Anda di halaman 1dari 10

9.3.

2 Disain Pra-Eksperimen

Bagian ini menyajikan dua disain yang digolongkan sebagai praeksperimen karena tidak, atau
hanya sedikit saja, memungkinkan pengendalian variable luar. Pembahasan dimulai dari disain
yang kurang baik karena disain ini dapat menggambarkan bagaimana variable luar yang dapat
membahayakan validitas internal suatu disain.

1. Disain Pra-Tes-Pasca-Tes dengan Satu Kelompok (One- Group Pretest -Posttest)


Prates Variabel Bebas Pascates
Y1 X Y2

Di awal tahun ajaran para siswa diberi buku tes baku yang merupakan ukuran
yang baik tentang keberhasilan mencapai tujuan pengajaran IPS di kelas empat. Guru
tersebut kemudian menggunakan teknik mengajar baru tersebut dan pada akhir tahun
ajaran ia memberikan tes baku itu sekali lagi serta membandingkan skor yang diperoleh
para siswa dalam tes yang pertama dan tes yang kedua guna menetapkan perbedaan
apakah yang telah diakibatkan oleh pengunaan metode mengajar baru X, itu.

Disain ini hanya melibatkan satu kelompok siswa dan seorang guru, disain ini
akan tampak mampu mengendalikan perbedaan antara subyek serta variabel situasional.
Akan tetapi, pengendalian itu hanya bersifat superfisial (dangkal) saja.

Kelemahan utama disain ini adalah tidak menggunakan kelompok pengendali,


maka pelaksanaan eksperimen tidak dapat beranggapan bahwa perubahan yang terjadi
antara hasil prates dan pasca-tes itu disebabkan oleh perlakuan eksperimental. Selalu ada
kemungkinan bahwa variabel luarlah yang menyebabkan semua atau sebagian dari
perubahan itu. Jadi disain ini tidak memiliki validitas internal. Dua variabel luar yang
tidak dapat dikendalikan dalam disain ini adalah sejarah (history) dan pematangan
(maturnation). Yang dimaksud dengan sejarah sebagai sumber variabel luar adalah
kejadian-kejadian khusus yang dapat terjadi pada selang waktu antara pemberisn pretest
dan pelaksanan pasca test, yang bukan perlakuan eksperimen. Yang dimaksud dengan
pematangan adalah perubahan-perubahan dalam diri subyek yang terjadi bersama
lewatnya waktu. Sejarah dan pematangan menjadi sumber variasi luar yang semakin kuat
jika jarak waktu antara Y1 dan Y2 itu terlalu lama.

Kelemahan lain disain ini yaitu tidak memberikan suatu cara untuk menilai
pengaruh pra-tes Y1 itu sendiri. Kita tahu bahwa ada efek terlatih pada waktu subjek
mengerjakan tes itu untuk kedua kalinya, atau bahkan ketika ia mengerjakan bentuk lain
dari tes tersebut. Artinya, subjek dapat mengerjakan tes kedua itu dengan lebih baik ,
sekalipun tanpa adanya pengajaran atau pembahasan selama waktu di antara kedua tes
tersebut. Hal ini berlaku bukan saja bagi tes hasil belajar dan tes kecerdasan, melainkan
juga bagi tes kepribadian. Dalam hal tes kepribadian, umumnya tampak kecenderungan
kea rah penyesuaian diri yang lebih baik.

Tak banyak yang bisa direkomendasikan bagi disain 1 ini. Tanpa adanya
kelompok pengendali yang memungkinkan dilakukannya perbandingan, hasil yang
diperoleh melalui disain dengan satu kelompok pada dasrnya tak dapat didesfinisikan.

