Anda di halaman 1dari 10

Imamah Sholat Berjama’ah

A. Definisi

Istilah imamah dalam sholat berjama’ah bukanlah sesuatu yang

asing. Imamah adalah pertautan sholat seseorang dengan sholatnya orang

yang berada di depannya atau yang disebut dengan Imam yang telah

memenuhi ketentuan syara’. Semisal seseorang berdiri mengikuti imam

yang sedang berdiri atau rukuk saat imam melakukan ruku’. Pertautan

seperti inilah yang dimaksud dengan imamah. Sebagaian ulama’ juga

mendefinisikan imamah dengan sholatnya imam yang diikuti oleh orang

yang berada dibelakangnya yang disebut juga dengan makmum.

Imam adalah orang yang diikuti dalam melaksanakan sholat.

Sedangkan makmum adalah orang yang mengikuti sholatnya imam.

Seseorang yang sedang sholat tidak disebut imam kecuali ia diikuti oleh

makmum dibelakangnya.

B. Kedudukan Dan Keutamaan Imam

Al Imam Al Ghazali dalam ihya ‘ulumiddin menyebutkan sabda

rosululloh yang menjelaskan kedudukan imam sholat:

1. Imam adalah penjamin

‫االمام ضامن والمؤذن مؤتمن‬

Imam adalah orang yang menanggung/penjamin sedangkan muadzin

adalah orang yang bisa dipercaya


2. Imam adalah orang diberikan kepercayaan dalam shalat

‫االمام اميــن فاذا ركع فاركعوا واذا سجد فاسجدوا وفي الحديث فان أتــ ّم فلــه ولهم وان نقص‬

‫فعـليه ال علــيهم‬

Seorang imam adalah orang yang terpercaya, apabila ia ruku’ maka

ruku’lah kamu sekalian,dan apabila ia sujud maka sujudlah kamu

sekalian. Dalam hadits yang lain jikalau imam menyempurnakan

sholatnya maka kesempurnaan itu adalah bermanfaat bagi imam dan

ma’mumnya, dan jikalau sholat imam kurang maka kekurangan

tersebut adalah beban imam dan tidak menjadi beban ma’mum.

Dalam kitab yang sama Al Imam Ghazali juga menjelaskan keutamaan

imam yang didasarkan sabda rosulullah serta pendapat ulama’ salaf:

1. Didoakan rosulullah

‫اللهم ارشد االئمة واغفر للمؤذنين‬

Ya Allah, berilah petunjuk kepada para imam dan ampunilah para

muadzin

2. Masuk surga tanpa hisab

ّ ‫من أ ّم في مسجد سبـع سنين وجبت له الجـنة بال حـساب ومن‬


‫أذن أربعـين عاما دخل الجنـة بغير‬

‫حساب‬
Barangsiapa yang menjadi imam selama 7 tahun maka wajib baginya

mendapatkan surga tanpa hisab dan barang siapa adzan selama 40

tahun maka akan masuk surga tanpa hisab

3. Derajat yang tinggi

‫وقال بعض السلف ليس بعد االنبياء أفضل من العلماء وال بعد العلماء افضل من االئمة المصلين‬

ّ
‫الن هـؤالء قاموا بين يدي هللا عز وج ّل وبين خلقه هـذا بالنبوة وهذا بالعلم وهذا بعماد الدين وهو‬

‫الصالة‬

Tidaklah ada setelah para nabi orang yang lebih utama kecuali para

ulama’, dan tidaklah ada setelah para ulama’ orang yang lebih utama

kecuali para imam shalat karena mereka adalah yang berdiri diantara

Alloh dan makhluqnya. Yang ini sebab kenabian, yang ini sebab

keilmuan dan yang ini sebab tiang agama yakni mendirikan shalat.

C. Syarat-Syarat Imam

1. Islam

Ulama’ sepakat bahwa seorang imam haruslah beragama islam. Maka

tidak sah sholatnya orang kafir yang menjadi imam begitu juga tidak

sah sholatnya orang islam yang menjadi ma’mum orang kafir.

2. Berakal
Orang yang menjadi imam haruslah berakal. Maka tidak sah sholatnya

orang gila, mabuk dan epilepsi yang menjadi imam juga tidak sah

sholatnya orang yang menjadi makmumnya.

