AHMAD FAUZI
2016
GUBUG SALOKA
1
Kesurupan Tuhan
Esai dan Puisi
ISBN: 978-602-72345-2-9
Penerbit:
Gubug Saloka
2
Email; ahmadfauzi_fauzi2000@yahoo.com
(Sigmund Freud)
3
4
KATA PENGANTAR
Tidak ada yang paling kurindukan selain dua wajah
remang-remang Ibu dan Bapakku. Wajah yang selalu
mengingatkanku pada semangat. Mengenang sayup-sayup
Bapak dan Ibu seperti sedang menyentuhkan roh yang kering
ini pada gairah hidup. Keduanya telah menancapkan
paku-paku huruf magis ke dalam benakku hingga tertanam
pada relung-relung bawah sadarku yang terdalam. Ya,
semenjak kecil aku selalu diajak membaca, membaca dan
membaca oleh mereka, apa saja. Warisan kehidupan yang
jauh lebih berharga dibandingkan kekayaan dan benda-benda.
Dengan bekal itu, aku sanggup melanjutkan nafas di tengah
gerogotan delusi dan halusinasi, yang selalu memintaku untuk
mati. Dahulu hidup ini terasa tak layak dijalani, kini aku harus
mendaki makna dan memberi arti. Meski hari-hari begitu
payah, penuh gejolak amarah, tidak stabil, rapuh dan
digentayangi pikiran centang perenang, tapi dengan membaca
buku, hatiku menjadi lega dan riang. Bapak, huruf-huruf magis
yang kau patri dalam keingintahuanku yang tinggi selalu
menari-nari mengundangku menjelajah dan menyusuri alam
penanda yang tak bertepi. Terimakasih selalu untuk Ibu
Muriyah dan Bapak Sjamsuddin, maafkan anakmu ini yang
5
hanya bisa mengirim doa pada kalian dengan pasrah dan
keluh kesah.
6
Hamidulloah Ibda, Mas Rahmat Kesbangpol, Mas Johan, Pak
Eeng dari Purwokerto, Mas Yudhie yang memotivasi, Mas Arif
Mustaghfirin yang baik hati, Mas Gunawan teman minum kopi,
Pak Lukas, Pak Anggoro Suprapto, saya baru tahu kalau
ternyata njenengan adalah master puisi, Mas Joko Ibrahim
pengusaha kreatif yang menginspirasi, Mas Bahrul Fawaid
dari Komisi Yudisial, Pak Winata Direktur Cakra Semarang TV,
Mas Yunantyo, Ki Mulyono, Ibu Jannah Rohimah, Pak Eeng,
dan kawan-kawan Facebook lainnya, teman-teman KOWE;
Komunitas Kaligawe, Pak Teha dan Bu Teha, Mas Tundung,
Mas Kelana, Mas Lukni, Mas Bayu, Mas Basa, Pak Eko Tunas,
dan banyak nama-nama lainnya yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu, sekali lagi terimakasih sangat.
7
8
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................5
Daftar Isi......................................................................................
9
1. Manifesto Puisi
Kesurupan......................................... 13
Anak Haram............................................................................... 23
Sajak Malam...............................................................................
25
9
2. Kesurupan Tuhan
Perlawanan Metafisik................................................................
34
Kesurupan Tuhan...................................................................... 35
Membunuh Tuhan..................................................................... 36
Pengetahuan Kesurupan.......................................................... 38
Ma’rifat Tai................................................................................ 42
Me-Taikologi...............................................................................
43
Puisi Paranoia.............................................................................
48
Puisi Autis...................................................................................
50
10
4. Ma’rifat Kaum
Pelacur................................................. 51
Gadis Matahari............................................................................
57
Syair Keterasingan.......................................................................
59
Kepribadian Ganda...................................................................60
5. Filsafat Manusia
Api..................................................... 61
Filsuf Kehendak..........................................................................
64
Wahyu Kesurupan..................................................................... 65
Memanusiakan Tuhan...............................................................
66
Ayat-Ayat Autis......................................................................... 67
Nabi Kesurupan........................................................................ 68
Dukun Penyair.......................................................................... 69
6. Agama Gunung
Berapi............................................... 71
11
Antropologi Iblis....................................................................... 77
Nabi Bersenjata..........................................................................
78
Manusia Terbang.........................................................................
79
7. Beriman Pada
Kemanusiaan........................................ 80
8. Karakter
Revolusioner.................................................. 84
Hantu Revolusi...........................................................................89
Jenengku Abang.........................................................................
90
Mantra Revolusi.........................................................................93
Teror Agung................................................................................
94
Puisi Pemberontakan.................................................................
96
Nyanyian Revolusi..................................................................... 97
12
Sang Iblis Api..............................................................................
100
Amarah Suci...............................................................................
101
Absurd.........................................................................................
102
Mengada .....................................................................................
103
Syair Matahari.............................................................................
104
Guru Pencuriga...........................................................................
105
Scientia Sacra................................................................................
110
Puisi Kuantum.............................................................................
112
Semangat.......................................................................................
13
113
Keajegan.......................................................................................
114
Big Bang........................................................................................
116
Meradang.....................................................................................
118
Kuantum-Relativitas...................................................................
119
Ayat Birahi...................................................................................
120
Kecebong......................................................................................
121
Tentang Penulis..........................................................................
123
14
MANIFESTO PUISI KESURUPAN
15
terbebaskan.
16
subyek yang terasing dan tak bersarang.
17
bawah sadar sebagai gudang endapan yang tertekan dan
terkekang. Kemudian Freud mengonseptualisasikannya dan
berhasil memformulasikan wilayah yang pernah dijelajahi
dengan berani oleh Nietzsche dalam sebuah sistem terpadu
yang kini banyak diketahui orang, yaitu Psikoanalisa. Alam
bawah sadar merupakan residu yang menyuarakan sesuatu
yang purba, primitif dan asli. Kedirian manusia yang terdalam
ada pada dunia alam bawah sadar. Menyelami alam bawah
sadar yang gelap dan remang-remang akan membantu kita
mengenal diri sendiri dan menyadari potensi-potensi alamiah
kita yang terpendam sehingga bisa teraktualisasikan dalam
kenyataan dunia. Membuka gembok pagar lumbung alam
bawah sadar akan mengantar kita untuk menemukan
kecakapan-kecakapan orisinil dan wawasan kreatif yang
dengan itu membawa kita berusaha menuju pada puncak
perkembangan rohaniah dan kepribadian. Manusia yang
mampu melihat tidak hanya cahaya terang tapi juga kenyataan
pahit, kegelapan dan kegilaan dalam dirinya tentu menjadikan
ia lebih meresapi dan memahami kemanusiaan seutuhnya.
Manusia mengada tidak hanya dengan cahaya kosmos,
kesadaran dan keteraturan tapi juga ditentukan oleh sesuatu
yang mengandung chaos, ketidakpastian dan kegelapan.
18
memanipulasi dan mengaburkan realitas dari kehidupannya
yang asli. Modernitas ditandai dengan kejenuhan, kepenatan
dan pikiran centang perenang, karena hasrat hidup ditekan
oleh ideal-ideal yang membumbung tinggi di luar jangkauan
kenyataan. Moralitas melarang kita untuk hidup dengan
insting dan kehendak, karena keduanya dianggap manifestasi
iblis yang terkutuk dan pendosa. Jadilah manusia pesakitan
moral, karena mengada dengan gairah dan nafsu itu dosa dan
terlarang. Oleh karena itu, mengubah pandangan bahwa naluri
dan insting itu jelmaan iblis menjadi sesuatu yang alamiah
dan tuntutan hidup yang wajar merupakan pembebasan
manusia dari penjara moral yang picik dan dangkal.
19
label agama yang menganggapnya jahat, pendosa dan musuh
abadi manusia menuju asal-usulnya yang sejati, yaitu nenek
moyang revolusi dan motor transformatif atas nilai-nilai yang
mendasari masyarakat.
