Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Industria Vol 4 No 1 Hal 53 – 65.

Pengolahan Karet Skala Kecil

ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIAL PADA


INDUSTRI PENGOLAHAN KARET SKALA KECIL DI
KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN

TECHNICAL AND FINANCIAL FEASIBILITY ANALYSIS OF


THE SMALL SCALE INDUSTRIAL RUBBER PROCESSING IN
MUSI RAWAS REGENCY OF SOUTH SUMATERA
Fitri Alwi Azizah1*, Susinggih Wijana2, Mas’ud Effendi2
1
Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian-Fakultas Teknologi Pertanian-Universitas Brawijaya
2
Staff Pengajar Jur. Teknologi Industri Pertanian-Fakultas Teknologi Pertanian-Universitas Brawijaya
*email: fitrialwi1991@yahoo.com

ABSTRAK
Provinsi Sumatera Selatan adalah provinsi penghasil karet terbesar di Indonesia dimana 19%
atau 1/5 dari karet Indonesia dihasilkan oleh provinsi Sumatera Selatan. Kabupaten Musi Rawas
merupakan kabupaten penghasil karet terbesar di Sumatera Selatan. Karet yang dihasilkan 99.9%
diusahakan oleh petani dalam bentuk lump. Industri pengolahan karet skala kecil yang ada di
Kabupaten Musi Rawas ada dua yaitu Pabrik DMK dan Unit PengolahanKaret Rakyat KelompokTani
Subur. Proses yang terjadi pada kedua pabrik ini adalah pengolahan lump tebal menjadi blanket.
Blanket yang dihasilkan mempunyai spesifikasi KKK 65-75% dengan ketebalan 0,1-0,6cm. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisisi teknis dan finansial. Hasil analisis secara teknis
industri pengolahan karet pada pabrik DMK secara proses kapasitas, dan layout dikatakan layak,
pemilihan teknologi tidak layak. Unit Pengolahan Karet Kelompok Tani Subur proses produksi,
dikatakan layak, pemilihan teknologi, kapasitas yang dipilih saat ini dan layout dikatakan tidak layak
perlu perbaikan. Perhitungan secara finansial saat ini pada Pabrik DMK dikatakan layak, sedangkan
pada Unit Pengolahan Karet Kelompok Tani Subur dikatakan tidak layak. Usulan perbaikan dengan
perbaikan aspek teknis dengan kapasitas 5 ton lump perhari didapatkan hasil yaitu modal investasi
sebesar Rp 556.951.950,00, biaya operasional adalah sebesar Rp 949.710.000,00/bulan. Perhitungan
yang dilakukan dalam jangka setahun kapasitas 5 ton perhari didapatkan total biaya produksi adalah Rp
11.226.376.951,15 terdiri dari biaya tetap Rp 101.536.951,15, biaya tidak tetap sebanyak Rp
11.124.840.000,00. Laba bersih sebanyak Rp 854.975.043,20. Analisis finansial didapatkan hasil BEP
adalah Rp 512.144.852,13, atau sebanyak 39.861,835 kg, PP didapatkan hasil 2,51 tahun atau 30,16
bulan, NPV sebanyak Rp 7.998.656.153,57, nilai IRR sebesar 18,6%, dan nilai IP/BCR adalah 1,24.
Kata Kunci: Karet, Pengolahan Karet, Analisis Kelayakan

ABSTRACT
South Sumatera Province is the largest rubber producer in Indonesia, 19% or one fifth of
Indonesia's rubber is produced by the South Sumatra Province. Musi Rawas is the largest rubber
producer districts in South Sumatra. 99,9% rubber produced cultivated by farmers is lump. Small scale
rubber processing industries in district of Musi Rawas there are DMK factory and Subur Farmers
Group Rubber Processing Unit. Process that occurs in both is a thick lump into blankets. Blanket has
produced specification 65-75% KKK with 0,1-0,6 cm thickness. The Method was used in this
experiment is technical and financial feasibility analysis. The results of technical analysis in DMK
factory are the process, the capacity, and the layout is feasible, the selection of technology is not
feasible. Subur Farmers Group Rubber Processing Unit are production process, is feasible, the
selection of technology, capacity of the currently selected, layout is said not feasible. Calculation
financially current on DMK Factory is feasible, Subur Farmers Group Rubber Processing Unit is said
to be feasible. Proposed to improvements of the technical aspects with a capacity of 5 tons per day
lump the results arr Rp 556.951.950,00 capital investment, operating costs amounted to Rp
949.710.000,00/month. The calculations were performed a year with capacity 5 tons per day result
total cost of production is Rp 11.226.376.951,15 consists of Rp 101.536.951,15 fixed costs, variable is
Rp 11.124.840.000,00. Net profit is Rp 854.975.043,20. Effort of analysis financially is the BEP results
is Rp 512.144.852,13, or 39.861,83 kg, PP results is 2,51 year or 30,16 months, NPV obtained is Rp
7.998.656.153,57, obtained of IRR is 18,6%, and the value of the IP or BCR is 1,24.
Keywords: Rubber, Rubber Processing Industry, Feasibility Analysis