2. Disain Statis dengan Dua Kelompok


Disain 2 menggunakan dua kelompok, dan hanya satu diantaranya yang diberi
perlakuan eksperimental. Kedua kelompok ini diasumsikan sama dalam semua segi yang
relevan dan hanya berbeda dalam pemberian X kepada mereka. Ukuran variabel terikat
bagi kedua kelompok tersebut kemudian diperbandingkan untuk menentukan pengaruh
perlakuan X. Disain ini telah digunakan dalam banyak penelitian tentang metode di
pendidikan. Prestasi siswa yang diajar dengan suatu metode baru dibandingkan dengan
prsetasi siswa dari kelas serupa dengan metode tradisional.
Disain 2 memiliki kelompok pengendali, yang memungkinkan dilakukannya
perbandingan yang diisyaratkan bagi nilai ilmiahnya. Jika pada ukuran Y2, kelompok
coba itu lebih baik daripada kelompok pengendali, maka peneliti merasa lebih yakin
dalam kesimpulannya bahwa perbedaan itu diseabbkan oleh perlakuan ekperimental yang
telah diberikan kepada kelompok coba.
Disain ini memiliki kelemahan dasar. Disain ini tidak menggunakan pengacak
(randomization) ataupun pemadanan (matching) dalam menempatkan subjek ke dalam
kelompok coba dan kelompok pengendali, kita tidak dapat berasumsi bahwa kedua
kelompok itu sama sebelum perlakuan eksperimental diberikan. Karena kita tidak yakin
bahwa kedua kelompok tersebut sama dalam semua factor yang mungkin apat
mempengaruhi variabel terikat, maka disain ini dianggap tidak cukup memiliki
pengendalian yang diperlukan dan harus digolongkan sebagai disain praeksperimen.
Kelompok Validitas bebas Pasca tes
E X Y2
P - Y2

3. Disain Eksperimen Sejati (True Experimental Design)


Disain yang termasuk dalam kategori ini adalah disain yang paling dipujikan bagi
eksperimental di bidang pendidikan mengimgat pengendalian yang dimilikinya. Disain
ini adalah salah satu disain yang paling kuat tapi juga paling sederhana. Disain ini
memerlukan adanya dua kelompok subyek yang ditetapkan secara acak dan yang masing-
masing diberi kondisi yang berbeda. Pra tes tidak digunakan dalam disain ini;
pengacakan digunakan untuk mengendalikan semua kemungkinan variabel luar serta
untuk menjamin bahwa setiap perbedaan diantara kedua kelompok itu sebelum
eksperimen dilakukan hnaya dapat dikatakan dengan factor kebetulan belaka, dan
karenanya akan mengikuti hokum probabilitas.
Setelah para subyek dimasukan ke dalam kedua kelompok itu, hanya kelompok
coba sajalah yang diberi perlakuan eksperimental. Dalam semua hal lainnya, kedua
kelompok itu diperlakukan sama. Anggota kedua kelompok itu kemudian diukur pada
variabel terikat Y2. Kedua skor itu dibandingkan untuk mentapkan pengaruh X. Apabila
mean kedua kelompok itu berbeda secara signifikan yakni perbedaannnya lebih besar
daripada yang diharapkan terjadi secara kebetulan belaka), maka peneliti boleh merasa
yakin bahwa kondisi eksperimental itulah yang telah menyebabkan hasil yang diamati
tersebut.
Kelebihan utama disain ini adalah pengacakan yang menjamin kesamaan statistik
kedua kelompok itu sebelum variabel bebas diberikan. Ingat bahwa jika jumlah subyek
bertambah besar, kemungkinan pengacakan menghasilkan dua kelompok yang sama pun
akan meningkat. Kelebihan lain dari disain ini adalah karena disain ini dapat diperluas
sehingga kalau perlu dapat mencakup lebih dari dua kelompok. Disain ini tidak
memberikan kemungkinan kepada peneliti untuk menilai perubahan yang terjadi. Kalau
penilaian seperti itu dikehendaki, hendaknya digunakan disain yang memakai prates dan
pasca tes.

4. Disain yang hanya menggunakan Pasca Tes, Subyek dipadankan dan diacak, Dua
Kelompok.
Disain ini mirip dengan disain 3, hanya untuk memperoleh dua kelompok yang
sama, disain ini menggunakan teknik pemadanan (matching). Subyek dibuat sepadan
dalam satu atau lebih variabel yang dapat diukur dengan mudah, misalnya IQ atau skor
membaca. Variabel yang digunakan untuk memadankan adalah variabel yang dianggap
mempunyai korelasi signifikansi dengan variabel terikat. Sekalipun dalam disain ini pra
tes tidak dimasukkan jika skor prates tentang variabel itu sudah ada, skor tersebut dapat
dipakai untuk memadankan subyek dengan efektif sekali.
Kesulitan yang dihadapi oleh disai ini adalah masalah teknik pemadanan sebagai
cara untuk mengendalikan variabel seperti yang telah dijelaskan tadi . pemadanan semua
calon subyek haruslah sempurna, sedang penempatan anggota setiap pasangan ke dalam
kelompok harus ditetapkan secara acak. Kalau ada satu atau lebih subyek yang harus
dikeluarkan karena tidak dapat memperoleh padanan yang sesuai, maka ini akan
membuat sampel tersebut menjadi bias. Bila kita menggunakan disain 4 ini , maka setiap
subyek harus dipadankan sekalipun hanya secara kira-kira, subyek itu ditempatkan secara
acak ke dalam kelompok.
5. Disain yang menggunakan Pra Test dan Pasca Test dengan kelompok-kelompok yang
Diacak
Dalam disain 5, subyek dimasukkan ke dalam kelompok coba dan kelompok
pengendali secara acak dan diberi pratest tentang variabel terikat Y. Perlakuan diberikan
hanya kepda subyek dalam kelompok coba dalam jangka waktu tertentu, dan sesudah itu,
variabel terikat keduanya diukur.

