1. Salat berjamaah diawali dengan azan dan iqomah, tetapi kalau tidak
memungkinkan cukup dengan iqomah saja.
2. Barisan salat (saf) di belakang imam diisi oleh jamaah laki-laki, sementara
jamaah perempuan berada di belakangnya.
3. Di dalam melaksanakan salat berjamaah seorang imam membaca bacaan salat
ada yang nyaring (jahr) dan ada yang dilirihkan (sir). Bacaan yang dinyaringkan
adalah:
Bacaan takbiratul ikhram, takbir intiqal, tasmi’, dan salam;
Bacaan al-Fatihah dan ayat-ayat al-Qur’an pada dua rakaat pertama salat
Magrib, Isya, dan Subuh. Begitu juga dengan salat Jumat, gerhana, istisqa,
’idain (dua hari raya), Tarawih dan Witir;
Bacaan amin bagi imam dan makmum setelah imam selesai membaca al-
Fatihah yang dinyaringkan. Makmum harus mengikuti gerakan imam dan
tidak boleh mendahului gerakan imam;
4. Setelah salam, imam membaca zikir dan doa bersama-sama dengan makmum
atau membacanya sendiri-sendiri.
1. Jika imam dan makmum sama-sama laki-laki, dan makmum pun hanya seorang,
maka dia berdiri di sebelah kanannya mundur sedikit dengan posisi imam.
2. Jika imam laki-laki diikuti satu atau lebih jamaah perempuan, maka posisi
makmum berada di belakang imam.
3. Jika makmum dua orang atau lebih dan semuanya sama jenis kelaminnya:
Makmum berdiri membentuk shaf di belakang imam. Shaf dibentuk dimulai tepat
dari belakang imam, terus dipenuhi ke sebelah kanan, baru diteruskan dengan
memenuhi sebelah kiri imam dan kirinya lagi sampai penuh.
1. Imam perempuan jika diikuti oleh makmum perempuan mengikuti tatacara sebagai berikut:
Untuk makmum seorang, berdiri di sebelah kanan imam:
Untuk makmum perempuan lebih dari seorang dan bahkan dengan shaf yang lebih dari satu,
posisi imam berada di tengah-tengah shaf pertama, lalu shaf berikutnya berjajar di belakangnya:
Perbandingan pahala antara salat sendirian dan dengan salat berjamaah, yaitu satu
berbanding 27 derajat. Hal ini karena salat berjamaah memiliki keutamaan, yaitu:
Sikap kecintaan kepada salat berjamaah dapat diwujudkan melalui perilaku sebagai
berikut:
1. Ketika masuk waktu salat segera menuju ke masjid dan mengumandangkan atau
mendengarkanazan.
2. Ketika mendengar azan segera menuju masjid.
3. Mengajak teman-temannya untuk salat berjamaah.
4. Suka menjalin tali silaturahmi antara sesama di masjid.
5. Senang mendatangi majelis taklim untuk menuntut ilmu agama.
6. Tidak suka membeda-bedakan status sosial seseorang, karena kedudukannya
sama di hadapan Allah Swt.
7. Taat kepada pimpinan selama tidak melakukan kesalahan. Apabila pimpinan
salah kita wajib mengingatkan ke jalan yang benar, temasuk di dalam taat
kepada kedua orang tua dan guru.
8. Menjaga persatuan dan kesatuan.
Tambahan
Hal ini sebagaimana diterangkan dalam kitab Kasyifah as-Saja Syarah Safinah
an-Naja karya Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani al-Jawi
َال: َو َتِج ُب ِفْي ُك ِّل َر ْك َعٍة َس َو اٌء الَّص َالُة الِّسِّرَّيُة َو اْلَج ْهِرَّيُة َو َس َو اٌء ْاِإلَم اُم َو اْلَم ْأُم ْو ُم َو اْلُم ْنَفِرُد ِلَخ َبِر الَّص ِح ْيَح ْيِن
َص َالَة ِلَم ْن َلْم َيْقَر ْأ ِبَفاِتَحِة اْلِكَتاِب
"(Membaca Al-Fatihah) wajib di setiap rakaat, baik shalat dengan bacaan pelan
(Zhuhur dan Ashar), ataupun keras (Maghrib, Isya’, Subuh dan Jum’at), sebagai
imam, makmum ataupun sendirian, sesuai dengan hadis riwayat Bukhari
Muslim: “Tidak sah shalat orang yang tidak membaca al-Fatihah.”
و يجهر بقوله آمين في الجهرية و كذلك المأموم و يقرن المأموم تأمينه بتأمين اإلمام معا ال تعقيبا له و
يسكت اإلمام سكتة عقب الفاتحة ليئوب إليه نفسه و يقرأ المأموم الفاتحة في الجهرية في هذه السكتة
ليتمكن من االستماع عند قراءة اإلمام و ال يقرأ المأموم السورة في الجهرية إال إذا لم يسمع صوت اإلمام
"Hendaklah imam mengeraskan suaranya ketika mengucapkan ‘âmîn’ (segera
selesai membaca surat Al-Fatihah), demikian pula makmum hendaknya
melakukan hal yang sama dengan imam secara bersama-sama dan tidak
menunggu imam selesai mengucapkannya. Hendaklah imam diam sejenak atau
beberapa lama setelah membaca surat al-Fatihah."
Hal ini dimaksudkan agar di samping ia dapat mengatur napasnya kembali, juga
agar makmum membaca al-Fatihah dengan suara jelas pada saat ia diam. Cara
ini memungkinkan makmum dapat sepenuhnya mendegarkan bacaan imam, dan
makmum hendaknya tidak membaca surat kecuali bila ia tidak bisa
mendengarkan suara bacaan imam.
Akan tetapi ada satu hal yang penting dicatat adalah Namun, bagi makmum
yang telat [masbuq] datang shalat, dan tidak bisa menyelesaikan bacaan Al-
Fatihah pada rakaat pertama, tindakan itu bisa dimaklumi. Artinya, ketika
makmum telat itu tidak memiliki waktu yang cukup untuk membaca al-Fatihah
dikarenakan imam sudah rukuk sehingga harus segera menyesuaikan dengan
apa yang dilakukan imam, dalam kondisi ini dimaafkan tidak menyelesaikan al-
Fatihahnya. Sebab kewajiban makmum sudah dalam tanggungan imam. (Tim
Layanan Syariah, Ditjen Bimas Islam)