(pemberitahuan), dan iqamah artinya mendirikan (pendirian). • Menurut istilah, adzan adalah bacaan tertentu yang dikumandangkan untuk memberitahu masuknya waktu shalat fardhu. Adapun iqamah adalah bacaan tertentu yang dikumandangkan untuk menunjukkan shalat fardhu segera dilaksanakan. • Adzan dan iqamah hukumnya sunnah bagi pria. Wanita hanya disunnahkan iqamah, bukan adzan. • Meski adzan dan iqamah awalnya sebagai tanda masuk waktu dan akan dimulainya shalat fardhu, dalam kondisi lain juga disunnahkan mengumandangkannya, misalnya adzan di telinga kanan bayi dan iqamah di telinga kiri bayi yang baru lahir, adzan sebelum masuk waktu subuh agar orang-orang bertahajud, adzan pertama sebelum shalat Jumat, dll. • Adzan pertama dalam shalat Jumat, yakni sebelum khatib duduk di mimbar, mulai dipopulerkan pada masa pemerintahan Utsman bin Affan. • Untuk shalat-shalat sunnah yang dianjurkan dikerjakan secara berjamaah, misal shalat tarawih, shalat id (hari raya), shalat kusuf (gerhana matahari), shalat khusuf (gerhana bulan), istisqa’ (minta hujan), dsb, disunnahkan membaca ash-shalâtu jâmi’ah. • Syarat adzan dan iqamah: 1) masuk waktu shalat, 2) tartib [berurutan], 3) berkesinambungan [tidak disela dengan aktivitas lain atau diam yang lama], 4) dilakukan oleh satu orang, 5) terdengar diri sendiri dan orang lain. • Pengecualian. Adzan pertama shalat Jumat boleh dikumandangankan sebelum masuk waktu dhuhur (shalat Jumat). Adzan subuh boleh dikumandangkan sebelum masuk waktu subuh, tapi iqamah harus setelah masuk waktu subuh. • Syarat muadzin: 1) muslim, 2) mumayyiz, 3) pria. Syarat ini juga berlaku bagi orang yang mengumandangkan iqamah. Jika jamaahnya semua wanita, hanya disunnahkan iqamah, bukan adzan. • Yang dimakruhkan dalam adzan dan iqamah: 1) berhadats kecil maupun besar, 2) berlebihan dalam memanjangkan bacaan, 3) bicara tanpa ada tujuan penting, 4) duduk bagi orang yang mampu berdiri, 5) masih kecil, 6) orang fasik [suka berbuat dosa], 7) tidak menghadap kiblat. • Yang membatalkan adzan dan iqamah: 1) murtad, 2) mabuk, 3) epilepsi, 4) gila, 5) diam terlalu lama atau berbicara. • Yang disunnahkan dalam adzan dan iqamah: 1) pelan [tartîl] untuk adzan dan cepat untuk iqamah, 2) tarjî’ [membaca syahadat dengan pelan sebelum mengumandangkannya dengan lantang], 3) tatswîb [membaca ash-shalâtu khairun minan naûm ketika subuh], 4) menoleh ke kanan saat membaca hayya ‘alash shalâh dan menoleh ke kiri saat membaca hayya ‘alal falâh, 5) meletakkan kedua ujung telunjuk ke dalam lubang telinga saat adzan, 6) orang yang terpercaya, 7) bersuara merdu, 8) mengeraskan suara, 9) di tempat yang tinggi, 10) menggabungkan dua takbir dalam satu nafas. • Untuk shalat subuh, disunnahkan adzan dua kali: satu dilakukan sebelum masuk waktu dan satu lagi setelah masuk waktu subuh. • Disunnahkan menjawab adzan dan iqamah bagi yang mendengarnya. Jawaban dari tatswîb adalah shadaqta wa ana ‘alâ dzâlika minasy syâhidîn. Jawaban dari iqamah adalah aqâmahallâhu wa adâmahâ mâdâmatis samâwâtu wal ardh (2 kali). • Disunnahkan membaca doa setelah adzan, baik bagi muadzin maupun orang yang mendengarkan. • Adzan dan iqamah tidak dilakukan sambil jalan. • Setelah adzan dianjurkan menambahkan alâ shallû fî rihâlikum [ingatlah, shalatlah di rumah kalian] ketika ada hal yang membahayakan jika ikut shalat berjamaah, misal hujan lebat atau ada wabah.