Anda di halaman 1dari 17

PENGUKURAN KADAR TOTAL FENOL PADA TEMU GIRING

(Curcuma heyneana) MENGGUNAKAN PELARUT METANOL DAN


ETANOL DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

LAPORAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Metabolisme Tumbuhan
yang dibimbing oleh Dr. Betty Lukiati, M.Si

Oleh Kelompok 4:

Anggi Klaritasari 160342606275


Emilda Firdiana Avis 160342606272
Imroatun Nafi’ah 160342606231
Indah Khoirun Nisa 160342606268

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRA STUDI BIOLOGI
April 2019
A. TOPIK : Pengukuran Kadar Total Fenol Pada Temu Giring (Curcuma
Heyneana) Menggunakan Pelarut Metanol dan Etanol Dengan Metode
Spektrofotometri

B. TANGGAL DAN TEMPAT PRAKTIKUM : Jumat, 29 Maret 2019 di O5


205 Laboratorium Fisiologi Tumbuhan

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui kadar total fenol pada tumbuhan Temu Giring
(Curcuma heyneana) menggunakan pelarut metanol dengan metode
spektrofotometri.
2. Untuk mengetahui kadar total fenol pada tumbuhan Temu Giring
(Curcuma heyneana) menggunakan pelarut etanol dengan metode
spektrofotometri.
3. Untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut dalam pengukuran kadar total
fenol pada temu giring Curcuma Heyneana) dengan metode
spektrofotometri.
4. Untuk mengetahui alasan menggunakan panjang gelombang 765 nm pada
pengukuran absorbansi asam galat dan sampel (ektraks rimpang temu
giring)

D. HIPOTESIS
1. Kadar total fenol pada tumbuhan Temu Giring (Curcuma heyneana)
menggunakan pelarut metanol dengan metode spektrofotometri berbeda
dengan kadar total fenol pada tumbuhan Temu Giring (Curcuma
heyneana) menggunakan pelarut etanol.
2. Jenis pelarut berpengaruh terhadap pengukuran kadar total fenol pada
temu giring Curcuma Heyneana) dengan metode spektrofotometri.
3. Kadar total fenol pada tumbuhan Temu Giring (Curcuma heyneana)
menggunakan pelarut metanol dengan metode spektrofotometri lebih besar
daripada kadar total fenol pada tumbuhan Temu Giring (Curcuma
heyneana) menggunakan pelarut etanol.
4. Panjang gelombang yang digunakan pada penetapan kadar senyawa
fenolat total yaitu 765 nm karena serapan maksimum asam galat diperoleh
pada panjang gelombang 765 nm. Asam galat digunakan sebagai larutan
standar.

E. DASAR TEORI
Temugiring (Curcuma heyneana) adalah sejenis tumbuhan yang
digunakan sebagai bahan obat-obatan tradisional. Tumbuhan ini banyak
ditemukan tumbuh liar di hutan-hutan kecil atau peladangan dekat rumah
penduduk, terutama di kawasan Jawa Timur. Rimpang temu giring (Curcuma
heyneana) mengandung senyawa kurkumin yang dapat memberi warna
kuning, minyak atsiri 0,8-3%, amilum, damar, lemak, tanin, saponin, dan
flavonoid (Santoso, 2008).
Temu giring (Curcuma heyneana Val.) banyak ditemukan tumbuh liar
di hutan-hutan kecil atau peladangan dekat rumah penduduk, terutama di
kawasan Jawa Timur.Temu giring merupakan tanaman berbatang semu
dengan ketinggian mencapai 1 m. Rimpang temu giring berwarna kuning serta
beraroma khas. Daunnya berbentuk runcing dengan tepi rata, berwarna hijau,
serta berpelepah yang saling melekat satu dengan yang lain hingga
membentuk batang semu (Santoso, 2008).

