Anda di halaman 1dari 22

GANGGUAN DARAH dan IMUNOLOGI

(4-10%)

Outline:

• Anemia
• Gangguan Pembekuan Darah
• Alergi dan Pseudoalergi akibat obat

ANEMIA ​Klasifikasi
Anemia:

Klasifikasi Definisi

Makrositik
- Sel lebih besar daripada ukuran normal

- Berkaitan dengan defisiensi b12 dan asam folat.

Asam folat dan b12 berperan dalam proses

maturasi sel darah merah.

Mikrositik
- Sel lebih kecil dari normal

- Berkaitan dengan defisiensi besi.

Besi bereperan dalam proses produksi sel darah

merah.

- Berkaitan dengan kehilangan jumlah darah ​


Normositik ​ dalam jumlah yang
banyak atau penyakit kronis.

Penyebab Defisiensi Besi, B12 dan Asam Folat:


Defisiensi Penyebab

Defisiensi Besi
- Nutrisi Inadekuat

- Absorbsi bermasalah

- Peningkatan kebutuhan besi (pada ibu

hamil)

- Kehilangan darah

- Penyakit kronis
kuat
Defisiensi B12
Absorbsi
dan Asam Folat
- Penggunaan yang inadekuat (penggunaan

asam folat untuk ibu hamil, dan penyakit

kronis, inflamasi kronis, penggunaan obat

antagonis folat co/ metrotreksat)

Algoritma ANEMIA:
Parameter dan
Klasifikasi anemia berdasarkan kondisi: ​Kondisi ​
Tatalaksana
keterangan ​
Anemia Megaloblastik
Nilai MCV besar, nilai kadar B​12 ​rendah, atau nilai kadar asam folat rendah.
Sianokobalamin, Asam Folat
Anemia Aplastik
- ​Agen
imunosupres-an: ​MP, Siklosporin ​- ​Hemapoetic
Growth Factor : ​Filgastrim -​ ​Agen
antineoplastik : ​Fludarabin -​ ​Kelator :
Deferoxamin
Anemia Defisiensi Besi
Kelemahan, perdarahan gusi, bengkak pada kaki, serta nilai rendah pada retikulosit dan
WBC.
Nilai MCV rendah dan serum feritrin rendah.
Fe Sulfat, Fe Fumarat
Anemia Inflamasi
RBC transfusions ​are effective but should be limited to episodes of inadequate oxygen
transport and Hb of
Supply besi tidak
8 to 10 g/dL (80–100
efektif dalam kondisi
g/L; 4.97–6.21
inflamasi.
mmol/L). ​Epoetin alfa ​is 50 to 100 units/kg three times weekly and darbepoetin alfa
0.45 mcg/kg once weekly.
Transfusi RBC
Prematur ​
Iron sulfat, b12,
Anemia pediatri pada
9-12 bulan

asam folat di observasi sesuai hasil klinis dan lab.


Sickle cell
sickle cell trait (SCT); Rekomendasi:
Imunisasi influenza, meningokokus, pneunomia. Profilaksis: penisilin sickle cell disease
sampai usia 5 tahun. (SCD);
Asam folat, perhari untuk dewasa, ibu hamil, dan pasien dengan penyakit kronis.
Sumber: Dipiro edisi 9
GANGGUAN PEMBEKUAN DARAH

Hemofilia → gangguan pembekuan darah akibat kekurangan faktor pembekuan darah. Terjadi
akibat kelainan genetik. Gejala yang khas adalah timbulnya lebam-lebam dan pembengkakan
sendi. Terjadi spontan (tanpa sebab yang jelas) atau akibat benturan ringan.
Jenis Hemofilia:

1. Hemofilia A (kekurangan faktor VIII): tatalaksana → berikan konsentrat faktor VIII


setiap 12 jam/transfusi kriopresipitat 2. Hemofilia B (kekurangan faktor IX): tatalaksana
→ berikan konsentrat faktor IX
setiap 24 jam/transfusi kriopresipitat

PERTOLONGAN PERTAMA HEMOFILIA → ​RICE!