20
dahulu meyakini puisi tercipta dari intuisi gaib dan dunia jin, di
mana mereka bisa mengucapkan perkataan yang
menggetarkan dan menakjubkan karena dipengaruhi dan
dirasuki oleh roh-roh dan jin-jin. Orang yang mahir bersyair
biasanya memiliki cara-cara khusus untuk berhubungan
dengan dunia gaib dan roh, hubungan antara makhluk gaib
dan manusia terjadi dalam keadaan kesurupan atau
kerasukan. Pada saat ia berhubungan dan dirasuki roh-roh dan
jin-jin, lidahnya menjadi alat bagi makhluk gaib untuk
mengekspresikan diri, dan pada saat itu ia tidak memiliki
kesadaran sehingga disebut gila, karena merasa dikontrol oleh
kekuatan-kekuatan cenayang yang tak nampak, lagi misterius
dan metafisik. Oleh karena itu, awalnya puisi itu bersifat
magis, berhubungan dengan dunia gaib, kesurupan dan
mengandung kegilaan.
21
penyakit bahasa manusia primitif yang belum mampu
memahami dinamika alam bawah sadar yang terkesan asing,
aneh dan misterius.
22
kualitas-kualitas yang ada pada diri manusia kemudian
ditinggikan hingga melampaui kenyataan? Maha mengetahui
dan maha mendengar adalah contoh penyakit bahasa yang
ditinggikan, saudara dekat delusi dan halusinasi. Oleh karena
itu, tidak salah apabila ada manusia yang meyakini bahwa
tuhan dan makhluk-makhluk gaib lainnya merupakan produk
kekacauan berpikir dalam kesurupan.
23
Di sisi lain, membebaskan yang tertekan dan yang terkekang
adalah upaya terapi katarsis untuk memurnikan jiwa manusia
yang dipenuhi beban-beban mental dan bisul-bisul naluri.
Beban-beban mental ini bisa dimuntahkan dan dilepaskan
melalui ekspresi puisi kesurupan, maka jiwa dan perasaan kita
pun jadi lega dan ringan. Puisi kesurupan membantu manusia
menyehatkan mentalnya kembali dari insting dan daya hidup
yang tertekan Oleh karena itu, ideologi puisi kesurupan juga
bagian dari psikoterapi terhadap jiwa masyarakat yang
dibebani norma-norma dan moralitas memaksa, di mana daya
hidup dan insting yang seharusnya mendapatkan pemuasan
atas hak-haknya menjadi terepresi dan tentunya akan
menghasilkan sakit jiwa massal atau masyarakat yang
patologis. Maka, puisi kesurupan yang terkesan gelap dan
remang-remang sebenarnya merupakan sebuah afirmasi atas
insting dan naluri yang layak dipenuhi hak-haknya dan bagian
dari tahapan perkembangan rohaniah kita menuju
pembentukan manusia yang sebenarnya, bukan manusia
setengah malaikat atau setengah ilahiah tapi manusia
seutuhnya.
24
Mengekspresikan dan menjadi lidah wicara bagi naluri, gairah
dan insting hidup yang tertekan adalah kredo puisi kami, puisi
kesurupan. Yang berbicara bukanlah aku yang sadar, tapi aku
aku yang bersembunyi dan bergentayangan dalam diriku. Aku
bukanlah diriku, karena ada aku aku yang lain dalam alam
bawah sadarku.
ANAK HARAM
25
Menuangkan guyuran emosi terbakar
Menebar roh anarki
Dan membenci agama oligarki
26
Yang ilahi kini bersemayam dalam remang-remang
Merendahkan diri, menyapa sengsara kaum pecundang
Menggauli bau keringat orang menggelandang
Memeluk derita yang tak mau hilang
SAJAK MALAM
27
Yang selama ini ditekan, akan dimuntahkan
Kegilaan, amarah, hasrat dan insting melawan mencari
pelampiasan
Roh Dionysian pun kesurupan
Melontarkan tombak gaib di tengah gelapnya malam
Melumpuhkan dan menikam jantung musuh sebelum
berhadapan di lapangan
28
Di dalamnya berkecamuk jiwa tak beraturan
Intonasinya bagaikan ledakan-ledakan vulkanis
Berirama sesuai degup jantung yang kembang kempis
KESURUPAN TUHAN
(Wahyu Sebagai Ideologi Kematian)
29
Agama yang memiliki sumber ajarannya pada wahyu
ketuhanan rentan bersifat otoritarian. Salah satunya adalah
Islam. Agama otoritarian akan mudah mengusir akal-sehat
dan kewarasan, karena yang dituntut dalam jenis agama ini
hanyalah ketundukan dan kepatuhan semata. Kritisisme
dianggap sebagai kafir pembangkang yang membahayakan
kemurnian agama tersebut. Pemikiran dan pengetahuan tentu
tidak akan nyaman bernaung di bawah sayap-sayap agama
berjenis otoritarian ini. Umat Islam beriman bahwa wahyu
tuhan adalah dogma yang kebal dari segala kritik dan
pertanyaan, berlaku sepanjang zaman dan tak akan lapuk
sedikitpun oleh asam karat sejarah. Mereka juga meyakini
Islam sebagai agama sempurna semenjak dari lahirnya, tidak
akan berubah hingga akhir zaman, sebab wahyu merupakan
kalam tuhan yang abadi seperti tuhan itu sendiri. Wahyu dan
kenabian menjadi pemilik absolut kebenaran, maka tidak ada
kebenaran dan keselamatan di luar keduanya. Dengan cara
berpikir dan keyakinan di atas, sifat otoritarian akan
berdampingan dengan karakter totalitarian, Islam pun
terkurung dan dibatasi oleh teks-teks harfiah, susah mencerna
kemajuan dan peradaban, serta tidak akan pernah ada pemikir
muslim yang bisa melampaui wahyu sebagai sumber kitab
suci agar mendarah daging dalam kenyataan, meski kaum
liberal sudah berusaha melenturkan kekakuan dan
menyesuaikannya dalam iklim dan kondisi kebudayaan
manusia.
30
sebagai agama yang menopangkan sumber ajarannya yang
tertinggi pada wahyu, sebenarnya berpotensi memiliki
benih-benih kekacauan psikologis yang sangat dalam. Sebab,
wahyu itu sendiri memiliki asal-usulnya dalam delusi dan
halusinasi. Delusi dan halusinasi merupakan kekuatan alam
bawah sadar yang bersifat subeversif dan laten, ia mampu
memanipulasi kesadaran dan mengaburkan pikiran
penganutnya dari kenyataan. Menendang kewarasan dan
kesehatan mental, memusuhi pengetahuan dan akal-sehat,
itulah ciri yang paling nampak dari delusi dan halusinasi. Oleh
karena itu, keduanya merupakan ancaman serius bagi
kemanusiaan dan kebudayaan. Bagaimana menjelaskan hal
tersebut secara sederhana dan singkat?
31
Perlu dipahami, masyarakat Pra-Islam sudah mengenal
pewahyuan sebagai fenomena merasuknya roh ke dalam jiwa
manusia yang mengakibatkan orang yang mengalaminya
menjadi kesurupan. Wahyu memiliki asal usulnya pada budaya
Arab Primitif, yaitu dalam institusi perdukunan dan kesurupan.
Hal ini ternyata diakui oleh Al-Quran, dalam Surat Asysyu’ara;
192-194, “Dan Ruh Yang Terpercaya (Jibril) masuk ke dalam
jiwamu membawakan wahyu untuk menjadikanmu sebagai
pemberi peringatan.” Bukankah ayat ini menunjukkan ada roh
yang merasuk dalam jiwa Nabi yang membawakan wahyu
kepadanya? Dengan begitu, sebenarnya Al-Quran mengakui
bahwa wahyu muncul melalui proses kesurupan, karena
merasuknya ruh yang terpercaya ke dalam jiwa Nabi juga
merupakan bagian dari fenomena budaya kesurupan
sebagaimana telah didefinisikan antropologi primitif dan
dikenal oleh masyarakat Pra-Islam.
32
kegilaan.
