(4-10%)
Outline:
• Anemia
• Gangguan Pembekuan Darah
• Alergi dan Pseudoalergi akibat obat
ANEMIA Klasifikasi
Anemia:
Klasifikasi Definisi
Makrositik
- Sel lebih besar daripada ukuran normal
Mikrositik
- Sel lebih kecil dari normal
merah.
Defisiensi Besi
- Nutrisi Inadekuat
- Absorbsi bermasalah
hamil)
- Kehilangan darah
- Penyakit kronis
kuat
Defisiensi B12
Absorbsi
dan Asam Folat
- Penggunaan yang inadekuat (penggunaan
Algoritma ANEMIA:
Parameter dan
Klasifikasi anemia berdasarkan kondisi: Kondisi
Tatalaksana
keterangan
Anemia Megaloblastik
Nilai MCV besar, nilai kadar B12 rendah, atau nilai kadar asam folat rendah.
Sianokobalamin, Asam Folat
Anemia Aplastik
- Agen
imunosupres-an: MP, Siklosporin - Hemapoetic
Growth Factor : Filgastrim - Agen
antineoplastik : Fludarabin - Kelator :
Deferoxamin
Anemia Defisiensi Besi
Kelemahan, perdarahan gusi, bengkak pada kaki, serta nilai rendah pada retikulosit dan
WBC.
Nilai MCV rendah dan serum feritrin rendah.
Fe Sulfat, Fe Fumarat
Anemia Inflamasi
RBC transfusions are effective but should be limited to episodes of inadequate oxygen
transport and Hb of
Supply besi tidak
8 to 10 g/dL (80–100
efektif dalam kondisi
g/L; 4.97–6.21
inflamasi.
mmol/L). Epoetin alfa is 50 to 100 units/kg three times weekly and darbepoetin alfa
0.45 mcg/kg once weekly.
Transfusi RBC
Prematur
Iron sulfat, b12,
Anemia pediatri pada
9-12 bulan
Hemofilia → gangguan pembekuan darah akibat kekurangan faktor pembekuan darah. Terjadi
akibat kelainan genetik. Gejala yang khas adalah timbulnya lebam-lebam dan pembengkakan
sendi. Terjadi spontan (tanpa sebab yang jelas) atau akibat benturan ringan.
Jenis Hemofilia:
2. Klotrimoksazol
3. Transfusi darah
4. Sefalosporin
5. Eritomisin
6. Hydralazine
7. Sianokobalamin (B12)
Tatalaksana:
Kondisi Tatalaksana
(3-5%)
Outline:
BPH statik: Pembesaran prostat gradual BPH Dinamik: peningkatan alfa adrenergic dan
konstriksi dari otot halus kelenjar prostat.
Tatalaksana
Mekanisme kerja
Golongan Contoh Obat Mekanisme Keterangan
Dilakukan titrasi dosis
Penurun faktor untuk meminimalisir efek
dinamis samping ortostatik
erazosin, hipotensi
(3-5%)
Outline:
Fungsi ginjal yang menurun secara akut Parameter: BUN, SrCr, Output urin, GFR, serum
elektrolit Patofisiologi: pre renal- penurunan perfusi ginjal yang disebabkan pencegahan dari
kerusakan jaringan parenkim intrinsik- kerusakan dari struktur ginjal, seperti kerusakan tubulus
disebabkan iskemia. Toksik post renal- obstruksi aliran urin dari ginjal
Stage GGA:
tatalaksana preventif
1. asam askorbat dan N asetil sistein ~ keduanya berperan untuk menjadi
antioksidan dan mencegah Contrast induced Nephropaty 2. hidrasi
yang cukup 3. sodium bikarbonat, salin infus.
Tatalaksana kuratif
1. manajemen kardiak output, tekanan darah, perfusi jaringan. 2.