Perbedaan rata-rata nagara pratest dan pascatest bagi setiap kelompok dihitung ,
kemudian skor perbedaan rata-rata ini dibandingkan guna memastikan apakah perlakuan
eksperimen yang diberikan kepada kelompok coba telah menyebabkan perubahan yang
lebih besar daripada kelompok pengendali. Signifikansi perbedaan perubahan rata-rata
dapat diketahui dengan jalan mengurangi perubahan rata-rata kelompok coba dengan
perubahan rata-rata kemlompok pengendali.

Kelompok Pratest Variabel Bebas Pascatest


(R) E Y1 X Y2
(R) P Y1 - Y2

Ukuran-ukuran sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dalam disain 5


memungkinkan peneliti mempelajari perubahan. Disian ini sering disebut disian klasik
untuk eksperimen tentang perubahan. Kekuatan utama disain ini terletak pada
pengacakan yang dilakukan terlebih dahulu, yang menjamin adanya kesamaan statistic
anatara kedua kelompok itu sebelum eksperimentasi. Persoalan utama dalam disain ini
adalah validitas eksternal. Ironinya, masalah ini justru berasal dari penggunaan prates itu,
ya ng merupakan keistimewaan disian ini.

Disian ini banyak dipakai karena dalam kebanyakan penelitian pendidikan, efek
interaksi tidaklah menjadi masalah yang serius. Prates yang dilakukan pada umumnya
adalah tes hasil belajar, dan karenanya tidak mempunyai pengaruh pemekaan yang berarti
terhadap subyek yang sudah terbiasa dengan tes semacam ini.

6. Disain Tiga Kelompok Solomon


Disain Solomon yang pertama menggunakan tiga kelompok dengan penempatan
subyek ke dlaam kelompok secara acak. Disain Solomon ini mempunyai kelebihan
karena menggunkan kelompok pengendali kedua, dan dengan begitu dapat mengatasi
kesulitan yang terdapat dalam disain 5, yaitu efek interaktif pra test dengan manipulasi
eksperimental. Kelompok pengendali kedua ini yang diberi label P2 tidak diberi pratest
tetapi diberi perlakuan X. Ukuran Y2 kelompok P1 ini kemudian digunakan untuk
menilai efek interaksinya.
Kelompok Pratest Variabel Bebas Pasca Tes
(R) E Y1 X Y2
(R) P1 Y1 - Y2
(R) P1 - X Y2

Penilaian efek interaksi dilakukan dengan jalan membandingkan skor Y2 ketiga


kelompok tersebut. Hanya skor pasca test sajalah yang dimasukkan ke dalam analisis.
Meskipun kelompok coba memiliki mean Y2 yang secara signifikan lebih tinggi dari
kelompok-kelompok pertama, kita masih belum dapat merasa yakin bhawa perbedaan itu
disebabkan oleh X.