R ​→ ​REST I ​→ ​ICE C​→ ​Compression E ​→ ​Elevation


Alergi dan Pseudoalergi akibat obat

Klasifikasi alergi dari reaksi obat-obatan:

Obat yang menyebabkan alergi pada kulit:

1. Amoksisilin (turunan penisilin)

2. Klotrimoksazol

3. Transfusi darah

4. Sefalosporin

5. Eritomisin
6. Hydralazine

7. Sianokobalamin (B12)

Tipe erupsi kutanis karena obat:

Tatalaksana:

Kondisi Tatalaksana

Anafilaksis - Monitoring parameter vital

- Berikan ​epinefrin ​(adult: 0.01 [mg] mL/kg up to a maximum of


0.2–0.5 [mg]). (children: 0.01 [mg] mL/kg up to a maximum dose of
0.3 [mg] mL)

- Berikan ​Oksigen ​8-10L/min

- Antihistamin ​Difenhidramin ​(adults 25–50 mg; children 1


mg/kg, up to 50 mg)

- ​Ranitidin ​(50 mg in adults and 12.5 to 50 mg (1 mg/kg) in


children)

- hidrokortison (prednison untuk kasus sedang) dapat


diberikan per 6 jam.
Anafilaksis disertai hipotensi IV cairan elektrolit, koloid, dopamine (vasopressor).

Resisten epinefrin Beta agonis (albuterol) 2-6 puffs.

Desensitisasi Tappering up zat obat suspek alergen

GANGGUAN SALURAN KEMIH & GINEKOLOGI

(3-5%)

Outline:

• ​Benign Prostate Hyperthropy ​(BPH)


• KONTRASEPSI
• GANGGUAN MENSTRUASI

Benign Prostate Hyperthropy (BPH)

Parameter Patofisiologi: ​intraprostatic dihydrotestosterone ​(DHT) dan type II 5α- reductase

BPH statik: ​Pembesaran prostat gradual ​BPH Dinamik: ​peningkatan alfa adrenergic dan
konstriksi dari otot halus kelenjar prostat.

Obat-obatan yang mempengaruhi kelenjar prostat:


1. hormon testosteron 2. α-adrenergic agonists (eg decongestants) 3. efek anticholinergik
(antihistamines, phenothiazines, tricyclic anti- depressants,
antispasmodics, and antiparkinsonian agents).

Tatalaksana
Mekanisme kerja
Golongan Contoh Obat Mekanisme Keterangan
Dilakukan titrasi dosis
Penurun faktor untuk meminimalisir efek
dinamis samping ortostatik
erazosin, hipotensi

