SHALAT BERJAMA’AH
Rabu, 11 November 2020
PENDAHULUAN
Ada satu kisah agung yang dialami oleh Imam Ubaidillah bin ‘Umar al-Qawariry.
Beliau merupakan salah satu guru utama Imam al-Bukhari yang kitab Shahihnya
melegenda dan dirujuk oleh hampirseluruh kaum muslimin di berbagai penjuru dunia.
Imam Ubaidillah ini selalu menjaga shalat berjama’ah di masjid. Namun suatu hari,
beliau tertinggal dari menjalankan shalat Isya berjama’ah. Sebuah riwayat
menyebutkan, beliau menerima tamu dan membicarakan urusan yang serius terkait
umat.
Lama berkeliling dan bertanya kepada setiap orang yang ditemui, beliau
mendapati jawaban yang sama, “Saya sudah shalat Isya’ berjama’ah.” Alhasil, beliau pun
pulang dan berniat shalat di rumah. Sebagai salah satu ijtihadnya berdasarkan hadits
keutamaan shalat berjama’ah yang bernilai dua puluh tujuh derajat, Imam Ubaidillah
pun melakukan shalat Isya’ di rumahnya sebanyak dua puluh tujuh kali.
Setelah selesai shalat beliau tertidur. Di dalam tidurnya, beliau bermimpi. Mimpi
inilah yang seharusnya membuat kita tercengang jika masih meremehkan shalat
berjama’ah di masjid bersama imam. Di mimpinya, beliau tengah berlomba memacu
kuda. Beberapa orang dikenali dalam mimpi itu. Rupanya, kuda mereka melaju lebih
kencang. Beliau pun memacu tunggangannya sekut tenaga agar bisa menyusul kuda
lainnya.
Lama. Tapi hasilnya nihil. Kudanya tak bisa mengungguli kuda lain. Beliau
tertinggal. Kudanya lambat. Tak lama kemudian, datanglah seseorang seraya berkata,
“Jangan dipaksa, kau tidak akan bisa mengejar kami.”
“Karena,” jawab sosok itu, “Kami mendirikan shalat Isya’ be rjama‘a h.”
Dan kisah Imam Ubaidillah di atas, dapat kita ambil pelajaran bahwa sangatlah
jelas orang-orang yang senantiasa melaksanakan shalat jama’ah akan jauh lebih utama
dibanding dengan orang yang melaksanakan shalat sendirian. Semoga kisah tersebut
membuat semua selalu semangat dalam melaksanakan shalat fardlu secara berjama’ah.
Aamiin.
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang
ruku.”
َ َ َّ ُ ۡ ّ ٞ َ ٓ َ ۡ ُ َ ۡ َ َ ٰ َ َّ ُ ُ َ َ ۡ َ َ َ ۡ َ ُ َ
ِْإَوذاْلَتْفِي ِّىْفأقًتْلّىْٱلصوْْةْفوجقىْطْانِفةْيَِّىْيػك
“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak
mendirikan shalat bersama sama mereka, maka hendaklah segolongan dan mereka
berdiri (shalat) besertamu.”
3. Hadis Nabi saw. Riwayat Abu Daud, Ahmad, dan aI-Aswad ra.
“Jangan kamu lakukan (itu lagi), bila salah seorang kamu sudah shalat di rumahmu,
kemudian masih mendapati imam belum shalat (di masjid), maka hendaklah ikut
shalat bersamanya, maka sesungguhnya itu (yakni shalat kedua) dihitung shalat
sunah baginya.”
2) Jika menyusul makmum yang lain, maka hendakIah langsung berdiri di belakang
imam, jangan di kiri imam, kemudian makmum yang disamping imam tadi
mundur ke belakang untuk menyamakan shaf dengan makmum yang Iainnya.
3) Pada dasarnya, jika makmum Iebih dan satu orang, maka makmum berbaris
lurus dan rapat di belakang imam di mana posisi imam berada di tengah. Jika
datang menyusul makmum yang lain, maka hendaklah mengisi shaf bagian
kanan terlebih dulu, baru kemudian shaf sebelah kiri dengan memperhatikan
keseimbangan antara shaf kanan dan kiri.
4) Jika makmum hanya seorang laki-laki dan seorang perempuan, maka posisi
makmum laki-laki di sebelah kanan imam, sedang posisi makmum perempuan di
belakang imam atau makmum laki-laki.
5) Jika makmum laki-laki dan perempuan Iebih dan satu orang, maka posisi
makmum laki-laki di belakang imam dan makmum perempuan di belakang
makmum laki-laki.
6) Jika makmum hanya seorang perempuan maka tidak boIeh berjama’ah berduaan
dengan diimami laki-laki yang bukan mahramnya atau bukan suaminya. Posisi
imam perempuan pada shaf pertama dibagian tengah dan sejajar dengan
makmum.
7) Imam perempuan hanya boleh mengimami sesama perempuan dan anak yang
belum baligh. Posisi imam perempuan berada pada shaf pertama di bagian
tengah dan sejajar dengan makmum.
d. Apabila imam sudah bertakbir, maka makmum segera bertakbir Dan jangan
sekali-kali mendahulul gerak imam sampai imam sempurna mengerjakannya.
Sebagaimana dijelaskan dalam hadits Abu Hurairah ra.,
“Dan Nabi Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Sesungguhnya imam hanya untuk diikuti,
maka janganlah menyelisihnya. Apabila ja ruku’, maka ruku’Iah. Dan bila ia mengatakan
‘sami’allahu liman hamidah’, maka katakanlah, ‘Rabbana walakal hamdu’. Apabila ia
sujud, maka sujudlah. Dan bila la shalat dengan duduk, maka shalatlah dengan duduk
semuanya”. (Muttafaq ‘alaihi).
“Dari Ibnu Umar ra. la berkata: Rasulullah saw. Pernah memerintahkan seorang
muadzin dalam malam yang dingin dan hujan agar shalat di rumah.” (HR. al-
Bukhari dan Muslim)
2. Sakit yang cukup parah sehingga sulit untuk ke masjid.
َ َ ٌِۡ ِيٌْي ُ َۡ َ ََ َ ََ
ّ ْك ۡىِْف
ْ ْج
ٖۚ ر ْح ِْ ٱل ِ وياْجػنْغوي
“Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan.” (QS. al-Hajj/22: 78)
3. Karena lapar dan haus sedangkan makanan sudah tersedia.
Dari Aisyah ra. la berkata: Aku mendengar Rasulallah saw. bersabda “Tidak
dilaksanakan shalat apabila makanan telah dihidangkan dan apabila menahan
kedua hadats (kecil dan besar).” (HR. Muslim)
4. Ingin buang air besar atau air kecil. Hadits yang mendasari sama dengan hadits
poin ke 3.
H. Keutamaan/Hikmah Shalat Berjama’ah
Melaksanakan shalat berjama’ah memberikan banyak hikmah, diantaranya
yaitu:
1. Allah Swt. akan melipatgandakan pahala bagi mereka yang melaksanakan shalat
berjama’ah.
Dari Ibnu Umar ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Shalat jama’ah itu melebihi
shalat sendirian, dengan (pahala) dua puluh derajat.” (HR. al-Bukhari)
2. Akan dihapuskan kesalahannya dan senantiasa dido’akan malaikat supaya Allah
Swt. memberikan shalawat dan kasih sayang.