Di zaman modern ini, kata politik bukan lagi kata yang jarang didengar oleh
masyarakat. Apalagi di masa reformasi yang semakin menunjukkan banyak terjadi
penyimpangan dalam bidang politik. Jadi tidaklah mengherankan apabila banyak hal yang
terjadi di dunia ini dihubungkan dengan politik. Ada begitu banyak respon dan tanggapan
dari berbagai kalangan yang berbeda, termasuk menurut agama Kristen.Cukup banyak orang
Kristen, termasuk mahasiswa Kristen, yang takut atau antipati terhadap politik. Hal ini terjadi
akibat image negatif dari politik yang dianggap tempat iblis atau setan bermain. Adanya
konsep pemikiran seperti ini timbul karena mereka tidak memahami esensi dan makna politik
dengan benar. Sebab mau tidak mau masyarakat, khususnya umat Kristen, pasti dihadapkan
dengan masalah politik.Semakin banyak peran dan pengaruh gereja dalam politik diharapkan
semakin menunjukkan citra Kristus yang ada dalam setiap jemaat-Nya. Karena kita
diciptakan untuk menjadi kepala dan bukan ekor, serta manusia telah diberikan kuasa untuk
menaklukan dunia, meruntuhkan tembok yang berabad-abad telah memisahkan kekristenan
dengan dunia luar sehingga bisa membawa pembaharuan di negeri yang dipilih Tuhan untuk
kita berdiam.Dalam makalah ini kami menguraikan tentang politik, pandangan Alkitab dan
iman Kristen terhadap hal tersebut, aplikasinya, dan segala yang berhubungan dengan politik
menurut iman Kristen. Kami mengharapkan ada suatu pelajaran yang bisa dipetik dari
makalah ini dan setiap dari kita bisa mengaplikasikannya dalam hidup sehari-hari. Kami
mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu kami dalam
penyelesaian makalah ini. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini ada begitu banyak
kekurangan sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
menjadikannya lebih baik lagi.
Tim Penyusun
Kelompok ( )
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 3
B. Tujuan Masalah ................................................................................................ 3
PEMBAHASAN
1. PengertianPolitik........................................................................................................ 4
2. KeterlibatanLembaga-lembagaMasyarakatdalamPolitik .................................................. 4
3. KonsepAlkitabterhadapPolitik................................................................................................................. 5
a. PolitikKesejahteraan........................................................................................................................... 5
b. Realitas dan Pemaknaan Teokrasi................................................................................................... 6
i. Regnum Sacerdotale, Sacerdotal Kingdom
ii. KeteganganPengangkatanMelekh (Raja)......................................................................... 6
c. Berasaldari Allah ....................................................................................................... 8
4. TeologiPolitik Kristen di Indonesia ............................................................................... 9
5. Tanggung Jawab Sosial Politik Umat Kristen ................................................................. 10
6. Implikasi-implikasinya .......................................................................................... 11
7. Sikap terhadap Pemerintah yang Salah Menggunakan Otoritas....................................................... 12
8. EtikaPolitik ............................................................................................................ 13
BAB II
KESIMPULAN .............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................... 17
B. Tujuan Penulisan
Ada beberapa tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa pengertian system politik di Indonesia,
2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara agama dengan politik,
3. Bertujuan untuk menegakkan keadilan, mencegah anarkisme serta mewujudkan
kesejahteraan bagi seluruh rakyat.
4. Bertujuan untuk membentuk masyarakat yang damai sejahtera, adil dan tenteram.
5. Untuk melaksanakan aktifitas politik yang benar, demi bangsa dan Negara serta
kemuliaan Tuhan, bukan untuk kepentingan diri atau kelompok sendiri
Dilihat dari sisi etimologisnya, kata ‘politik’ berasal dari kata Yunani, yaitu Po’lis yang
diartikan sebagai kota (city). Dalam perkembangan berikutnya, kota-kota memperluas diri
atau menyatukan diri dan kemudian disebut negara. Sebagai ilmu, politik merupakan analisa
tentang pemerintahan, proses-proses di dalamnya, bentuk-bentuk organisasi, lembaga-
lembaga dan tujuannya (William Ebenstein; Political Science, 1972. p.309). Dalam bentuk
yang lebih operasional, politik merupakan pembuatan keputusan yang dilakukan masyarakat;
suatu pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijakan-kebijakan publik (Joice
&William Mitchel; Political Analysis and Public Policy, 1969. p. 4)Banyak pendapat
masyarakat mengenai definisi politik. Di antaranya yaitu menyatakan politik adalah proses
pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat bagi masyarakat/proses alokasi dan
distribusi inti proses politik adalah : Keputusan yang mengikat masyarakat, melibatkan
sejumlah ketentuan-ketentuan politik (partai politik,kelompok, kepentingan, dan sebagainya)
untuk kepentingan dan kebaikan bersama.