53
Jurnal Industria Vol 4 No 1 Hal 53 – 65.
Pengolahan Karet Skala Kecil

PENDAHULUAN sejalan dengan pelaksanaan proyek-proyek


Karet alam merupakan getah alam dari pengembangan karet berbantuan. Akhirnya
tumbuhan Havea brasiliensis (Danamik, kelompok tani dan koperasi tani cukup
2012). Penggunaan karet alam dalam dunia banyak tumbuh dan berkembang di daerah
industri dibagi menjadi dua yaitu industri sentra karet rakyat. Lembaga-lembaga
ban dan non ban. Penggunann industri ban tersebut diharapkan dapat memudahkan
mencapai 73% dari konsumsi karet alam petani karet menjual karet dan memberikan
dunia (Barani, 2012). pengawasan mutu bahan baku karet secara
Karet alam merupakan salah satu langsung. Cara lain yang dilakukan yang
produk unggulan ekspor strategis saat ini sedang dirintis adalah dengan
agroindustri Indonesia Jumlah produksi berdirinya pabrik pengolahan karet rakyat
karet alam Indonesia adalah 3 juta skala kecil pada daerah sentra karet rakyat.
ton/tahun. Hal ini menjadikan Indonesia Terdapat dua pabrik pengolahan karet
menjadi negara penghasil dan pengekspor skala kecil di Kabupaten Musi Rawas yaitu
karet terbesar kedua di dunia (Damayanti, Unit Pengolahan Karet Kelompok Tani
2013). Subur dan Pabrik DMK. Pabrik ini
SNI Bokar tahun 2001 membagi Bahan mengolah lump menjadi blanket. Namun,
Olahan Karet menjadi empat macam yaitu; sampai saat ini dalam melangsungkan
lateks kebun, slab, lump, dan sheet. proses produksi keduan pabrik ini masih
Gunawan (2012) menambahakan blanket coba-coba. Hal ini dilakukan karena akhir-
dalam bokar. akhir ini harga karet tidak stabil, sehingga
Kabupaten Musi Rawas merupakan perlu dilakukan pengkajian ulang pada
kabupaten dengan luas perkebunan karet masing-masing parik karet skala kecil
terluas di Provinsi Sumatera Selatan. tersebut untuk menentukan kelayakannya.
Tahun 2011 Disbun Popinsi Sumatera Metode yang digunakan dalam
Selatan menyebutkan 27% dari total penelitian ini adalah analisis kelayakan
1.205.810 Ha kebun karet di provinsi teknis dan finansial pada industri
tersebut terdapat di Kabupaten Musi pengolahan karet skala kecil. Hal ini
Rawas. keseluruhan luas perkebunan dikarenakan belum adanya kajian
tersebut, 99,99% adalah kebun yang diolah kelayakan teknis dan finansial pada
oleh rakyat. industri pengolahan karet skala kecil di
Luasnya perkebunan karet yang Kabupaten Musi Rawas, padahal kedua
dikelola oleh petani di Kabupaten Musi aspek ini dinilai penting dan berpengaruh
Rawas mengakibatkan jauhnya jarak rata- dalam menentukan kelayakan suatu usaha.
rata kebun dengan pabrik karet. Disamping
BAHAN DAN METODE
itu, banyaknya petani karet yang menjual
Tempat dan Waktu
karetnya dalam bentuk lump pada Penelitian dilaksanakan di Pabrik Karet
tengkulak mengakibatkan rendahnya DMK dan Unit Pengolahan Karet
pendapatan petani karet serta rendahnya Kelompok Tani Subur Kabupaten Musi
mutu produk olahan karet. Hal ini Rawas, Sumatera Selatan pada Pebruari-
disebabkan penjualan dengan melibatkan April 2014.
tengkulak akan menjadikan panjangnya
Batasan Masalah
saluran pemasaran dan rendahnyanya mutu 1. Lokasi penelitian yang dipilih adalah
karet Adril, 2012).
Pabrik Karet DMK dan Unit Pengolahan
Menghadapi permasalahan tersebut, Karet Kelompok Tani Subur Kabupaten
pemerintah telah membentuk lembaga Musi Rawas, Sumatera Selatan.
atau organisasi petani tingkat pedesaan
yang sudah cukup lama dikembangkan
54
Jurnal Industria Vol 4 No 1 Hal 53 – 65.
Pengolahan Karet Skala Kecil

2. Aspek teknis yang akan dibahas pada


penelitian ini adalah kelayakan proses FC = Fixed Cost (biaya Tetap)
produksi, teknologi yang digunakan, P = Price (harga jual)
kapasitas produksi terpasang, serta tata VC = Variabel Cost (biaya tidak tetap
letak pabrik.
3. Aspek finansial yang akan dibahas - Payback Periode (PP)
dalam penelitian ini meliputi perhitungan
modal, HPP, serta perhitungan kelayakan Keterangan:
dengan metode BEP, PP ,NPV, IRR, PI. b = initial investment (modal awal)
c = kumulatif net cash inflow tahun ke t
Prosedur Penelitian d = kumulatif net cash inflow tahun t+1
Penelitian ini menggunakan metode t = tahun terakhir dimana komulatif net cash
deskriptif yaitu untuk memberikan belum mencapai initial investment
gambaran umum tentang data yang
diperoleh. Data yang dikumpulkan - Net Present Value (NPV)
meliputi data primer dan data sekunder.
Prosedur penelitian dapat dilihat pada
Gambar 1. Bt = Manfaat proyek pada tahun t
Ct = Biaya proyek pada tahun t
n = Umur ekonomis proyek
i = Tingkat bunga
t = Tahun
apabila diperoleh:
NPV > 0, maka proyek layak diteruskan
NPV < 0, maka proyek tidak layak.

- Internal Rate of Return (IRR)

IRR = Tingkat keuntungan internal


NPV’= Nilai Rp pada tingkat bunga terendah
dengan NPV positif
NPV”= Nilai Rp pada tingkat bunga tertinggi
dengan NPV negatif
i’=Tingkat bunga terendah yang memberikan
nilai NPV positif
i”=Tingkat bunga tertinggi yang memberikan
nilai NPV negative
Apabila diperoleh:
IRR > i, maka proyek layak diteruskan.
Gambar 1 Prosedur penelitian IRR < i, maka tidak layak diteruskan.

Analisis Data - Profitability Index (PI)


Analisis Data yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut; Jika PI > 1, maka menguntungkan,
1. Aspek teknis dan PI < 1, maka tidak menguntungkan.
- Proses produksi yang selama produksi.
- Pemilihan teknologi yang digunakan.
- Kelayakan kapasitas produksi yang HASIL DAN PEMBAHASAN
dipilih. Potensi Bahan Baku Karet
- Kelayakan tataletak. Sebanyak 88,9% sektor perkebunan
2. Aspek Finansial di Kabupaten Musi Rawas adalah
- Break Event Point (BEP) perkebunan karet dengan produktifitas
55
Jurnal Industria Vol 4 No 1 Hal 53 – 65.
Pengolahan Karet Skala Kecil

rata-rata adalah 1,24 sehingga diperkirakan oleh Bapak Krisdanarto dan mulai
total produksi karet sebanyak 264.177,6 beroperasi sejak 7 Januari 2012. Pabrik ini
ton/tahun dalam bentuk lump tebal. berkapasitas 1 ton/hari blanket. Jumlah
(Disbun, 2014). Persentase kebun karet tenaga kerja 9 orang ditambah 1 manajer.
dapat dilihat pada Gambar 2, persebaran Pabrik yang berdiri diatas sebidang tanah
produksi karet di kabupaten Musi Rawas dengan ukuran 25x100 m. Pengolahan
dapat dilihat pada Gambar 3. karet skala kecil DMK masih dapat
terbilang sederhana, hal ini dapat dilihat
dari mesin dan metode yang digunakan
tidak dibutuhkan keahlian khusus. Mesin,
bangunan dan hasil blanket di Pabrik DMK
dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 2 Persentasi Tanaman Karet

Gambar 5 Bangunan, mesin, produk blanket


Pabrik DMK.