Alfa adrenergik Tamsulosin, silodosin Alfa adren


antagonis di jaringan antagon
stromal prostat Interaksi: menurunkan
Alfa adrenergik metabolisme dari
antagonis di jaringan diltiazem, ranitidin,
stromal prostat meningkatkan
Dilakukan titrasi dosis metabolisme dari
untuk meminimalisir efek karbamazepin, fenitoin.
samping ortostatik
hipotensi Tadalafil (cialis) Relaksasi otot p
Dilakukan titrasi dosis kandun
untuk meminimalisir efek uretra,
samping ortostatik
hipotensi Penurun faktor statik finasteride Blocks 5α-reductase
enzyme Dutasteride Blocks
Kategori X untuk ibu
hamil
dihydrotestosterone
Flutamide Blokade pituitari
mensekresikan LH
Megestrol acetate, Goserelin
Blokade pituitari mensekresikan LH dan blokade reseptor androgen
antikolinergik Oxybutinin, tolterodine α-adrenergic
antagonists
Agen Uroselektif Darifenacin,
solifenacin
Antikolinergik selektif Digunakan jika
antikolinergik non selektif memberikan efek samping yang tidak bisa di toleransi
KONTRASEPSI
Jenis Definisi Keterangan ​Oral Berisi hormon estrogen, progesteron,
atau kombinasi. 1. pil kombinasi (monofasik, trifasik, bifasik) 2. pil progestin/mini pil
(levonegestrel, desogestrel, noretindron)
Efek samping : pendarahan, berkurangnya kesuburan secara permanen, depresi, dan kesulitan
tidur.
Keterangan: harus pap smear minimal 1 kali pertahun
Teknik Barrier 1. kondom pria
2. Kondom wanita 3. Diafragma dengan spermisida 4. Cap Serviks 5. Spermisida (nonoxynol-9:
menghancurkan dinding sel sperma, dan memblokade sperma masuk kedalam serviks) 6.
Sponge
Metde Kalender Ritmik
Mengikuti fase dan kalender menstruasi (masa fertil)
KONDISI KHUSUS
KONDISI Tatalaksana Keterangan Ibu Menyusui ​- Hanya
mengandung Progestin - Rekomendasi pneggunaan teknik Barrier
syarat: tidak menghalangi produksi ASI
Ibu Lebih dari 35 tahun
- Gunakan estrogen dosis kecil (<50mg) untuk pasien sehat - Hindar
Hindari penggunaan untuk pasien migrain, hipertensi, merokok dan DM
Wanita Merokok ​- Prefer Gunakan
Progestin ​Wanita dengan Hipertensi
- gunakan dosis hormon yang lebih rendah (pada pasien dibawah 35 tahun) - pasien dengan
tekanan >= 100/160 mmHg dikontraindikasikan mengunakan kontrasepsi hormonal
Wanita dengan Diabetes
- gunakan progestin ​wanita dibawah 35 tahun,
tidak merokok, dan tidak memiliki penyakit vaskular Wanita dengan Dislipidemia
- Wanita dengan hiperlipidemia yang stabil → kontrasepsi hormonal dosis rendah dengan
monitoring ketat profil lipid. - Wanita dengan hiperlipidemia tidak terkontrol → alternatif
kontrasepsi lainnya. - ​Wanita dengan Tromboemboli
- desogestrel, drospirenone, and norgestimate menaikkan resiko tromboemboli dengan
– Transdermal patch and vaginal ring dikontraindikasikan untuk pasien ini
persentase lebih kecil dibandingkan hormonal lainnya ​Wanita dengan migrain
- Gunakan Progestin
Wanita dengan kanker payudara
- Kontraindikasi menggunakan kontrasepsi hormon ​Wanita dengan SLE ​- Gunakan progestin -
Kontraindikasi untuk pasien
SLE yang memiliki antibodi antiphospolipid atau komplikasi vaskular
Pasien Obesitas ​- Gunakan Progestin - The American Congress of
Obstetrics and Gynecology recommends that the transdermal contraceptive patches should not
be used as a first choice in women weighing greater than 90 kg
GANGGUAN MENSTRUASI

Menstruasi Normal: ​siklus: 21-35 hari


(28+-7 hari) lama haid: 2-6 hari (4+-2
hari) banyak darah: 20-60 mL (40+-20
mL)

Gangguan Keterangan Manifestasi Tatalaksana


Non hormonal: asam
Menoragia Keluhan menstruasi tranexamat, NSAID
dengan jumlah darah hormonal: KB
yang lebih banyak, kontrasepsi, progesteron
terdapat bekuan darah, selama 3 siklus.
berlangsung lebih lama
Mioma, endometriosis, Oligomenorea Interval
polip, hiperplasia, kanker intermenstruasi > 35 hari
endometrium dan kanker PCOS (​Policystic ovary
serviks syndrome​)
Non hormonal: asam Hormonal; pil KB, LH
tranexamat, NSAID Hormonal; pil KB, LH
hormonal: KB
kontrasepsi, progesteron
selama 3 siklus.
Non hormonal: asam Metroragia Interval menses
tranexamat, NSAID iregular, durasi > 7 hari
hormonal: KB Pendarahan ovulatoar:
kontrasepsi, progesteron hematuria, vulvar, cervical.
selama 3 siklus. Pendarahan dari uterus:
berhubungan dengan Hormonal: estradiol
kehamilan (abortus), polip, transdermal, progesteron,
mioma, endometriosis GH hormon t​ reatment, ​LH
Progesteron tunggal, Non hormonal: kalsium,
dan Levonorgetrel- vitamin D, olahraga fisik
Releasing IUD Hormonal: estradiol
Progesteron tunggal, transdermal, progesteron,
dan Levonorgetrel- GH hormon t​ reatment, ​LH
Releasing IUD Non hormonal: kalsium,
Progesteron tunggal, vitamin D, olahraga fisik
dan Levonorgetrel- Hormonal: estradiol
Releasing IUD transdermal, progesteron,
GH hormon t​ reatment, ​LH
Non hormonal: kalsium,
vitamin D, olahraga fisik