33
kematian atau insting membunuh berkamuflase dalam
sesuatu yang bersifat terang dan ilahiah. Dengan begitu
jelaslah sudah, pewahyuan yang terjadi pada Nabi Ibrahim
untuk menyembelih anaknya sendiri merupakan dorongan
naluri kematian yang ada dalam diri Ibrahim itu sendiri yang
bersembunyi dalam kedok wahyu dan perintah ilahi, dan hal ini
tidak disadari oleh Ibrahim karena kesadarannya tenggelam
dan termanipulasi. Peristiwa Oedipus Complex yang bergerilya
dalam alam bawah sadar beliau memicu naluri kematian atau
agresifitas untuk menghukum objek kecemburuan Ibrahim,
yaitu anaknya. Maka muncullah gambaran dalam mimpi,
Ibrahim menyembelih Ismail (Ishaq), di mana ini merupakan
perwujudan naluri kematian yang berhasil menerobos dalam
penampakan mimpi, kemudian karena terkecoh oleh kesan
ilahiah menjadikan Ibrahim tidak menyadari darimana
asal-usul gambaran mimpi tersebut.
34
yang bercerita tentang kemunculan malaikat membawa
domba sebagai ganti anak Ibrahim yang akan disembelih.
Analisa ini juga bisa digunakan untuk menjelaskan kenapa
orang-orang bisa membunuh manusia lain karena merasa
mendapat bisikan tuhan, yang sebenarnya itu merupakan
infiltrasi dari naluri kematian yang bersembunyi dalam bisikan
wahyu yang delusif, terkesan gaib, misterius dan ilahiah.
Penulis menyebut fenomena ini sebagai kesurupan tuhan.
35
ilahiah. Tuhan yang haus darah, pemarah dan pendendam
merefleksikan jiwa yang meyakini ide tersebut sebagai
seorang psikopat dan pembunuh.
36
PERLAWANAN METAFISIK
37
KESURUPAN TUHAN
Namanya Ibrahim
Sang bapak tiga agama besar
Nenek moyang kaum beriman
Banyak dipuja dan dielu-elukan
38
melakukan pembunuhan
Pengorbanan pun digagalkan
Ia tersadar kalau dirinya kesurupan tuhan
Pikiran bahaya yang mengancam kewarasan dan
kemanusiaan
MEMBUNUH TUHAN
Wanita
Demi kau, kan kuhancurkan tatanan moralitas
Kan kubakar para penjaga akhlak
Dan kukibarkan tinggi-tinggi panji-panji perzinahan
Kekuasaan
Demi engkau, rela kufitnah sang kebajikan
Kan kuadu domba kelompok-kelompok kebenaran
Akhirnya, kujilati kaki-kaki bumi kejayaan
39
Mari ramai-ramai kita bunuh tuhan
Mumpung kini ia sedang meradang karena sekarat
Kan kujanjikan kenikmatan, kebahagiaan dan kehidupan abadi
Mari….!!!!!!
(Untuk Freud dan Nietzsche)
AYAT-AYAT MAGI
40
PENGETAHUAN KESURUPAN
41
Bagaimana bisa sebuah perintah ilahi membenarkan
pembunuhan keji tak berperasaan
Apakah alasan adanya ramalan masa depan dan bisikan tuhan
dapat menjadi hujjah kebenaran
Jangan-jangan ini hanya sebuah bentuk ketidakwarasan
Yang diselimuti kenabian dan kesucian
Bagiku ini merupakan kebiadaban
Akibat pengaruh kesurupan tuhan
42
Ia merobek-robek tatanan
Untuk membuka kedok kemunafikan
43
Mulut penyeru kitab sucimu akan kusumpal
Hingga tak terdengar lagi suaramu wahai tuhan
Demi manusia
Aku rela menjadi raja setan durjana
Asalkan tuhan benar-benar menurunkan putera-Nya
Seandainya…………
Yakinilah
Tuhan sudah menghilang dari masjid, biara ataupun gereja
Ia muak dengan para kyai, ustadz ataupun para ahli agama
Ia tidak lagi ditemukan dalam sujud doa dan kitab suci penuh
dogma
Ia enggan menampakkan diri bersama cahaya
44
Kini, ia memilih bersemayam dalam gelap gulita
Hadir dalam seonggok kotoran tai hina
Simbol bagi mereka yang tersia-sia
Ia mengambil tempat yang menjijikkan lagi menajiskan
Tuhanku menTai bersama tetesan air mata, dari mereka
mereka yang dipecundangi oleh nasib dan kenyataan dunia
(Ini adalah puisi yang digugat oleh FPI dan MUI dengan
mengadukan saya ke Polda Jawa Tengah)
MA’RIFAT TAI
45
Tapi kemiskinan yang menghampiri
ME-TAIKOLOGI
46
yang mendaging bersama manusia yang dipecundangi oleh
kenyataan dunia
47
Al-Jahiz, Ibn Qutaybah, Al-Jurjani, Abdul Jabbar, Al-Farra’,
Ar-Rummani, Al-Jinni, Al-Baqillani, dan sebagainya,
menganggap dan memperlakukan Al-Qur’an sebagai kitab
sastra yang paling unggul. Mereka menafsirkan Al-Qur’an
dalam perspektif bahasa, seni dan sastra Arab, salah satunya
menurut Ibn Abbas, banyak pengertian, kata dan kalimat
Al-Qur’an hanya bisa dipahami dengan baik apabila kita
merujuk khazanah puisi-puisi Arab Pra-Islam. Oleh karena
itulah puisi-pusi Pra-Islam disebut sebagai Diwanul Arob, yaitu
lumbung bahasa yang menentukan kejelasan dan pemahaman
ayat-ayat Al-Qur’an. Kemukjizatan Al-Qur’an yang berpengaruh
ke dalam jiwa manusia juga bekerja melalui ranah bahasa dan
sastra Arab. Namun, akan muncul pertanyaan; apabila
Al-Qur’an itu diturunkan dalam bahasa Arab yang jelas
(An-Nahl; 103), tapi kenapa para ulama dan ahli tafsir sampai
kini masih kebingungan dan saling berdebat dengan
pengertian-pengertian, makna dan kosakata dalam Al-Qur’an
yang terkesan ganjil, samar-samar dan tidak jelas?
48
menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas secara mendetail,
karena sudah banyak ahli agama yang membahas dan
mengulasnya.
49
sama persis dengan yang dialami oleh para penyair dan
majnun ketika sedang kesurupan.
50
koheren dengan isi ayat tersebut yang beritme meledakkan
pikiran, menggemparkan dan menggoncangkan.
PUISI PARANOIA
AL-ZALZALAH (KEGONCANGAN)
51
Wa akhrojatil ardhu atsqoolahaa
Al qoori’ah
52
Mal qoori’ah
Fa ummuhuu haawiyah
Naarun khaamiyah
PUISI AUTIS
53
ALIF LAAAMMIIM
ALIF LAAAMMIIIMSOOODH
TOOHAA
YAAASIIIN
NUUUN
THOO SIIIN
THOO SIIIMMIIIM
54
MA’RIFAT KAUM PELACUR
“Kami tidak pernah memilih hidup seperti ini. Sejak kecil kami
selalu terbuai oleh pertanyaan tentang cita-cita masa depan.
Dokter, insinyur, guru, profesor, direktur dan sebagainya,
adalah suara-suara yang kini terdengar menyakitkan, karena
semuanya itu adalah surga yang terampas dari hidup kami.
Menatap kenyataan dan menyambung nyawa adalah jihad
kami yang berlumpur. Dunia memang mencaci status dan
cara hidup kami, tapi bolehkah kami bertanya; bukankah
seharusnya kita terlahir dengan membawa warisan kekayaan
tanah air ini sehingga kami mampu mencukupi perut dan
mengisi kepala kami dengan pengetahuan. Dengan keduanya
55
kami mampu bertarung dengan gagah di dunia pasar. Tapi
dalam kenyataannya, kami dibesarkan dengan hutang dan
kelaparan. Dililit usus kemiskinan membuat kami susah
mencerna peradaban. Orang tua dipenjara oleh kesengsaraan
ekonomi, karena rantai kemiskinan dan kebodohan tidak mau
enyah dari desa kami. Pembangunan tidak pernah sampai ke
gubug orang tua kami, karena jalur subsidi sudah dibajak oleh
pegawai kelurahan, kecamatan, bupati, gubernuran dan
pejabat-pejabat teras yang bekerja sama dengan babi-babi
berdasi yang rakus dan perlente. Dari situlah, ekonomi-politik
menasibkan hidup kami. Yang sudi mampir ke gubug kami
hanya lolongan azan dan suara feminin ayat-ayat suci yang
menuntut kami yang lemah untuk tetap hidup seperti makhluk
bersayap lepas dari jejak kaki bumi. Duhai messiah, alasan
apa yang membuat kami harus percaya padamu di setiap
pawai pemilu berarak-arak dengan uang dan penuh janji-janji
penyelamatan?