Unit pengolahan karet Kel. Tani Subur


Kelompok Tani Subur di Desa
Gambar 3 Persebaran Produksi Karet
Sukarena didirikan sejak tahun 1 Juni 1986
oleh Bapak Sugeng Hartadi,
Karet yang dihasilkan di Kabupaten Beranggotakan 25 KK dengan luasan
Musi Rawas ini adalah karet yang kebun karet 49 Ha. Kelompok Tani Subur
diusahakan 99,99% oleh rakyat. Sebanyak dikenal sebagai sebagai salah satu
123.000 ton karet yang dihasilkan diolah kelompok tani yang sukses dalam
pada tiga pabrik crumb rubber (Kirana menjalankan gerakan Bokar Bersih sejak
Windu 45.000 ton/tahun, Nibung 18.000 tahun 1998. Lump yang dihasilkan dalam
ton/tahun dan Bumi Beliti Abadi sebanyak bentuk lump tebal bersih selanjutnya
60.000 ton/tahun). Ketiga pabrik diatas disimpan di gudang kelompok. Pemasaran
adalah pabrik crumb rubber dengan bermitra yang diterapkan oleh kelompok
produk karet remah SIR 20. Secara tani ini sudah dilakukan sejak tahun 1998.
sederhana dapat dilihat pada Gambar 4. Diawali dengan bermitra pada PT. Nibung
pada tahun 1998-2003, selanjutnya pada
tahun 2004-2010 bermitra dengan PT.
Muara Kelingi. Pabrik pengolahan karet
PT. Kirana Windu yang menjadi mitranya
saat ini terletak di Kabupaten Rawas Utara
yang berjarak 158km dari gudang
penyimpanan bokar kelompok. Sejak tahun
Gambar 4 Presentasi Penyerapan Lump pada 2012 kelompok ini membangun Unit
Pabrik Karet Remah di Kabupaten Musi Rawas Pengolahan Karet. Unit Pengolahan
Kelompok Tani Subur dapat dilihat pada
Industri Pengolahan Karet Skala Kecil
Gambar 6.
Pabrik DMK
Pabrik DMK terletak Desa Bumi
Agung, Kecamatan Muara Beliti. Dirintis
56
Jurnal Industria Vol 4 No 1 Hal 53 – 65.
Pengolahan Karet Skala Kecil

menggunakan mesin pencacah, (2)


selanjutnya proses pengemasan pabrik
karet DMK menggunakan plastik dengan
ditata bersusun sesuai ukuran yang
Gambar 6. Bangunan pabrik, saluran limbah, ditentukan, sedangkan unit pengolahan
mesin press akhir karet kelompok tani subur hanya digulung.
Hal ini didasarkan karena perbedaan
Industri pengolahan karet skala penjualan. Pabrik DMK blanket dijual
kecil yang ada di Kabupaten Musi Rawas pada industri hilir, sedangkan pada Unit
saat ini terdapat beberapa kekurangan. Pengolahan Karet Kelompok Tani Subur
Kedua pabrik ini memiliki beberapa hal penjualan ke pabrik crumb rubber
yang berbeda dari segi pendapatan bahan sehingga proses pengemasan tidak
baku, proses produksi, tata letak, kapasitas dibutuhkan. Namun, keduanya dalam
produksi, proses penjualan. Analisis proses dikatakan layak. Hal ini
kelayakan teknis dan finansial dilakukan dikarenakan proses yang dilakukan telah
untuk mengetahui kelayakannya sesuai dengan ketersediaan tenaga kerja,
mesin, dan bahan baku guna menghasilkan
Analisis Teknis
blanket kering dengan KKK 65-75%
Pabrik DMK dan Unit Pengolahan
(Gunawan, 2012).
karet Kelompok tani Subur adalah kedua
b. Usulan Perbaikan
usaha pengolahan karet skala kecil yang
Meskipun proses pada keduanya
telah berjalan kurang lebih 2 tahun. Guna
dikatakan layak perbaikan yang dapat
mendapatkan hasil yang maksimal maka
dilakukan pada proses adalah pengadaan
dilakukanlah analisis dari aspek teknis hal
peralatan pendukung kegiatan produksi
ini dikarenakan hampir 50% lebih kegiatan
bagi karyawan berupa sepatu bot dan
bisnis tersita pada aspek ini (Subagyo,
sarung tangan dengan tujuan utama yaitu
2008).
melindungi keselamatan karyawan dari
Proses produksi
kecelakaan serta kenyamanan karyawan
Proses produksi lump menjadi
dalam bekerja. Diharapkan dengan
blanket yang paling utama bertujuan
pengadaan perangkat keselamatan bagi
menaikkan KKK (Kadar Karet Kering)
karyawan ini juga mampu meningkatkan
dengan mengurangi kadar air. Lump di
produktifitas kerja karyawan. Hal ini
Kabupaten Musi Rawas umumnya
sesuai dengan pernyataan Ripkianto
mempunyai KKK 40-60%, sedangkan
(2012), secara logika, penerapan K3 dapat
blanket KKK 65-75%. Proses yang terjadi
mempengaruhi produktivitas karena
adalah penimbangan, pengecilan ukuran
apabila tenaga kerja merasa aman dan
slab tebal (40x60x15cm) menjadi bagian
nyaman dalam bekerja, mereka dapat
bagian-bagian kecil, pengepressan awal,
bekerja secara maksimal sehingga
pengepressan akhir dan pengeringan.
produktivitas akan meningkat.
a. Hasil Pengamatan
Pengamatan proses pengolahan Teknologi yang digunakan
karet pada kedua pabrik terdapat Teknologi yang digunakan dalam
perbedaan proses pengolahan Parik DMK proses pengolahan lump menjadi blanket
dan Unit Pengolahan Karet Subur yaitu: adalah teknologi sederhana dan semi
(1) pada proses pencacahan dimana pabrik manual. Mesin–mesin yang digunakan
karet DMK dengan cara yang manual dalam proses pembuatan blanket dirancang
menggunakan tenaga manusia, sedangkan dengan kapasitas produksi dalam satu kali
unit pengolahan karet kelompok tani subur produksi atau dalam satu hari adalah 5 ton.