Amenorea Tidak terjadinya


Dismenorea Keluhan nyeri panggul
menstruasi, sedikitnya tiga
saat menstruasi
bulan berturut- turut
NSAID, analgesik
selama masa produktif.
opioid, oral
Tumor ovarium,
kontrasepsi
adrenal, hiperplasia
adrenal. Tumor
hipofisis,PCOS, Source: ​American family
sindrom turner, physician
KULIT (3-5 %)
Outline: ​Dermatitis, Dermatitis akibat obat, hiperpigmentasi jerawat
DERMATITIS
Jenis Definisi Tatalaksana Contact Dermatitis Inflamasi yang disebabkan oleh iritasi/alergi.
Iritasi: Biasanya disebabkan oleh paparan senyawa organik yang menyebabkan adanya reaksi
waktu beberapa jam setelah paparan Alergi: terdapat stimulasi terhadap respon imun
kalamin lotio, larutan burow (aluminum asetat), topikal kortikosteroid, generasi pertama
antihistamin, moisturizers.
Diaper Dermatitis Inflamasi di lokasi
genital
Zinc Oksida, Imidazole, Topikal Kortikosteroid Atopic Dermatitis Karena genetik, lingkungan
maupun mekanisme imun. Biasanya disebabkan adanya pelepasan proinflamasi sitokin dari
keratinosit.
lubrikan/moisturizers, oral histamin, topikal kortikosteroid (betametason valerate, betametason
dipropionat, clobetason propionat), topikal imunomodulator (tacrolimus), oral/sistemik
(kortikosteroid, siklosporin, interferon, metotreksat, biologic modifiers).
HIPERPIGMENTASI
Definisi Penyebab Tatalaksana Muncul Bercak Hitam karena penumpukan melanin. Contoh: 1.
Obat yang
menyebabkan peningkatan melanin 2. Paparan Langsung senyawa (Perak, merkuri, tetrasiklin,
antimalaria dan fluorourasil.
Paparan Sinar Matahari - Penggunaan
Obat – Obatan misal KB - Penyakit
Endokrin, addison.
1. Vitamin C dan asam kojik. (kandungan vitamin C dan asam kojik mampu menghambat enzim
tirosinase yang berperan di dalam pembentukan melanin kulit gelap) 2. Chemical peeling (KI
untuk pasien melasma) 3. Penggunaan pelembab mengandung retinol (regenerasi sel kulit)
JERAWAT (ACNE VULGARIS)
Definisi Penyebab Tatalaksana Inflamasi dari folikel sebasea yang berada di wajah sampai
leher, punggung, bahu, dada atas.
- Hormonal
terkait dengan maturasi kelenjar gonad. - Tahapan:
keratinisasi folikel- peningkatan sebum-lipolisis oleh bakteri dari bentuk trigliserdia ke asam
lemak- inflamasi.
1. antibiotik:
membunuh bakteri P. acne (benzoyl peroksida, eritromisin, klindamisin, asam azelaik) topikal,
dan oral (eritromisin, tetrasiklin dan turunannya) 2. Exfoliant: agen peeling (resorsinol, asam
salisilat, sulfur) 3. kombinasi retinoid topikal (adaplanae, tretinoin) 4. antisebum
(isoretinon) 5. antiinflamasi
(kortikosteroid oral)
TATALAKSANA
GINJAL