56
meski gelap dan remang-remang. Muak dan marah, ungkapan
perasaan kami pada orang-orang terpelajar dan terhormat tapi
kebahagiaan mereka di dunia ekonomi-politik justru
menghisap darah kehidupan kami dengan korupsi dan kolusi.
Makin cerdas dan pandai seseorang, tidak makin
memperhalus watak dan akal-budinya. Pengetahuan dan
pendidikan yang ada di kepala para politisi dan pengusaha
menjadi senjata pembunuh masa depan kami. Heran, kenapa
mereka disebut orang terhormat sedang kami yang jadi
korban mereka dinamai makhluk setan sundal, bukankah
mereka lebih aniaya daripada kami. Hidup inilah yang justeru
menanggung dosa-dosa para pejabat, koruptor, pendidik,
pengusaha, dan agamawan yang lari mencari menang sendiri.
Oleh merekalah, hidup kami menjadi seperti ini. Kami mampu
menikmati dan menjalani kesengsaraan yang diciptakan para
kaum terpelajar dan terhormat. Ma’rifat kami adalah
menanggung dosa yang lebih menyakitkan dari pada yang
Yesus alami, dan meminum limbah kebijakan yang dialirkan
dari pabrik-pabrik pendidikan yang diciptakan negara.
57
terhormat hanya bisa menghujat dan memberi label haram
jadah pada kami semua. Sungguh demi roh anggur, dengan
melihat kami, mata kesakralan dan jubah kesucian para
ustadz dan kyai akan luntur ditelan keangkuhan mereka yang
tiap ceramahnya menjadikan kami sebagai objek penistaan
dan penghinaan. Kami yang akan menuntut mereka kelak, di
pengadilan kehidupan mendatang.”
58
SYAIR ANGGUR DARAH
59
Apalagi yang kau tunggu
Agama dan nabimu sudah tidak berdaya
Dipenjara oleh para kyai dan ustadz yang haus madu dunia
60
GADIS MATAHARI
61
tempat-tempat canggih nan ber AC mewah
Sedangkan mereka tidak mampu meresapi penderitaan di
sekitarnya
62
Semoga ibu pulang dengan selamat
SYAIR KETERASINGAN
63
Kejar mengejar target dan prestasi
Saling memakan dan menghabisi
Demi sebuah hidup yang penuh ilusi
Aku yang dibuang oleh pikiranku sendiri
KEPRIBADIAN GANDA
64
Apakah kita betul betul ada
Bagaimana cara kita mengada agar betul-betul ada?
(Terinspirasi oleh Marx, Freud, Heidegger, Lacan dan
Althusser)
65
Apakah yang membuat peradaban itu terasa hidup dan
mungkin mengada?
Akal bukanlah impuls yang paling asasi sebagai fundamen
kebudayaan. Peradaban tidak melulu dibangun dari
kecanggihan akal, ada kekuatan lain yang merembesi dan
merasuki rasio, sesuatu yang menjadi roh kebudayaan
manusia, dan itu sangat mendasar. Akal tanpa gairah tidak
mungkin menghidupi tubuh. Wajah rasio terlalu pucat, seakan
darah tidak mengalir dalam tubuh, beku dan dingin. Hal ini
terjadi karena kita sering dibebani oleh pemikiran dan
perhitungan yang tidak menggairahkan, kurang bernafsu dan
tidak berapi. Pengetahuan yang digandrungi oleh keranjingan
akut lebih membekas dan berpengaruh pada jiwa daripada
pengetahuan yang dipaksakan untuk ditelan, akan terasa
menjemukan, hanya menjadi berat. Pengetahuan yang
menceriakan itu seperti anggur bagi para peminum dan aroma
mawar bagi pemabuk cinta.
Dasar dari segala hal yang paling mendasar dalam hidup
adalah insting dan naluri, dari keduanyalah rasio dan
kehidupan mendapatkan kekuatan, atau dengan kata lain
insting dan naluri yang telah mengalami penghalusan dan
sublimasi akan membentuk ruang yang disebut dengan akal.
Akal dihidupi oleh naluri. Maka tidak sah apabila ada teori
moral yang merayakan kemenangan nalar atas hasrat. Justeru
sebaliknya, akal selalu bergantung dan digerogoti oleh naluri
yang terselubung. Dalam logika dan akal bergerilya
mengendap-endap insting yang licin dan halus, layaknya ular
yang menggeliat di malam hari. Hasrat bersifat laten dan
subversif. Rasio mengandung kepentingan dari gairah dan
hasrat. Di mana ada tatanan, anarki siap menerkam. Di situ
66
terdapat pembangunan, mustahil tanpa penghancuran. Dalam
tatanan dan pembangunan terasuki naluri kehidupan
bercampur mesin pengruntuhan. Tanpa naluri, nalar tidak
mungkin mengada. Nalar tidak boleh mengkhianati naluri,
apabila begitu, ia akan membunuh kehidupannya sendiri. Akal
menjadi pelaksana bagi peledakan hasrat dan insting, sebuah
perjalanan panjang bagaimana manusia mengada dalam
sejarah universal.
Manusia api tidak gentar oleh susahnya hidup, karena yang
dirasakannya adalah petualangan dan penjelajahan.
Kesusahan hidup tidak patut untuk ditakuti, justeru itu akan
menempa mental dan pikiran kita. Semakin kita menghindar
dari kesusahan, ia akan selalu mengepung dan
menggentayangi kesadaran kita. Penderitaan dan kesakitan
adalah sesuatu yang alamiah, perlu dilalui dan dilampaui.
Tanpa rasa sakit kita tidak akan menemukan kenikmatan, oleh
karena itu puncak kebahagiaan menjadi mungkin untuk didaki.
Semakin kita meresapi penderitaan, semakin besar potensi
kekuatan yang akan kita temukan.
Manusia api menerangi peradaban, memberi kehangatan dari
dinginnya diam. Hal-hal baru menjadi nafas sehari-hari,
menggelayuti pikiran dan hasrat untuk terus mencipta.
Kebudayaan identik dengan swa-cipta, maka kepercayaan
yang menghalang-halangi pembaruan adalah musuh
peradaban. Naluri gairah merasuki daya pikir dan olah kreatif
sehingga pengetahuan dan kebudayaan menjadi ceria dan
membahagiakan, bukannya menghasilkan peradaban yang
kencang melaju tapi menjemukan dan membuat mental kita
tercerabut dari kehidupan.
67
FILSUF KEHENDAK
68
kepanasan, dan berujar;
“Hidup ini menjadi suram tatkala para utusan tuhan merantai
roh singa dalam diri manusia. Tubuh kita penuh dengan
gunung-gunung bisul sebagai akibat sering menekan insting
dan kehendak perasaan. Bisul-bisul yang berisi nanah kotoran
benci dan iri. Kita berubah pesakitan, tertahan oleh moral dan
digerogoti belatung-belatung keyakinan. Hidup tidak lagi
tumbuh, tapi layu karena insting letih dan haus akan
pemuasan. Ia harus digenapi hak-haknya. Rampas kembali
keabadian yang dulu pernah dikalungkan pada nasib nenek
moyang kita yang pemberani, Si Iblis Api.”