Gambar Rimpang Temu Giring


Sistematika tumbuhan temu giring adalah sebagai berikut (Santoso, 2008) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Curcuma
Cara untuk mengetahui kadar total fenol digunakan pelarut etanol dan
metanol. Etanol (alkohol) adalah nama suatu golongan senyawa organik yang
mengandung unsur C, H dan O. Etanol dalam ilmu kimia disebut sebagai etil
alkohol dengan rumus kimia C2H5OH. Rumus umum dari alkohol adalah R -
OH. Secara struktur alkohol sama dengan air, namun salah satu hidrogennya
digantikan oleh gugus alkil. Gugus fungsional alkohol adalah gugus
hidroksil, OH. Pemberian nama alkohol biasanya dengan menyebut nama
alkil yang terikat pada gugus OH, kemudian menambahkan nama alkohol
(Siregar,1988). Karakteristik etanol meliputi: berupa zat cair, tidak berwarna,
berbau spesifik, mudah terbakar dan menguap, dapat bercampur dengan air
dalam segala perbandingan. Secara garis besar penggunaan etanol adalah
sebagai pelarut untuk zat organik maupun anorganik, bahan dasar industri
asam cuka, ester, spiritus, dan asetaldehid. Selain itu etanol juga digunakan
untuk campuran minuman serta digunakan sebagai bahan bakar yang
terbarukan (Endah dkk, 2007).
Pelarut selanjutnya menggunakan metanol untuk mengetahui kadar
total fenol. Metanol diperoleh dari distalasi destruktif kayu, merupakan
alkohol yang paling sederhana dengan rumus kimia CH3OH, memiliki
berat molekul 32,04. Methanol memiliki titik didih 64,50C, bersifat
ringan, mudah menguap, tidak bewarna dan mudah terbakar. Dalam
bidang industri metanol digunakan sebagai bahan tambahan pada bensin,
bahan pemanas ruangan, pelarut industri pada larutan mesin fotocopy,
serta bahan makanan untuk bakteri yang memproduksi protein. Kegunaan
methanol yang paling besar adalah untuk membuat senyawa kimia lainnya.
Sekitar 40% dari produksi methanol dibuat menjadi formaldehid.
Formaldehid kemudian dijadikan produk plastic, kayu lapis, cat, dan lain-
lain.Turunan methanol lainnya adalah dimethyl ether (DME) sebagai
pengganti kloro fluoro karbon dalam aerosol dan asamasetat. Dimethyl ether
juga digunakan sebaagai campuran dalam pembuatan liquefied petroleum gas
(LPG). Metanol dibuat dari gas sintesis yang diproduksi dari gas alam atau
gas ifikasi batubara. Di Indonesia kini sedang dikembangkan methanol yang
diperoleh dari proses gas ifikasi batu bara muda (rendah kalori) untuk
pembuatan DME. Di Indonesia pemakaian terbanyak methanol adalah pada
industry formaldehyde dan produk turunannya seperti urea formaldehid,
phenol formaldehid, dan melamin formaldehid (BPS, 2013).
Metode yang digunakan untuk mengetahui kadar total fenol yaitu
metode spektrofotometri. Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah
alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer
menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau
diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energy relatif
jika energy tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai
fungsi panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dengan fotometer
adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih di deteksi dan cara ini
diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating atau celah optis. Pada
fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan
trayek pada panjang gelombang tertentu (GandjardanRohman,2007).
Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah bahwa metode ini
memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat
kecil. Selain itu, hasil yang diperoleh cukup akurat, dimana angka yang
terbaca langsung dicatat oleh detector dan tercetak dalam bentuk angka
digital atau pun grafik yang sudah diregresikan (Yahya S,2013).
Untuk menghitung kadar total fenol biasanya menggunakan pereaksi
Folin-Ciocalteu. Prinsip metode Folin-Ciocalteu adalah oksidasi gugus
fenolik hidroksil. Pereaksi ini dapat mengoksidasi (garam alkali), mereduksi
asam heteropoli menjadi suatu kompleks molibdenum-tungsten (Mo-W).
Fenolat hanya terdapat pada larutan basa, tetapi pereaksi Folin-Ciocalteu dan
produknyatidak stabil pada kondisi yang basa. Selama prosesreaksi
belangsung,gugus fenolik-hidroksil dapat bereaksi dengan pereaksi Folin-
Ciocalteu, membentuk kompleks fosfotungstat-fosfomolibdat berwarna biru
dengan struktur yang belum diketahui dan dapat dideteksi dengan
spektrofotometer. Warna biru yang terbentuk akan semakin pekat setara
dengan konsentrasi ion fenolat yang terbentuk, artinya semakin besar
konsentrasi senyawa fenolik maka semakin banyak ion fenolat yang akan
mereduksi asam heteropoli, sehingga warna biru yang dihasilkan semakin
pekat (Singleton dan Rossi, 1965).
Pada penelitian untuk menentukan kadar senyawa fenol total pada
sampel digunakan asam galat (GAE) sebagai larutan standar. Digunakan
asam galat sebagai larutan standar karena merupakan salah satu fenol alami
dan stabil, serta relatif murah dibanding lainnya. Asam galat termasuk dalam
senyawa fenolik turunan asam hidroksibenzoat yang tergolong asam fenol
sederhana. Asam galat menjadi pilihan sebagai standar ketersediaan substansi
yang stabil dan murni (Viranda, 2009). Asam galat direaksikan dengan
reagen Folin-Ciocalteu menghasilkan warna kuning yang menandakan bahwa
mengandung fenol, setelah itu ditambahkan dengan larutan Na2CO3
menghasilkan warna biru (Viranda, 2009).