(3-5%)

Outline:

• ​Gagal Ginjal Akut


• ​Gangguan Ginjal akibat obat

Gagal Ginjal Akut

Fungsi ginjal yang menurun secara akut Parameter: ​BUN, SrCr, Output urin, GFR, serum
elektrolit ​Patofisiologi: ​pre renal- penurunan perfusi ginjal yang disebabkan pencegahan dari
kerusakan jaringan parenkim intrinsik- kerusakan dari struktur ginjal, seperti kerusakan tubulus
disebabkan iskemia. Toksik post renal- obstruksi aliran urin dari ginjal
Stage GGA:

tatalaksana preventif
1. asam askorbat dan N asetil sistein ~ keduanya berperan untuk menjadi
antioksidan dan mencegah Contrast induced Nephropaty 2. hidrasi
yang cukup 3. sodium bikarbonat, salin infus.
Tatalaksana kuratif
1. manajemen kardiak output, tekanan darah, perfusi jaringan. 2.
Hemodialisis interminten 3. hemofiltrasi 4. mannitol – monitoring urin
output, serum elektrolit (osmolaritas) 5. loop diuretik (furosemid,
torsemide) 6. diuretik hemat kalium spironolakton

Kondisi khusus tatalaksana

Komplikasi gagal jantung Tingkatkan dosis diuretik/ganti dengan diuretik


loop yang lebih mudah di absorbsi

Sirosis hati Parasintesis (volume besar): ​memasukkan


suatu kanula ke dalam rongga peritoneum
untuk mengeluarkan cairan

Tubular nekrosis akut Dosis diuretik yang lebih tinggi, diuretik


dikombinasikan, ditambahkan dengan
dopamin dosis rendah

elektrolit penting di pasien GGA


1. hiperkalemia 2.
hipernatremia 3.
fosfor
Gangguan Ginjal Akibat Obat

Sindrom yang terkait dengan drug-induced kidney:


1. ​akut glomerulanefritis ​2.
ketidaknormalan sekresi ADH ​3.
diabetes insipidus