a) Politik Kesejahteraan
Perkatan politik muncul dengan tegas dalam Yeremia(29:7): And seek the peace of the
city … and pray to the Lord for it for in its peace you will have peace. (Holy Bibel: Gideon
International, 1980). Mencari atau mengupayakan kesejahteraan kota (politik), jelas
merupakan amanat Alkitab pada umat Tuhan. Dengan demikian, penataan politik tidak bisa
dilepaskan dari urusan Tuhan di segala tempat, ruang dan waktu.
Amanat atau perintah Alkitab untuk berpolitik bagi umat di dalam kitab Yeremia itu, tidak
serta merta diikuti dengan suatu bentuk atau sistem, apalagi yang menyangkut prosedur dan
mekanisme penataan politik yang detail. Pertanyaan penting muncul: Apakah Alkitab
memberi konsep kosong atau memberi keleluasaan kepada umat terutama para
pemimpinnya?
Tampaknya, jawaban yang ‘imaniah’ adalah: keleluasaan. Alkitab tidak memberikan
suatu paku mati, konsep baku dan menyeluruh menyangkut upaya perealisasian dari politik
itu. Formula politik itu tidak menjadi urusan Alkitab, tetapi menjadi suatu keharusan yang
dirumuskan umat Tuhan. Alkitab hanya memberikan suatu konsepsi yang sangat
fundamental: to seek peace (mengupayakan kesejahteraan politik). Kepada umat Tuhan,
Alkitab memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk merumuskan suatu formula
politik, baik itu menyangkut dasar dan sistem politik, bentuk, prosedur dan mekanisme
pemerintahan. Alkitab hanya memberi satu tekanan dan kepastian: kesejahteraan.
6. Implikasi-implikasinya
Sikap orang kristen dalam kehidupan politik hendaknya didasari atas penghayatan
Kekuasaan sebagai anugerah Allah
Kekuasaan bukan sesuatu yang buruk. Dengan demikian, jabatan dan kekuasaan itu
dipandang sebagai kesempatan untuk mengabdi kepada rakyat danTuhan.
Oleh sebab itu, orang kristen mempunyai kewajiban yang lebih berat dalam perkara politik
daripada orang lain. Sebab di bidang politik dan pemerintahan, peran orang kristen bukan
semata-mata demi kesejahteraan bangsa, tetapi yang terutama semuanya dilakukan untuk
kemuliaan nama Tuhan.
Otoritas yang berkuasa ditunjuk oleh Tuhan adalah Rasul Paulus pernah membuat pernyataan
yang jelas mengenai bagaimana kita seharusnya berespon terhadap otoritas. Dalam hal ini
kita seharusnya berespon terhadap otoritas “tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah
yang di atasnya” (Roma 13:1). Frasa setiap orang menyatakan tidak adanya pengecualian.
Kita sebagai orang kristen tidak boleh menentang otoritas yang sah didalam kehidupan kita.
Sebab tidak ada pemerintah yang tidak ditetapkan oleh Allah.
Pada zaman kita, otoritas memiliki reputasi negatif. Banyak pemimpin, baik dalam negara
maupun kalangan sosial, salah menggunakan otoritas yang dimiliki. Tidak heran rasa hormat
terhadap otoritas tampak seperti kebodohan yang naif. Namun kembali lagi, Tuhan
mengatakan kalau kita harus menghormati otoritas yang sah, tidak peduli bagaimanapun
otoritas tersebut karena “semua otoritas berasal dari Tuhan”. Bahkan dengan lebih tegas lagi,
semua otoritas ditetapkan oleh Allah. Banyak orang yang benar-benar bergumul dengan arti
8. EtikaPolitik
Arena politik merupakan ruang yang sangat memungkinkan bagi pemberlakuan syalom
Kerajaan Allah, tetapi sekaligus juga menjadi wilayah yang sangat terbuka bagi terjadinya
pemberontakan terhadap Allah. Absolutisme yang merupakan prerogatif Allah semata dan
tidak terbagi terhadap siapapun, ternyata dalam sejarah bisa ditarik dan diambil paksa oleh
manusia. Namun, selalu ada konsekuensi dari sikap pemberontakan itu, yang selalu
merugikan pihak manusia, termasuk orang-orang yang saleh.