3. Tamyiz/Mumayiz

Anak yang sudah mumayiz diperbolehkan menjadi imam sholat fardlu

bagi orang yang yang sudah baligh hanya saja yang lebih utama

adalah menjadikan orang yang sudah baligh sebagai imam sholat anak

yang mumayiz walaupun anak yang mumayiz tersebut lebih

menguasai fikih dan bacaan al quran. Menurut imam buwaithi

menjadikan anak yang mumayiz sebagai imamnya orang yang sudah

baligh berhukum makruh.

Adapun Batasan seorang anak dihukumi mumayiz dikalangan ulama’

madzhab syafi’i terdapat beberapa pendapat:

a. Ketika sudah bisa makan, minum dan istinja’ sendiri (menurut

imam ar romli)

b. Ketika sudah berusia 7 tahun

c. Bisa memahami dan menjawab percakapan

d. Mengetahui perkara yang bermanfaat dan yang berbahaya bagi

dirinya (menurut syibromulasi)

4. Dzukuroh (Laki-Laki)

Seseorang yang menjadi imam nya makmum laki-laki maupun

khuntsa harus dari jenis kelamin laki-laki.


5. Telah memenuhi syarat-syarat sholat secara meyakinkan.

6. Imam bukanlah orang yang ummi yang makmumnya adalah

qori’

Ummi adalah orang yang bacaan al fatihahnya tidak sesuai dengan

tuntunan semisal altsagh yakni orang yang mengganti huruf dengan

huruf yang lain, arot yakni orang yang meng idghomkan huruf yang

tidak sesuai dengan ketentuan, orang yang menggugurkan satu huruf

dalam surat al fatihah, lahn yakni merubah harokat yang tidak sampai

merubah makna dan orang meringankan tasydid huruf dalam surat al

fatihah.

Qori’ adalah orang yang bacaan al fatihah nya bagus atau sesuai

dengan tuntunan.

Shalatnya orang yang ummi dihukumi tidak sah kecuali ia tidak

mempunyai kemampuan untuk belajar bacaan surat al fatihah.

Adapun sholatnya makmum yang mengikuti imam ummi maka:

a. sah, apabila mempunyai kesamaan status ummi

b. tidak sah, apabila makmum qori’ dan tidak mufaroqoh

c. sah, apabila makmum qori’ dan mufaroqoh

Alasan tidak sah bermakmum kepada imam ummi adalah karena pada

dasarnya, dengan bacaan keras, imam menanggung bacaan makmum

masbuk, sedangkan ketika imam sendiri tidak bagus dalam bacaan

maka ia tidak layak dan berhak menanggung.


7. makmum tidak meyakini atau menyangka dengan persangkaan

yang kuat bahwa sholatnya imam dihukumi batal.

Tidak sah sholatnya orang yang bermakmum kepada imam yang

diyakini atau disangka telah batal sebab perbedaan itjihad dalam

menentukan arah qiblat, permasalahan najis dan suci dan selainnya.

8. Imam mengetahui syarat-syarat dan rukun sholat.

9. Sholat yang dikerjakan oleh imam bukanlah sholat yang wajib

untuk di ulangi.

Tidak sah bermakmum kepada imam yang sholatnya wajib diulangi,

misalnya; imam adalah orang mukim yang bertayamum dengan debu

di tempat yang pada umumnya masih besar kemungkinannya

mendapati air, atau imam adalah faqid tuhuroini (orang yang tidak

mendapat dua alat suci, yaitu air dan debu); karena sholat imam

semacam ini tidak dianggap sah menurut syariat.

10.Imam bukanlah orang yang bermakmum kepada imam lain.

D. Urutan prioritas untuk menjadi imam

Disunahkan untuk mendahulukan atau memprioritaskan seseorang untuk

dijadikan imam sesuai dengan urutan ketika mempunyai sifat-sifat berikut

ini:

1. Adil.

Adil dalam pembahasan ini adalah orang mempunyai karakter

menghindari untuk melakukan dosa-dosa besar atau melakukan dosa


kecil secara kontinyu. orang yang adil lebih diprioritas untuk menjadi

imam daripada orang fasiq walaupun lebih menguasai ilmu fiqih.

