalangan mazhab Al Hanafiyah dan Al
Malikiyah.
Dikatakan sebagai fardhu kifayah maksudnya adalah bila sudah ada yang
menjalankannya, maka gugurlah kewajiban yang lain untuk melakukannya.
Sebaliknya, bila tidak ada satu pun yang menjalankan shalat jamaah, maka
berdosalah semua orang yang ada di situ. Hal itu karena shalat jamaah itu
adalah bagian dari syiar agama Islam.
Di dalam kitab Raudhatut Thalibin karya Imam An Nawawi disebutkan bahwa:
"Shalat jamaah itu hukumnya fardhu `ain untuk shalat Jumat. Sedangkan untuk
shalat fardhu lainnya, ada beberapa pendapat. Yang paling shahih hukumnya
adalah fardhu kifayah, tapi juga ada yang mengatakan hukumnya sunnah dan
yang lain lagi mengatakan hukumnya fardhu `ain."
Mereka berpegangan dengan memakai dalil yang mengatakan bahwa, jika ada
orang yang tidak melaksanakan salat berjamaah maka setan telah menguasai
mereka, dalam hadits tersebut, Muhammad menganalogikan orang yang
meninggalkan salat jamaah dengan seekor domba yang terpisah dari
kelompoknya makanakan diterkam oleh serigala.
Hadits dari Malik bin Huwairits menjelaskan ia mendengar ada hadits yang
menjelaskan pentingnya mengajarkan salat kepada keluarga bila waktu salat
telah tiba, maka lantunkanlah azan dan yang tertua maka menjadi imam salat.
Kemudian ada penjelasan bahwa salat berjamaah lebih utama sebanyak 27
derajat dibandingkan salat sendirian.
3. Sunnah muakkadah
Sunnah muakkadah adalah sunnah yang sangat ditekankan untuk
dilaksanakan, dan sangat dianjurkan agar tidak ditinggalkan. Pendapat ini
didukung oleh mazhab Al Hanafiyah dan Al Malikiyah sebagaimana disebutkan
oleh Imam As-Syaukani dalam kitabnya Nailul Authar jilid 3 halaman 146. Ia
berkata bahwa pendapat yang paling tengah dalam masalah hukum salat
berjamaah adalah sunnah muakkadah. Sedangkan pendapat yang mengatakan
bahwa hukumnya fardhu `ain, fardhu kifayah atau syarat syahnya shalat, tentu
tidak bisa diterima.
Al Karkhi dari ulama Al Hanafiyah berkata bahwa shalat berjamaah itu
hukumnya sunnah, namun tidak disunnahkan untuk tidak mengikutinya kecuali
karena uzur. Dalam hal ini pengertian kalangan mazhab Al Hanafiyah tentang
sunnah muakkadah sama dengan wajib bagi orang lain. Artinya, sunnah
muakkadah itu sama dengan wajib.
Khalil, seorang ulama dari kalangan mazhab Al Malikiyah dalam kitabnya Al
Mukhtashar mengatakan bahwa salat fardhu berjamaah selain shalat Jumat
hukumnya sunnah muakkadah.
Ibnul Juzzi berkata bahwa salat fardhu yang dilakukan secara berjamaah itu
hukumnya fardhu sunnah muakkadah.
Dalil yang mereka gunakan untuk pendapat mereka antara lain adalah dalil
bahwa salat berjamaah memiliki keutamaan derajat lebih banyak jumlah 27
derajat, Kemudian pendapat lain menjelaskan lagi bahwa salat jamaah
berjamaah tidak wajib.
Selain itu mereka juga menggunakan hadits yang mengatakan bahwa orang
yang salat berjamaah hanya mendapatkan ganjaran (pahala) terbesar adalah
orang yang menunggu salat berjamaah bersama imam, daripada salat
sendirian.
Posisi bahu, sikut, dan kaki yang saling merapat, dan diusahakan tidak ada
celah.
Dalam salat jamaah Muslim diharuskan mengikuti apa yang telah Nabi
Muhammad ajarkan, yaitu dengan merapatkan barisan, antara bahu, lutut dan tumit
saling bertemu, dilarang saling renggang (berjauhan) antara yang lain.
Berikut adalah keterangan bagaimana salat berjamaah, sesuai beberapa dalil
hadits-hadits yang shahih, beserta infografik yang terdapat pada sebelah kanan:
1. Dua orang pria, posisi imam sejajar dengan makmum
2. Tiga orang pria atau lebih, imam paling depan dan makmum berjajar
dibelakang imam
3. Satu orang pria dan satu wanita, imam paling depan, makmum wanita persis
dibelakangnya
4. Dua orang pria dan satu wanita atau lebih, imam sejajar dengan makmum pria,
sedangkan makmum wanita dibelakang tengah antara imam dan makmum pria.
Dua orang wanita, posisi imam wanita sejajar dengan makmum
5. Tiga orang wanita atau lebih, imam wanita ditengah shaf sejajar dengan
makmum wanita
6. Beberapa pria dan wanita, imam paling depan, shaf kedua makmum pria dan
shaf ketiga makmum wanita
7. Bila ada anak-anak, maka mereka ditempatkan ditengah antara shaf makmum
pria dan shaf makmum wanita.
Shalat berjamaah di masjid merupakan salah satu amal yang mulia. Agar ibadah ini
semakin sempurna, ada beberapa adab dan petunjuk Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam
yang tidak boleh diabaikan. Berikut di antara beberapa adab yang perlu diperhatikan
seorang muslim ketika hendak melakukan shalat berjamaah di masjid :
1. Memilih Pakaian yang Bagus
Hendaknya kita memilih pakaian yang bagus saat pergi ke masjid. Allah tidak
hanya memerintahkan kita untuk sekedar memakai pakaian yang menutup aurat,
akan tetapi memerintahkan pula untuk memperbagus pakaian, lebih-lebih lagi
ketika akan pergi ke masjid. Allah Ta’ala berfirman :
يَا بَنِي آدَ َم ُُخُذُواْ ِزينَت َ ُُك ْم عِنُدَ ُك ِل َمس َِْجُد
“Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid.” (Al
A’raf: 31).
Dari ayat ini dapat diambil pelajaran bahwa kita dianjurkan untuk berhias ketika
shalat, lebih-lebih ketika hari jumat dan hari raya. Termasuk dalam hal ini memakai
parfum bagi laki-laki.
Namun sekarang banyak kita jumpai kaum muslimin yang ketika pergi ke masjid
hanya mengenakan pakaian seadanya padahal ia memiliki pakaian yang bagus.
Bahkan tidak sedikit yang mengenakan pakaian yang penuh gambar atau berisi
tulisan-tulisan kejahilan. Akibatnya, mau tidak mau orang yang ada dibelakangnya
akan melihat dan membacanya sehingga mengganggu konsentrasi dan
kekhusyukan shalat.