(Dari Al-Hallaj dan Nietzsche untuk Nenek Moyang Revolusi, Si
Iblis Api)
WAHYU KESURUPAN
69
Pelan-pelan muncul kunang-kunang bercahaya
Membuka tirai gelap di mata
Namun, cahaya itu terlalu benderang
Mata ini tak sanggup lagi memandang
MEMANUSIAKAN TUHAN
70
Akhirnya terpisahlah dirimu dari diriku
AYAT-AYAT AUTIS
71
Kadang tiga atau empat huruf
Aku sendiri tak tahu artinya
Bahkan, kucuriga kalau penciptanya juga tak tahu maknanya
NABI KESURUPAN
72
Aku bukan diriku
Ada aku-aku yang lain dalam jiwaku
Mereka seperti suara-suara asing yang menguasai
kepribadianku
Mereka berkata, mempengaruhi dan mengontrol pikiranku
73
DUKUN PENYAIR
74
Mereka secara terang-terangan berusaha membunuhku
Ke sudut-sudut gelap mereka memojokkanku
Namun, aku takkan bisa mati
Karena, apabila aku mati maka agama mereka pun ikut sunyi
75
AGAMA GUNUNG BERAPI
76
kehendak hidup. Dunia bukan sekedar kuburan, tempat ziarah
bagi pribadi yang takut menghirup nafas abadi, tetapi wahana
rekreasi dan pencapaian bagi kekuatan-kekuatan alamiah diri.
Pandanglah dunia dengan gairah, jangan dengarkan para nabi
pertapa yang menebar racun saraf bahwa insting harus
ditekan, hidup perlu dikekang. Dulu, mencemooh tuhan dan
kitab suci itu dosa, maka kini meremehkan keutamaan dunia
adalah nista.
Lihatlah. Di seberang sana, kebebasan dan keluhuran
sayup-sayup lirih memanggil kita. Melambaikan bendera
pemberontakan dan perlawanan. Bahwa tidak ada yang abadi,
selain perlawanan itu sendiri. Mari kita bangunkan raksasa
yang malu-malu bersembunyi di bawah endapan alam sadar
kita. Bukalah rantai moral yang menyegel kekuatan instingmu.
Tubuh akan berdaya jika iman kau cabut dari hatimu yang
bingung. Perang anarki telah dinubuwahkan. Bala tentara yang
terdiri dari petani sakit hati, nelayan yang ototnya berkarat
membesi, buruh yang tercerabut dari kenyataan, dan mereka
mereka yang hidupnya dipecundangi oleh nasib, sudah
menunggu dengan lelah perih. Mereka membutuhkan senjata
amarah. Sentuhkan jiwa mereka yang terlalu tahan dari rasa
sakit pada dendam sengit. Perjuangan kelas lama
dinanti-nanti, sebagai wujud pendakian spiritual yang
mendarah daging dalam dunia. Kata sang filsuf palu,
orang-orang melarat diterangi oleh cahaya filsafat, dan
sebaliknya, filsafat menemukan senjata materialnya dalam
kehidupan manusia-manusia melarat.
Hidup adalah keutamaan tertinggi. Hidup demi
menghidupi kehidupan merupakan semangat agama yang
paling asli. Moralitas mengada demi pemenuhan tumbuh
77
kembang manusia. Humanisme bukan hanya ada demi
nilai-nilai kemanusiaan, tapi sebuah gerak pembebasan atas
kekuatan dan potensi alamiah kita yang sering terdistorsi dan
terlemahkan oleh sudut pandang moral tertentu. Nilai moral
dekaden selalu menghalangi kita untuk tumbuh dewasa.
Mencegah kita menjadi manusia yang sesungguhnya. Jenis
moral ini memusuhi kemanusiaan, dan lebih mencintai
sesuatu di luar kita yang dianggapnya lebih tinggi daripada
manusia, tuhan. Ia meneriakkan larangan-larangan dan tabu
atas dunia. Ia terlalu hati-hati dan dilambatkan pertimbangan
di luar hidup manusia. Moralitas rendahan sangat membenci
insting padahal hidup manusia yang paling mendasar dimulai
dari insting dan naluri. Insting sebagai tanda hidup seharusnya
bisa menghancurkan tembok-tembok rasionalitas yang dingin
dan kaku. Rasionalitas merupakan insting yang tidak mampu
menyadari dirinya sendiri yang telah menyublim.
Pertimbangan rasional sering melemahkan dan mendinginkan
api perlawanan, dengan mengajukan banyak alasan ini itu dan
perhitungan. Perlawanan dan pemberontakan mensyaratkan
naluri spontan dan insting refleks, kebangunan cepat dan
kesegeraan. Revolusi demi kehidupan, bukannya sekedar
menghancurkan, itulah yang kami cita-citakan. Revolusi
menuntut pengorbanan diri. Kita boleh terluka ataupun mati,
tapi anak cucu kita harus hidup kokoh berdiri. Pengorbanan
demi kehidupan yang akan datang, itulah insting revolusi.
Insting mengenalkan manusia akan hidup, yaitu hidup untuk
hidup, maka hidup hidupilah kehidupan. Setiap manusia layak
bahagia, tidak ada satu pun kekuatan yang memiliki hak
mutlak untuk membuat kita sakit, hina dan sengsara. Apabila
ada perintah transendental atau sekular yang berusaha
78
menafikan hidup, itu perlu dicurigai dan tidak layak untuk
ditaati.
Evolusi kebudayaan telah berhasil menciptakan
tatanan aneh yang mirip dengan sangkar besi, yaitu negara
dan demokrasi. Zaman ini hampir tidak ada manusia yang
bisa lepas dari pengaruh keduanya. Negara dan sistem
demokrasi memaksa kita untuk memeluk heteronomi, bahwa
tindak, pikiran dan perasaan kita muncul karena sebab dari
luar, bukan lahir dari dalam kedirian kita. Negara dengan kata
lain adalah paksaan, perbudakan bermoral. Pada dasarnya,
kita adalah makhluk yang tidak memiliki otonomi dan
kehendak bebas, kehilangan inisiatif dan hasrat naluri. Pikiran
dan tindakan yang aktual karena paksaan dari luar itu tidak
alamiah dan tidak memiliki kualitas moral. Secara filosofis,
kebebasan kita bertentangan dengan eksistensi negara,
negara memiliki hidupnya sendiri terpisah dari warganya,
aliran Hegelian menamainya negara organik. Oleh karena itu,
Marx menganggap negara sebagai bentuk pengasingan
manusia dalam sejarah, di mana ekonomi-politik menjadi roh
dalam mesin struktur ini. Dengan ekonomi-politik sebagai
pondasi bermasyarakat dan bernegara, maka jarang sekali
muncul motif manusia dari dalam, lebih dominan karena profit
dan keuntungan. Sesuatu disebut bernilai apabila bisa
dipertukarkan dan diperjualbelikan. Oleh karena itu,
kebudayaan menjauhkan manusia dari watak alamiahnya yang
luhur.
Kita perlu memurnikan negara, sebab ia kekuatan yang
paling memungkinkan untuk mengadakan perubahan
mendasar dalam wilayah ekonomi-politik, juga sebagai
perwujudan kehendak, ia mengada demi pemenuhan hidup
79
kita. Ia tidak boleh berdiri demi dirinya sendiri, apalagi demi
sekelompok oligarki. Sudah saatnya kejahatan negara diakhiri
dan alienasi sepenuh hati kita sudahi. Ingat, negara dan
demokrasi bukanlah akhir dari sejarah evolusi tatanan
lembaga dalam kehidupan umat manusia, sebagaimana yang
dinyatakan oleh Francis Fukuyama yang Hegelian itu. Sangat
dimungkinkan setelah negara dan demokrasi akan muncul
sistem baru, karena roh sejarah tidak bisa dikunci dalam
absolutisme Hegelian, dan imaji kreatif jangan dibatasi oleh
umur manusia yang masih belia. Apalagi anomali dan patologi
selalu mengiringi kedua lembaga di atas. Namun harus diakui,
ketergantungan kita terhadap sistem negara dan demokrasi
masihlah tinggi sebelum ada paradigma baru yang mampu
menggantikan keduanya. Kenyataan yang berulang terus
menerus memperlihatkan dengan jelas bagaimana kawasan
ekonomi-politik negara begitu leluasanya menentukan pikiran
dan perasaan manusia. Struktur yang memenjara kepribadian,
kebebasan dan akal-budi kita. Menidurkan kewarasan dan
memandulkan kesehatan mental. Dunia yang tak memiliki
rasa dan penuh centang perenang, musuh dari naluri dan
hasrat diri. Mengaumlah wahai manusia. Patahkan mata
rantai ketergantungan yang menggelayuti tubuh kehidupanmu.