7. Disain Empat Kelompok Solomon


Disain ini memberikan pengendalian yang lebih teliti lagi dengan jalan
memperluas disain enam sehingga, mencakup satu kelompok pengendali lagi.Kelompok
keempat ini tidak menerima pratest maupun perlakuan.Disain ini kuat karena mengambil
kelebihan – kelebihan dari beberapa disain lainnya disamping keunikannya sendiri.
Dalam disain ini kita dapat melakukan beberapa perbandingan guna untuk menetapkan
pengaruh perlakuan X . Disain ini sebenarnya memerlukan dilakukannya eksperimen dua
kali, sekali dengan pratest dan sekali tanpa pratest . Kalau hasil kedua eksprimen ini
cocok dengan hasil ditunjukkan maka peneliti dapat merasa lebih yakin akan hasil studi
tersebut.
Kelemahan utama disain ini adalah sulitnya melaksanakan disain in didalam
praktek. Untuk melaksankan dua eksperimen seklaigus diperlukan waktu dan usaha yang
lebih banyak. Disamping itu juga diperlukan semakin banyak subjek yang sama
macamnya.
Disain ini mungkin bukan disain yang akan digunakan oleh ahasiswa doctoral
secara rutin dalam penelitiannya. Disain ini biasanya hanya terbatas pada penelitian atau
pengujian hipotesis yang lebih tinggi tingkatannya.
9.3.3 Disain Faktorial
Disain yang disajikan sampai sejauh ini adalah disain – disain variabel yang
klasik. Dalam disain itu, pelaku memanipulasi satu variabel mendapatkan efeknya pada
variabel terikat. Dari disain faktoroial, dua atau lebih variabel dimanipulasi secara
stimultan untuk menyelidiki pengaruh masing – masing terhadap variabel terikat,
disamping juga pengaruh – pengaruh yang disebabkan oleh interaksi antara beberapa
variabel tersebut.Disain factorial ada dua macam. Dalam disain pertama, salah satu dari
variabel bebas itu mungkin dimanipulasi secara eksperimental dalam hal ini,
pengeksperimen terutama tertarik pada pengaruh dari satu variabel bebas saja, namun ia
harus memepertimbangkan variabel – variabel lain yang dapat mempengaruhi variabel
terikat tersebut. Pada umumnya variabel lain ini adalah variable atribut, seperi jenis
kelamin , kecerdasan , ras, status sosiala ekonomi, hasil belajar, dan lainnya.
Dalam disain kedua semua varabel bebas mungkin dimanipulasi secara
eksperimental. Disini pengeksperimen tertarik pada beberapa variabel bebas dan ia ingin
menilai pengaruh variabel – variabel tersebut baaik secra terpisah maupun secara
bersama – sama.
Disain seperti ini memberikan kemungkinn kepada peneliti untuk melakukan
analisis tentang pengaruh utama kedua variabel eksperimen itu, disamping analisis
interaksi diantara perlakuan – perlakuan tersebut.

8. Disain Factorial Sederhana


Disain faktorial telah dikembangkan dalam tingkat kepekaan yang berbeda –
beda. Disain factorial yang paling sederhana adalah disain 2 x 2 . Dalam disain ini
masing- masing dari dua variabel bebas iu mempunyai dua nilai. Dalam disain ini
variabel bebas yang dimanipulasi disebut variabel eksperimental, sedang variabel bebas
yang kedua yang telah dibagi menjadi beberapa tingkata disebut variabel atribut.
Disain faktorial memberikan kemungkinan pada peneliti untuk menilai interaksi
anatara kedua variabel bebas itu yaitu pengaruh yang berbeada dari salah satu diantara
kedua variabel itu pada tingkatan yang berdeda dari variabel lainnya.
Kelebihan disain factorial adalah :
1. Dapat menyelessaikan dalam satu kali eksperimen apa yang, tanpa
mengunakan disain ini mungkin memerlukan 2 atau lebih studi
terpisah.
2. Memberikan kesempatan untuk menyelidiki interaksi yang sering
begitu penting dalam penelitian pendidikan.
3. Memberikan pengujian yang lebih kuat terhadap hipotesis

9.3.4 Disain Eksperimental Semu


Pengeksperimen ingin menggunakan disain yang dapat memberikan pengendalian
secara penuh melalui penggunaan prosedur pengacakan. Disain itu adalah disain
eksperimen sejati, namun banyak situasi penelitiaan pendidikan yang tidak dapat kita
teliti dengan menggunkan eksperimen sejati. Pengendalian penuh atas pemberian
kondisis eksperimental secara teratur ataupun kemampuan mengacak tidaklah selalu
dapat diwujudkan. Misalnya, dalam penelitian yang dilakukan di dalam kelas,
pengeksperimen mungkin tidak dapat mengkelompokan subyeknya secara acak.

9. Disain yang menggunakan Prates dan Pascates dengan kelompok pengendali tidak acak
Sekalipun pengelompokkan subyek secara acak merupakan hal yang ideal, dalam
prakteknya. Hal ini sering tidak mungkin dilakukan. Dalam situasi sekolah, jadwal
pelajaran tidak dapat diganggu gugat untuk kepentingan penelitian. Dalam hal ini,
peneliti perlu menggunakan kelompok-kelompok itu seperti apa adanya.