“Allahummaj’al fii qolbi nuura wa fii bashari nuura wa fii sam’i nuura wa ‘an
yamiinihi nuura wa ‘an yasaarii nuura wa fauqi nuura wa tahti nuura wa amaami
nuura wa khalfi nuura waj’al lii nuura (Ya Allah jadikanlah cahaya dalam hatiku,
cahaya dalam penglihatanku, cahaya dalam pendengaranku, cahaya dari kananku,
cahaya dari kiriku, cahaya dari belakangku, dan jadikanlah untukku cahaya” (H.R
Muslim 763)
ْ َ َو ِإذَا ُخ ََر َج فَ ْليَقُ ِل اللَّ ُه َّم ِإُنِى َأ َ ْْسأَلُكَ مِ ْْن ف. َاب ََرحْ َمتِك
َضلِك َ ِإذَا دَ َُخ َل َأ َ َحُدُ ُك ُم ْال َمس َِْجُدَ فَ ْليَقُ ِل اللَّ ُه َّم ا ْفتَحْ لِى َأَب َْو
ُ ِإذَا قَا َل ْال ُم َؤ ِذن: فَقَا َل َأ َ َحُدُ ُك ُم،هللاُ َأ َ ْك َب ُر هللاُ َأ َ ْك َب ُر: هللاُ َأ َ ْك َب ُر هللاُ َأ َ ْك َب ُر؛ ث ُ َّم قَا َل: فَقا َ َل،َُأ َ ْش َهُدُ َأ َ ْن َلَ ِإلَهَ ِإَلَّ هللا: ََّأ َ ْش َهُدُ َأ َ ْن َلَ ِإ َلهَ ِإَل
هللاُ؛ ث ُ َّم قَا َل: فَقَا َل،ِْسو ُل هللا ُ َأ َ ْش َهُدُ َأ َ َّن ُم ََح َّمُدًا ََر: ْسو ُل هللاِ؛ ث ُ َّم قَا َل ُ َأ َ ْش َهُدُ َأ َ َّن ُم ََح َّمُدًا ََر: قَا َل،ص َال ِة َّ علَى ال َ ي َّ َح: َ َلَ َح ْو َل َو ََل قُ َّوة
َ ُ َّ َ
إَِل بِاهللِ؛ ث َّم قا َل: قا َل،ِعلى الفَالح َ ْ َ َ ي َّ َح: َل َح ْو َل َوَل ق َّوة َ إَِل بِاهللِ؛ ث َّم قا َل: قا َل،هللاُ َأكبَ ُر هللاُ َأكبَ ُر: هللاُ َأ َ ْكبَ ُر هللاُ َأ َ ْكبَ ُر؛ ث ُ َّم قا َل:
َ ُ َّ ُ َ َ َ ْ َ ْ َ َ
قَا َل،َُلَ إِلَهَ إَِلَّ هللا: ََلَ إِلَهَ إَِلَّ هللاُ؛ مِ ْْن قَ ْلبِ ِه دَ َُخ َل ْال ََجنَّة
Hukumnya
Shalat berjamaah wajib atas setiap muslim yang mukallaf, laki-laki yang
mampu, untuk shalat lima waktu, baik dalam perjalanan maupun mukim, dalam
keadaan aman, maupun takut.
Dari Ibnu Umra ra dari nabi saw bersabda: ((apabila isteri-isteri kalian minta izin
untuk pergi ke masjid di malam hari, maka izinkanlah)) muttafaq alaih.
Siapa yang masuk masjid ketika jamaah sedang ruku' maka ia boleh langsung ruku'
ketika masuk kemudian berjalan sambil ruku' hingga masuk ke shaf, dan boleh berjalan
kemudian ruku' apabila sudah sampai ke shaf.
Jamaah paling sedikit dua orang, dan semakin banyak jamaahnya, semakin baik
shalatnya, dan lebih dicintai oleh Allah azza wajalla.
Siapa yang sudah shalat fardhu di kendaraannya kemudia masuk masjid dan
mendapatkan orang-orang sedang shalat, maka sunnah ikut shalat bersama mereka,
dan itu baginya menjadi shalat sunnah, demikian pula apabila telah shalat berjamaah
di suatu masjid kemudian masuk masjid lain dan mendapatkan mereka sedang shalat.
Apabila sudah dikumandangkan iqomah untuk shalat fardhu, maka tidak boleh shalat
kecuali shalat fardhu, dan apabila dikumandangkan iqomah ketika ia sedang shalat
sunnah, maka diselesaikan dengan cepat, lalu masuk ke jamaah agar mendapatkan
takbiratul ihram bersama imam.
Siapa yang tidak shalat berjamaah di masjid, jika karena ada halangan sakit atau takut,
atau lainnya, maka ditulis baginya pahala orang yang shalat berjamaah, dan apabila
meninggalkan shalat berjamaah tanpa ada halangan dan shalat sendirian maka
shalatnya sah, namun ia rugi besar tidak mendapatkan pahala jamaah, dan berdosa
besar.
Keutamaan shalat berjamaah dan takbiratul ihram: Dari Anas bin Malik ra
berkata: rasulullah saw bersabda: ((barangsiapa yang shalat berjamaah untuk Allah
selama empat puluh hari, dimana ia mendapatkan takbiratul ihram bersama imam,
maka ditulis baginya dua kebebasan: bebas dari neraka, dan terbebas dari sifat
munafik)) (HR. Tirmidzi).
Dari Abu Mas'ud al-Anshari ra berkata: rasulullah bersabda: Yang menjadi imam
adalah orang yang paling banyak mengahafal al-Qur'an, apabila dalam hafalam al-
Qur'an sama, maka yang paling mengeri hadits, jika dalam masalah hadits sama,
maka yang lebih dahulu hijrah, dan jika berhijrahnya sama, m aka yang lebih dulu
masuk islam. (HR. Muslim).
Penghuni rumah dan imam masjid lebih berhak menjadi imam, kecuali penguasa.
Wajib mendahulukan yang lebih utama untuk menjadi imam, jika tidak ada kecuali
orang fasik, seperti yang mencukur jenggotnya, atau merokok dsb, sah menjadi imam,
adapun orang fasik adalah: orang yang melakukan dosa besar yang tidak sampai ke
batas kafir, atau terus-menerus melakukan dosa kecil, dan tidak sah bermakmum
kepada orang yang rusak shalatnya karena berhadats dan lainnya kecuali kalau tidak
tahu, maka shalat makmum sah, dan imam wajib mengulangi.
Haram mendahului imam dalam shalat, dan barangsiapa yang dengan sengaja maka
shalatnya batal, adapun tertinggal dari imam, jika tertinggal karena ada halangan
seperti lupa atau tidak mendengar suara imam sehingga ketinggalan, maka langsung
melakukan yang ketinggalan dan langsung mengikuti imam.
Orang-orang laki-laki tua dan muda berdiri dibelakang imam, sedangkan wanita
semuanya berdiri di belakang shaf laki-laki, dan disyari'atkan bagi shaf wanita apa
yang disyari'atkan bagi shaf laki-laki, dipenuhi dulu shaf pertama, wajib mengisi
kekosongan shaf, dan harus diluruskan.
Apabila suatu jamaah wanita semua, maka shaf yang paling baik adalah shaf
pertama, dan yang paling buruk adalah shaf terakhir seperti laki-laki, wanita tidak boleh
shaf di depan laki-laki, atau laki-laki di belakang wanita kecuali darurat seperti terlalu
penuh, jika wanita bershaf di barisan laki-laki karena sangat penuh dan lainnya, maka
shalatnya tidak batal, demikian pula shalat orang dibelakangnya.
Dari Abu Hurairah ra berkata: rasulullah saw bersabda: sebaik-baik shaf orang laki-laki
adalah yang paling depan, dan yang paling buruk adalah yang paling belakang, dan
sebaik-baik shaf wanita adalah yang paling belakang, dan yang paling buruk adalah
yang paling depan. (HR. Muslim)
Apabila imam menjadi makmum bagi dua anak kecil atau lebih yang sudah
berumur tujuh tahun, meletakkan mereka di belakangnya, jika hanya satu orang,
diletakkan di samping kanannya.