F. PROSEDUR KERJA
Penentuan Kadar Total Fenol Ektrak Temu Giring Pelarut Metanol dan Etanol
Metode Spektrofotomrtri

1. Pembuatan larutan asam galat


 Asam galat ditimbang 2,5 gram, kemudian ditambahkan 25 ml aquades
sehingga didapatkan (konsentrasi 100 ppm kemudian diencerkan
menjadi konsentrasi 25 ppm, 50 ppm, dan 75 ppm)
2. Pengukuran absorbansi asam galat
 Sampel dari asam galat dengan konsentrasi 25 ppm, 50 ppm, 75 ppm
dan 100 ppm masing-masing konsentrasi tersebut diambil sebanyak 1
ml, kemudian ditambahkan 2 ml folin ciocalteu.
 Didiamkan selama 4-8 menit.
 Ditambahkan natrium karbonat 1 M sebanyak 4 ml.
 Dikocok sampai homogen.
 Dibiarkan 1-2 jam pada suhu ruang.
 Dibaca absorbansinya dengan panjang gelombang 765 nm.
3. Persiapan sampel
 Sampel diambil 0,002 gram, kemudian dilarutkan sedikit saja dengan
metanol/etanol sesuai pelarut ekstrak.
 Ditambahkan aquades sebanyak 20 ml.
 1 ml ekstrak diambil, kemudian ditambahkan 2 ml folinciocalteu.
 Dikocok selama 4-8 menit.
 Ditambahkan natrium karbonat 1 M sebanyak 4 ml.
 Dikocok sampai homogen.
 Dibiarkan 1-2 jam pada suhu ruang.
 Dibaca absorbansinya dengan panjang gelombang 765 nm.
4. Perhitungan kurva asam galat.
5. Dihitung kadar total fenolnya.

G. ALAT DAN BAHAN


No Alat Bahan
1 Pipet Tetes Aquades
2 Beaker Glass 250 ml Asam Galat
3 Spatula Follin Ciocalteu
4 Neraca Analitik Natrium Karbonat 1 M
5 Gelas Ukur 10 ml Tissue
6 Tabung Reaksi Kertas Label
7 Spektrofotometer Etanol 96%
8 Kain lap Ekstrak Temu Giring
9 Rak Tabung
10 Mikropipet
12 Tip

H. DATA PENGAMATAN
a. Hasil Pengukuran Absorbansi Asam Galat

No Konsentrasi (%) Hasil Absorbansi


1 0 0
2 25 0,558
3 50 0,854
4 75 1,137
5 100 1,44
b. Hasil Pengukuran Absorbansi Total Fenol Ektrak Temu Giring
(Curcuma heyneana) dengan Pelarut Metanol dan Etanol
No Bahan Pelarut dan Hasil Pengukuran Total Fenol
Metanol Etanol
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 1 Ulangan 2
1 Ektrak Hasil Absorbansi Hasil Absorbansi Hasil Absorbansi Hasil Absorbansi
Temu Temu Giring Temu Giring Temu Giring Pada Temu Giring
Giring Pada Gelombang Pada Gelombang Gelombang Pada Gelombang
(Curcuma Cahaya 765nm : Cahaya 765nm : Cahaya 765nm : Cahaya 765nm :
heyneana) 0,531 nm 0,642 nm 0,361 nm 1,022 nm