Obat dan manifestasinya terhadap ginjal


Golongan Obat Manifestasi terhadap
ginjal
Mekanisme singkat Keterangan

Betalaktam dan
Aminoglikosida Akut tubular nekrosis; vankomisin
s Formulasi (terkait
disfungi tubulus proksimal,
enzimuria, proteinuria, kemurnian) dari
glikosuria, hipoelektrolit. vankomisin memiliki efek
Obat terkonsentrasi penuh substansial terhadap
di korteks rean dan tubulus nefrotoksik. Betalaktam
praksimul. Terjadi dampak spesifik metisilin memiliki
dari toksisitasnya adalah efek yang jelas terhadap
deplesi natrium kalium, nefrotoksik
renal iskemik Nefrotoksik klasifikasi
Nefrotoksik menjadi ES jarang, kombinasi
pada golongan obat ini. vankomisin dengan
Nefrotoksik menjadi ES aminoglikosida memiliki
pada golongan obat ini. efek sinergis terhadap
Nefrotoksik menjadi ES nefrotoksik
pada golongan obat ini. Nefrotoksik klasifikasi
jarang, kombinasi
vankomisin dengan
aminoglikosida memiliki
efek sinergis terhadap
nefrotoksik
Nefrotoksik klasifikasi produk)
jarang, kombinasi
vankomisin dengan Klortim
aminoglikosida memiliki mengha
efek sinergis terhadap yang tin
nefrotoksik dibandi
darah,
peningk
Rater. K
Sulfonamid Akut interstitial hiperka
adanya
nefritis, nekrosis arteri,
natrium
GGA (anemia hemolitik
Dose-related side
pada pasien defisiensi
effect
G6PD), GGA (kristaluria)
Dose-related side
Sulfadiazin: kristaluria dan
effect
GA; terjadi ketika dosis
Dose-related side
sudah terakumulasi dalam
effect
darah (terasilasi dengan
trimetroprim.
Asiklovir Obstruktif uropati dan
hematuria
Doses > 500 mg/m2 given i.v. leads to nephrotoxicity
Amfoterisin B Penurunan GFR akut,
GGA, oligourik, iskemia (disebabkan oleh ​sudden vasocontriction)​, kerusakan tubulus,
gangguan keseimbangan elektrolit, asidosis.
Inflamasi interstitial menyebabkan adanya area obstruksi pada intertubular. Resiko: ​volume
depletion, pre- existing renal insufficiency and rapid bolus infusion
Terjadi ketika dosis terakumulasi, bersifat reversibel. Tatalaksana: penggunaan dopamin,
nutrisi garam yang cukup.
Rifampisin GGA, anemia
hemolitik, glomerulanefritis, proteinuria,
Terdapat region hidrofilik dan lipofilik yang menyebabkan mudahnya melebur dengan membran
sel dan menyebabkan tingginya permeabilitas. Hal ini bermanifestasi pada kerusakan endotelial
(didukung oleh kondisi vasokonstriksi).
Resiko meningkat dengan kombinasi bersama isoniazid dan pirazinamid
NSAID GGA, hipertensi,
hiperkalemia, retensi Na dan air, tubular interstitial nefritis.
Tatalaksana: hindari NSAID (ganti dengan steroid). pemberian diuretik.
Antineoplastik acute tubular necrosis
atau tubulointerstitial
NSAID menginduksi penurunan hemodinamis dari fungsi ginjal (pre-renal dan akut tubular
nekrosis).
NSAID merubah sistem imun (akut interstitial nefritis)
Radikal bebas
Irreversible. menyebabkan kerusakan proksimal
Gunakan diuretik (cisplatin)
setelah perngobatan
Abnormalitas eksresi air menyebabkan hiponatremia (siklofosfamid)
(manitol), sodium tiosulfat, metilpredisolon da n acetil sistein
(menurunkan nefrotoksisitas)
Antihipertensi GGA Terkait dengan oliguria
karena adanya retensi cairan (ACEI dan ARB)
Immunosupresan acute reversible
nephrotoxicity, chronic irreversible nephrotoxicity
Vasospasme sebagai produk dari metabolisme arakidonat, manifestasi dari hipertensi yang
terjadi ketika sedang berlangsungnya transplantasi .
Tatalaksana: CCB, analog prostaglandin.
Diuretik Hipokalemia,
interstitial nefritis, poliuria.
Menyebabkan turunnya GFR dengan kontraksi volume cairan ekstraselular
Nutrisi elektrolit, alkalinisasi digunakan sebagai profilaksis obstruksi uropati.
http://japi.org/october2003/R-970.pdf
Intratubular deposisi menyebabkan kristaluria dan gagal ginjal. Toksisitas dari tubular juga
terkait dengan asam folat.

PERNAFASAN

(3-5%)

Outline:

• ​Asma
• ​Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

ASMA

Algoritma:

Berdasarkan bentuk:

1. Difus: Pembesaran kelenjar merata 2. Nodul: benjolan seperti bola,


dapat berupa tumor jinak/ganas

Berdasarkan kelainan fungsi:


1. ​Hipertiroid: Tirotoksisitas, kelebihan hormon tiroid ​2. ​Hipotiroid:
kekurangan atau berhentinya hormon tiroid ​3. ​Eutiroid: bentuk
kelenjar tidak normal, tapi fungsi normal

Obat yang digunakan dalam terapi asma adalah sebagai berikut :

Obat Keterangan
Harus ada m
LABA (Long Acting Beta-2 Agonis) :
Apabila dig
Salmeterol, Formoterol
Digunakan rutin dalam pengobatan harus kumu

asma jamur di mu

SABA (Short Acting Beta-2 Agonis) :

salbutamol (Albuterol) Teofilin


Digunakan apabila merasa akan sama dan waspada terhadap obat

sesak
Sebaiknya digunakan di jam yang

induser maupun inhibitor enzim

Keterangan: obat adrenergik seperti albuterol dan formoterol serta

kortikosteroid inhalasi seperti budesonide menjadi pilihan dalam manajemen

asma jangka panjang pada wanita hamil (Global Initiative for Asthma 2012)
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

Adanya inflamasi kronis yang mengarahkan pada terjadinya destruksi dan limitasi aliran udara
untuk pernafasan.