Hemodialisis interminten 3. hemofiltrasi 4. mannitol – monitoring urin
output, serum elektrolit (osmolaritas) 5. loop diuretik (furosemid,
torsemide) 6. diuretik hemat kalium spironolakton
Betalaktam dan
Aminoglikosida Akut tubular nekrosis; vankomisin
s Formulasi (terkait
disfungi tubulus proksimal,
enzimuria, proteinuria, kemurnian) dari
glikosuria, hipoelektrolit. vankomisin memiliki efek
Obat terkonsentrasi penuh substansial terhadap
di korteks rean dan tubulus nefrotoksik. Betalaktam
praksimul. Terjadi dampak spesifik metisilin memiliki
dari toksisitasnya adalah efek yang jelas terhadap
deplesi natrium kalium, nefrotoksik
renal iskemik Nefrotoksik klasifikasi
Nefrotoksik menjadi ES jarang, kombinasi
pada golongan obat ini. vankomisin dengan
Nefrotoksik menjadi ES aminoglikosida memiliki
pada golongan obat ini. efek sinergis terhadap
Nefrotoksik menjadi ES nefrotoksik
pada golongan obat ini. Nefrotoksik klasifikasi
jarang, kombinasi
vankomisin dengan
aminoglikosida memiliki
efek sinergis terhadap
nefrotoksik
Nefrotoksik klasifikasi produk)
jarang, kombinasi
vankomisin dengan Klortim
aminoglikosida memiliki mengha
efek sinergis terhadap yang tin
nefrotoksik dibandi
darah,
peningk
Rater. K
Sulfonamid Akut interstitial hiperka
adanya
nefritis, nekrosis arteri,
natrium
GGA (anemia hemolitik
Dose-related side
pada pasien defisiensi
effect
G6PD), GGA (kristaluria)
Dose-related side
Sulfadiazin: kristaluria dan
effect
GA; terjadi ketika dosis
Dose-related side
sudah terakumulasi dalam
effect
darah (terasilasi dengan
trimetroprim.
Asiklovir Obstruktif uropati dan
hematuria
Doses > 500 mg/m2 given i.v. leads to nephrotoxicity
Amfoterisin B Penurunan GFR akut,
GGA, oligourik, iskemia (disebabkan oleh sudden vasocontriction), kerusakan tubulus,
gangguan keseimbangan elektrolit, asidosis.
Inflamasi interstitial menyebabkan adanya area obstruksi pada intertubular. Resiko: volume
depletion, pre- existing renal insufficiency and rapid bolus infusion
Terjadi ketika dosis terakumulasi, bersifat reversibel. Tatalaksana: penggunaan dopamin,
nutrisi garam yang cukup.
Rifampisin GGA, anemia
hemolitik, glomerulanefritis, proteinuria,
Terdapat region hidrofilik dan lipofilik yang menyebabkan mudahnya melebur dengan membran
sel dan menyebabkan tingginya permeabilitas. Hal ini bermanifestasi pada kerusakan endotelial
(didukung oleh kondisi vasokonstriksi).
Resiko meningkat dengan kombinasi bersama isoniazid dan pirazinamid
NSAID GGA, hipertensi,
hiperkalemia, retensi Na dan air, tubular interstitial nefritis.
Tatalaksana: hindari NSAID (ganti dengan steroid). pemberian diuretik.
Antineoplastik acute tubular necrosis
atau tubulointerstitial
NSAID menginduksi penurunan hemodinamis dari fungsi ginjal (pre-renal dan akut tubular
nekrosis).
NSAID merubah sistem imun (akut interstitial nefritis)
Radikal bebas
Irreversible. menyebabkan kerusakan proksimal
Gunakan diuretik (cisplatin)
setelah perngobatan
Abnormalitas eksresi air menyebabkan hiponatremia (siklofosfamid)
(manitol), sodium tiosulfat, metilpredisolon da n acetil sistein
(menurunkan nefrotoksisitas)
Antihipertensi GGA Terkait dengan oliguria
karena adanya retensi cairan (ACEI dan ARB)
Immunosupresan acute reversible
nephrotoxicity, chronic irreversible nephrotoxicity
Vasospasme sebagai produk dari metabolisme arakidonat, manifestasi dari hipertensi yang
terjadi ketika sedang berlangsungnya transplantasi .
Tatalaksana: CCB, analog prostaglandin.
Diuretik Hipokalemia,
interstitial nefritis, poliuria.
Menyebabkan turunnya GFR dengan kontraksi volume cairan ekstraselular
Nutrisi elektrolit, alkalinisasi digunakan sebagai profilaksis obstruksi uropati.
http://japi.org/october2003/R-970.pdf
Intratubular deposisi menyebabkan kristaluria dan gagal ginjal. Toksisitas dari tubular juga
terkait dengan asam folat.
PERNAFASAN
(3-5%)
Outline:
• Asma
• Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
ASMA
Algoritma:
Berdasarkan bentuk:
Obat Keterangan
Harus ada m
LABA (Long Acting Beta-2 Agonis) :
Apabila dig
Salmeterol, Formoterol
Digunakan rutin dalam pengobatan harus kumu
asma jamur di mu
sesak
Sebaiknya digunakan di jam yang
asma jangka panjang pada wanita hamil (Global Initiative for Asthma 2012)
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)
Adanya inflamasi kronis yang mengarahkan pada terjadinya destruksi dan limitasi aliran udara
untuk pernafasan.