57
Jurnal Industria Vol 4 No 1 Hal 53 – 65.
Pengolahan Karet Skala Kecil

Mesin-mesin tersebut adalah sebagai menambahkan bahwa modal juga


berikut: diesel 125 kva, mesin cacah, menentukan kapasitas produksi.
mesin press awal, mesin press akhir. a. Hasil Pengamatan pada Pabrik DMK
a. Hasil Pengamatan Kapasitas yang dipilih pada pabrik
Pabrik DMK dan Kelompok Tani DMK adalah 1 ton/hari lump hal ini
Subur, teknologi yang dipilih tidak layak. berdasarkan pada kemampuan mesin yang
Hal ini dikarenakan teknologi yang digunakan yang mempengaruhi
digunakan pada kedua pabrik ini ketersediaan tenaga kerja serta bahan baku
menghambat kerja karyawan dalam proses. yang didapat, penentuan kapasitas
Unit Pengolahan Karet Kelompok Tani didasarkan pada kemampuan kapasitas
Subur mesin sering macet karena daya sumber daya yang dimiliki seperti
yang dipasang kurang daya yang kapasitas mesin, tenaga kerja, serta
dibutuhkan untuk menggerakkan mesin. ketersediaan bahan baku sehingga Pabrik
Selaras dengan pernyataan Sucipto (2011), DMK dikatakan layak.
kesesuaian teknologi dengan bahan baku b. Usulan Perbaikan pada Pabrik DMK
adalah syarat utama dalam penentuan Meskipun pada pemilihan kapasitas
teknologi yang digunakan. saat ini Pabrik DMK dikatakan layak,
b. Usulan Perbaikan tetapi sampai saat ini Pabrik DMK masih
Terdapat beberapa hal yang perlu kesulitan mendapatkan suplai bahan baku
diperhatikan dalam memilih teknologi agar yang tetap dengan kualitas mutu yang
teknologi yang digunakan sesuai dengan seragam. Hal ini disebabkan Pabrik DMK
derajat mekanisasi yang diinginkna dan dalam mendapatkan bokar menggunakan
manfaat ekonomi yang diharapakan yaitu saluran pemasaran tradisional. Selain mutu
(Sucipto, 2011); kesesuaian teknologi yang tidak seragam dan cenderung tidak
dengan bahan baku, keberhasilan baik, harga yang didapatkan Pabrik DMK
penerapan teknologi di tempat lain, juga lebih tinggi. Perhitungan kebutuhan
kemampuan sumber daya manusia dalam bahan baku pada Pabrik DMK setelah
pengoperasian, kemampuan perbaikan sebagai berikut:
mengantisipasi perkembangan teknologi  Kebutuhan perhari : 5 ton
lanjutan, besarnya biaya investasi dan  Kebutuhan perbulan: 5 ton x 25= 125 ton
pemeliharaan, peraturan pemerintah yang  Kebutuhan perahun: 225 ton x 12= 2500
berlaku. Perbaikan yang perlu dilakukan ton
dalam pemilihan teknologi yang digunakan Perbaikan yang dapat dilakukan
adalah pabrik DMK ditambahkan mesin pada Pabrik DMK dalam mendapatkan
pencacah, Sedangkan pada Pabrik Karet bahan baku adalah dengan pembelian pada
Rakyat Kelompok Tani Subur perlu petani karet di sekitar pabrik yaitu
penambahan daya diesel guna Kecamatan Muara Beliti. Kebutuhan
memaksimalkan penggunaan kapasitas Pabrik DMK yaitu 2500 ton/tahun dapat
yang terpasang. Perbaikan teknologi yang dipenuhi dengan pembelian langsung pada
digunakan sesuai dengan yang disebutkan petani yang ada di Desa Bumi Agung dan
Desa Muara Beliti Baru yang merupakan
Kapasitas produksi desa terdekat dari Pabrik DMK. Cara lain
Kapasitas produksi merupakan yang dapat dipilih oleh Pabrik DMK dalam
jumlah satuan produk yang dihasilkan memenuhi kebutuhan bahan baku yaitu
selama satu satuan waktu tertentu dan dengan bermitra dengan kelompok tani
dinyatakan dalam bentuk keluaran (output) yang ada di Kecamatan Muara Beliti
per satuan waktu. Pabrik DMK khususnya di Desa Bumi Agung.