Prinsip PPOK:
1. kronik bronkitis: sekresi mukus berlebih dengan disertai batuk yang terjadi
sekurang-kurangnya 3 bulan dalam 2 tahun berturut-turut. 2. Emfisema: abnormalitas,
pelebaran permanen dari jalur pernafasan hingga
terminal bronkioli, disertai dengan adanya destruksi pada dinding tanpa adanya fibrosis

Patofisiologi singkat:
1. inflamasi kronik menyebabkan destruksi dinding dan limitasi jalur pernafasan 2. inhalasi
senyawa penstimulus mediator inflamasi 3. stress oksidatif menyababkan adanya respon
pertahanan yang agresif dari paru
Kortikosteroid
Parameter:
– spirometer: menunjukkan FEV postbronkial kurang dari 80%, dan perbandingan
rasio FEV:FVC kurang dari 70% – Gas dalam Arteri ; partial pressure of O2 [Pao2 ] 45–60 mm
Hg , partial pressure
of CO2 [Paco2 ] 50–60 mm Hg
Eksaserbasi PPOK ​M.catarrhalis S.penumoniae
Tatalaksana Empiris antibiotik PPOK
Keterangan
Doxycycline 100 bid Azithromycin 500 qd Co-amoxiclav 875 bid Cefpodoxime 200 bid Cefdinir
300 bid
Lama Terapi 5 Hari Lama Terapi 3 Hari Lama Terapi 5 Hari Lama Terapi 5 Hari Lama Terapi 5
Hari Short acting bronkodilator (Low Risk) – Grup A Long acting bronkodilator (persisten-
severe)
Terapi koreksi Inhalasi kortikosteroid (high risk)
airflow Ipratrorium bromida (antikolinergik) metilxanthin
GAWAT DARURAT

(2-5%)

Outline:

• ​Keracunan dan tatalaksana kegawatdaruratan


Keracunan dan tatalaksana kegawatdaruratan

Antidot
Substrat Racun ​

Asetilsistein
Parasetamol ​

BAL (dimecaprol)
Logam berat (As, Hg, Cu) ​

EDTA
Logam berat (Pb) ​

Deferoksamin
Ferrum ​

Nalokson
Opioid, Dextromethorphan ​

Atropin, Pralidoksim
Antikolinesterase (Insektisida) ​

Nitrit, Nitrat
Sianida ​

Etanol
Metanol, Etilen Glikol ​

Adrenalin, Isoprenalin
Beta Bloker (Atenolol, Propanolol) ​

Flumazenil
Benzodiazepin ​

Diazpam
TCA ​

Vitamin K
Kumarin, Warfarin ​

Fenitoin, MgSO​4​, Atropin


Digoksin ​

Protamin
Heparin ​

Piridoksin
INH ​
Metilen Blue
Nitrit ​

Oksigen
Karbonmonoksida ​

Antmuskarinik: atropin, skopolamin


Organofosfat ​

MALNUTRISI

(1-3%)

Malnutrisi ​→ konsekuensi dari ketidak seimbangan nutrisi berkaitan dengan intake,


absorpsi, dan pemakaian.

Klasifikasi malnutrisi di Indonesia:


Tinggi Badan Terhadap Berat Badan >90% Malnutrisi
Ringan (Grade 1) 90 – 75 % Malnutrisi Sedang (Grade 2) < 60% Malnutrisi
Berat (Grade 3)
Tinggi Badan Terhadap Usia 85 – 80%
Malnutrisi Sedang <80% Malnutrisi Akut

