SKRIPSI
OLEH:
ELI MARIA RAMA
NIM : 08C10104019
memusnahkannya. Namun semua itu hanya bisa dilakukan bagi sampah yang
dihasilkan oleh rumah tangga saja. Lain halnya dengan sampah yang dihasilkan
dari upaya medis seperti Puskesmas, Poliklinik, dan Rumah Sakit. Karena jenis
sampah yang dihasilkan termasuk dalam kategori biohazard yaitu jenis sampah
dimusnahkan dengan jalan dibakar dalam suhu diatas 800 derajat celcius.
kegiatan Rumah Sakit mencapai sekitar 0,14 kg/bad/hari (WHO dan P2MPL
tahun 2002), sedangkan limbah dari Puskemas sebesar 7,50 gr/pasien/hari (PATH,
tahun 2004) yang didominasi limbah immunisasi (65%). Limbah sarana kesehatan
tidak semuanya tergolong berbahaya, hanya sekitar 20% saja yang tergolong B3,
sedangkan sekitar 80% limbah non B3. Namun demikian, potensi limbah B3 akan
menjadi besar bila pengelolaan limbah tidak benar, dimana ada kemungkinan
1
2
peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha. Usaha perbaikan kesehatan
penyediaan air bersih, penyuluhan kesehatan serta pelayanan kesehatan ibu dan
lain sebagai berikut : (1). Pemrakarsa atau yang penanggung jawab dipuskesmas,
3
(2). Penanggung jasa pelayanan puskesmas, (3). Para ahli pakar dan lembaga yang
dapat memberikan saran-saran, (4). Para pengusaha dan swasta yang dapat
Selain itu, karena kegiatan atau sifat pelayanan yang diberikan, maka
puskesmas menjadi depot segala macam penyakit yang ada dimasyarakat, bahkan
dapat pula sebagai sumber distribusi penyakit karena selalu dihuni, dipergunakan,
dan dikunjungi oleh orang-orang yang rentan dan lemah terhadap penyakit.
Ditempat ini dapat terjadi penularan baik secara langsung (cross infection).
2007).
infeksi nosokomial merupakan hal yang paling sulit dihadapi klinisi dalam
paling sedikit sekitar 9% (variasi 3-21%) dari pasien rawat inap. Di Negara maju,
angka kejadian infeksi nosokomial telah dijadikan salah satu tolak ukur mutu
4
pada waktu itu mencapai 1.372 unit. Sementara itu, jumlah puskesmas mencapai
8.548 unit. Analisa lebih jauh menunjukkan produksi sampah berupa sampah
sampah sebesar 376.089 ton/hari dan produksi air sampah sebesar 48.985,70
sampah yang tidak mengandung resiko atau sampah umum kebanyakan berasal
Kuala Batee Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya dimana
sampah medis dan sampah non medis belum dilakukan pemisahan secara
Barat Daya.
Barat Daya.
Barat Daya.
Barat Daya.
6
Barat Daya.
lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sampah ialah segala sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang punya dan
bersifat padat (Soemirat, 2002). Menurut defenisi WHO yang dikutip oleh
digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal
dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Badan lingkungan
hidup menyatakan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari- hari manusia
adalah suatu benda berbentuk padat yang berhubungan dengan aktifitas atau
kegiatan manusia, yang tidak digunakan lagi, tidak disenangi dan dibuang secara
saniter yaitu dengan cara-cara yang diterima umum sehingga perlu pengelolaan
yang baik.
memenuhi persyaratan sanitasi. Sebagai sesuatu yang tidak digunakan lagi, tidak
disenangi, dan yang harus dibuang maka sampah tentu harus dikelola dengan baik.
Syarat yang harus dipenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak mencemari
udara, air atau tanah, tidak menimbulkan bau (segi estetis) tidak menimbulkan
7
8
penanganan sampah.
mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun,
harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi. Setiap peralatan yang
membelinya.
kimiawi.
menghindari kadaluarsa.
distributor.
kontaminasi dan infeksi. Jika sampah tidak dikelola dengan tepat, mikro
kunjungan dan lama rawat inap pasien, serta berbagai pertimbangan teknis yang
lain. Perangkat penunjang yang digunakan, antara lain: (1). Wadah penampungan,
mereka sendiri tapi sampah harus diserahkan untuk diolah ke institusi khusus.
dilakukan kedalam beberapa kategori, antara lain : benda tajam, sampah non
benda tajam infeksius dan sampah tidak berbahaya (sampah rumah tangga).
sampah dan harus dilakukan sedekat mungkin dengan tempat yang dihasilkannya
sampah dan dapat memberikan penurunan yang berarti dalam kuantitas sampah
anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang
Tabel 2.1 Jenis Wadah dan Label Sampah Medis Padat Sesuai Kategorinya
Kategori Warna
No
Kontainer/kantong Lambang Keterangan
Plastik
sampah harus terbuat dari bahan yang padat (solid), berwarna relatif terang,
stainless dan tahan air. Kontainer untuk pengumpulan sampah medis padat
infeksius dan citotoxic harus dibersihkan dan disenfeksi sebelum digunakan ulang.