58
Jurnal Industria Vol 4 No 1 Hal 53 – 65.
Pengolahan Karet Skala Kecil

b. Pengamatan Unit Pengolahan Kl Tani proses, sumber daya manusia dan lokasi
Subur sehingga efesiensi operasi dapat tercapai.
Unit Pengolahan Karet Kelompok Tujuan penentuan layout adalah
Tani Subur memilih memasang kapasitas 2 optimalisasi pengaturan fasilitas-fasilitas
ton/pekan lump, meskipun kapasitas operasi sehingga nilai yang diciptakan oleh
maksimal mesin yang terpasang adalah 5 system produksi menjadi optimal (Sucipto,
ton/hari. Hal ini dilakukan karena mesin 2011).
yang digunakan sering macet karena daya a. Hasil Pengamatan di Pabrik DMK
mesin kurang, dapat disimpulkan kapasitas Pabrik DMK memiliki layout yang
yang saat ini dipilih tidak layak. sesuai dengan tujuan perencannan layout
d. Usulan Perbaikan yaitu optimalisasi pengaturan fasilitas
Saat ini Kelompok Tani Subur operasi sehingga nilai yang diciptakan
hanya menggunakan bahan baku yang oleh sistem produksi menjadi optimal
berasal kelompok itu sendiri sebanyak 2 (Sucipto, 2011). Pabrik DMK terletak
ton/minggu. Sehingga jika hendak pada sebidang tanah seluas 200m2 dengan
menambah kapasitasnya atau penatanan yang sesuai dengan kebutuhan
memaksimalkan kapasitas mesin yang ruang. Layout dikatakan layak. Gambar
terpasang (5 ton/hari). Perhitungan layout pada Gambar 7.
Kebutuhan bahan baku sebagai berikut:
 Kebutuhan perhari : 5 ton
 Kebutuhan perbulan: 5 ton x 25= 125 ton
 Kebutuhan pertahun: 125 ton x 12= 2500
ton
Ketersediaan bahan baku (Lump)
 Ketersediaan perhari : 0,8 ton
 Ketersediaan perbulan: 0,8 ton x 25 =20
ton
 Ketersediaan pertahun: 20 ton x 12 =
240 ton
 Kekurangan pertahun: 2260 Kg.
Gambar 7 Layout Pabrik DMK
Pemenuhan bahan baku tersebut
dapat dilakukan dengan cara pembelian
pada petani atau kelompok tani di desa Keterangan:
1. Diesel (1x1,5m) 6. Tandon air
terdekat dengan Desa Sukarena yang 2. Tandon air bersih D=1m 7. Instalasi limbah (1x1m)
menjadi letak unit pengolahan tersebut. 3. Kantor (2x2m) 8. Gudang (2x3m)
4. Ruang Produksi (3x4m) 9. KM dan Toilet (1,5x3m)
Kecamatan Sukakarya mempunyai total 5. Ruang pengeringa 2x9m 10. Tandon air & cuci (1x2m)
produksi sebanyak 6084.47 ton. Desa 11. Halaman
Ciptodadi 3897.25 ton/tahun memiliki
c. Pengamatan Unit Pengolahan Kl Tani
potensi lump yang banyak sehingga dapat
Subur
memenuhi lump yang dibutuhkan.
Pengamatan layout pada Unit
Tata letak fasilitas Pengolahan Karet Kelompok Tani Subur
Perencanaan luas pabrik dan tata dinilai tidak layak. Hal ini karena, pada
letak harus memperhatikan beberapa faktor ketersediaan ruang yang dibutuhkan tidak
antara lain: biaya bangunan, sistem seluruhnya ada, sehingga dalam meletakan
komunikasi dalam pabrik, keamanan, alat-alat produksi masih berdesakan satu
kebutuhan ruangan, peralatan penanganan. sama lain. Dalam hal ini Johan (2011),
Layout dirancang berkenaan pada produk, menambahkan gedung memiliki kapasitas
59
Jurnal Industria Vol 4 No 1 Hal 53 – 65.
Pengolahan Karet Skala Kecil

jika terlalu sempit maka proses flow dan ruang istirahat adalah seluas 4 x 2 = 8
produksi akan terganggu. Luas bangunan m2, Penjumlahan seluruh ruangan yang
yang dimiliki adalah bangunan gedung dibutuhkan adalah 155,19 m2. Total lahan
dengan luas 15x6m=90m2 yang berfungsi yang dibutuhkan adalah seluas 216 m2
sebagai tempat kantor dan ruang istirahat, dengan denah dapat dilihat pada Gambar 9.
toilet kamar mandi, dan satu ruangan besar Perbaikan layout yang utama pada
yang berfungsi sebagai produksi, Unit Pengolahan Karet kelompok Tani
pengeringan, juga penerimaan bahan baku Subur adalah pembagian ruang penerimaan
sehingga terjadilah gangguan pada flow bahan baku, ruang produksi, ruang
bahan selama produksi. Gambar layout pengeringan, dan gudang produk yang
pada Unit Pengolahan karet Kelompok jelas. Hal ini penting karena bertujuan
Tani Subur dapat dilihat pada Gambar 8. untuk memisahkan setiap proses sehingga
karyawan dapat fokus pada tugasnya
masing-masing dan tidak saling
mengganggu. Maka tujuan utama penataan
layout yaitu pencapaian produktivitas
melalui penataan ruang dapat tercapai.
Gambar 8 Layout Unit Pengolahan karet
Kelompok Tani Subur.

c. Usulan Perbaikan
Penentuan luas yang telah
disebutkan berdasarkan pengukuran di
lapangan dengan kapasitas produksi adalah
5 ton bahan baku berupa lump. Didapatkan
hasil perhitungan luas areal pabrik pada
pabrik pengolahan karet skala kecil
meliputi luas ruang produksi 22,69 m2,
ruang kantor, luas gudang 22,5 m2 serta
bangunan lain seperti ruang penerimaan
dan penimbangan adalah seluas 2 x 3 =
6m2, ruang penyimpanan peralatan 2 x 2 =
4m2, ruang pengeringan 4 x 10 = 40 m2,
instalasi limbah seluas 4 x 6= 24 m2,
tendon air dan pompa air 2 x 4 = 8 m2.
Adapun bak penyimpanan air dibuat besar
berfungsi untuk menyimpan air oleh
pompa penyedot dari air tanah dan akan Gambar 9 Layout Denah Pabrik Pengolahan Karet
diteruskan oleh pompa penyemprot pada Skala 5 Ton
tiap-tiap mesin dari bak penyimpanan air
tesebut. Menurut Utomo (2001) luas kantor Analisis Finansial
yang dibutuhkan dapat ditentukan Analisis finansial dilakukan untuk
berdasarkan asumsi ruang yang digunakan mengetahui kelayakan dari industri
sebagai penyimpan alat-alat kantor pengolahan karet skala kecil di Kabupaten
sekaligus ruang kepala pabrik, seluas 2 x 3 Musi Rawas. Analisis secara finansial
= 6 m2, rapat koordinasi sekaligus ruang dilakukan dengan menggunakan lima
guna penerimaan tamu seluas 3 x 3 = 9 m2, metode kelayakan yaitu Payback Periode
total luas ruang kantor adalah 15 m2, toilet (PP), Break Event Point (BEP), Net
60
Jurnal Industria Vol 4 No 1 Hal 53 – 65.
Pengolahan Karet Skala Kecil