Hasil kebudayaan yang susah dicerna dan kita telan,
mengasingkan kita dari kehidupan. Manusia adalah pemamah
biak yang buruk. Mengartikan hidup terlalu dalam, kurang
wajar. Pendidikan sebagai cetak biru proses pembangunan
manusia pun selalu halus dan sopan, menyiapkan
kelinci-kelinci empuk untuk dimangsa dunia liar. Pendidikan
sebenarnya adalah tentang menciptakan senjata.
Manusia-manusia baru harus terus menerus diciptakan oleh
80
teknologi pendidikan, sekali kita ketinggalan tentu akan ada
yang menjadi korban. Anak bangsa harus dibekali
keterampilan bagaimana hidup di alam liar. Pendidikan tidak
melulu mengajarkan keadaban yang harmonis dan teratur, tapi
perlu mengajarkan tentang seni berperang. Orang terdidik itu
manusia yang bisa menjadi senjata, bukan hanya makhluk
pengasih dan perasa. Bangunlah, alam sungguh-sungguh
bertaring dan bercakar merah, sebagaimana dikatakan oleh
Darwin, menjadi gelanggang bebas bagi manusia untuk saling
memakan dan menumpahkan darah. Apa perlunya kita
menjadi malaikat bersayap dengan limpahan penuh kasih
sayang, enggan berlumpur dan mendosa, menjejakkan kaki,
mendarat di permukaan bumi? Benarkah kita masih manusia?
Kenapa hanya tatapan dingin yang pucat dan senyum mentah
yang dihamparkan? Apa kita pasrah saja diputar putarkan oleh
roda pemasung nasib yang tak mengenal kasihan? Bukankah
warna hati kita adalah merah menghitam, simbol amarah dan
dendam. Kenapa kita tidak memeluk agama gunung berapi?
Agama kaum petualang pemberani, yang mengatakan “iya”
pada hidup dan bersikap afirmatif pada naluri. Hidupilah
kehendak berkuasa atas naluri-nalurimu. Dengan begitu,
lahirnya manusia adi-luhung menjadi niscaya dan hanya soal
menunggu waktu saja.
81
ANTROPOLOGI IBLIS
Kata mereka
Kau adalah tumbal kebajikan
Yang dirayakan hampir tiap harian
Tanpamu kebenaran tidak mungkin mewujud
Semua bermula dari keenggananmu untuk bersujud
82
Yang menarik gerbong perlawanan
Omong kosong
Semua kata-kata di atas hanya proyeksi dari daya-daya
psikisku
Sisi gelap gelap tuhan yang ada padamu muncul dari naluriku
Memahamimu bisa mengembalikan kesehatan mentalku
Maka, kembalilah wahai kau iblis ke dalam jiwaku
NABI BERSENJATA
83
Dan membangun kembali tatanan baru dunia
MANUSIA TERBANG
84
Awalnya, pikiranku bergantung pada air dan makanan
Setelah melalui jalan yang melelahkan, bebaslah aku dari
keduanya
Naluriku memang tercipta dari gairah binatang
Namun lama kelamaan, kekuatan binatang itu aku jadikan
tunggangan
85
Memberi nafas pada kehidupan dan merayakan alam semesta
adalah tujuan dari keberadaan kita yang sementara. Kedirian
manusia terhubung dalam jaring-jaring alam semesta. Menjadi
manusia juga berarti menjadi bagian dari alam raya. Manusia
dan alam raya saling gulung-menggulung dan bergumul.
Serpihan bintang menempel dalam pikiran kita, layaknya
semesta yang maha luas dimampatkan ke dalam jiwa
manusia. Meski kita kecil dan kerdil di hadapan hamparan
semesta yang tak berbatas, kita menjadi tujuan dan makna
terdalam adanya alam semesta. Jagad raya tidak mampu
mengungkapkan diri dan berbicara tanpa keberadaan kita.
Maka, setiap kali terjadi krisis kemanusiaan, hati semesta
memanggil anak-anaknya, menanyakan pada mereka,
siapakah yang bersedia memangku rintihan dunia.
Duhai, jiwa-jiwa yang mau meresapi derita, mendaging dalam
nestapa. Tiupkanlah dalam setiap diri manusia dengan
semangat berkorban demi sesama. Hidup demi menghidupi
kehidupan. Keutamaan ini sangat dirindukan oleh roh
semesta, karena memberi kekuatan untuk membangun
kembali nasib umat manusia. Wahai alam yang bertaring dan
bercakar merah, dunia makhluk yang tak mengenal hati dan
perasaan. Jiwa yang gemar merayakan kematian. Mari kita
bersatu dalam kemanusiaan, yang dihiasi dengan cinta dan
kasih sayang. Abaikan semua perbedaan, meleburlah dalam
persamaan. Ulurkan tanganmu secara perlahan, akan kuurapi
kulitmu yang kasar dan kering itu dengan minyak
pengorbanan. Aku ingin menyentuh hatimu yang terdalam,
demi sebuah pencapaian, yaitu kemanusiaan.
Alam raya tenggelam dalam tafakkur, memandang sayu
sambil menarik napas panjang tak teratur. Semangat zaman
86
sedang gelisah, merenung dan memikirkan masa depan umat
manusia yang terancam musnah oleh tindakan manusia itu
sendiri. Kita sedang diracuni oleh insting membenci dan
memusuhi, sebuah penyakit yang merongrong hati. Ideologi
kematian bergentayangan, menebar maut dan kengerian.
Kemanusiaan dalam tantangan dan ancaman besar, bukan
oleh hewan pemangsa atau kesialan bencana, tapi oleh
manusia itu sendiri yang kesurupan oleh ketuhanan dan
kesucian. Kenapa itu bisa terjadi, bukankah kita semua adalah
makhluk manusia yang sama? Apa tuhan membutuhkan
sesajen dari darah dan nyawa manusia yang durhaka dan
tidak mau percaya pada-Nya? Apa yang membuat manusia
berpandangan bahwa nyawa dan darah bisa dikorbankan atas
nama tuhan dan kesucian?
Ideologi kematian tidak mau bersyahadat dalam satu iman
sebagai manusia, malah sebaliknya membagi diri dalam
kotak-kotak keterasingan, kebencian dan perseteruan.
Manusia merasa asing dengan nilai-nilai kemanusiaannya
sendiri, tercerabut dari watak alamiahnya yang baik. Kita
dihadapkan pada masalah untuk mengada sebagai manusia,
makhluk yang terus menerus bertanya apakah kita layak
disebut manusia. Oleh karena itu, kemanusiaan menggeliat
dan kebudayaan menggugat, mengajukan tuntutan-tuntutan
serius ke meja mahkamah sejarah. Ideologi yang merayakan
kematian, mengaburkan kewarasan, memanipulasi kesadaran
dan memandulkan akal-budi harus diseret dengan tegas ke
ruang pengadilan kemanusiaan. Nalar sehat dan pengetahuan
kritis siap menjadi penuntut universal di hadapan sang
tergugat. Siapakah yang dimaksud? Ya, kita sedang
mempertanyakan alasan mengada dari agama bersama para
87
atribut-atribut yang menyertainya, dogma gelap, ritus simbolik,
otoritas kenabian, tuhan yang lalim dan pewahyuan gaib yang
delusif dan halusinatif. Semuanya yang disebutkan tadi saling
bahu membahu dengan ideologi kematian, di mana dalam
kenyataan sejarah telah menghancurkan perasaan
kemanusiaan, pengetahuan dan kebudayaan.
Dalil kami yang utama, tidak ada agama yang kebal dari kritik,
sanggahan dan pertanyaan. Tidak ada hak istimewa untuk
mendapatkan status pengecualian, sekalipun
mengatasnamakan tuhan dan kesucian. Tidak ada satupun
ciptaan yang selamat dari gerogotan rayap yang melapuki
umur kehidupan. Apabila ada yang menyatakan dirinya abadi
melampaui zaman, maka tugas pengetahuan dan akal-budi
untuk mengajukan gugatan dan keraguan. Agama tidak akan
dewasa apabila enggan membuka diri terhadap kritik atas
dirinya. Agama tidak akan mati oleh serbuan kritik, tapi dia
akan menjadi timbunan sejarah yang dogmatis dan patologis
apabila ia tidak mau membuka kritik dari pihak luar atau
penganutnya sendiri. Di hadapan kemanusiaan dan
pengetahuan, semua doktrin agama harus memperbarui
dirinya secara terus menerus melalui proses yang dialektis.