Kantong pelastik yang telah dipakai sama sekali tid ak boleh digunakan kembali.
dikumpulkan secara reguler. Sampah harus dikumpulkan setiap harinya bila 2/3
bagian telah terisi sampah. Jenis lain dari sampah (misalnya benda tajam) dapat
dikumpulkan dengan frekuensi yang lebih rendah (setelah container penuh 2/3).
Sampah farmasi dan sampah kimia dapat dikumpulkan atas permintaan dan
sementara sampah dengan bentuk, ukuran dan jenis yang sama. Jumlah
penampungan untuk sampah medis diletakkan pada tempat pasien aman dan
hygiene. Wadah penampungan yang digunakan tidak mudah berkarat, kedap air,
memiliki tutup yang rapat, mudah dibersihkan, mudah dikosongkan atau diangkut,
tidak menimbulkan bising dan tahan terhadap benda tajam dan runcing.
lama. Untuk itu setiap unit hendaknya disediakan tempat penampungan dengan
13
bentuk, ukuran dan jumlah yang disesuaikan dengan jenis dan jumlah sampah
sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan paling lama 48 jam dan musim
sebagai berikut:
dan di desinfeksi).
menanggani sampah.
3. Bertutup rapat
4. Mudah dibersihkan
kontak langsung mikroba dengan manusia dan mengurangi bau, tidak terlihat
Ketebalan plastik disesuaikan dengan jenis sampah yang dibungkus agar petugas
pengangkut sampah tidak cidera oleh benda tajam yang menonjol dari bungkus
sampah. Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3
bagian telah terisi sampah . Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada
tempat khusus (safety box) seperti botol atau karton yang aman. (Depkes RI,
2004).
tempat penampungan sampah gelas dan pecahan gelas untuk mencegah cidera,
15
solvent dan mencegah timbulnya api dan tempat penampungan dari logam untuk
menggunakan troli, kontainer atau gerobak yang tidak digunakan untuk tujuan
yang lain dan harus memenuhi persyaratan sebagi berikut. (WHO, 2005) :
2. Tidak ada tepi tajam yang dapat merusak kantong atau kontainer
3. Mudah dibersihkan
kepembuangan.
dibantu dengan menyediakan cerobong sampah atau lift pada tiap s udut bangunan.
kontainer yang kuat dan tertutup. Kantong sampah juga harus aman dari
2.2.3.1 Kereta
Kereta adalah alat angkut yang umum digunakan dan dalam merencanakan
melkakukan pengangkutan.
1. Permukaan bagian dalam harus rata dan kedap air agar sampah yang
cerobong sampah ini banyak mengandung resiko, antara lain dapat menjadi
ada perhatian khusus antara lain dengan menggunakan kantong plastik yang kuat.
2.2.3.3 Perpipaan
tidak disarankan karena alasan keamanan, teknis dan hygienis terutama untuk
Sarana ini harus disediakan dalam ukuran yang memadai dan dengan
kondisi baik (tidak bocor, tertutup rapat, dan terkunci). Sarana ini bisa
sementara bisa dari dinding semen atau container logam dengan syarat tetap yaitu
kedap air, mudah dibersihkan dan bertutup rapat. Ukuran hendaknya tidak terlalu
menjadi sumber bau dan lalat bagi lingkungan sekitarnya dilengkapi saluran untuk
melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau pihak lain yang
penampungan sampah, jalur jalan dalam puskesmas, jenis dan volume serta
hanya dirancang secara khusus, tertutup dan troly yang akan digunakan adalah
yang mudah untuk di disiknifikan. Troly ini tidak boleh digunakan untuk
penggunaan lain. Jika bahan berbahaya lain setiap bahan kimia atau bahan farmasi
akan diangkut, maka harus dibungkus agar tidak ada resiko yang dihasilkan
diperhatikan oleh pihak puskesmas. Pada proses pembuangan sampah medis dapat
(Candra, 2007).