Present Value (NPV), Internal Rate of 12. Tingkat suku bunga Bank pertahun
Return (IRR), Profitability Index (PI) pada 11,5%, bunga yang berlaku saat ini untuk
kondisi saat ini dan usulan perbaikan yang petani.
direncanakan. 13. Pajak penghasilan (PPh) dihitung
berdasarkan SK Menteri Keuangan RI
Asumsi yang digunakan No. 598/KMK.04/1994 pasal 21 tentang
1. Analisis finansial dilakukan selama 10 Pajak Pendapatan Badan Usaha dan
tahun dengan pabrik beroperasi 100%. Perseroan. Sehingga besar pajak yang
2. Produk adalah Blanket (KKK 73-74%). harus dibayarkan sebagai berikut:
3. Biaya yang dibutuhkan meliputi: Pendapatan diatas Rp 50.000.000,00
a. Harga bahan pokok berupa lump dikenakan pajak 10% dari Rp
berdasarkan KKK (Kadar Karet Kering) 25.000.000,00 ditambah 15% dari Rp
dikalikan harga karet dalam KKK 100% 25.000.000,00 dan ditambah lagi dengan
yang berlaku di Palembang (Sumatera 30% dari pendapatan yang telah
Selatan) umumnya lump KKK 40-42%. dikurangi dengan Rp 50.000.000,00.
b. Harga bahan bakar Solar Rp 8.000,00
sedangkan pelumas Rp. 40.000,00. Analisis finansial pada industri skala
c. Biaya utilitas dalam proses ini hanyalah kecil di Kabupaten Musi Rawas
biaya yang dikeluarkan untuk Sebelum dilakukan analisis
telekomunikasi sebanyak Rp. finansial pada industri pengolahan karet
150.000,00/hari. Tidak memerlukan skala kecil di Kabupaten Musi Rawas perlu
listrik, selama proses produksi mesin diketahui kondisi yang sebenarnya dari
digerakkan dengan tenaga diesel. pabrik DMK dan Unit Pengolahan Karet
Sedangkan air, saat ini ketersediaan air Kelompok Tani Subur secara finansial
masih melimpah ditempat tersebut. dapat dilihat pada Tabel 1.
4. Penjualan produk dilakukan dengan
pembayaran pada tahun itu juga. Tabel 1 Perbandingan Finansial Pabrik DMK dan
Unit Pengolahan Kelompok Tani Subur
5. Nilai jual produk berdasarkan KKK Keterangan Pabrik DMK Kel. Tani Subur
(seperti harga bahan baku). Tanah Rp 50.000.000,00 Rp 17.500.000,00
6. Nilai tanah per-m2 adalah Rp. Aset Rp252.000.000,00 Rp 72.146.950,00
200.000,00 (yang berlaku saat ini). Mesin Rp200.000.000,00 Rp 450.000.000,00
7. Nilai bangunan per-m2 adalah Rp. Kapasitas 1 ton/hari 2 ton/minggu
510.500,00 (asumsi didapat dengan
Jumlah TK 9 Orang 6 Orang
mengamaati biaya yang dikeluarkan
Sistem upah 200/kg lump 100,000/produksi
untuk pembangunan bangunan pabrik
kecil yang ada dibagi luasan bangunan
Perhitungan pada kondisi nyata
tersebut).
industri pengolahan karet skala kecil
8. Besarnya biaya penyusutan dihitung
menggunakan asumsi yang
dengan metode garis lurus (Straight-line
samadidapatkan hasil yang dapat dilihat
method) yang disesuaikan dengan umur
pada Tabel 2.
ekonomis masing-masing modal tetap.
Tabel 2 menjelaskan pada kita bahwa
9. Biaya pemeliharaan dan perbaikan
ada perbedaan perhitungan finansial pada
modal tetap dengan kisaran 2-5%
kedua pabrik pengolahan karet skala kecil.
pertahun dari nilai investasi.
Faktor utama yang menyebabkan
10. Biaya pemasaran diasumsikan 50%
perbedaan tersebut adalah adalah kapasitas
dari biaya overhead.
produksi.
11. Tingkat suku bunga modal adalah 10
%.
61
Jurnal Industria Vol 4 No 1 Hal 53 – 65.
Pengolahan Karet Skala Kecil