Apabila makmum tidak mendengar suara imam dalam shalat jahriyah, maka ia
membaca fatihah dan lainnya, dan tidak diam.
Apabila imam berhadats ketika sedang shalat, maka ia harus berhenti shalat,
dan memilih salah satu makmum untuk menggantikannya, jika salah satu makmum
maju, atau mereka menyuruh maju dan menyelesaikan shalat dengan mereka, atau
mereka menyelesaikan shalatnya sendiri-sendiri, maka shalatnya sah.
1. Barangsiapa yang mendapat satu rakaat dhuhur, asar, atau isya' maka setelah
imam salam wajib menambah tiga rakaat, ia menambah satu rakaat dengan
membaca fatihan dan surat kemudian duduk untuk tahiyat awal, kemudian
menambah dua rakaat dengan hanya membaca fatihah, kecuali dhuhur, maka
membaca fatihah dengan surat, terkadang hanya membaca fatihah, kemudian
duduk untuk tahiyat akhir, kemudian salam, semua yang ia dapatkan bersama
imam, maka itu menjadi awal shalatnya.
2. Barangsiapa yang mendapatkan shalat satu rakaat bersama imam pada shalat
maghrib, setelah imam salam ia berdiri membaca fatihah dan surat, kemudian
duduk untuk tahiyat awal, kemudian bangun untuk melakukan satu rakaat lagi
dan membaca fatihah, kemudian duduk untuk tahiyat akhir dan salam seperti
disebutkan di atas.
3. Barangsiapa mendapat satu rakaat bersama imam pada shalat subuh atau
shalat jum'at, maka setelah imam salam ia berdiri menambah satu rakaat,
membaca fatihah dan surat, kemudian duduk untuk tahiyat, lalu salam.
4. Apabila salah seorang masuk masjid sedangkan imam sedang tahiyat akhir,
maka sunnah ikut shalat bersama imam, dan menyempurnakan shalatnya
setelah imam salam.
Tidak sah shalat sendirian di belakang shaf kecuali ada udzur seperti tidak
mendapat tempat di dalam shaf, maka ia shalat di belakang shaf, dan tidak boleh
menarik seseorang dalam shaf, adapun shalatnya wanita sendirian di belakang shaf
sah jika shalat bersama jamaah laki-laki, namun bila shalat bersama jemaah wanita,
maka hukumnya sama seperti orang laki-laki.
Boleh sekali-sekali shalat sunnah berjamaah di waktu malam atau siang, di rumah atau
di tempat lain.
Disunnahkan bagi yang melihat orang shalat sendirian, ikut shalat bersamanya.
Dari Abu Said al-Khudri ra bahwasanya rasulullah melihat seseorang yang shalat
sendirian, maka beliau berkata: «adakah orang yang mau bersedekah pada orang ini
dengan shalat bersamanya.» (HR. Abu Daud dan Tirmidzi) ([12]).
Disunnahkan bagi makmum tidak bangun dari tempatnya sebelum imamnya
menghadap kepada makmum.
Sah mengikuti imam di dalam masjid walaupun makmum tidak melihat imam, atau
tidak melihat orang di belakangnya apabila mendengar takbir, demikian pula di luar
masjid apabila mendengar takbir dan shafnya bersambung.
Disunnahkan imam mengahadap ke makmum setelah salam, jika ada wanita
yang ikut shalat maka diam sebentar agar mereka pergi, dan makruh langsung shalat
sunnah di tempat melakukan shalat fardhu
Apabila tempatnya sempit, boleh imam shalat dan di sampingnya, atau di belakangnya,
atau di atasnya, atau di bawahnya ada orang shalat.
Berjabat tangan setelah shalat wajib bid'ah, imam dan makmum berdoa bersama-sama
dengan keras hukumnya bid'ah, yang disyari'atkan adalah dzikir-dzikir yang diajarkan
oleh nabi, baik cara dan jumlahnya, seperti disebutkan di atas.
Apabila imam memanjangkan shalatnya melebihi batas wajar, maka makmum boleh
memisahkan diri, atau imam terlalu capat shalatnya, atau makmum berhalangan
seperti ingin kencing atau menahan angina, atau lainnya, maka ia boleh memotong
shalatnya, dan mengulangi shalat sendirian.
Imam mengeraskan suaranya dalam bertakbir, mengucapkan sami'allahu
liman hamidah, salam, mengucapkan amin dalam shalat.
Orang yang berdoa kepada selain Allah, atau minta pertolongan kepada selain Allah,
atau menyembelih untuk selain Allah di kuburan atau di tempat lain, atau berdoa
kepada orang di dalam kubur, maka tidak boleh menjadi imam, karena ia kafir, dan
shalatnya batal.
Dibolehkan meninggalkan shalat jum'at dan shalat berjamaah: Orang sakit yang
tidak mampu shalat berjamaah, orang yang menahan buang air, orang yang hawatir
tertinggal rombongan, orang yang hawatir mendapa bahaya bagi dirinya, atau
hartanya, atau temannya, atau terganggu dengan hujan, atau Lumpur, atau angina
kencang, atau orang yang mengahadapi hidangan makanan dimana ia sangat perlu
dan bisa memakannya, namun tidak boleh dijadikan kebiasaan, demikian pula dokter,
penjaga, aparat keamanan, pemadam kebakaran, dan lain sebagainya yang bertugas
menjaga kemaslahatan umat islam yang penting, apabila tiba waktu shalat dan mereka
sedang menjalankan tugas, maka ia shalat di tempatnya, dan jika perlu boleh shalat
dhuhur sebagai ganti shalat jum'at.
Semua yang melalaikan dari shalat, atau membuang-buang waktu, atau
berbahaya bagi badan, atau akal, maka haram hukumnya, seperti bermain kartu,
merokok, cerutu, minuman keras, narkotika, dan lain sebagainya, atau duduk di depan
telivisi atau lainnya yang menayangkan kekafiran, atau adengan porno atau adegan
maksiat lainnya.
Apabila imam shalat dan tidak tahu kalau ia menanggung najis, dan shalatnya telah
selesai, maka shalat mereka semua sah.
Apabila tahu ada najis sewaktu sedang shalat, jika mungkin disingkirkan maka
harus segera membuangnya dan melanjutkan shalatnya, dan jika tidak bisa dibuang,
maka berhenti shalat, dan mencari ganti salah satu makmum untuk melanjutkan
shalatnya.
Siapa yang berziarah kepada suatu kaum maka ia tidak boleh mengimami mereka,
akan tetapi yang jadi imam salah satu dari mereka.
Shaf pertama lebih afdhal dari shaf kedua, shaf sebelah kanan lebih afdhal dari shaf
sebelah kiri, karena Allah dan malaikatnya bershalawat kepada shaf pertama, dan shaf
sebelah kanan. Nabi saw mendoakan shaf pertama tiga kali, dan untuk shaf kedua
satu kali.
Yang ada di shaf pertama: Yang paling berhak berada di shaf pertama dan
dekat dengan imam adalah orang-orang pandai dan punya ilmu serta takwa, mereka
sebagai teladan, maka hendaklah segera ke shaf pertama.