dengan insinerator atau landfill. Metode yang digunakan tergantung pada faktor-
faktor khusus yang sesuai dengan institusi, peraturan yang berlaku dan aspek
sampah sebelum dibuang untuk sampah yang berasal dari puskesmas perlu
2.2.4.1 Autoclaving
dipanasi dengan uap dibawah tekanan. Namun dalam volume sampah yang besar
saat dipadatkan, penetrasi uap secara lengkap p ada suhu yang diperlukan sering
sampah. Kantong sampah plastik biasa hendaknya tidak digunakan karena tidak
tahan panas dan akan meleleh selama autoclaving. Karena itu diperlukan
yang cukup. Autoclave yang digunakan secara rutin untuk limbah biologis harus
tumpahan dan mencuci kendaraan limbah. Limbah infeksius dengan jumlah kecil
1. Insinerator
dengan membakar sampah tersebut dalam satu tungku pada suhu 1500-1800 0F
maka beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah ukuran, desain yang
dan jalur pembuangan abu dan sarana gedung untuk melindungi insinerato r dari
21
klinis atau medis. Ukuran insinerator disesuaikan dengan jumlah dan kualitas
2. Lokasi Penguburan
Khusus untuk limbah medis, seperti plasenta atau sisa potongan anggota
tubuh dari ruang operasi atau otopsi yang mudah membusuk, perlu segera
3. Sanitary Landfill
ditutup dengan lapisan tanah setiap akhir hari kerja. (Aditama, 2006).
pembuangan.
6. Lokasi dan area kerja dapat dijangkau oleh kendaraan pengantar dan
pengangkut sampah .
8. Ada pembagian lokasi yang menjadi fase- fase yang dapat ditangani
Puskesmas (2009), diuraikan tentang pembuangan akhir sampah medis padat pada
dikategorikan sebagai limbah yang aman bagi lingk ungan dan kesehatan. Limbah
yang sudah aman dan tergolong dalam limbah domestic dapat dibuang dengan
cara :
1. Sanitary Landfill
dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis. Dengan demikian, sampah
tidak berada diruang terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi
sarang binatang pengerat. Sanitary landfill yang baik harus memenuhi persyaratan
berikut :
Lokasi sanitary landfill yang lama dan sudah tidak dipakai lagi dapat
2. Encapsulation
dengan adukan semen atau pasir bitumen, dan setelah kering dituang kelokasi
landfill. Limbah yang dapat diproses dengan cara ini antara lain benda tajam,
3. Inertisasi
untuk meminimalkan resiko berpindahnya substansi yang ada dalam limbah ke air
permukaan atau air tanah. Metode ini sangat sesuai untuk limbah sediaan farmasi
penghasil sampah. Jenis sampah dari setiap ruangan berbeda-beda sesuai dengan
pengelolaan sampah yang baik dan benar. Secara garis besar sampah puskesmas
dihasilkan dari tindakan diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien. Termasuk
dalam kajian tersebut juga kegiatan medis diruang poliklinik, perawatan, bedah,
kebidanan, otopsi dan ruang laboratorium. sampah padat medis sering juga
Sampah ini bisa berupa jarum, pipet, pecahan kaca dan pisau bedah.
2. Sampah Infeksius
Sampah ini berupa darah, anggota badan hasil amputasi, cairan tubuh,
dan plasenta.
4. Sampah Farmasi
5. Sampah Kimia
Terdapat sampah kimia yang berbahaya dan tidak berbahaya dan juga
6. Sampah Radioaktif
Sampah padat non medis adalah semua sampah padat diluar sampah padat
medis yang dihasilkan dari berbagai kegiatan seperti kantor/ administrasi, unit
perlengkapan, ruang tunggu, ruang inap, unit gizi/dapur, halaman parkir, taman,
Puskesmas akan menghasilkan sampah medis dan non medis. Untuk itu
dihasilkan setiap hari. Jumlah ini akan menentukan jumlah dan volume sarana
kapasitasnya dan juga bila puskesmas memiliki tempat pengolahan sendiri jumlah
jumlah dan kualitas sampah yang diproduksi. Berat, ukuran, dan sifat kimiawi
masih terdapat kesulitan biaya untuk pengadaan alat timbangan. Satuan ukuran
yang digunakan adalah m3/hari atau liter/hari. Dalam pelaksanaan sehari- hari
sering alat ukur volume diterapkan langsung pada alat-alat pengumpul dan
Lingkungan
4. Apabila terjadi pembakaran sampah medis yang tidak saniter asap nya
udara.
pemilahan sampah medis dan non medis, sedangkan ruangan lain bisa
pengelola sampah harus menggunakan alat pelindung diri yang terdiri : topi/helm,
WHO (2005)
- Pemilahan
- Penampungan
- pengangkutan
- Pemusnahan atau pembuangan akhir
METODOLOGI PENELITIAN
Tahun 2013.