Tabel 2 Perhitungan pada Kondisi Nyata sedangkan bilai IRR adalah sebesar
Keterangan Pabrik DMK Kel Tani Subur 16,88%.
Investasi Rp 508.605.000,00 Rp 514.751.950,00
Unit Pengolahan Karet Kelompok
Penyusutan Rp 14.901.050,00 Rp 30.734.130,00
Tani Subur tidak layak hal ini dilihat dari
Pemeliharaan Rp 2.046.250,00 Rp 5.152.699,50
hasil PP 34,16 tahun yang menunjukkan
Biaya Tetap Rp 16.947.300,00 Rp 35.886.829,50 bahwa kembalinya modal pada usaha ini
Biaya Tidak Tetap Rp2.825.400.000,00 Rp 414.216.000,00 melewati batas waktu penentuan usaha,
Total Biaya Produksi Rp2.852.347.300,00 Rp 460.102.829,50 sedangkan hasil NPV menunjukkan hasil -
Jumlah Produksi (Kg) 216.000 34.560 Rp 23.751.711,47 dan nilai negativ
HPP Rp 13.205,31 Rp 13.313,16 menunjukkan usaha tidak layak, dan IRR
MarkUp 0,05 0,03 tidak dapat diketahui.
Harga Jual Rp 13.764,00 Rp 13.764,00
Laba (Rp/tahun) Rp 120.676.700,00 Rp 15.581.010,50 Analisis finansial usulan perbaikan
BEP (Kg) 24.796,895 20.177,199 pada industri pengolahan karet skala
BEP (Rp) Rp 341.304.460,22 Rp 277.718.964,29 kecil
Payback Periode (Th) 4,64 34,16 Analisis finansial pada usulan
Net Profit Rp 95.198.085,00 - Rp15.153.119,50 perbaikan industri pengolahan karet skala
Net Present Value Rp 328.423.500,64 - Rp23.751.711,47 kecil ini dilakukan guna membandingkan
IRR 16,881% - dengan kedua pabrik yang telah ada
Keterangan Layak Tidak Layak sebelumnya. Adanya beberapa perbaikan
pada teknis seperti pada kapasitas
Semakin besar kapasitas yang produksi, luas tanah dan bangunan, mesin
dipilih, maka semakin besar pula biaya dan beberapa ketentuan seperti sistem
yang dikeluarkan, tetapi selain biaya yang penggajian maka akan ada penambahan
akan menjadi besar laba yang didapat juga atau pengurangan biaya jika dibandingkan
kan semakin besar. Perbedaan investasi dengan sebelumnya. Beberapa asumsi
pada keduanya tidak berbeda jauh, ditentukan sebagai berikut:
meskipun ada perbedaan penggunaan biaya a. Kapasitas : 5 ton lump/hari
b. Jam operasi : 7 jam
di investasi pada kedua pabrik tersebut. c. Hari operasi : 25 hari/bulan
Pada Pabrik DMK penggunaan biaya d. Luas tanah : 216 m2
investasi seimbang antara tanah bangunan e. Luas bangunan : 155,19 m2
dan mesin terbukti total biaya investasi Rp f. Upah/bulan : Rp. 2.500.000,00 (manajer),
508.605.000,00 dana pengadaan mesin Rp 1.500.000,00 (karyawan).
adalah sebanyak Rp. 200.000.000,00
Biaya Investasi
sebanyak Rp 308.605.000,00 untuk
Biaya investasi merupakan jumlah
pengadaan tanah dan bangunan, sedangkan
biaya yang dikeluarkan untuk memulai
pada Unit Pengolahan Karet Kelompok
hingga pabrik berjalan. Biaya yang
Tani Subur Rp 450.000.000,00 dari total
termasuk biaya investasi adalah biaya
biaya investasi Rp 514.751.950,00 untuk
membelian tanah, membangunan pabrik,
pengadaan mesin.
mengadaan mesin dan administrasi,
Analisis secara finansial yang
ditambah modal operasi. Biaya investasi
dilakukan pada Pabrik DMK
terdiri dari modal investasi dan modal
menunjukkakn bahwa pabrik layak hal ini
kerja.
dapat dilihat dari nilai PP yang didapat
- Perhitungan modal investasi didapatkan
4,64 tahun atau masih dibawah dari n
nilai sebanyak Rp 556.951.950,00.
usaha 10 tahun, NPV yang didapatkan
Investasi tambahan pada Pabrik DMK
adalah Rp 328.423.500,64 (positif),
adalah sebanyak Rp. 155.100.000,00

62
Jurnal Industria Vol 4 No 1 Hal 53 – 65.
Pengolahan Karet Skala Kecil

yang digunakan untuk pengadaan mesin Proyeksi laba rugi


pencacah, perangkat komputer, printer Proyeksi laba rugi berdasarkan
dan beberapa perlengkapan keselamatan asumsi yang tersebut diatas mempunyai
karyawan. Unit Pengolahan Karet nilai yang sama tiap tahunnya yaitu total
Kelompok Tani Subur adalah Sebanyak pendapatan Rp 12.488.256.000,00
Rp. 115.100.000,00 yang digunakan dikurangi total biaya produksi
untuk pengadaan diesel 25 KVA, Rp11.226.376.951,15 didapatkan hasil
perangkat komputer, printer dan merupakan laba kotor dari usaha ini adalah
beberapa perlengkapan keselamatan Rp 1.261.879.048,85. Laba bersih setelah
karyawan dan pembangunan beberapa dipotong pajak adalah sebanyak
ruang yang perlu diadakan. Rp854.975.043,20. Perhitungan dapat
- Modal kerja yang dibutuhkan untuk dilihat pada Tabel 4.
operasi selama satu bulan adalah
sebanyak Rp 949.710.000,00. Biaya ini Tabel 4 Proyeksi Laba Rugi
Uraian Tahun – 1
sebanyak 97% biaya bahan baku
Jumlah Produksi (Kg) 1.080.000
perbulan. Harga Jual Rp 12.848,00
Sumber dan Struktur Pembiayaan Hasil Penjualan (Rp) Rp 13.875.840.000,00
Secara garis besar modal tetap PPN (10%) (Rp) Rp 1.387.584.000,00
adalah modal pribadi, sedangkan modal Total Pendapatan Rp 12.488.256.000,00
kerja didapat dari meminjam bank dengan HPP (Rp/Kg) Rp 10.394,79
Total biaya produksi (Rp) Rp 11.226.376.951,15
suku bunga pinjaman untuk petani adalah Laba Kotor Rp 1.261.879.048,85
sebesar 11,5%, Pengembalian pinjaman di Depresiasi Rp 40.486.130,00
bank direncanakan selama 5 tahun, Laba Bersih Rp 1.221.392.918,85
sedangkan umur ekonomis usaha ini >100 juta ( 30% ) Rp 366.417.875,66
adalah 10 tahun. Pengembalian modal Total PPH ( Rp ) Rp 366.417.875,66
Net Profit Rp 854.975.043,20
Rp299.837.817,74/tahun terdiri dari
pinjaman pokok dan bunga. Proyeksi Aliran Kas (Cas Flow)
Aliran Kas Aliran kas adalah laporan seluruh
Perkiraan pendapatan adalah penerimaan dan pengeluaran kas tahunan.
sebesar Rp 13.875.840.000,00/ didapat Berdasarkan perhitungan total nilai kas
dari penjualan 1.080 ton blanket. Total bernilai positif pada tahun ke-1 sebanyak
biaya produksi setelah dihitung adalah Rp 593.913.355,46 dan di akhir masa
Rp11.473.574.072,80. Lebih rinci dapat ekonomis usaha aliran kas menjadi Rp
dilihat pada Tabel. 3. 7.437.302.643,28.
Tabel 3 Total biaya produksi
No Biaya produksi Nilai (Rp)/ Tahun Analisis kelayakan Finansial
1 Biaya Tetap Kriteria penilaian kelayakn yang
a. Biaya penyusutan Rp 40.486.130,00 digunakan adalah BEP, PP, NPV, IRR. PI
b. Biaya pemeliharaan Rp 5.198.199,50
Total Biaya tetap Rp 45.684.329,50
Berdasarkan perhitungan didapatkan hasil
2 Biaya Overhead usaha layak untuk diteruskan yaitu:
a. Biaya lain-lain Rp 27.926.310,82 - Break Effent Point (BEP) atau titik impas
b. Biaya pemasaran Rp 27.926.310,82
Total Biaya Overhead Rp 55.852.621,65
pada usaha ini adalah 39.861,835 kg atau
3 Modal kerja Rp 512.144.852,13.
a. Biaya operasi Rp 11.124.840.000,00 - Payback Periode (PP) yang didapat adalah
Total Biaya Variabel Rp 11.124.840.000,00
Total Biaya Produksi Rp11.226.376.951,15
2,51 tahun atau selama 30,16 bulan.
- Berdasarkan perhitungan didapat nilai Net
Present Value (NPV) adalah sebesar
Rp7.998.656.153,57. Kriteria penilaian
63
Jurnal Industria Vol 4 No 1 Hal 53 – 65.
Pengolahan Karet Skala Kecil