Dari Abu Mas'ud ra berkata: rasulullah mengusap pundak kami dalam shalat, dan
berkata: luruskan, dan janganlah berselisih, sehingga hatik kalian berselisih, hendaklah
yang ada di belakangku orang-orang pandai, kemudian berikutnya, kemudian
berikutnya. (HR. Muslim) ([13]).
Cara memanjangkan shalat dan memendekkan: Sunnah bagi imam apabila
memanjangkan shalat, memanjangkan rukun-rukun yang lain, dan jika memendekkan,
memendekkan rukun-rukun yang lain.
Dari al-Bara' bin Azib ra berkata: aku memperhatikan shalat rasulullah saw, maka aku
dapatkan berdirinya, ruku'nya, I'tidalnya setelah bangun dari ruku', sujudnya, duduknya
antara dua sujud, sujudnya yang kedua, dan duduknya antara salam dan bangkit
hampir sama. (Muttafaq alaih)
ـ َرضي هللا عنه ـ قال َأُنس بْن مالك عْن: قال َرْسول هللا صلى هللا عليه وْسلم: ُعة يُُد َِْرك َ صلَّى ِ ََّّللِ َأ َ َْربَعِيْنَ يَ ْو ًما فِي َج َما َ َم ْْن
اَر َوبَ َرا َءة ٌ مِ ْْن
ِ ََّان بَ َرا َءة ٌ مِ ْْن الن
ِ َ تء ا ر
َ ب
َ ُ ه َ ل ْت ب
َ ت
ِ ُ
ك ىَ لوُ ْ
اْل َ ة ير
َ ب
ِ ُك ْ َّ تال ِ النِفَا
ق
Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, ia mengatakan, Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wassalam bersabda: “Barangsiapa yang shalat karena Allah selama 40 hari secara
berjama’ah dengan mendapatkan Takbir pertama (takbiratul ihramnya imam), maka
ditulis untuknya dua kebebasan, yaitu kebebasan dari api neraka dan kebebasan dari
sifat kemunafikan.” (HR. Tirmidzi, dihasankan oleh Syaikh Al Albani di kitab Shahih Al
Jami’ II/1089, Al-Silsilah al-Shahihah: IV/629 dan VI/314).
1. Hadits ini menerangkan tentang dua keutamaan besar bagi orang yang
melaksanakan sholat berjama’ah selama 40 (empat puluh) hari tanpa terlambat
dari takbirotul ihrom bersama imam. Dua keutamaan besar tersebut ialah:
Selamat dari siksa Api Neraka di akhirat, dan selamat dari kemunafikan di dunia.
3. Beberapa keutamaan besar dari sholat berjamaah tersebut akan didapatkan oleh
setiap muslim dan muslimah yang memenuhi beberapa syarat berikut ini:
Melaksanakan sholat dengan niat ikhlash karena mengharap ridho Allah
semata.
Melaksanakan sholat sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam.
Melaksanakan sholat dengan berjama’ah, baik di masjid maupun musholla.
Menjaga sholat berjama’ah selama 40 hari (siang dan malamnya).
Mendapatkan takbiratul ihromnya imam secara berturut-turut, tanpa
tertinggal atau terlambat (masbuq) sama sekali.
Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Imam Al-Baihaqi
dalam Syu’abul Iman, dari Anas bin Malik radliyallah ‘anhu: علَى َ ب َ ظ َ َم ْْن َوا
َاَر َو َب َرا َءة ٌ مِ ْن
ِ َّ نال َْن ِم ٌ ة ء ار ب ،ْْن
ي َ
َ ََ ِ َ ََ َِتء ار ب اهب ُ هَ ل ُ هللا َب
َ تكَ ٌ ة عكْ
َ َ َر ُ هُ توْ ُ فَ ت َل ً ة َ ليْ َ ل ي
َْْن ع
ِ ب
َ َر
ْ َ َأ ة
ِ ب وُ
َ ْ َت ْ
ُك م ْ
ال ت
ِ صلَ َوا
َّ ال
ق
ِ ِ َا ف”النSiapa yang menekuni (menjaga dengan teratur) shalat-shalat wajib
selama 40 malam, tidak pernah tertinggal satu raka’atpun maka Allah akan
mencatat untuknya dua kebebasan; yaitu terbebas dari neraka dan
terbebas dari kenifakan.” (HR. Al-Baihaqi di dalam kitab Syu’abul Iman, no.
2746).
4. Seorang muslim yang pernah terlambat dari takbirotul ihrom bersama imam
karena adanya udzur (halangan) syar’i, dan bukan merupakan kebiasaannya
terlambat dari sholat berjamaah, maka ia bukanlah termasuk orang munafik.
5. Bagi siapa saja yang ingin meraih 2 keutamaan besar tersebut namun ia pernah
terlambat dari takbirotul ihrom bersama imam, maka hendaknya ia memulai lagi
dengan hitungan baru, dengan memenuhi syarat-syarat yang telah disebutkan di
atas. Akan tetapi, orang-orang yang pernah terlambat dari takbirotul ihrom
bersama imam karena adanya udzur (halangan) syar’i seperti sakit, berada di
negeri kafir atau di daerah yang penduduknya tidak ada yang sholat, maka
diharapkan baginya meraih 2 keutamaan besar tersebut, karena Nabi shallallahu
alaihi wasallam bersabda:
ِ إِنَّ َما األ َ ْع َما ُل بِالنِيَّا
َوإِنَّ َما ِلك ُِل ا ْم ِر ٍئ َما نَ َوى، ت
“Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya
setiap orang itu tergantung terhadap apa yang dia niatkan.” (HR. Bukhori 1,
Muslim 1907)
Yogi
1. Hukum pahala makmum masbuk
Untuk mendapatkan fadhilah shalat berjama’ah, ini bisa diperoleh
dengan cara ma’mum ikut bersama imam dalam shalatnya, walaupun ia hanya
mendapatkan duduk yang terakhir sebelum salam. Berdasarkan hadits :
Dari Abu Hurairah, dari nabi SAW, beliau bersabda, “Apabila kalian mendengar
iqamah, berjalanlah (menuju masjid) untuk shalat, dan hendaklah kalian datang
dengan tenang dan tunduk, dan janganlah tergesa-gesa. Apa yang kalian
dapatkan shalat (bersama imam) maka shalatlah (bersama imam), dan apa
yang kalian ketinggalan maka sempurnakanlah”. [HR. Bukhari juz 1, hal. 156]
Diriwayatkan dari seorang penduduk Madinah, dari Nabi SAW bahwa beliau
mendengar suara sandal pada saat sedang sujud. Setelah selesai shalat,
beliau bertanya, “Siapakah orang yang tadi aku dengar suara sandalnya ?”. Ia
menjawab, “Saya, ya Rasulullah”. Beliau bertanya, “Apakah yang kamu lakukan
?”. Ia menjawab, “Saya mendapati engkau sujud, maka akupun sujud”.
Mendengar hal itu beliau bersabda, “Seperti itulah yang seharusnya kalian
lakukan, namun jangan kalian hitung satu rekaat. Barangsiapa yang mendapati
aku ruku’, berdiri atau sujud maka hendaklah ia mengikuti keadaanku pada saat
itu”. [HR. Ibnu Abi Syaibah, juz 1, hal. 227, no. 2601]
Apabila shaf pertama sudah penuh, maka dibuatlah pula shaf yang
kedua mengiringi yang pertama, dengan cara seperti membuat shaf awal, yaitu
jika seorang maka berdiri di belakang shaf awal agak ke kanan Imam, dan jika
datang orang kedua agak ke kiri imam, jika datang orang ketiga maka di
sebelah kanan makmum yang kanan, jika datang lagi orang keempat di sebelah
kiri makmum yang kiri, demikianlah seterusnya mengimbangi agar imam
berada di tengah shaf. Untuk shaf yang ketiga pun demikian jika shaf kedua
sudah penuh .