I. ANALISIS DATA
1. Pembuatan Kurva Larutan Standart Asam Galat :

No Konsentrasi (%) Hasil Absorbansi


1 0 0
2 25 0,558
3 50 0,854
4 75 1,137
5 100 1,440
Hasil Absorbansi
1.6
y = -0,029x + 2,8569
1.4
R² = 0,977
1.2
Hasil Absorbansi

1
0.8 Hasil Absorbansi
0.6
Linear (Hasil
0.4
Absorbansi)
0.2
0
0 50 100 150
Konsentrasi (%)

2. Perhitungan Kadar Asam Galat


Konsentrasi Absorbansi 𝑥2 𝑦2 Xy
(x) (y)
25 0,558 625 0,31 13,95
50 0,854 2500 0,73 42,77
75 1,137 5625 1,29 35,28
100 1,1440 10000 2,07 14,4
∑ = 250 ∑ = 3,989 ∑ = 18,750 ∑ = 4,4 ∑ = 156,33
Untuk membuat y = ax + b
𝑛(∑ 𝑥 y) − (∑ x)(∑ y)
𝑎= 2
n(∑ 𝑥 ) − (∑ 𝑥) 2

(∑ 𝑦)(∑ 𝑥) − (∑ x)(∑ xy)


𝑏= 2 2
n(∑ 𝑥 ) − (∑ 𝑥 ) 2

4(156,33) − (250)(3,989)
𝑎=
4(18750)(250x250)

625,32 − 997,25 −371,93


𝑎= = = −0,029
75000 − 62500 12500
(3,989)(18750) − (250)(156,33)
𝑏=
4(18750) − (250x250)

74793,75 − 39082,5 35711,25


𝑏= = = 2,8569
75000 − 62500 12500
𝑚𝑔
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑟𝑜𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 ( )
𝑙
𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐹𝑒𝑛𝑜𝑙 = g
Konsentrasi ekstrak(L)

3. Kadar Total Fenol pada Tumbuhan Temu Giring (Curcuma heyneana)


Menggunakan Pelarut Metanol dengan Metode Spektrofotometri
Ulangan 1

𝑦 = 𝑎𝑥 + 𝑏

0,531 = -0,029x + 2,8569

0,531- 2,8569 = -0,029x

-2,3259 = -0,029x

80,203 = x
𝑚𝑔
80,203 ( ) 𝑚𝑔
𝑙
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐹𝑒𝑛𝑜𝑙 = g = 802,03
0,1(L) 𝑔

Ulangan 2

0,642 = −0,029𝑥 + 2,8569

0,642 – 2,8569 = -0,029x

-2,2149 = -0,029x

76,375 = x
𝑚𝑔
76,375 ( ) 𝑚𝑔
𝑙
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐹𝑒𝑛𝑜𝑙 = g = 763,75
0,1(L) 𝑔

Rerata Kadar Total Fenol dengan Pelarut Metanol = (U1 +U2) : 2

= (802,03 + 763,75) : 2
𝑚𝑔
= 1565,78 :2
𝑔

𝑚𝑔
= 782, 89 𝑔

Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa terjadi


perbedaan hasil kadar total fenol Temu Giring Pelarut Metanol pada Ulangan 1
dan Ulangan 2 , Ulangan 1 menghasilkan kadar total fenol 802,03 mg/g
sedangkan pada Ulangan 2 menghasilkan kadar Total Fenol 763,75 mg/g sehingga
𝑚𝑔
rerata kadar total fenol temu giring dengan pelarut metanol yaitu 782, 89 𝑔

4. Kadar Total Fenol pada Tumbuhan Temu Giring (Curcuma heyneana)


Menggunakan Pelarut Etanol dengan Metode Spektrofotometri
Ulangan 1
𝑦 = 𝑎𝑥 + 𝑏
0,361 = -0,029x + 2,8569
0,361- 2,8569 = -0,029x
-2,4959 = -0,029x
86, 066 = x
𝑚𝑔
86,066 ( ) 𝑚𝑔
𝑙
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐹𝑒𝑛𝑜𝑙 = g = 860,66
0,1(L) 𝑔

Ulangan 2
1,022 = −0,029𝑥 + 2,8569
1,022 – 2,8569 = -0,029x
-1,8349 = -0,029x
63,272 = x
𝑚𝑔
63,272 ( ) 𝑚𝑔
𝑙
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐹𝑒𝑛𝑜𝑙 = g = 632,72
0,1(L) 𝑔