Sumber kesulitan utama disain ini adalah perbedaan khas karena seleksi yang
mungkin dapat membedakan kelompok. Pemilihan menjadi suatu faktor jika subyek
penyelidikan tidak dipilih dan dikelompokkan seacara acak, tetapi dimasukkan kedalam
kelompok atas dasar hal-hal yang tidak relevan dengan tujuan penyelidikan seperti yang
terjadi pada disain 9. Perbedaan karena seleksi ini mungkin menimbulkan pengaruh
interaksi antar seleksi dan variabel luar tertentu yang dapat disalah artikan sebagai
pengaruh X.
Masalah utama dalam disain ini adalah kemunduran statistik. Efek kemunduran
semacam. Ini dapat masuk ke dalam disain jika kelompok-kelompok yang digunakan
dalam studi ini ditarik dari populasi yang mempunyai mean berbeda. Sekalipun dalam
prates kedua kelompok itu sama, efek kemunduran yang terjadi dapat menimbulkan
adanya pergeseran dari skor prates ke skor pasca tes yang secara tidak benar ditafsirksan
sebagai pengaruh eksperimental.
Persoalan lainnya dalam disain ini adalah masalah pengukuran perubahan skor
dari pra tes ke pasca tes. Dalam disain yang tak diacak selalu timbul masalah serius
mengenai skor perubahan atau skor perolehan. Sebagian ahli pengukuran bahkan
menganjurkan agar skor perubahan itu tidak digunakan sama sekali.

10. Disain Berimbang


Disain lain yang dapat digunakan dengan kelas seutuhnya adalah Disain 10.
Disain ini melakukan pertukaran kelompok pada waktu-waktu tertentu selama
eksperimen. Misalnya untuk setengah eksperimentasi yang pertama, kelompok E
menggunakan metode A dan kelompok P menggunakan metode B, kemudian untuk
setengah masa berikutnya keduanya bertukar metode.
Disain 10 dapat mengatasi beberapa kelemahan disain 9, maksudnya yaitu jika
kelas harus digunakan secara utuh, pengimbangan dapat memberikan kemungkinan unuk
menghilangkan perbedaan-perbedaan yang mungkin sudah ada di antara kelompok-
kelompok itu.
Kelemahan utama disain ini adalah kemungkinan terjadinya efek perpindahan dari
satu X ke X berikutnya. Oleh karena itu, disian ini hendaknya digunakan hanya jika
perlakuan eksperimental itu sudah begitu rupa sehingga pemberian satu perlakuan
diperkirakan tidak akan berpengaruh pada perlakuan-perlakuan berikutnya. Kelemahan
lainnya yaitu siswa menjadi bosan dengan ujian berulang-ulang yang diperlukan oleh
metode ini.
9.3.5 Disain Rangkaian Waktu

11. Disain rangkaian waktu dengan satu kelompok


Disain ini melibatkan pengukuran secara berkala terhadap satu kelompok dan
pemberian perlakuan eksperimental ke dalam rangkaian pengukuran berkala itu. Disain
rangkaian waktu dapat dipakai dalam situasi sekolah guna menyelidiki pengaruh
perubahan besar dalam kebijakan administrasi terhadap kejadian yang bersifat disipliner.
Disain ini mirip dengan disain 1 , karena disain ini menggunakan ukuran sebelum dan
sesudah perlakuan eksperimental serta tidak mempunyai kelompok pengendali. Namun,
disain 11 memiliki kelebihan disbanding disain 1, ayng membuat disain ini lebih
bermanfaat dalam penelitian pendidikan.
Data penelitian rangkaian waktu dapat menjadi maslaah khusus bagi intepretasi
statistik. Karena setiap skor dan mean sangat berbeda setelah jangka waktu tertentu, maka
kita cenderung mengaitkan perubahan ini pada perlakuan X, padahal mungkin
sebenarnya hal itu disebabkan oleh variabel yang lain. Tes signifikan yang biasa pun
mungkin tidka sesuai dengan disain rangkaian waktu ini. Guna mendapatkan keterangan
tentang tes-tes statistika yang dapat dipakai untuk disain ini, pembaca disarankan untuk
membaca Campbell dan Stanley,

12. Disain rangkain waktu dengan kelompok pengendali


Disain ini memperluas dari disain 11 dengan memasukkan kelompok pengendali.
Kelompok pengandali ini, yang juga mewakili kelompok kelas secara utuh akan diukur
bersama-sama.

Anda mungkin juga menyukai