Tersebut dalam kitab Hasyiah Abiddliyaa’ Nuriddin Ali bin Ali Asysibromallisi
atas Nihayatul Muhtaj, juz ke II, halaman 188, sebagai berikut :
ف خلف وقف واحد حضر فاذا االمام خلف الوقوف هيئة على وقوفهم يكون ان ينبغى الثّانى فى عوا شر واذا
ّ ص
ّ ال
االول
ّ االمام يلى من خلف يكونان بحيث يساره فىجهة وقف خر حضرا فاذا االمام لنمين محاذيا يكون بحيث
Artinya :
Dan apabila mereka masuk pada shaf yang kedua, seyogianya bahwa adalah
berdirinya mereka menurut kelakuan berdiri di belakang Imam. Maka apabila
hadir seorang berdirilah ia di belakang shaf awal dengan sekira-kira adalah ia
berjurusan dengan kanan Imam, maka apabila hadir yang lain berdiri pada arah
kirinya, dengan sekira-kiranya adalah keduanya di belakang orang yang
mengiringi imam.
Sedangkan berikut ini adalah contoh susunan shaf yang salah (menyalahi
sunnah):
Menurut kelompok kami imam bisa tetap melanjutkan shalat nya. Tapi
kami akan mencoba memberi penjelasan apabila situasinya makmum yang
batal.
Orang yang “buang angin” ketika shalat jemaah harus meninggalkan shaf dan
tidak boleh diam di tempat, karena orang yang tidak shalat, sementara dia
berada di tengah-tengah shaf, akan memutus shaf. Padahal, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mengamcam orang yang memutus shaf. Beliau bersabda,
a. Apabila makmum tidak tahu kalau imamnya batal wudhunya, maka
shalatnya makmum sah.
b. Apabila makmum tahu bahwa imam batal wudhunya.
Inipun masih perlu diperinci lagi sebagai berikut :
a) Pertama, batal dengan sebab yang samar [bathin atau hukmiyyah) atau
imamnya berhadats , seperti ia tidak mempunyai wudhu atau ia junub.
Maka shalat makmum tidaklah menjadi batal karena batalnya sholat
sang imam. Akan tetapi menurut imam Nawawi tidak wajib di ulang
shalatnya, baik berupa najis zhohir/ayniyah (najis) atau najis
khofiy/hukmiyah (hadast)
b) Kedua, batal dengan sebab yang tampak kelihatan [dzohir], seperti tidak
sempurna dalam menutupi aurat. Maka hal ini dapat membatalkan
shalatnya makmum.
c) Ketiga jika imam tidak tau akan batalnya. namun, ma'mumnya
mengetahuinya seperti najis yang menepel pada baju si imam, najis
maka makmum wajib mufarroqoh atau melanjutkan shalat secara
sendirian.
Yang benar bahwa yang disyariatkan bagi imam adalah digantikan oleh
orang lain untuk menyempurnakan shalat tersebut sebagaimana dilakukan oleh
Umar radhiyallahu ‘anhu ketika beliau ditikam dalam keadaan shalat, beliau
menyuruh ‘Abdurrahman bin ‘Auf menggantikannya untuk menyempurnakan
shalat fajar bersama kaum muslimin. Apabila imam mundur ke belakang maka
salah satu makmum yang berada di belakangnya maju menggantikannya untuk
kemudian menyempurnakan shalat. Apabila mereka mengulangi shalat dari
awal, maka tidak mengapa, sebab dalam masalah ini terdapat perbedaan
pendapat di kalangan ahlul ilmi. Akan tetapi yang rajih (mendekati kebenaran)
adalah perdapat yang menyatakan imam mengangkat pengganti untuk
menyempurnakan shalat berdasarkan penjelasan yang telah kami sebutkan,
yaitu perbuatan Umar radhiyallahu ‘anhu. Namun apabila mereka mengulangi
dari awal maka tidaklah mengapa.
Umi Imkatun
1. Melakukan gerakan lain selain gerakan shalat
Gerakan yang diharamkan adalah gerakan yang memenuhi tiga syarat:
1) gerakannya banyak,
2) berturut-turut, dan
3) dilakukan bukan dalam keadaan darurat.
Gerakan semacam ini adalah gerakan yang membatalkan shalat karena tidak
boleh dilakukan saat itu. Perbuatan semacam ini termasuk mempermainkan
ayat-ayat Allah. (sumber ulama syafiiyah)
Ananta Insan
1. Boleh tidak imam duduk tapi makmum nya berdiri?
2. Jika imam sudah rukuk apa yang harus makmum lakukan ketika menjadi
masbuq
Dia takbiratul ihram lebih dulu, lalu takbir untuk mengikuti gerakan yang
paling mungkin dia ikuti. Kalau dia menemukan imam sudah sujud, maka dia
langsung mengikuti imam —pendeknya dia mengikuti imam dalam keadaan
imam sedang melakukan gerakan shalat apapun.
Jika dia bergabung tadi masih sempat mengikuti ruku’, maka dia dihitung sudah
mengikuti 1 (satu) rakaat. Tapi kalau dia bergabung tepat saat imam mengucap
“samiallahu liman hamidah”, maka itu belum dihitung satu rakaat. Jadi dia
menggenapkan kekurangannya.
عنَ قَا َل عنه هللا رضي ه َري َرة َ أ َ ِبي، سلم و عليه هللا صلّى هللاِ َرسول قَا َل: ” صالَةِ ِإلَى ِجئتم ِإذَا َّ ودُسج نَحن َو ال
الرك َعةَ أَد َركَ َمن َو شَيئا ت َعدُّوها َ الَ َو فَاسجدوا
َّ دَ قَ ف ر
ََ ك دَ أ َ ةَ الصَّ ال “ { رواه أبو داود 1 : 207،عون المعبود3
: 145}
Bahtiar Cesar
1. Dalil orang yang lewat di depan orang yang sedang sholat
ٌ ط
ان َ فَِإ ِ ْن َأَبَى فَ ْليُقَات ِْلهُ فَِإُِنَّ َما ه َُو،ُ فَأ َ ََرادَ َأ َ َحُدٌ َأ َ ْن يََجْ ت َازَ بَيْْنَ يَُدَ ْي ِه فَ ْليَ ُْدفَ ْعه،اس
َ ش ْي َ صلَّى َأ َ َحُدُ ُك ْم إِلَى
ِ َّش ْيء يَ ْست ُ ُرهُ مِْنَ الن َ إِذَا
“Apabila seorang di Antara kamu shalat dengan memasang sutrah [1] yang
membatasinya dari orang-orang, lalu ada seseorang yang ingin lewat di
hadapannya, hendaknya ia mencegahnya. Bila ia tidak mau, perangilah dia
sebab sesungguhnya dia adalah setan.“ [HR. Al-Bukhaariydan Muslim].