Melalui jalan itulah agama bisa menyegarkan dirinya kembali,
mengganti sel-selnya yang sudah usang atau menghirup nafas
baru dalam laju kebesaran zaman. Kesalahan tidak akan
mengurangi kesucian sebuah agama, tapi justeru berbahaya
apabila suatu agama memandang dirinya selalu benar dan
lepas dari segala kelemahan. Agama adalah ciptaan yang bisa
lapuk dirayapi tantangan zaman. Agamaku, agama
kemanusiaan.
88
KARAKTER REVOLUSIONER
89
hanya menemukan generasi-generasi kerdil tanpa jiwa api di
hati. Kekuatan alam pikiran dengan mudahnya ditundukkan
oleh objek materi. Subyek kehilangan diri, tenggelam dalam
dunia benda yang mengakibatkannya anonim dan impersonal,
tidak lagi memiliki kepribadian. Hubungan manusia satu
dengan yang lainnya dipahami sebagai hubungan kebendaan.
Kehangatan dan cinta kasih memudar terhisap beratnya gaya
benda. Keyakinan dan kedirian kita sebagai manusia sudah
lenyap ditelan cakrawala dunia. Memang kenyataan tidak
memiliki perasaan. Para kuli membangun gedung-gedung
besar dan mall-mall mewah, tapi rumah reot yang ia tinggali.
Para nelayan menangkap ikan untuk mencerdaskan anak-anak
bangsa, tapi kelambatan pertumbuhan dan kebodohan yang ia
dapati. Para petani menanam padi untuk mengenyangkan
perut para abdi negeri, tapi kelaparan yang ia alami. Hasil kerja
bukan untuk penghidupan diri mereka sendiri, tetapi untuk
kekuatan asing di luar diri mereka yang membuat mereka
semakin miskin. Semakin mereka mengembangkan kerja,
semakin tercerabut fisik dan mentalitasnya. Kehidupan
batiniah bertabrakan dengan penyempurnaan hakikat
kemanusiaan yang terdalam. Mereka pun pantas mengeluh
dengan menunjuk roh pengetahuan dan keadilan sebagai juru
bicaranya, kapankah semangat zaman merekah, mengantar
kami menuju altar kemerdekaan dan kejayaan sejati? Apakah
alam raya betul-betul bisu dan tuli, abai lagi tak peduli?
Betulkah negeri yang begitu subur ini mengidap kutukan tak
henti-henti? Lingkaran setan kemiskinan, kebodohan dan
kekerasan, yang tak memiliki ujung dan pangkalnya merantai
kuat nasib anak negeri. Kapan keselamatan dan pembebasan
menyapa jiwa-jiwa kami yang robek disayat oleh tajamnya
90
kenyataan? Apa yang harus kami lakukan untuk membuat
negeri ini mengabdi pada kemakmuran dan kesejahteraan?
Apa betul negara bisa berubah? Apa hanya cukup dengan
mengharap agar negara mau berubah, atau perlu kami paksa
dengan mengangkat senjata api? Maukah angin perubahan
berhembus ke pihak kami? Dan, bagaimana menyambut
perubahan yang selama ini selalu dimentahkan oleh
kekuatan-kekuatan yang tidak menghendaki kami, kaum
miskin dan buruh-kuli mendapatkan perbaikan diri? Mulai dari
manakah kami harus membangun kembali masyarakat dan
negara ini?
Adalah Materialism-Historis Karl Marx (1818-1883),
dalam bukunya German Ideology, yang pertamakali
merumuskan bahwa cara manusia memproduksi untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya menentukan
bagaimana ia harus berpikir, bertindak dan merasakan. Hal ini
memiliki implikasi, kalau cara produksi manusia menentukan
bagaimana arah perkembangan masyarakat. Tesis di atas
dilandasi oleh teorema bahwa bukannya pikiran yang
menentukan kekuatan material, tapi kekuatan materiallah
yang menentukan dan mempengaruhi kesadaran manusia.
Namun, risalah yang hendak diwartakan oleh Marx justeru
kebalikan dari hukum yang ia nyatakan sendiri. Kalau
kebanyakan manusia terperangkap pikiran dan kesadarannya
oleh kekuatan material, maka sebagai kebalikannya,
messianisme-profetik Marx berusaha membebaskan pikiran
dan kesadaran manusia dari belenggu kekuatan material.
Ditulislah hukum-hukum sejarah perkembangan produksi agar
kita bisa menemukan kembali keberadaan kita sebagai subyek
sejarah dalam roda perputaran ekonomi-politik yang selama
91
ini tidak memiliki tuan dan kendali. Marx layak disebut sebagai
nabi atau messiah yang membawa warta penyelamatan
namun bukan dengan bahasa wahyu langit tapi messianisme
profetik yang dilandaskan pada pengetahuan sekular dan
humanisme renaissance. Ia bisa dikritik, diperbaiki dan direvisi
agar terus mengaum dalam sejarah, mengundang orang-orang
yang terkalahkan oleh kenyataan untuk bergerak melawan
nasib yang sering diciptakan oleh negara dan kekuatan
material yang menghidupinya, yaitu hasil ciptaan kita sendiri.
Maka berdasarkan tesis Materialisme-Historis, meresapi dan
mewarisi pembebasan dari determinasi kekuatan material
adalah jalan semangat api, yang oleh kaum Marxist, seperti
Erich Fromm (1900-1980), disebut dengan “karakter
revolusioner.”
Apakah itu karakter revolusioner? Ciri yang pertama,
karakter ini bermula dari teorema bahwa kesadaran dan
pikiran manusia sering ditentukan oleh sesuatu yang asing
dari luar, yaitu kekuatan material, maka yang disebut karakter
revolusioner adalah pembebasan diri dari kooptasi, belenggu
dan determinasi kekuatan-kekuatan material yang ada di luar.
Apabila seseorang telah dirasuki karakter ini, tentu ia akan
merasakan kebebasan dari pengaruh materi, karena materi itu
seperti gaya tarik yang membuat kita selalu tergantung dan
memunculkan rasa berat. Materi juga yang memicu potensi
konflik antar manusia, yang apabila tidak dibatasi, diatur dan
dikendalikan akan memundurkan dan mengaburkan
kesadaran dan akal-budi kita. Seseorang yang terbebaskan
dari gaya berat kekuatan material, tentu pikiran dan
akal-budinya bisa berfungsi dengan lebih baik ketimbang ia
selalu bergantung pada materi.
92
Ciri yang kedua, yaitu otonomi. Seseorang yang bebas
dari belenggu materi akan merasakan derasnya aliran daya
hidup dalam dirinya. Pikiran, perasaan dan tindakannya selalu
muncul dari dalam, sehingga ia menjadi tuan pada dirinya
sendiri. Manusia bisa dikatakan hidup apabila pikiran dan
tindakannya tidak dipaksakan oleh kekuatan-kekuatan asing
dari luar. Ia adalah subjek dalam dirinya sendiri, pengendali
sekaligus tuan bagi dirinya sendiri. Inilah yang membedakan
mereka dengan budak, yaitu orang-orang yang pikiran dan
tindakannya selalu ditentukan dan dipaksa oleh sesuatu dari
luar. Maka, sesuatu yang digerakkan dari luar itu tidak hidup,
tidak alamiah dan tidak memiliki kualitas moral.
Ciri yang ketiga dari orang yang dihinggapi karakter
revolusioner adalah ia mampu berkata “tidak” dan memiliki
daya kritik perlawanan terhadap masyarakat dan negara yang
telah membusuk dan kehilangan keutamaan-keutamaan
(arête). Ia sering melawan arus umum, menjadi pemberontak,
selalu tidak puas dan memposisikan dirinya independen dari
pengaruh masyarakat kepadanya. Seolah-olah apabila ia
berdiri di tengah masyarakat, cakrawala lenyap dalam dirinya
dan bukan dirinya yang lenyap ditelan cakrawala. Ia selalu
eksis dan mempengaruhi perkembangan masyarakat, dan
bukan sebaliknya. Manusia jenis ini menjadikan sejarah dan
masyarakat sebagai ruang aktualisasi bagi potensi-potensi
alamiah dalam dirinya. Mereka adalah orang-orang terakbar
dalam sejarah, orang-orang yang sanggup memekarkan
potensi terdalam pada dirinya, orang-orang yang telah sampai
pada pengalaman puncak.