Rerata Kadar Total Fenol dengan Pelarut Etanol = (U1 +U2) : 2


= (860,66 + 632,72) : 2
𝑚𝑔
= 1493,38 :2
𝑔
𝑚𝑔
= 746,69 𝑔

Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa terjadi


perbedaan hasil kadar total fenol Temu Giring pada Ulangan 1 dan Ulangan 2 ,
Ulangan 1 menghasilkan kadar total fenol 860,66 mg/g sedangkan pada Ulangan 2
menghasilkan kadar Total Fenol 632,72 mg/g sehingga rerata kadar total fenol
𝑚𝑔
temu giring dengan pelarut etanol yaitu 746,69 𝑔

Hasil dari analisa kadar total fenol Temu Giring :


No Pelarut Metanol Rerata Pelarut Etanol Rerata
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 1 Ulangan 2
𝑚𝑔 𝑚𝑔 𝑚𝑔 𝑚𝑔 𝑚𝑔 𝑚𝑔
1 802,03 763,75 782,89 860,66 632,72 746,69
𝑔 𝑔 𝑔 𝑔 𝑔 𝑔

Berdasarkan perhitungan kadar total fenol rimpang temu giring menggunakan


pelarut metanol dan etanol dengan metode spektofotometri maka bisa ditarik
kesimpulan sementara yaitu :
1. Kadar total fenol rimpang temu giring dengan pelarut metanol ulangan ke-
1 sebesar 802,03 mg/g ekivalen asam galat, sedangkan pada ulangan ke-2
diperoleh kadar total fenol sebesar 763,75 mg/g ekivalen asam galat,
sehingga didapatkan rerata kadar total fenol temu giring dengan pelarut
metanol sebesar 782,89 mg/g ekivalen asam galat.
2. Kadar total fenol rimpang temu giring dengan pelarut etanol ulangan ke-1
sebesar 860,60 mg/g ekivalen asam galat, sedangkan pada ulangan ke-2
diperoleh kadar total fenol sebesar 632,72 mg/g ekivalen asam galat,
sehingga didapatkan rerata kadar total fenol temu giring dengan pelarut
etanol sebesar 746,69 mg/g ekivalen asam galat.
3. Kadar total fenol rimpang temu giring dengan pelarut metanol lebih besar
daripada kadar total fenol rimpang temu giring dengan pelarut etanol.
4. Panjang gelombang yang digunakan untuk pengukuran asam galat dan
sampel (ekstrak temu giring) yaitu 765 nm karena pada panjang tersebut
asam galat dan ekstrak temu giring dapat terbaca.

J. PEMBAHASAN
Temu giring memiliki kandungan senyawa kimia fenolik. Untuk
menghitung kadar total fenol biasanya menggunakan pereaksi Folin-Ciocalteu.
Prinsip metode Folin-Ciocalteu adalah oksidasi gugus fenolik hidroksil. Pereaksi
ini dapat mengoksidasi (garam alkali), mereduksi asam heteropoli menjadi suatu
kompleks molibdenum-tungsten (Mo-W). Fenolat hanya terdapat pada larutan
basa, tetapi pereaksi Folin-Ciocalteu dan produknyatidak stabil pada kondisi yang
basa. Selama prosesreaksi belangsung,gugus fenolik-hidroksil dapat bereaksi
dengan pereaksi Folin-Ciocalteu, membentuk kompleks fosfotungstat-
fosfomolibdat berwarna biru dengan struktur yang belum diketahui dan dapat
dideteksi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 765 nm. Menurut
Afrinaldi,dkk (2015), panjang gelombang yang digunakan pada penetapan kadar
senyawa fenolat total yaitu 765 nm karena serapan maksimum asam galat
diperoleh pada panjang gelombang 765 nm. Asam galat digunakan sebagai larutan
standar. Larutan standar atau larutan baku adalah suatu larutan yang mengandung
konsentrasi yang diketahui secara tepat dari unsur atau zat. Warna biru yang
terbentuk akan semakin pekat setara dengan konsentrasi ion fenolat yang
terbentuk, artinya semakin besar konsentrasi senyawa fenolik maka semakin
banyak ion fenolat yang akan mereduksi asam heteropoli, sehingga warna biru
yang dihasilkan semakin pekat (Singleton dan Rossi, 1965).