Prinsip PPOK:
1. kronik bronkitis: sekresi mukus berlebih dengan disertai batuk yang terjadi
sekurang-kurangnya 3 bulan dalam 2 tahun berturut-turut. 2. Emfisema: abnormalitas,
pelebaran permanen dari jalur pernafasan hingga
terminal bronkioli, disertai dengan adanya destruksi pada dinding tanpa adanya fibrosis
Patofisiologi singkat:
1. inflamasi kronik menyebabkan destruksi dinding dan limitasi jalur pernafasan 2. inhalasi
senyawa penstimulus mediator inflamasi 3. stress oksidatif menyababkan adanya respon
pertahanan yang agresif dari paru
Kortikosteroid
Parameter:
– spirometer: menunjukkan FEV postbronkial kurang dari 80%, dan perbandingan
rasio FEV:FVC kurang dari 70% – Gas dalam Arteri ; partial pressure of O2 [Pao2 ] 45–60 mm
Hg , partial pressure
of CO2 [Paco2 ] 50–60 mm Hg
Eksaserbasi PPOK M.catarrhalis S.penumoniae
Tatalaksana Empiris antibiotik PPOK
Keterangan
Doxycycline 100 bid Azithromycin 500 qd Co-amoxiclav 875 bid Cefpodoxime 200 bid Cefdinir
300 bid
Lama Terapi 5 Hari Lama Terapi 3 Hari Lama Terapi 5 Hari Lama Terapi 5 Hari Lama Terapi 5
Hari Short acting bronkodilator (Low Risk) – Grup A Long acting bronkodilator (persisten-
severe)
Terapi koreksi Inhalasi kortikosteroid (high risk)
airflow Ipratrorium bromida (antikolinergik) metilxanthin
GAWAT DARURAT
(2-5%)
Outline:
Antidot
Substrat Racun
Asetilsistein
Parasetamol
BAL (dimecaprol)
Logam berat (As, Hg, Cu)
EDTA
Logam berat (Pb)
Deferoksamin
Ferrum
Nalokson
Opioid, Dextromethorphan
Atropin, Pralidoksim
Antikolinesterase (Insektisida)
Nitrit, Nitrat
Sianida
Etanol
Metanol, Etilen Glikol
Adrenalin, Isoprenalin
Beta Bloker (Atenolol, Propanolol)
Flumazenil
Benzodiazepin
Diazpam
TCA
Vitamin K
Kumarin, Warfarin
Protamin
Heparin
Piridoksin
INH
Metilen Blue
Nitrit
Oksigen
Karbonmonoksida
MALNUTRISI
(1-3%)
Definisi malnutrisi pada anak 1. Marasmus: defisiensi protein-kalori, manifestasi retardasi
pertumbuhan dan
atrofi otot 2. Kwashiorkor: defisiensi protein-energi, manifestasi retardasi pertumbuhan,
defisiensi imun dan patologi hati 3. Kombinasi: defisiensi protein kalori dan energi,
manifestsai hilangnya lemak
subkutan dan dehidrasi
Tatalaksana: Dibagi menjadi 4 fase : – stabilisasi; asupan nutrisi cukup, pencegahan dan
atasi hipoglikemia, hipotermia,
dehidrasi – transisi; atasi gangguan keseimbangan elektrolit, infeksi, perbaiki kekurangan
zat
gizi (belum termasuk besi) – rehabilitasi; perbaiki kekurangan zat gizi (sudah termasuk
besi), pemberian nutrisi
untuk tubuh kejar – tindak lanjut; nutrisi untuk tumbuh
kembang
Warning! 1. Fe tidak boleh diberikan pada fase stabilisasi 2. jangan
meberikan cairan intravena kecuali syok/dehidrasi berat 3. jangan
berikan protein terlalu tinggi pada fase stabilisasi 4. jangan berikan
diuretik pada pasien kwashiorkor
ONKOLOGI
(1-3%)
OVERVIEW:
1. pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dan abnormal. 2. Hasil pertumbuhan yang
abnormal ini memunculkan tumor (benign), atau
kanker (mallignant) 3. kanker dapat menyebar ke seluruh tubuh dengan media sistem
limfatik, ini yang
dikenal dengan istilah metastesis 4. rules of metastesis: dimanapun, kemanapun
metastesis, sel kanker tetap sama.
Misal, kanker paru dengan metastesis tulang, diagnosa pasien tetap kanker paru.
5. Gen terapi kanker yang disebabkan oleh adanya perubahan susunan genetik, dapat
di terapi dengan mentrasnfer material genetik yang normal untuk membentuk selular fenotif
normal yang permanen
Cancer Diagnosis and Treatment: An Overview for the General Practitioner Josephine
Emole University of Texas Health Center at Houston, Houston, Texas, USA
http://nt.cancer.org.au/content/about_cancer/factsheets/cancer-an-overview-april- 2014.pdf