Ketiga ciri karakter revolusioner yang saya sebutkan
tadi merupakan self-defense mechanism (mekanisme
93
pertahanan diri) yang harus kita miliki apabila kita mau disebut
sebagai subjek sejarah, tuan dalam rumahnya sendiri.
Sebagaimana tesis Louis Althussers (1918-1990), banyak
manusia ketika ia masuk dalam struktur negara, ia pun
berubah menjadi anonim dan impersonal seperti benda,
kepribadiannya hilang ditelan struktur negara yang massif dan
gigantik. Struktur negara melahap manusia dan
menjadikannya hanya sekedar sekrup-sekrup kecil dari bagian
bangunan mesin yang besar dan bergerak sendiri. Maka, untuk
merebut kembali kendali sejarah atas negara dan masyarakat,
sangat perlu bagi kita untuk membangun diri terlebih dahulu
menjdi subjek yang otonom dan independen sebelum
berperang di tengah medan struktur negara dan masyarakat.
Sebuah pesan singkat bagi kita, manusia Indonesia yang
dihinggapi api revolusi.
94
HANTU REVOLUSI
95
Hantu perubahan sedang bergentayangan di negeri ini
Menarik gerbong dan menunggang motor revolusi
Seandainya mereka kaum oligarki tak mau menepi
Mari kita jadikan bumi ini neraka anarki !!!!!!
(Terpengaruh oleh Judul Buku Richard Auty; Resource Curse,
yang artinya Kutukan Sumber Daya Alam)
JENENGKU ABANG
Poro seduluuuuurrr
Uripo sing luhur
Ojo gampang pasrah
Ayoo, nasib kudu diubah
96
Ojo wedi geteh
Nek perlu mati sing gagah lan terhormat
Ayooo!!! Lawanoo!!!
Berontako!!!
Kanggo anak putune dewe mengko
Wahai kaumku
Pernahkah kau mendengar tentang negara Leviathan?
Yaitu, negara yang wilayahnya dikuasai oleh para serigala dan
singa hutan
Negara, di mana jika ingin duduk di singgasananya, kau harus
mengangkangi lautan darah dan keringat para buruh, petani
dan nelayan
97
Proyek mana yang paling menguntungkan?
Di situlah singa dan serigala berjabatan tangan, mengatur
uang-uang berseliweran
98
MANTRA REVOLUSI
99
Hanya ada satu cara
Meniupkan mantra api kedalam jiwa
Mempersenjatai diri dengan amarah membara
Melepaskan peluru derita semesta
TEROR AGUNG
Kitab suci, ajaran nabi, warisan para wali dan kyai sudah tidak
berdaya lagi
Mereka telah kehilangan kesakralan hati
100
Kita telanjangi dan ikat mereka dengan terali besi
Lalu kita renggut paksa jiwa mereka yang tidak berbakti
Karena hukum dan pengadilan memang sudah tak bernyali
101
PUISI PEMBERONTAKAN
102
penguasa
Dan apa balasannya?
NYANYIAN REVOLUSI
103
Engkau yang kerap dipecundangi oleh nasib
BERSATULAH…..!!!!!
104
Hai kaumku, para buruh dan petani
Tahukah kalian, mereka para penguasa itu tak mengenal
kebaikan
Semakin manusia bertambah besar
Kebaikan adalah bualan
Sahabatku
Selama ini kau dipecundangi
Untuk apa kau menoleh pada keutamaan
Itu merupakan alat bagi para pembesar untuk menguasaimu
Selamanya kau pun akan terpenjara oleh keyakinan moralmu
105
Ledakkanlah amarah kalian, hancurkan !!!!
(Untuk Marx dan Nietzsche)
106
Hidupmu adalah sejarah perlawanan
Membakar hati dan emosi
Menebar benih-benih perubahan
AMARAH SUCI
107
Kekuatan materi adalah sumber kontradiksi masyarakat
Yang kaya bisa makmur meski hanya sibuk dengan obrolan
Yang miskin pun tetap tentram asalkan ada hiburan
Dan hidup si malang dimulai setelah usai pekerjaan
108
ABSURD
109
MENGADA
Satu puisi
Satu dalam hati
Mengada sebagai manusia
Bukan malah membenda
110
SYAIR MATAHARI
111
GURU PENCURIGA
112
KEUTAMAAN YANG HILANG
113
Begitu juga dengan manusia, ia harus menyalibkan diri dalam
tindak tanduk merdeka. Kita perlu meresapi jiwa alam raya
dengan penuh semangat ceria. Adalah niscaya kalau kita akan
meraih kebebasan yang mendalam dan penuh arti, meski lebih
sering dikalungi rantai besi. Apabila manusia tidak lagi
memiliki makna kebebasan diri, tentu kita sedang
membunyikan detak lonceng kematian suri. Oleh karena itu,
untuk menghunjamkan makna hidup pada jasad kita yang
kering dan membangkitkan raksasa yang tersembunyi dalam
alam bawah sadar kolektif bangsa, maka tindak
menyentuhkan roh manusia Indonesia pada badai adalah
sarat utama dalam membangun kembali masyarakat dan
negara.
114
dunia. Keutamaan oleh kita hanya nampak pada aribut-atribut
yang menempel pada jasad manusia, bukan sesuatu yang
bercahaya dari kedalaman batin kita. Manusia dianggap ada
apabila ia memiliki harta, jabatan, wanita, rumah mewah dan
kuasa. Kita mengada dengan benda-benda, bukan dengan
jiwa. Manusia telah tenggelam dalam dunia benda, hal inilah
yang mengakibatkan jiwanya berat untuk bergerak dan
berdaya cipta.
115
Apakah kita betul-betul mengada dengan keutamaan jiwa?
116
SCIENTIA SACRA
117
SANG PENUNGGANG CAHAYA
118
Cara revolusioner memahami tarian sang waktu
PUISI KUANTUM
119
belum memahami fisika
(Untuk Heisenberg, Sang Nabi Chaos)
SEMANGAT
120
semangat abadi
Beribadah khusyuk dan khidmat dengan menebak tindak
tanduk alam penuh misteri
KEAJEGAN
121
Mencekiknya hingga terpaksa memantulkan sinar
Bumi diperkosa gravitasi
Menjaganya agar selalu beredar di posisi
(Demi Isaac Newton)
122
Alam semesta pun kembali mengerut setelah berhenti
mengembang
Sang panah waktu bergerak memutar
Kita menjadi ingat akan masa depan
Dan Sang Brahman mulai melempar dadu tak beraturan
(Untuk Stephen Hawking)
123
BIG BANG
124
PUNGGUNG ALAM RAYA
125
MERADANG
126
KUANTUM-RELATIVITAS
127
AYAT BIRAHI
128
KECEBONG
129
Dengan mematikan naluri kebinatanganmu
130
Kawan-kawan manusia
Mereka bukan teroris, bukan kriminal, bukan koruptor juga
bukan penghancur negara
Terimalah mereka apa adanya
Sebagai perwujudan cinta sesama
Kita tidak bisa musnahkan mereka
Hanya karena lain dengan kita
Tentang Penulis
131
Ketidaksadaran dan Asal-usul Agama tahun 2011, kemudian
Agama Skizofrenia; Kegilaan, Wahyu dan Kenabian tahun
2013, dan terakhir Tragedi Incest Adam dan Hawa & Nabi
Kriminal tahun 2015.
Penulis dapat dihubungi di No.HP. 088802512314, atau
085640820972.
Email; ahmadfauzi_fauzi2000@yahoo.com.
Anak Haram
Aku adalah putera sang malam
Yang siap membungkam cahaya membosankan
Mewarisi semangat iblis setan
Merayakan kegelapan dan kesurupan
132
Dan bersatu dalam manifesto kemanusiaan
133