2 Disain Pra-Eksperimen
Bagian ini menyajikan dua disain yang digolongkan sebagai praeksperimen karena tidak, atau
hanya sedikit saja, memungkinkan pengendalian variable luar. Pembahasan dimulai dari disain
yang kurang baik karena disain ini dapat menggambarkan bagaimana variable luar yang dapat
membahayakan validitas internal suatu disain.
Di awal tahun ajaran para siswa diberi buku tes baku yang merupakan ukuran
yang baik tentang keberhasilan mencapai tujuan pengajaran IPS di kelas empat. Guru
tersebut kemudian menggunakan teknik mengajar baru tersebut dan pada akhir tahun
ajaran ia memberikan tes baku itu sekali lagi serta membandingkan skor yang diperoleh
para siswa dalam tes yang pertama dan tes yang kedua guna menetapkan perbedaan
apakah yang telah diakibatkan oleh pengunaan metode mengajar baru X, itu.
Disain ini hanya melibatkan satu kelompok siswa dan seorang guru, disain ini
akan tampak mampu mengendalikan perbedaan antara subyek serta variabel situasional.
Akan tetapi, pengendalian itu hanya bersifat superfisial (dangkal) saja.
Kelemahan lain disain ini yaitu tidak memberikan suatu cara untuk menilai
pengaruh pra-tes Y1 itu sendiri. Kita tahu bahwa ada efek terlatih pada waktu subjek
mengerjakan tes itu untuk kedua kalinya, atau bahkan ketika ia mengerjakan bentuk lain
dari tes tersebut. Artinya, subjek dapat mengerjakan tes kedua itu dengan lebih baik ,
sekalipun tanpa adanya pengajaran atau pembahasan selama waktu di antara kedua tes
tersebut. Hal ini berlaku bukan saja bagi tes hasil belajar dan tes kecerdasan, melainkan
juga bagi tes kepribadian. Dalam hal tes kepribadian, umumnya tampak kecenderungan
kea rah penyesuaian diri yang lebih baik.
Tak banyak yang bisa direkomendasikan bagi disain 1 ini. Tanpa adanya
kelompok pengendali yang memungkinkan dilakukannya perbandingan, hasil yang
diperoleh melalui disain dengan satu kelompok pada dasrnya tak dapat didesfinisikan.
4. Disain yang hanya menggunakan Pasca Tes, Subyek dipadankan dan diacak, Dua
Kelompok.
Disain ini mirip dengan disain 3, hanya untuk memperoleh dua kelompok yang
sama, disain ini menggunakan teknik pemadanan (matching). Subyek dibuat sepadan
dalam satu atau lebih variabel yang dapat diukur dengan mudah, misalnya IQ atau skor
membaca. Variabel yang digunakan untuk memadankan adalah variabel yang dianggap
mempunyai korelasi signifikansi dengan variabel terikat. Sekalipun dalam disain ini pra
tes tidak dimasukkan jika skor prates tentang variabel itu sudah ada, skor tersebut dapat
dipakai untuk memadankan subyek dengan efektif sekali.
Kesulitan yang dihadapi oleh disai ini adalah masalah teknik pemadanan sebagai
cara untuk mengendalikan variabel seperti yang telah dijelaskan tadi . pemadanan semua
calon subyek haruslah sempurna, sedang penempatan anggota setiap pasangan ke dalam
kelompok harus ditetapkan secara acak. Kalau ada satu atau lebih subyek yang harus
dikeluarkan karena tidak dapat memperoleh padanan yang sesuai, maka ini akan
membuat sampel tersebut menjadi bias. Bila kita menggunakan disain 4 ini , maka setiap
subyek harus dipadankan sekalipun hanya secara kira-kira, subyek itu ditempatkan secara
acak ke dalam kelompok.
5. Disain yang menggunakan Pra Test dan Pasca Test dengan kelompok-kelompok yang
Diacak
Dalam disain 5, subyek dimasukkan ke dalam kelompok coba dan kelompok
pengendali secara acak dan diberi pratest tentang variabel terikat Y. Perlakuan diberikan
hanya kepda subyek dalam kelompok coba dalam jangka waktu tertentu, dan sesudah itu,
variabel terikat keduanya diukur.
Perbedaan rata-rata nagara pratest dan pascatest bagi setiap kelompok dihitung ,
kemudian skor perbedaan rata-rata ini dibandingkan guna memastikan apakah perlakuan
eksperimen yang diberikan kepada kelompok coba telah menyebabkan perubahan yang
lebih besar daripada kelompok pengendali. Signifikansi perbedaan perubahan rata-rata
dapat diketahui dengan jalan mengurangi perubahan rata-rata kelompok coba dengan
perubahan rata-rata kemlompok pengendali.
Disian ini banyak dipakai karena dalam kebanyakan penelitian pendidikan, efek
interaksi tidaklah menjadi masalah yang serius. Prates yang dilakukan pada umumnya
adalah tes hasil belajar, dan karenanya tidak mempunyai pengaruh pemekaan yang berarti
terhadap subyek yang sudah terbiasa dengan tes semacam ini.
9. Disain yang menggunakan Prates dan Pascates dengan kelompok pengendali tidak acak
Sekalipun pengelompokkan subyek secara acak merupakan hal yang ideal, dalam
prakteknya. Hal ini sering tidak mungkin dilakukan. Dalam situasi sekolah, jadwal
pelajaran tidak dapat diganggu gugat untuk kepentingan penelitian. Dalam hal ini,
peneliti perlu menggunakan kelompok-kelompok itu seperti apa adanya.
Sumber kesulitan utama disain ini adalah perbedaan khas karena seleksi yang
mungkin dapat membedakan kelompok. Pemilihan menjadi suatu faktor jika subyek
penyelidikan tidak dipilih dan dikelompokkan seacara acak, tetapi dimasukkan kedalam
kelompok atas dasar hal-hal yang tidak relevan dengan tujuan penyelidikan seperti yang
terjadi pada disain 9. Perbedaan karena seleksi ini mungkin menimbulkan pengaruh
interaksi antar seleksi dan variabel luar tertentu yang dapat disalah artikan sebagai
pengaruh X.
Masalah utama dalam disain ini adalah kemunduran statistik. Efek kemunduran
semacam. Ini dapat masuk ke dalam disain jika kelompok-kelompok yang digunakan
dalam studi ini ditarik dari populasi yang mempunyai mean berbeda. Sekalipun dalam
prates kedua kelompok itu sama, efek kemunduran yang terjadi dapat menimbulkan
adanya pergeseran dari skor prates ke skor pasca tes yang secara tidak benar ditafsirksan
sebagai pengaruh eksperimental.
Persoalan lainnya dalam disain ini adalah masalah pengukuran perubahan skor
dari pra tes ke pasca tes. Dalam disain yang tak diacak selalu timbul masalah serius
mengenai skor perubahan atau skor perolehan. Sebagian ahli pengukuran bahkan
menganjurkan agar skor perubahan itu tidak digunakan sama sekali.