Anda di halaman 1dari 18

ADZAN DAN IQMAT

 I. Pengertian Adzan dan Hukum


 Adzan menurut bahasa adalah al-I’lam yang artinya
adalah pemberitahuan sedangkan menurut istilah adalah
ucapan atau bacaan tertentu untuk mengetahui waktu
sholat al-maktubah ( sholat yang difardlukan atau sholat
lima waktu )
I. Syarat-Syarat Adzan dan Iqomah, dan Orang yang Melakukannya .
 • Syarat Adzan dan Iqomah
 1. Masuk waktu sholat
 Syarat adzan harus masuk waktu sholat ini mengecualikan adzan awal sholat jum’at dan adzannya
sholat shubuh di mulai setelah waktu tengah malam. Berbeda dengan iqomat kalau iqomat untuk
sholat shubuh juga harus masuk dalam waktu sholat, karena iqomat itu sendiri adalah pembukuan
untuk melaksankan sholat.
 2. Tartib
 3. Berkesinambungan, dalam artian harus terus-menerus tidak boleh disela-selai dengan pekerjaan
lain atau diam terlalu lama
 4. Harus dari satu orang, maksudnya semua rangkaian bacaan adzan harus selesai oleh satu, sehingga
tidak di perbolehkan satu adzan diselesaikan oleh dua orang atau lebih. Dan syarat ini juga berlaku
dalam iqomat.
 5. Harus terdengar oleh sebagian jamaah dan diri sendiri juga harus mendengar apabila sholat sendiri
 • Syarat Muadzin ( orang yang adzan )
 1. Islam
 2. Tamzim
 3. Laki-Laki
 Syarat laki-laki ini apabila audien atau jama’ahnya adalah selain perempuan.
 CATATAN : Semua syarat-syarat orang yang adzan ini juga berlaku untuk orang yang iqomah
II.Hal-hal yang di makruhkan

 1. Mempunyai hadats kecil atau pun besar, bahkan lebih sangat di makruhkan
apabila berhadats besar. tetapi apabila berhadats di tengah tengah adzan,
maka tetap di sunah kan untuk menyempurnakan adzan sampai selesai walaupun
dalam keadaan hadats
 2. Berlebihan dalam memanjangkan bacaan adzan dan iqomah.
 3. Berbicara tanpa ada kemashlahatan dalam adzan dan iqomah.
 4. Adzan dan iqomah sambil duduk bagi orang yang mampu berdiri.
 5. Masih anak kecil (shobi)
 6. Orang fasiq
 7. Menghadap selain qibalat.
III.Hal-hal yang membatalkan adzan dan iqomah
 1. Martad
 2. Mabuk
 3. Epilepsi / ayam
 4. Gila
 5. Memutus bacaan adzan atau iqomat dengan ucapan lain atau diam yang lama
IV.Hal-hal yang disunahkan dalam adzan dan iqomah

 1. Tartil
 2. Tarji yakni membaca dua kalimat syahadat sebanyak dua kali dengan cara
pelan
 3. Tatswib pada waktu akan sholat subuh yaitu dengan membaca ( ASHOLATU
KHOIRULMINANNAUM ) dibaca setelah ( HAYYA’ALASH FALAH ) DAN
( HAYYA’ALASH SHOLAH )
 4. Menolak kepala ke arah kanan saat malafadzkan ( HAYYA ‘ALASH FALAH )
 5. Meletakkan kedua ujung jari telunjuk ke dalam dua lubang telinga disaat
adzan ( tidak disunnahkan saat iqomat ).
 6. Memiliki sifat adil dan taat
 7. Mempunyai suara yang bagus
 8. Mengeraskan suara
 9. Berada ditempat yang tinggi serperti berada di menara dll
 10. Menggabungkan dua bacaan takbir dengan satu kali nafas atau suara.
 11. Membaca (illasholafirihalikum) “latin” lafadz ini dibaca dua kali setelah selesai
adzan
 12. Untuk sholat shubuh disunahkan adzan dua kali ( adzan pertama sebelum fajar
dan adzan kedua setelah fazar ).
 13. Bag iorang yang adzan dan iqomah disunahkan tidak menjawab salamnya orang
lain dan dianjurkan untuk menjawab salam setelah selesai adzan atau iqomah.
 14. Bagi orang yang adzan dan iqomah disunahkan untuk tidak berjalan-jalan saat
mengumandangkan adzan ataupun iqomah
 15. Bagi orang yang mendengarkan adzan dan iqomah di sunnahkan menjawab
dengan membaca lafadz yang sama seperti yang telah di kumandangkan oleh orang
yang adzan dan orang yang iqomat
 16. Bagi orang yang adzan orang yang iqomat dan orang yang mendengarkan
keduanya disunnahkan membaca sholawat dan doa
SHOLAT JAMA’AH