kelayakan dengan ketentuan sebagai Barani, A. M. 2012. Karet Alam Sebagai


berikut (Johan, 2011): Jika NPV bernilai ATM Petani dan Sumber Devisa
positif, maka proyek layak, jika NPV Negara. Forum Pengembangan
bernilai negatif, maka proyek tidak layak. Perkebunan Strategis Berkelanjutan.
Nilai NPV adalah positif sehingga usaha Jakarta..
layak.
- Nilai IRR 18,6%, nilai i saat ini adalah BSN. 2002. SNI 06-2047-2002 Bahan
10%. Kriteria kelayakan IRR adalah Olahan Karet. Badan Standar
sebagai berikut (Johan, 2013): IRR lebih Nasional. Jakarta.
besar dari % i biaya modal (bunga kredit)
proyek dikatakan layak. IRR lebih kecil Damanik, S. 2012. Pengembangan Karet
dari nilai % i bunga modal proyek (Havea brasiliensis) Berkelanjutan di
dikatakan tidak layak. Sehigga IRR > i Indonesia. Jurnal Perspektif 11(1): 91
maka dapat disimpulkan bahwa usaha ini – 102.
dikatakan layak.
- Profitability Index (PI) yang didapat Damayanti, D. 2013. Commodities
adalah 1,24. Kriteria penilaian kelayakan Insight. Volume 1, January 2013.
(Umar, 2004): Jika PI > 1, maka usulan Dilihat tanggal 7 Desember 2013.
menguntungkan, PI < 1, maka proyek tidak
(http://bankmandiri.co.id/
menguntungkan.Sehingga usaha dapat
dikatakan proyek layak. indonesia/eriview-
pdf/nbfp1419639.pdf).
KESIMPULAN
Hasil analisis secara teknis industri Gunawan, A. 2012. Saptabina Usahatani
pengolahan karet pada pabrik DMK secara Karet Rakyat. Balai Penelitian
proses kapasitas, dan layout dikatakan Sembawa Pusat Penelitian Karet.
layak. Sedangkan secara pemilihan Palembang.
teknologi dikatakan tidak layak. Pada Unit
Pengolahan Karet Kelompok Tani Subur Ikhsan, Sadik., Abdussamad, dan
secara proses produksi, dikatakan layak, Purnomo, Joko. 2010. Analisis
sedangkan secara pemilihan teknologi, Kelayakan Pembangunan
kapasitas yang dipilih saat ini dan layout Perkebunan Karet Rakyat di
dikatakan tidak layak. Kabupaten Tanah Laut, KalSel.
Perhitungan secara finansial saat ini Jurnal Chlorophyl 6(3): 201-207.
pada Pabrik DMK dikatakan layak,
sedangkan pada Unit Pengolahan Karet Johan, S. 2011. Studi Kelayakan
Kelompok Tani Subur dikatakan tidak Pengembangan Bisnis. Graha
layak. Ilmu.Yogyakarta.
Manumono, Danang. 2008. Profil Karet
DAFTAR PUSTAKA Alam Indonesia. Jurnal Ilmiah Instiper
Adril, A. R. 2013. Analisis Pola 15(2): 15-26.
Pemasaran dan Stuktur Pasar serta
Transmisi Harga Bahan Olahan Najiyati, S., Danarti, Murdiatun, Damanik,
Karet di Kabupaten Musi Rawas L., Slamet R.T.S., dan Suwardin, D.,
Sumatera Selatan. Skripsi. Fakultas 2012. Difusi Teknologi Pengolahan
Pertanian. Universitas Sriwijaya. Karet Rakyat Di Kawasan
Palembang. Transmigrasi Mendukung Koridor

64
Jurnal Industria Vol 4 No 1 Hal 53 – 65.
Pengolahan Karet Skala Kecil

Ekonomi Sumatera. Jurnal


Ketransmigrasian 29(1): 23-33.

Ripkianto, Hargono, E., Kartika, D. 2012.


Pengaruh Penerapan Program
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
(K3) Terhadap Produktivitas
Tenaga Kerja Pembesian Balok
Gerder pada PT. Wika Beton
Pasuruan. Prosiding Seminar Nasional
Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah
(Atpw) Surabaya, 11 Juli 2012,

Sayuti, M. 2008. Analisis Kelayakan


Pabrik. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Sucipto, A. 2011. Studi Kelayakan Bisnis


Analisis Integratif dan Studi Kasus.
UIN-MALIKI PRESS. Malang.

Umar, H. 2004. Studi Kelayakn Bisnis


Edisi 2. Penerbit PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.

Utomo, T. P. 2008. Rancang Bangun


Proses Produksi Karet Remah
Berbasis Produksi Bersih. Disertasi.
Pasca Sarjana Fakultas Teknologi
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Wiyanto, 2009. Faktor-Faktor Yang


Memengaruhi Kualitas Karet
Perkebunan Rakyat Kasus
Perkebunan Rakyat di Kecamatan
Tulang Bawang Tengah, Kabupaten
Tulang Bawang, Lampung. SKRIPSI.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

65

Anda mungkin juga menyukai