Gambar 1. Reaksi senyawa fenol dengan pereaksi Folin-Ciocalteu (Singleton dan


Rossi, 1965).
Pada penelitian ini juga, untuk menentukan kadar senyawa fenol total pada
sampel digunakan asam galat (GAE) sebagai larutan standar. Digunakan asam
galat sebagai larutan standar karena merupakan salah satu fenol alami dan stabil,
serta relatif murah dibanding lainnya. Asam galat termasuk dalam senyawa
fenolik turunan asam hidroksibenzoat yang tergolong asam fenol sederhana. Asam
galat menjadi pilihan sebagai standar ketersediaan substansi yang stabil dan murni
(Viranda, 2009). Asam galat direaksikan dengan reagen Folin-Ciocalteu
menghasilkan warna kuning yang menandakan bahwa mengandung fenol, setelah
itu ditambahkan dengan larutan Na2CO3 menghasilkan warna biru (Viranda,
2009). Senyawa fenolik bereaksi dengan reagen Folin-Ciocalteu hanya dalam
suasana basa agar terjadi disosiasi proton pada senyawa fenolik menjadi ion
fenolat, sehingga ditambahkan larutan Na2CO3(Apsari & Susanti, 2011).
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan rerata kadar total fenol temu
giring dengan pelarut metanol sebesar 782,89 mg/g ekivalen asam galat,
sedangkan rerata kadar total fenol temu giring dengan pelarut etanol sebesar
746,69. Hasil praktikum kadar total fenol menunjukkan perlakuan jenis pelarut
berpengaruh terhadap total fenol ektrak rimpang temu giring. Dilihat dari hasil
praktikum di atas, rimpang temu giring yang diektrak dengan pelarut metanol
memiliki total fenol lebih tinggi daripada rimpang temu giring yang diektrak
dengan pelarut etanol. Hal ini dikarenakan kemampuan dan sifat pelarut dalam
melarutkan senyawa fenol berbeda-beda tergantung dari tingkat kepolaran pelarut
dan senyawa yang diektrak. Menurut prinsip polarisasi, suatu senyawa akan larut
pada pelarut yang mempunyai kepolaran yang sama (Harbone, 1987). Tingginya
total fenol pada ektrak temu giring dengan pelarut metanol menjelaskan bahwa
karakteristik senyawa fenol pada ektrak rimpang temu giring mempunyai
kepolaran yang sama dengan metanol, sehingga ekstrak rimpang temu giring
dengan pelarut metanol menghasilkan kandungan senyawa fenol tertinggi.
Senyawa fenol adalah salah satu senyawa yang terdistribusi pada bagian
tumbuhan (Pangestuty, 2016), dengan kadar yang berbeda-beda pada setiap
bagian tumbuhan (Salimi, 2012) Menurut John et al (2014) menyatakan bahwa
kandungan senyawa fenol yang tinggi menunjukkan bahwa senyawa tersebut
berkontribusi terhadap aktivitas antioksidan. Senyawa- senyawa yang biasanya
memiliki aktivitas antioksidan adalah senyawa fenol yang mempunyai gugus
hidroksil (-OH) dan gugus alkoksi (-OR) (Sjahid, 2008 ; Wirawan, 2016). Dalam
penelitian sebelumnya, senyawa fenolik diketahui memiliki berbagai efek biologis
sebagai antioksidan, melindungi struktur sel, antiinflamasi, dan sebagai antiseptik
(Primadini, 2010).

K. KESIMPULAN
1. Kadar total fenol rimpang temu giring dengan pelarut metanol ulangan ke-
1 sebesar 802,03 mg/g ekivalen asam galat, sedangkan pada ulangan ke-2
diperoleh kadar total fenol sebesar 763,75 mg/g ekivalen asam galat,
sehingga didapatkan rerata kadar total fenol temu giring dengan pelarut
metanol sebesar 782,89 mg/g ekivalen asam galat.
2. Kadar total fenol rimpang temu giring dengan pelarut etanol ulangan ke-1
sebesar 860,66 mg/g ekivalen asam galat, sedangkan pada ulangan ke-2
diperoleh kadar total fenol sebesar 632,72 mg/g ekivalen asam galat,
sehingga didapatkan rerata kadar total fenol temu giring dengan pelarut
etanol sebesar 746,69 mg/g ekivalen asam galat.
3. Tingginya total fenol pada ektrak temu giring dengan pelarut metanol
menjelaskan bahwa karakteristik senyawa fenol pada ektrak rimpang temu
giring mempunyai kepolaran yang sama dengan metanol, sehingga ekstrak
rimpang temu giring dengan pelarut metanol menghasilkan kandungan
senyawa fenol tertinggi.
4. Panjang gelombang yang digunakan pada penetapan kadar senyawa
fenolat total yaitu 765 nm karena serapan maksimum asam galat diperoleh
pada panjang gelombang 765 nm. Asam galat digunakan sebagai larutan
standar. Larutan standar atau larutan baku adalah suatu larutan yang
mengandung konsentrasi yang diketahui secara tepat dari unsur atau zat
DAFTAR RUJUKAN