 I. Pengerian Jama’ah
 Jamaah secara bahasa berarti kelompok atau golongan. Sementara menurut
syar’I adalah menyambung sholat nya makmum dengan sholatnya imam.
 Sholat jamaah paling sedikt dilakukan oleh imam dan satu makmum.
Keutamaan sholat jamah sangat besar hingga mencapai dua puluh tujuh
derajat dibandingkan dengan orang yang sholat sendirian (munfarid) lebih-
lebih pada sholat subuh dan sholat ‘isya’. Nabi telah bersabda : ( HR. Bukhari
dan Muslim ), Artinya : “sholat jamaah lebih utama dari pada sholat sendirian
dengan selisih dua puluh tujuh derajat
II. Syarat-syarat menjadi maknum dalam sholat jamaah

 1. Niat menjadi makmum atau berjamaah bagi makmum


 2. Makmum tidak menyakini atau mengetahui dahwa sholatnya imam tidak sah.
 3. Tidak menyakini bahwa sholatnya imam wajid diulangi (I’adah).
 4. Status imam bukan orang yang sedang bermakmum.
 5. Orang laki-laki tidak boleh bermakmum pada orang perempuan dan orang
yang berkelamin ganda ( buntsa )
 6. Imam bukan bukan orang yang umi ( orang yang tidak bisa membaca fatihah
dengan baik dan semperna ), sedangkan makmumnya orang yang qari’ ( orang
yang bisa membaca fatihah dengan baik dan sempurna )
 7. Posisi makmum tidak lebih maju dari posisi imam.
 8. Makmum mengetahui gerakan imam, baik melalui gerakannya, suaranya gerakan
makmum yang lain atau melalui muballigh.
 9. Sholatnya imam dan makmum harus sesuai. Sehingga tidak sah makmum yang
melakukan sholat fardlu berjamah pada imam yang melaksankan sholat jenazah.
 10. Makmum harus mennyelesaikan dengan imam dalam kesunahan, yang mana andai
makmum tidak menyesuaikannya maka perbedaan diantara keduanya tampak
mencolok. Misalnya, bila imam melakukan sujud sahwi atau shujud tilawah, maka
makmum harus mengikutinya.
 11. Tidak mendahului imam hingga dua rukun fi’li ( perbuatan/gerakan ) atau
tertinggal dua rukun fi’li tanpa ada udzur.
 12. Jika imam dan makmum berada di dalam masjid, maka ditambah syarat lagi, yaitu
: makmum dapat menuju imam meski harus membelakangi kiblat. Bila masjidnya
bertingkat dua atau lebih, disyaratkan adanya tangga di dalam masjid.
 13. Jika imam dan makmum berada diluar masjid atau imam di masjid sedangkan
makmum di luar, atau sebaliknya, maka di tambah tiga syarat :
 a. Tidak ada penghalang yang dapat mencegah makmum untuk melihat imam atau
melihat makmum lain yang bisa melihat imam.
 b. Makmum bisa memaju imam tanpa harus membelakangi kiblat.
 c. Jarak antara imam dan makmum tidak melebihi 300 dzira (± 150 m)
III. Kesunahan-kesunahan dalam sholat jamaah
 1. Segera melaksanakan sholat jamaah setelah iqomat selasai
 2. Segera mengisi barisan (shaff) pertama.
 3. Posisi makmum sedikit lebih ke belakang dari imam (tidak lebih 1,5 m)
 4. Sebelum takbiratul ihram imam memerintahkan makmum agar meluruskan
dan merapatkan barisan.
 5. Makmum segera meluruskan dan merapatkan barisan serta mengisibarisan
yang masih kosong
 6. Imam mengeraskan suara ketika takbiratul ihram, takbir perpindahan rukun
dan salam
 7. Imam menanti seseorang ( dalam posisi rukuk atau tasyahud akhir ) yang
akan di ikuta jamaah
 8. Bagi makmum setiap akan memulai gerakan ( rukuk atau sujud atau yang
lain ) hendaknya menunggu sampai gerakan imam berat-berat sempurna.
 9. Bacaan “amin”nya makmum bersamaan dengan bacaan “amim”nya imam
 10. Gerakan imam tidak terlalu cepat atau terlalu lambat (sedang-sedang saja )
 11. Setelah salam, imam menghadap ke kanan
 12. Membaca wirid dan do’a
IV. Hal- Hal Yang Dimakrukan dalam Sholat Jamaah
 1. Posisi tumit makmum sejajar dengan imam
 2. Barisan tidak rapat serta membuang shaff baru, sementara barisan
sebelumnya yang masih kosong
 3. Sholat di barisan yang tidak ada temannya (sendirian)
 4. Jarak antara imam dan makmum barisan pertama lebih dari tiga dzira (± 1,5
m)
 5. Posisi imam lebih tinggi atau lebih rendah dari makmum kecuali ada hajat
 6. Makmum bersaman dengan imam di setiap gerakan dan ucapan, kecuali
takbiratul ihram, maka sholat batal
v. Penataan barisan dalam sholat
 A. Makmum satu
jamaah
 1. jika makmumnya laki laki maka ia berdiri di seblah kanan imam
agak mundur sedikt
 2. jika makmumnya perempuan maka ia berdiri di belakang imam kira
kira dua meter