Hadits tersebut menjelaskan agar orang yang tengah shalat mencegah
orang yang lewat di hadapannya menurut kemampuannya. Diantara yang
dilakukan adalah dengan menjulurkan tangan sebagai pertanda ada orang
yang sedang shalat, jangan dilewati.
Hal itu perlu dilakukan karena ada larangan Rasulullahh untuk melewati orang
yang sedang shalat. Seperti disebutkan dalam sabda Nabi saw, ”Jika saja
seorang lewat di hadapan seorang yang shalat mengetahui dosa yang
dilakukannya, maka sungguh jika dia berdiri selama empat puluh (hari atau
bulan atau tahun) lebih baik baginya daripada lewat di hadapan orang yang
shalat tersebut.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Berdasarkan hasil diskusi kami dan sumber yang kami rangkum. Hukum
mendirikan dua jamaah atau lebih dalam satu masjid diperinci sebagai berikut:
1) Jika masjidnya termasuk kategori "mathruq" (masjid yang berada ditepi
jalan yang biasa disinggahi musafir untuk mengerjakan sholat), atau
bukan termasuk masjid mathruq yang tidak memiliki imam ratib (imam
sholat yang diangkat oleh waqif atau pemerintah setempat atau
penduduk setempat), maka hukumnya tidak apa-apa.
2) Jika masjidnya bukan mathruq dan ada imam rathibnya, maka
mendirikan jamaah lain dimasjid tersebut hukumnya makruh, apabila
dikerjakan tanpa adanya izin dari imam ratib tersebut, bahkan jika
mendirikan sholat jama'ah sendiri tersebut menimbulkan fitnah, maka
hal tersebut tidak boleh dilakukan.
Tidak seharusnya terdapat dua jama’ah shalat didalam satu masjid pada waktu
yang sama dikarenakan hal demikian dapat memecah belah kaum muslimin,
menimbulkan kekacauan sebagian mereka terhadap sebagian yang lain. Jika
hal itu terjadi tanpa diinginkan, seperti : masjid itu mempunyai dua tempat
shalat, jamaah kedua tidak mengetahui adanya jamaah pertama maka
hendaklah anda bemakmum kepada jama’ah yang imamnya lebih afdhol,
seperti : imam yang satu fasih dalam bacaannya sementara imam yang
satunya lagi ummi (tidak ibenar bacaannya) atau ketidakpantasannya menjadi
imam, seperti : pelaku bid’ah atau fasiq.
Tenia Saesarah
1. Hukum Shalat Jamaah bagi yang bukan mahramnya
Abu Ishaq as-Syaerozi – ulama syafiiyah – (w. 476 H.) menyatakan,
َل يخلون َرجل بامرَأة فِإن ثالثهما الشيطان: ويُكره َأن يصلي الرجل بامرَأة َأجنبية ; لما َروي َأن النبي قال
قال َأصَحابنا إذا َأم الرجل بامرَأته َأو مَحرم له وُخال بها جاز بال:المراد بالُكراهة كراهة تَحريم هُذا إذا ُخال بها
كراهة ْلُنه يباح له الخلوة بها في غير الصالة وإن َأم بأجنبية وُخال بها حرم ذلك عليه وعليها لألحاديث الصَحيَحة
َأن الشافعي ُنص على َأُنه يَحرم َأن يصلي الرجل بنساء منفردات إَل َأن يُكون..وُنقل إمام الَحرميْن وصاحب العُدة
فيهْن مَحرم له َأو زوجة وقطع باُنه يَحرم ُخلوة َرجل بنسوة إَل َأن يُكون له فيهْن مَحرم
Herlina
1. Di Mekkah shalat anatar waniat dan pria itu di gabung. Bagaimana
hukumnya ?
Pada dasarnya di Mekkah untuk jamaah perempuan disediakan tempat
khusus, yang kanan kirinya dipisahkan oleh jalan, sedang depan dan
belakangnya dipisahkan dengan rak-rak Al-qur’an. Jadi tempat-tempat jamaah
perempuan tersebut seperti pulau di tengah jamaah laki-laki (tidak digabung).
Tetapi jumlah tempat ini tidak memadai, sehingga banyak jamaah perempuan
yang tidak kebagian tempat di sana. Mereka tidak mempunyai pilihan selain
dari masuk ke tempat yang disediakan bagi laki-laki, atau berada di luar masjid,
bahkan di luar halaman, sekiranya tetap meyakini bahwa mereka harus shalat
di belakang shaf laki-laki.
Anida Nurul
1. Dalil posisi sholat bagi jamaah pria dan wanita
M. Sodli
1. Apabila saya sedang shalat tahiyatul masjid atau shalat sunnah, lalu
seseorang masuk dan menyangka saya sedang shalat fardhu lantas
langsung bermakmum kepada saya, bagaimana hukumnya? Apa yang
harus saya lakukan?
Makmum yang ingin bergabung degan imam padahal imam tersebut
sedang shoat sunah. (ressa)
2. Dalil tentang membaca basmalah yang benar itu keras atau tidak ?
َ فَقَ َرأ،َ كنت َو َرا َءأَبِيه َري َرة: ث َّمقَ َرأَبِأ ِ ّمالقرآنِ َحتَّىبَ َل َغ،ِالرحِ ِيم
َّ اللهالرح َمن
َّ ِ}والالضَّالِّينَ { بِسم َ قَا َل: وق، َ َا َل َُآمِ ين:
س َج َد َّ
َ ويَقولكل َما، َ اللهأَكبَر: سلَّ َم
َ َالنَّاسآمِ ين: وإِذَاقَا َممِ نَالجلو ِسقَا َل، َ وُلذَا َ اللهأَكبَر:
ِ ويَق،
سلَّم
َ صلَّىالله َعلَيهو َ واللله َ والَّذِينَفسِيبِيَ ِد ِهإِنِّيألَشبَهكم.
ِ صالَةبِ َرس َ ()رواهالنسائي
3. Bagaimana niat imam jiak ada makmum yang menepuk pundaknya untuk
bergabung berjamaah ?
"Barangsiapa yang mengada-ada suatu perkara dalam agama ini yang tidak
ada landasan dalam agama ini, maka amalannya tertolak" (HR. Bukhari dan
Muslim)
Hanya Allah-lah yang dapat memberi taufik. Shalawat dan salam kepada nabi
kita Muhammad, pengikut, dan sahabatnya.
Yang menandatangani fatwa ini :
Ketua Lajnah Ad Daimah: Syaikh Abdul Aziz bin Baz
Dalam fatwa Lajnah yang lain (no. 11317) dijelaskan bahwa makmum tidak
perlu menjaherkan (mengeraskan) bacaan takbirnya. Makmum cukup bertakbir
dengan suara yang dapat didengarnya sendiri, dengan menggerakkan bibirnya.
Begitu juga dengan orang yang shalat sendirian (munfarid), dia tidak perlu
menjaherkan takbirnya.
Nanda yuan
1. Bagaimana sikap makmum yng terlanjur sujud padahal imam membaca
doa qunut ?
“Dan demikian pula jika makmum di belakang imam yang berqunut shubuh atau
witir maka dia juga berqunut, sama saja apakah qunutnya sebelum ruku’ atau
setelahnya, kalau imam tidak berqunut maka makmum juga tidak berqunut, dan
seandainya imam berpendapat mustahabnya sebuah amalan, dan makmum
tidak berpendapat demikian maka jika imam meninggalkan amalan tersebut
untuk mewujudkan kesepakatan dan kerukunan sungguh dia telah berbuat
baik.” (Majmu Al-Fatawa 22/267-268).