3.4.1 Populasi
3.4.2 Sampel
Perawatan Kuala Batee Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat yang
31
32
Variabel Dependen
5 Pengelolaan Sampah Definisi Suatu kegiatan yang
Medis Puskesmas dilakukan pihak
puskesmas dalam
menangani sampah medis
mulai dari pemilahan,
pembuanga,
pengangkutan, dan
pembuangan akhir
Cara ukur Wawancara/observasi
Alat ukur Kuesioner
Hasil ukur 1. Biak
2. Tidak Baik
Skala ukur Ordinal
penelitian ini adalah skala Guddman yaitu memberikan skor dari nilai tertinggi ke
Baik: Jika mendapat skor nilai > 2,5 dari total skor.
Tidak baik: Jika mendapat skor nilai ≤ 2,5 dari total skor.
Baik: Jika mendapat skor nilai > 2,5 dari total skor.
Tidak baik: Jika mendapat skor nilai ≤ 2,5 dari total skor.
Baik: Jika mendapat skor nilai > 2,5 dari total skor.
Tidak baik: Jika mendapat skor nilai ≤ 2,5 dari total skor.
Baik: Jika mendapat skor nilai > 2,5 dari total skor.
Tidak baik: Jika mendapat skor nilai ≤ 2,5 dari total skor.
35
cepat.
mengelompokkan data.
Data yang diperoleh dianalisa secara manual dengan pemberian kode atas
Kabupaten Aceh Barat Daya memiliki 8 ruangan yang terdapat 2 tempat sampah
untuk sampah kering dan sampah basah yaitu di ruangan Poli Umum, Poli Gigi,
Poli MTBS, Poli Gizi, Poli KIA, Poli Imunisasi, Poli KB dan Pantri, namun untuk
bahaya pencemaran) dan 7 buah teletak di ruangan IGD. Di ruangan IGD terdapat
1 untuk umum). Jumlah tempat sampah yang terletak di IGD ada 7 buah yaitu
Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya yang berjumlah sebanyak 6
36
37
2. Penampungan Sampah
3. Pengangkutan Sampah
33,3% pembuangan akhir sampahnya baik sedangkan 66,7% nya lagi tidak baik.
4.2. Pembahasan
dibedakan pada produsen sampah dan harus dilakukan sedekat mungkin dengan
tempat yang dihasilkannya sampah dan dapat memberikan penurunan yang berarti
Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya dari 6 responden 66,7% pemilihan
sampahnya tidak baik ini dikarenakan pemilihan antara benda tajam dengan non
sementara sampah dengan bentuk, ukuran dan jenis yang sama. Jumlah
penampungan untuk sampah medis diletakkan pada tempat pasien aman dan
hygiene. Wadah penampungan yang digunakan tidak mudah berkarat, kedap air,
memiliki tutup yang rapat, mudah dibersihkan, mudah dikosongkan atau diangkut,
tidak menimbulkan bising dan tahan terhadap benda tajam dan runcing.
observasi peneliti pada 6 orang petugas ini dkarenakan disetiap unit memiliki
tempat sampah, wadah penampungan sampah yang dipakai tidak bekarat, kedap
air dan memiliki tutup yang rapat, dan area penampungan mudah dijangkau
petugas dan tempat penampungan sampah terhindar dari sinar matahari, namun
50% dari petugas, tempat penanmpungan sampah susah dijangkau oleh petugas
dibantu dengan menyediakan cerobong sampah atau lift pada tiap sudut bangunan.
kontainer yang kuat dan tertutup. Kantong sampah juga harus aman dari
Kabupaten Aceh Barat Daya dari hasil observasi penulis pada 6 petugas di ketahui
puskesmas dari ruang poli, IGD, kamar sampai ruang tunggu. Sampah-sampah
dengan insinerator atau landfill. Metode yang digunakan tergantung pada faktor-
faktor khusus yang sesuai dengan institusi, peraturan yang berlaku dan aspek
sampah sebelum dibuang untuk sampah yang berasal dari puskesmas perlu
2007).
41
Batee Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya dari hasil observasi
penulis pada 6 petugas di ketahui bahwa 66,7% pengelolaan sampah pada tahap
pembuangan akhir tidak baik ini dikarenakan tidak adanya pemilahan pada
5.1. Kesimpulan
1. Dari 6 responden pemilahan sampah medis 33,3% baik dan 66,7% tidak
2. Dari 6 responden penampungan sampah 50% baik dan 50% nya lagi tidak
3. Dari 6 responden pengangkutan sampah 66,7% baik dan 33,3% tidak baik
5.2. Saran
masyarakat.
telah ditetapkan.
42