Afrinaldi, dkk. 2015. Kandungan Total Fenol Dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Air Daun Kersen (Muntingia calabura L.). JURNAL KEDOKTERAN
YARSI 23 (3) : 187-196 (2015)
Apsari, Pramudita Dwi., & Susanti, H. 2011. Penetapan kadar fenolik total ekstrak
metanol kelopak bunga rosella merah (Hibiscus sabdariffa Linn) dengan
variasi tempat tumbuh secara spektrofotometri. Jurnal Ilmiah
Kefarmasian, 2(1), 73-80.
BPS. 2013. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri. Jakarta : Badan Pusat
Statistik Jakarta-Indonesia.
Endah, R. D., Sperisa, D., Adrian, N., Paryanto, 2007. Pengaruh kondisi
Fermentasi terhadap Yield Etanol Pada Pembuatan Bioetanol Dari Pati
Garut. Jakarta : Gema Teknik.
Gandjar, I. G. & Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis 323-346. Yogyakarta
: Pustaka Pelajar.
Harbone J.B. 1987. Metode Fitokimia. Edisi ke-2. Padmawinata K, Soediro I,
penerjemah. Bandung : ITB. Terjemahan dari : Phytochemical Methods.
John, B., Sulaiman C.T., Satheesh George., And V.R.K Reddy. 2014. Total
Phenolics And Flavonoids In Selected Medicinal Plants From Kerala.
International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences.
Pangestuty, A. 2016. Uji aktivitas antioksidan dan penetapan kadar fenolik total
fraksi etil asetat ekstrak etanol buah buni (Antidesmabunius L. (Spreng))
dengan metode folin-ciocalteu. Universitas Sanata Dharma.
Primadini, R.,D. 2010. Uji aktivitas pengkhelatan besi pada ekstrak metanol
tanaman obat pegagan (Centella asiatica), Bunga Merak (Caesalpinia
pulcherimma) dan Sendilaw Udang (Commersonia batramia). Skripsi.
Bengkulu : Universitas Bengkulu.
Salimi, Y.K. 2012. Peranan ektrak dan tepung sorgum (Sorghum bicolor L) dalam
penghambatan kanker secara in vitro dan in vivo pada mencit balb/c. Bogor
: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Santoso, H.B. 2008. Ragam dan Khasiat Tanaman Obat. Yogyakarta : Agro
Media Indonesia.
Singleton VL dan Rossi JA. 1965. Colorimetry Of Total Phenolic With
Phosphomolybdic–Phosphotungstic Acid Reagent. Am. J. Enol. Vitic. 16:
147.
Siregar, M. 1988. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Jakarta
Sjahid, L.R. 2008. Isolasi dan identifikasi flavonoid dari daun dewandaru
(Eugenia uniflora L). Surakarta : Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Viranda. 2009. Pengujian Kandungan Fenol Total Tomat (Lycopersicum
esculentum) Secara In Vitro. Skripsi.Jakarta: Universitas Indonesia
Wirawan, E. Y. 2016. Uji Antioksidan Ektrak Tumbuhan Sisik Naga (Pyrrosia
piloselloides (L) M.G Price) Pada Pohon Inang Jambu Air (Syzygium
aqueum) dengan Metode 2,2-diphenyl-1-picrylhidrazyl (DPPH) dan
Penetapan Karakter Ekstrak. Yogyakarta : Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma
Yahyasripatundita. JURNAL SPEKTROFOTOMETER-UV-VIS. Diakses tanggal 3
April 2019 pukul 21.00

Anda mungkin juga menyukai