Definisi malnutrisi pada anak ​1. Marasmus​: defisiensi protein-kalori, manifestasi retardasi
pertumbuhan dan
atrofi otot ​2. Kwashiorkor​: defisiensi protein-energi, manifestasi retardasi pertumbuhan,
defisiensi imun dan patologi hati ​3. Kombinasi​: defisiensi protein kalori dan energi,
manifestsai hilangnya lemak
subkutan dan dehidrasi

Tatalaksana: Dibagi menjadi 4 fase : – stabilisasi; asupan nutrisi cukup, pencegahan dan
atasi hipoglikemia, hipotermia,
dehidrasi – transisi; atasi gangguan keseimbangan elektrolit, infeksi, perbaiki kekurangan
zat
gizi (belum termasuk besi) – rehabilitasi; perbaiki kekurangan zat gizi (sudah termasuk
besi), pemberian nutrisi
untuk tubuh kejar – tindak lanjut; nutrisi untuk tumbuh
kembang
Warning! ​1. Fe tidak boleh diberikan pada fase stabilisasi 2. jangan
meberikan cairan intravena kecuali syok/dehidrasi berat 3. jangan
berikan protein terlalu tinggi pada fase stabilisasi 4. jangan berikan
diuretik pada pasien kwashiorkor
ONKOLOGI

(1-3%)

OVERVIEW:
1. pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dan abnormal. 2. Hasil pertumbuhan yang
abnormal ini memunculkan tumor (benign), atau
kanker (mallignant) 3. kanker dapat menyebar ke seluruh tubuh dengan media sistem
limfatik, ini yang
dikenal dengan istilah metastesis 4. rules of metastesis: dimanapun, kemanapun
metastesis, sel kanker tetap sama.
Misal, kanker paru dengan metastesis tulang, diagnosa pasien tetap kanker paru.

Faktor resiko kanker: tergantung pada spesifik


situsnya, secara general;
1. smoking 2. alcohol consumption 3. diet 4. physical inactivity and obesity 5. genetic
susceptibility 6. hormonal factors 7. chronic infections, including the human
papillomavirus (HPV) and hepatitis B or C 8. exposure to UV radiation (e.g. sunlight or
solarium tanning beds) 9. other environmental factors, such as exposure to hazardous
substances like
asbestos, uranium and certain chemicals

3 PRINSIP TATALAKSANA KURATIF


KANKER
1. pembedahan (mayor-invasif/minor) 2.
kemoterapi (agen sitotoksik) 3. radioterapi
(target terapi)
Overview dan prinsip terapi kanker:
1. ​Mengenal Fase ​pembelahan dan siklus sel dan kegiatan sel pada masing-masing
fase;
2. Aksi dari agen kemoterapi;
Golongan Proses yang diganggu Agen Kemoterapi Inhibisi fase Sel
Antimetabolit Sintesis purin dan
pirimidin (asam nukleat)
Analog folat (metotreksat), purin analog (, pirimidin analog, adenosin analog
S
Agen alkilasi dan golongan lainnya
DNA sintesis dan
Cell-cycle-nonspecific ​binding
agent
Alkaloid Vinka Sintesis mikrotubul Vinblastin, vinkristin M
Agen Mikrotubul Sintesis mikrotubul Paklitaksel, docetaxel M
3. Antibodi monoklonal:
mengikat antigen spesifik dari kanker dan memberikan respon imun untuk membunuh sel.
(contoh transtuzumab, rituximab)
4. Terapi endokrin
untuk kanker yang terkait dengan perubahan hormonal seksual (contoh; antiestrogen untuk
kanker payudara)
Nitrosurea (carmustine), platina (carboplatin, cisplatin), others (doxorubicin, etoposide)

5. Gen terapi ​kanker yang disebabkan oleh adanya perubahan susunan genetik, dapat
di terapi dengan mentrasnfer material genetik yang normal untuk membentuk selular fenotif
normal yang permanen

Cancer Diagnosis and Treatment: An Overview for the General Practitioner Josephine
Emole University of Texas Health Center at Houston, Houston, Texas, USA
http://nt.cancer.org.au/content/about_cancer/factsheets/cancer-an-overview-april- 2014.pdf

Anda mungkin juga menyukai