 B. Makmum dua
 jika semua laki laki dan datangnya berurutan maka makmum pertama
berdiri diseblah kanan imam sedikit mundur ke belakang kemudian
makmum kedua berdiri di sebelah kiri imam
 C. Makmum tiga atau lebih
 Jika semuanya laki laki, maka berdiri di belakang imam hanya saja untuk
makmum yang ketiga dan sebaliknya mengambil tempat sebelah disebelah
kanan yang makmum kanan sampai tidak ada tempat kemudian memenuhi
bagian kiri
 Apabila makmummnya dua lakilaki dan satu perempuan atau lebih maka
makmum laki laki berdiri di belakang imam sementara makmum perempuan
berada di belakang makmum laki laki
Solat Qashas dan jama’
 A. hukum qashar sholat
 Orang yang berpergian jauh diperbolehkan untuk meringkas (qashar)
sholat fardlu yang bilang rakaatnya empat. Yakni sholat dhuhur, ashar, dan isya
 Sementara hukum mengqashar sholat secara lebih terperinci adalah sebagai
berikut :
 1. Boleh, bila perjalanan telah mencapai dua marhalah
 2. Lebih baik qashar, bila jarak tempuh telah mencapai tiga marhalah atau
lebih.
 3. Wajid, jika waktu sholat kecuali dengan cara meringkas sholat.
B. Syarat-Syarat Qasbar Sholat

 1. Tujuan berpergian tidak untuk maksiat


 2. Sholat yang diqashar adalah sholat yang dikerjakan dalam waktunya
 3. Dilakukan setelah keluar dari batas desanya
 4. Dilakukasn ketika mesih dalam bepergian
 5. Memiliki tujuan daerah atau tempat yang jelas.
 6. Mengetahui hukum yang di perbolehkannya qashar sholat.
 7. Jarak yang di tempuh telah mencapai dua marbalah/16 farsakh.
 8. Niat
 9 Tidak dilakukan dengan cara berjamah
II. Sholat Jama
 A. Hukum dan Ketentuan Jama
 Orang yang telah memenuhi syarat-syarat diperbolehkan melakukan qashar
sholat, juga diperbolehkan untuk jama’ (mengumpulkan) sholat dalam satu waktu.
Sementara pelaksanaannya bisa dengan jama’ taqdim (dilakukan pada waktu
sholat pertama) atau dengan jama’ takhir (dilakukan pada waktu sholat kedua).
 B. Syarat syarat jama’ takqdim
 1. Niat jama’ ketika melaksanakan sholat yang pertama pada saat takbiratul
ihram
 2. tertib
 3. muwalah
 C. Syarat syarat jama’ ta’kbir
 1. Niat
 2. dikerjakan dalam berpergian hingga selesai melaksanakan sholat yang kedua.
1. Jamak taqdim yaitu mengumpulkan sholat dhuhur dan ashar yang dilakukan
pada waktu sholat dhuhur, dan menggumpulkan sholat maghrib dan isya yang
dilaksanakan pada waktu sholat maghrib
2. Jama’ takhir yaitu mengumpulkan sholat dhuhur dan ashar yang dilakukan
pada waktu sholat ashar dan menggumpulkan sholat magrib dan isya yang
dilaksanakan pada sholat ‘isya

 Catatan
 Keringanan melakukan sholat jama taqdim dan takhir juga diperuntukan bagi orang
sakit yang merasa berat bila harus melakukan sholat secara sempurna. Menurut qoul
aujab batasan sakit yang diperbolehkan jama’ taqdim dan ta’khir adalah sakit yang
sekiranya menyebapkan diperbolehkan duduk di dalam sholat fardlu

 Catatan penting
 Jama dan qoshor juga terkadang hukumnya wajib, seperti ketika mengeluarkan
waktu sholat duhur hingga sampai waktu ashar dengan niat jama’ dan delum
melakukan sholat hingga waktu ashar tersisa hanya cukup untuk melakukan sholat
empat rakaat, maka dalam keadaan tersebut wajib baginya untuk melakukan jama’
dan qoshor.

Anda mungkin juga menyukai