Beliau juga berkata:
يقنت لم القنوت ترك وإن معه قنت قنت فاذا االجتهاد فيه يسوغ فيما إمامه يتبع أن للمأموم ينبغى ولهذا
“Oleh karena itu seyogyanya bagi seorang makmum mengikuti imam di dalam
perkara yang boleh di dalamnya berijtihad, kalau imam qunut maka dia qunut,
kalau imam meninggalkan qunut maka dia tidak qunut.” (Majmu Al-Fatawa
23/115)
Jadi sebaiknya makmum tersebut berdiri kembali ketika makmum membaca
doa qunut.
Diana
1. Mana yang lebih baik menjadi imam. Yang lebih dewasa atau yang lebih
fasih bacaannya ?
Yang paling berhak menjadi imam shalat adalah orang yang paling
bagus atau paling banyak hafalan Al-Qur’annya, yang mengetahui hukum-
hukum shalat. Kalau kemampuannya setara, maka dipilih yang paling dalam
ilmu fiqhnya. Kalau ternyata kemampuannya juga setara, maka dipilih yang
paling dulu hijrahnya. Kalau ternyata dalam hijrahnya sama, maka dipilih yang
lebih dulu masuk Islam. Dasarnya adalah hadits berikut,
Abu Mas’ud Al-Anshari Radhiallahu Anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu
Alaihi Wasallam telah bersabda,
َِّللاِ فَِإ ِ ْن كَاُنُوا فِي ْالق َِرا َءة َّ ب ِ ْسلَّ َم يَ ُؤ ُّم ْالقَ ْو َم َأ َ ْق َر ُؤ ُه ْم ِل ُِكت َا
َ علَ ْي ِه َو َ َّللا َّ صلَّى َّ ْسو ُل
َ َِّللا ُ اَري ِ قَا َل قَا َل ََر ِ ص َ ع ْْن َأَبِي َم ْسعُود ْاْل َ ُْن َ
ْ
ْس َوا ًء فَأ َ ْقُدَ ُم ُه ْم ْسِل ًما َو ََل يَ ُؤ َّم َّْن ْ
َ ِْس َوا ًء فَأ َ ْقُدَ ُم ُه ْم هَِجْ َرة ً فَِإ ِ ْن كَاُنُوا فِي ال ِهَجْ َرة َ سنَّ ِة ُّ سنَّ ِة فَِإ ِ ْن كَاُنُوا فِي ال ُّ ْس َوا ًء فَأ َ ْعلَ ُم ُه ْم بِالَ
علَى ت َ ُْك ِر َمتِ ِه ِإ ََّل ِبِإ ِ ْذُنِ ِه َ ْس ْل
َ طاُنِ ِه َو ََل َي ْقعُ ُْد فِي َب ْيتِ ِه ُ الر ُج َل فِي َّ الر ُج ُل َّ
Dari Abu mas’ud Uqbah bin Amru Al Anshari Radhiallahu Anhu bahwasanya
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, ”Yang mengimami sebuah kaum
adalah orang yang paling bisa membaca (aqra’) Al Qur’an. Jika mereka sama
dalam hal bacaan Al Qur’an, maka yang mengimami adalah orang yang lebih
tahu tentang as sunah. Jika mereka sama dalam hal as sunah, maka yang
mengimami adalah orang yang lebih dahulu hijrah. Jika mereka sama dalam
hal hijrah, maka hendaklah yang mengimami adalah yang lebih dahulu masuk
Islam. Janganlah seorang (tamu) mengimami orang lain (tuan rumah dll) yang
berkuasa (di rumahnya, di masjidnya, di majlisnya dll-edt), dan janganlah
seorang (tamu) duduk di kursi yang dikhususkan untuk tuan rumah kecuali bila
tuan rumah mengizinkannya”.(HR. Muslim, Kitab Al Masaajid, Bab Man Ahaqqu
Bil Imamah)
Dalam lafazh yang lain,
“ …Jika mereka sama dalam hal hijrah, maka hendaklah yang mengimami
adalah yang lebih tua usianya”. (HR. Muslim)
Tri Arianti
1. Bagaimana imam yang telah ditepuk pundaknya tapi dia tetap munfarid ?
Menurut sumber yang kami dapat dan kami rangkum. Menepuk pundak
itu bukan hal yang disepakati oleh semua orang, sehingga salah-salah bisa
melahirkan salah tafsir dari si imam. Tidak tertutup kemungkinan orang itu tidak
tahu isyarat tepuk pundak ini, sehingga dia menganggap tepukan itu justru
gangguan atau peringatan bahaya, lalu dia menyingkir atau malah
membatalkan shalatnya, atau yang paling parah adalah dia balas menepuk
kepada makmum. (Ustad Ahmad Sarwat, Lc.)
Tidak ada ketentuan harus menepuk bahu, tapi setidaknya harus ada isyarat
tertentu yang menunjukkan pada orang itu bahwa dia imam dan kita adalah
makmumnya. Menepuk atau tidak menepuk tidak ketentuan yang penting dia
tahu. Sementara itu untuk shalat jamaah di masjid maka yang paling utama
adalah mengikuti jama’ah utama yaitu jama’ah yang pertama kali terbentuk
dengan imam rawatib ( imam tetap di masjid tsbt).
Kaofan Nahar
1. Bolehkah shalat jama’ qashar dilakukan secara berjamah ?
2. Jika ada anak yang belum baligh ikut shalat Jumat. Bagaimana kewajiban
shalat dhuhurnya ?
Sebenarnya jika orang belum baligh itu tidak melaksanakn sholat pun
tidak apa-apa tetapi jika dilaksanakan mendapatkan pahala
Hadits Dari ThariqIbnuSyihab, kitabShalat, babshalatjum’athadits No. 494
ع ٍة
َ سل ٍِم فِي َج َما ْ علَى ك ُِل ُم َ ب ِ ( ا ْل ُج ُمعَةُ حَقٌّ َو:َّللَاِ صلى هللا عليه وسلم قَال
ٌ اج َّ َ سو َلُ ب; أَنَّ َر ٍ شهَاِ ق ب ِْن ِ ط ِارَ َوع َْن
َ
ُ َوأ ْخ َر َجه. ِ ق ِمنَ اَلنَّبِي
ٌ ط ِار ْ َ لَ ْم ي:َ َوقَال,ََاود
َ س َم ْع َ
ُ َو َم ِريضٌ ) َر َواهُ أبُو د,صبِ ٌّي ً
َ َو,ٌ َواِ ْم َرأة, ٌ َم ْملُوك:إِ ََّّل أ َ ْربَعَة
َ
َ ُور ع َْن أ َ ِبي ُمو
ٍ سى ِ ق ا َ ْل َم ْذك َ ا َ ْلحَا ِك ُم ِم ْن ِر َوايَ ِة
ٍ ط ِار
Artinya:
“Dari Thariq Ibnu Syihab bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Sholat Jum'at itu hak yang wajib bagi setiap Muslim dengan
berjama'ah kecuali empat orang, yaitu: budak, wanita, anak kecil, dan orang
yang sakit." Riwayat Abu Dawud. Dia berkata: Thoriq tidak mendengarnya dari
Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam Dikeluarkan oleh Hakim dari riwayat Thariq
dari Abu Musa.”