Etika politik sesungguhnya berbicara pada tatanan nilai tentang negara dan proses-prosesyang
manusiawi di dalamnya. Kesadaran tentang keberdosaan manusia dan kecenderungannya
untuk menjadi ilah, membuka kesadaran perlunya batas-batas etis menyangkut proses dan
perilaku politik dalam suatu negara. Karena itu politik tidak bisa dibiarkan berjalan begitu
saja, hanya sekadar diurus orang-orang tertentu atau diserahkan kepada para politisi semata.
Lembaga-lembaga yang ada di dalam masyarakat, terutama kelompok-kelompok
kepentingan, termasuk lembaga keagamaan, merupakan kekuatan tersendiri untuk
mempengaruhi kebijakan publik atau keluarnya suatu peraturan. Lembaga-lembaga yangada
itu dapat mendengar dan menyalurkan berbagai keprihatinan dan aspirasi yang ada ditengah-
tengah sekelompok masyarakat untuk menekan penguasa memberi perhatian atau
mengeluarkan kebijakan pada tuntutan masyarakat tersebut.
Pendidikan politik suatu bangsa akan berjalan dengan baik di dalam dan melalui proses
kesadaran kelompok-kelompok yang ada di dalam masyarakat untuk terus menerus
membiasakan diri melakukan kritik dan kontrol terhadap proses politik yang sedangberjalan.
Suatu bangsa atau negara, yang berjalan dalam situasi demikian, akan membiasakan dirinya
terbuka dan siap melakukan perbaikan. Di samping itu, politik tidakakan menjadi suatu potret
seram yang menakutkan, tetapi sesuatu yang wajar dan biasa-biasa saja. Kritik tidak akan
dianggap sebagai ancaman, dan para pengritik tidak diperlakukan sebagai musuh.
Perubahan-perubahan yang dilakukan penguasa terhadap kebijakannya yang salah atas
desakan masyarakat merupakan pendidikan politik yang paling baik. Dengan itu akan lahir
kebiasaan-kebiasaan yang positif, yang pada akhirnya akan berujung pada suatu karakter
politik yang terbuka dan mau berubah ke arah yang lebih baik dan maju. Kebiasaan-
kebiasaan baik yang berjalan dalam pemerintahan itu, akan menjadi etika politik suatu
bangsa.
KESIMPULAN
Dalam dunia politik dan hukum, sikap gereja yang perlu dkembangkan adalah sikap
positif, kritis, dan kreatif. Positif artinya memandang dunia politik sebagai bidang pengabdian
dan pelayanan panggilan dari Tuhan serta karena itu berasal dari pandangan positif ketika
kita memberikan kontribusi sesuai iman Kristen. Kritis artinya tidak ragu-ragu memberI
kritik jika penguasa berbuat kesalahan, menyimpang dari hukum dan prinsip-prinsip yang
berlaku. Kritik yang sesuai dengan etika Kristen adalah kritik yang konstruktif (membangun,
santun, dan memperdayakan), bukan kritik yang destruktif (menjatuhkan, vulgar, dan mencari
kesalahan). Kreatif artinya berusaha memberikan terobosan atau alternative baru di tengah
kebuntuan terhadap politik. Kita harus mampu berkomunikasi terbuka dan dialogis, tidak
alergi terhadap perubahan.
Selain itu, gereja juga dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam bidang politik dan
hukum antara lain:
a) Gereja perlu terlibat dalam politik dan hukum. Dalam arti yang luas, ia mengikuti
dengan seksama berbagai perkembangan politik.
b) Gereja perlu melakukan pertemuan konsultatif secara berkala dengan anggota-
anggota jemaatnya yang terlibat dalam politik praktis.
c) Gereja juga perlumen dengar masukan dari berebagai LSM ataupun
perguruantinggi Kristenyang menaruh perhatian terhadap kehidupanpolitik.
d) Gereja perlu menyelenggarakan berbagai pembinaan ataupun juga forum diskusi
yang menggumuli masalah-masalah dan etikan sebagai anggota jemaatnya
sehingga pemahaman salah yang dimiliki oleh
e) Anggota dapat dipatahkan dengan memper dalam kehidupan politik sesuai
apasitas dan kemampuannya.
f) Gereja perlu terlibat dalam forum-forum dialog antarumat beragama.
Max Weber: Ancient Judaism, trans.: Hans Gerth & Dona Matindale, Illionis, The Free Press
1952
Bagaimana Anda Meresponi Ketika Anda Diperlakukan Tidak Adil, Jakarta: Light
Publishing
http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=786&res=almanac/
http://syehaceh.wordpress.com/2009/03/17/pengertian-hukum-dan-norma-serta-hierarki-
perundang-undangan-di-indonesia
/http://sobatbaru.blogspot.com/2008/11/pengertian-hukum.html