Sholatnya orang yang bermakmum kepada orang fasiq tetap dihukumi

sah hanya saja makruh.

2. Faqih dalam bab sholat dan yang berkaitan dengannya.

Orang yang lebih mengetahui fiqih dalam bab sholat dan yang

berkaitan dengannya lebih walaupun tidak hafal al quran kecuali surat

al fatihah lebih didahulukan untuk menjadi untuk imam dari orang

yang lebih bagus bacaan maupun hafalan al qurannya.

3. Qorian

Orang yang bagus bacaan maupun hafalan alqurannya (qorian) lebih

diutamakan untuk menjadi imam dari pada orang yang wira’i

4. Wira’i

Orang yang wirai adalah orang yang menjauhi perkara syubhat karena

Alloh. Orang wira’i diutamakan untuk menjadi imam setelah faqih

dan qori’.

5. Orang yang lebih tua dalam agama islam.

Maksud dari orang yang lebih tua tidak berdasarkan umur melainkan

berdasarkan yang lebih dahulu meyakini/memeluk agama Islam.

6. Pemimpin

Seorang pemimpin lebih berhak untuk menjadi imam dari yang

lainnya ketika memenuhi syarat-syarat imam.


7. Imam masjid rotib

Imam masjid yang telah diangkat oleh nadzir atau keta’miran lebih

utama untuk dijadikan imam dari yang lain.

E. Tuntunan yang berkaitan dengan imam

 Imam izzuddin bin abdis salam dalam penutupan risalahnya

menuturkan:

1. Hendaknya seorang imam ketika sholat tidak menyibukan pikirannya

dengan meneliti atau memikirkan secara mendalam tentang sesuatu.

Dikisahkan bahwa syaikh ahmad saudara laki-laki imam al Ghazali

suatu ketika memutus sholat jama’ah nya (mufaroqoh) yang diimami

oleh imam al Ghazali. Setelah selesai sholat imam al ghozali bertanya

kepada saudaranya, “mengapa mufaroqoh?” Syaikh Ahmad menjawab

“aku tidak berkenan sholat dibelakang imam yang terlumuri dengan

darah”. Rupanya syaikh ahmad mengetahui (kasyf) bahwa imam al

ghazali di salah satu rokaat setelah membaca al fatihah memikirkan

hukum darah haidl.

2. Hendaknya imam husnu dlon terhadap makmumnya.

 Imam al Ghazali dalam bab al imamah wal qudwah kitab ihya’

menerangkan:

1. Hendaknya seorang imam tidak memaksakan diri untuk menjadi imam

ketika makmunya tidak menyukainya.


2. Hendaknya seorang imam memperhatikan wdaktu sholat. Imam tidak

seharusnya mengakhirkan waktu sholat disebabkan menunggu

banyaknya jama’ah.

3. Seyogyanya menjadi imam sholat dengan ikhlas hanya karena

mengharap ridlo Alloh.

4. Imam hendaknya tidak takbirotul ihrom sebelum shof makmum lurus

dan teratur.

5. Seorang imam hendaknya mengeraskan suaranya dalaam takbir dan

alfatihah

6. Meringankan sholat (tidak memperlama) adalah lebih utama terlebih

apabila jamaah sholat banyak. Rosululloh bersabada:

‫اذا صلى احدكم بالناس فليخفف فان فيهم الضعيف والكبير وذا الحاجة واذا صلى لنفســه‬

‫فليطول ما شاء‬

Apabila kamu sekalian sholat dan menjadi imam maka peringanlah

karena diantara mereka ada yang lemah, yang tua dan yang

berkepentingan.Dan apabila sholat sendirian maka perpanjanglah

sesukamu

Referensi:

1. Ihya’ ulumiddin al ghazali


2. Badzlul marom fi fadlil jama’ah wa ahkamul ma’mum wal imam. Ibrohim

baythor addamsyqi

3. Al bayan wat ta’rif. Ba fadlol

4. Al mu’tamad fil fiqhi as syafi’i, Muhammad az zuhaily

5. Kasyifatus saja. Nawawi al bantany

6. Ghoyatul marom fi syarhi syurutil ma’mum wal imam. Arromly

7. Fathul ‘allam. Al jurdani

Anda mungkin juga menyukai