Aessy
1. Bagi wanita lebih baik Shalat di masjid berjamaah atau di rumah tapi
munfarid ?
Jamaah wanita dan khuntsa di rumah lebih baik dari pada jamaah di
masjid. (Mughnil Muhtaj)
واصحهما... تركها لهن يكره فال الرجال حق في كتا ٔكدها حقهن في تتا ٔكد ال
Pendapat yang lebih shahih terkait kesunnahan jamaah bagi wanita, tidak
dikuatkan kesunnahan jamaah bagi wanita seperti dikuatkannya bagi lelaki,
maka tidak makruh bagi wanita meninggalkan jamaah . (AlMajmu').
Dengan pertimbangan di atas, maka :
1. Shalat wanita di rumah secara berjamaah lebih baik dari shalat di masjid
meski berjamaah, ini berlaku bagi setiap jenis wanita (tua/muda/dsb)
2. Shalat wanita muda di rumah lebih utama dari di masjid meski di rumah
sendirian dan di masjid jamaah, karena makruh hadirnya wanita muda
di masjid sedang ia tidak makruh meninggalkan jamaah.
3. Shalat wanita tua di masjid berjamaah lebih utama dari shalat sendiri di
rumah karena ia tidak makruh hadir di masjid dan sunnah jamaah.
EndahNurShinta
1. Laki-laki yang menjadi imam dan semua makmumnya perempan,
melakukan sholat berjamaah hukumnya bagaimana?
Diperbolehkan misal gini bila 1 cowo itu mau sholat kemudian sebelum
iya sholat iya melihat ada wanita yang ingin menjadi imam kemudian wanita itu
mengatakan kepada sang cowo bahwa ia mau menjadi makmum itu
diperbolehkan. Tpi jika hanya dua orang jawaban nya sama dengn pertanyaan
saudari Tenia yang mana bukan mahramnya tadi. Tapi jika si wanita masbuk
ingin bergabung jawaban nya sama dengan saudari Tri Arianti.
Dewi Awalul
1. Dalil membaca Subhanallah keika Imam melakukan kesalahan.
Lutfi
1. Sah atau tidak bila melirik gerakan imam ketika shalat ?
فَ ْالتَفَتَ ِإلَ ْينَا فَ َرآُنَا، ُيره َ َّصلَّ ْينَا َو ََرا َءهُ َوه َُو قَا ِعُدٌ َوَأَبُو بَ ُْكر يُسْمِ ُع الن
َ اس ت َ ُْك ِب َ َْسلَّ َم ف
َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ َِّللا َّ ْسو ُل ُ ا ْشتَُكَى ََر
ص َالتِ ِه قُعُودًا ب
َ ِ َ َا ن ي
ْ َّ لص َ ف ، َا ُن ْ
ُدع
َ َ قَ ف َا نيْ َ لِ َ قِ َيا ًما فَأَش
إ َاَر
Ikhda
1. Bagaimana posisi imam wanita ketika mengimami jamaah wanita berikan
dalilnya.
Posisi imam wanita ketika mengimami jamaah wanita adalah di tengah-
tengah shaf wanita yang pertama, sejajar dengan shaf tersebut, tidak menjorok
ke depan. Hal ini berdasarkan pada atsar sahabat yang datang dari Aisyah dan
Ummu Salamah dimana beliau berdua pernah mengimami wanita dengan
posisi di tengah sejajar dengan shaf pertama. Maka hendaklah wanita
muslimah meniru apa yang mereka lakukan karena sebaik-baik generasi
adalah generasi sahabat. Apalagi tidak diketahui ada sahabat yang lain yang
menyelisihi.
وسطا فقامت أمتهن أنها عنها هللا رضي سلمة أم عن حجيرة عن
Dan inilah yang menjadi fatwa Syeikh Abdul Aziz bin Baz, beliau berkata:
"Dan imam wanita mereka (para wanita) berdiri di tengah-tengah mereka pada
shaf yang pertama (Majmu Fatawa Bin Baz 12/77)
Frizna
1. Perempuan makmum membaca kata amin boleh kencang atau tidak?
Pak joko
1. Batasan makmum masbuk itu rukuk atau al fatihah ?
Pendapat Pertama:
Yaitu pendapat Jumhur Ulama yang menyatakan bahwa seorang makmum
disebut masbuq itu apabila ia tertinggal ruku’ bersama imam. Jika seorang
makmum mendapati imam sedang ruku’, kemudian ia ruku bersama imam,
maka ia mendapatkan satu raka’at dan tidak disebut masbuq. Dan gugurlah
kewajiban membaca surat al-Fatihah.
Dalil-dalil Pendapat Pertama:
عنَ قَا َل عنه هللا رضي ه َري َرة َ أَبِي، سلم و عليه هللا صلّى هللاِ َرسول قَا َل: ” صالَةِ ِإلَى ِجئتم ِإذَا َّ ودُسج نَحن َو ال
الرك َعةَ أَد َركَ َمن َو شَيئا ت َعدُّوها َ الَ َو فَاسجدوا
َّ دَ قَ ف َكرَ دَ أ َ ةَ الصَّ ال “ { رواه أبو داود 1 : 207،عون المعبود3
: 145}
Pendapat Kedua :
Pendapat ini mengatakan bahwa makmum disebut masbuk apabila ia
tertinggal bacaan surat Al-Fatihah. Ini adalah pendapat segolongan dari ulama.
Diantaranya adalah ucapan Abu Hurairah, diriwayatkan olehImam
Bukhori tentang bacaan al-Afatihah di belakang imam dari setiap pendapat
yang mewajibkan bacaan al-Afatihah di belakang imam. Demikian pula
pendapat Ibnu Khuzaimah, Dhob’i dan selain keduanya dariMuhaddits
Syafi’iyyah kemudian diperkuat oleh Syaikh Taqiyyuddin As-Subki dari Ulama
Mutakhkhirin dan ditarjih oleh al-Muqbili, ia berkata: “Aku telah mengkaji
permasalahan ini dan aku menghimpunnya pada pengkajianku secara fiqih dan
hadits maka aku tidak mendapatkan darinya selain yang telah aku sebutkan
yaitu tidak terhitung raka’at dengan mendapatkan ruku’. (‘Aunul Ma’bud 3:146)
Adapun dalil-dalil pendapat kedua ini, bahwa seorang disebut masbuk apabila
tertinggal bacaan al-Fatihah bukan tertinggal ruku’ adalah:
َّ َ إِن أ َد َركتَ القَو َم ركوعا لَم ت َعت َ َّد بِتِلك: عن أَبِي ه َري َرة َ رضي هللا عنه أَنَّه قا َ َل
عون، { رواه البخاري.ِالركعَة َ
{المعبود3:147,
Artikelwww.muslim.or.id
http://www.lampuislam.org/2013/10/hukum-dan-keutamaan-shalat-berjamaah.html
http://tuntunanislam.com/keutamaan-tatacara-shalat-berjamaah/
http://islamqa.info/id/65783
https://id.wikipedia.org/wiki/Salat_berjamaah
http://www.lampuislam.org/2013/10/hukum-dan-keutamaan-shalat-berjamaah.html
https://abufawaz.wordpress.com/2014/09/18/keutamaan-sholat-berjamaah-selama-40-
hari-berturut-turut-tanpa-terlewatkan-takbirotul-ihrom-bersama-imam/Oleh: Muhammad
Wasitho Abu Fawaz