Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

METODE PELAKSANAAN BEKISTING

KOLOM SILINDER

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

Teknologi Perancah dan Acuan

Yang dibina oleh Drs. H. Sugiyanto, S.T., M.T.

Oleh :

Fian Muslim Aditya 170522526533

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Februari 2019
BAB I
MIND MAP PEKERJAAN
A. MIND MAP

JOB JOB
DEPSCRIPTION ACCTIVITY
N

JOB
PROGRAM

JOB JOB
CONNECTIVITY SAFETY
N

Keterangan :

• JOB DESCRIPTION : Deskripsi tentang pekerjaan yang


akan dilakukan, termasuk penjelasan alat dan bahan
• JOB ACCTIVITY : Penjelasan kegiatan aktifitas yang
akan dilakukan pada pekerjaan konstruksi tersebut. Pada
makalah ini menjelaskan tentang aktivitas kegiatan pekerjaan
bekisting pondasi pelat setempat
• JOB CONNECTIVITY : Penjelasan bagian pekerjaan masing
– masing jabatan kerja. Seperti supervisor,mandor, tukang dan
kuli
• JOB SAFETY : Penjelasan alat keamanan yang
harus dipenuhi oleh para pekerja baik manajemen atau pekerja
kasar
BAB II
PEMBAHASAN
JOB PROGRAM BEKISTING KOLOM SPIRAL (BULAT)

1. Job Description (Deskripsi Pekerjaan)

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur


yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen
struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu
bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi
kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang
bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur
(Sudarmoko, 1996).
SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah
komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga
beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang
paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.Jenis-Jenis Kolom
enurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis kolom ada tiga,
yaitu :
Kolom ikat (tie column).
Kolom spiral (spiral column).
Kolom komposit (composite column).
Adapun pekerjaan ini memerlukan alat dan bahan perancah
acuan sebagai berikut :

A. BAHAN
1. Bekisting Plywood, minimal 12 mm
2. Papan kayu
3. Sekur/Paku baut
4. Paku kaso
5. Paku papan/plywood
6. Kayu lapis

B. ALAT
1. Palu
2. Tang
3. Linggis
4. Benang
5. Penyiku
6. Pensil/spidol

C. FUNGSI ALAT BAHAN


1. Papan (Playwood)
Kayu ini berupa papan dengan ukuran lebih kurang 1,5 x 15 x 300 cm,
berasal dari kayu meranti, kerugian dan sebaginya dan sering disebut
kayu terentang. Selain ukuran diatas, untuk saat sekarang banyak
dipakai kayu berukuran 2 x 20 x 400. Kayu ini di pasaran dikenal dengan
nama “kayu borneo”. Papan ini dapat dipakai sebagai bahan acuan,
sekur tiang perancah balok dan lantai, papan landasan.

2. Balok (Kayu Kaso)


Balok yang digunakan dalam pekerjaan acuan dan perancah berukuran
lebih kecil, misalnya 4/6 x 400 maupun 5/7 x 400. Kayu ini biasa dipakai
sebagai bahan tiang perancah, gelagar, pengaku, sekur perancah kolom
tunggal, dan sebaginya.

3. Kayu lapis/Multipleks
Kayu lapis atau multipleks atau playwood adalah lembar kayu yang
diproses secara mekanis dan mempunyai berbagai ketebalan. Kayu lapis
yang dimaksud disini yang mempunyai ketebalan 1,8 cm, panjang 244
cm, dan lebar 142 cm (1,8 x 142 x 244 cm). Bahan ini biasanya dipakai
sebagai papan acuan lantai, dinding, balok, dan sebaginya, tetapi yang
paling cocok sebagai bahan acuan yang mempunyai ukuran yang
cukuplebar seperti lantai maupun dinding karena tidak terlalu banyak
menyambung.

4. Paku
Untuk merangkaikan atau menyambung bagian bekisting yang satu
dengan yang lainnya diperlukan bahan salah satunya diantaranya adalah
paku. Paku yang umum dipakai adalah paku yang tidak disepuh dengan
berbagai diameter maupun panjang tergantung dari ketebalan kayu yang
disambung. Menyangkut panjang paku yang diperlukan, bahwa tidak
dibenarkan jika ujung paku yang keluar dari sambungan dibengkokkan,
karena akan mempersulit pada waktu pembongkaran yang akhirnya
akan banyak merusakkan bahan kayu.

Tabel Kebutuhan Volume Bahan Bekisting


Bahan Ukuran Volume
Multipleks P = 100 cm 10.000 cm3
L = 100 cm / 10m3
Kasau 4/6 P = 100 cm 10.000 cm3
L = 100 cm / 10m3
Reng 2/3 4 cm 2 m x 1 m = 2 m = 65 gram
Paku 2” – 5” 7 cm 2 m x 1 m = 2 m = 120 gram
Fungsi Alat Pekerjaan :

1. Meteran
Meteran berguna untuk menentukan segala ukuran panjang yang meliputi
ukuran bahan bagian bekisting maupun ukuran konstruksi yang akan
dibentuk.
2. Gergaji
Peralatan ini berfungsi untuk memotong bahan sesuai dengan kebutuhan.
3. Gergaji Dolken
Gergaji ini khusus berfungsi untuk memotong kayu dolken atau kaso.
Gergaji ini terdiri atas tangkai dan mata gergaji berupa pita yang bisa
dilepas-lepas dan mempunyai mata yang cukup besar. Gergaji ini khusus
dirancang untuk keperluan memotong secara cepat, tetapi hasilnya kasar.
Untuk pembuatan patok yang ujung bawahnya perlu diruncingkan agar
dapat dengan mudah masuk ke dalam tanah, maka gergaji ini cocok untuk
digunakan.
4. Siku-siku
Adakalanya diperlukan kesikuan dari suatu pekerjaan misalnya acuan
kolom, acuan balok, dan sebagainya. Untuk mengukur kesikuan digunakan
alat siku dari logam, tetapi untuk menentukan kesikuan pekerjaan lainnya,
misalnya titik sudut siku bangunan dapat digunakan metode segitiga siku
siku dengan perbandingan sisi-sisinya 3:4:5 atau menggunakan alat prisma
segitiga maupun prisma segilima pentagon.
5. Palu
Palu yang dimaksud adalah palu untuk keperluan memalu atau
membenamkan paku yang mempunyai berat kurang dari 0,5 kg jenis palu
yang cocok mempunyai bagian yang bisa untuk mencabut paku cakar.
6. Palu Godam (Besi)
Palu godam digunakan untuk membenamkan patok kayu ke dalam tanah
pada waktu pembuatan papan duga maupun patok-patok untuk keperluan
bekisting pondasi. Palu ini mempunyai berat 1 kg atau lebih. Dibutuhkan 3
kg pada pembuatan pondasi setempat.
7. Ketam/Penyerut
Guna meluruskan bagian acuan yang akan disambung yang memerlukan
tingkat kerapatan cukup, maka bidang kontak sambungan perlu diketam.
8. Gergaji mesin tangan
Gergaji ini digunakan untuk mempercepat proses penggergajian terutama
untuk membelah papa, jika digunakan gergaji biasa, maka akan terlalu
banyak memerlukan waktu.
9. Unting-unting
Alat ini berguna untuk menentukan dan mengontrol ketegakan dari
bekisting yang dibuat, terutama pada kolom.
10. Selang Plastik dan Air
Slang plastik berguna untuk membantu menentukan elevasi dari bagian
bekisting yang memerlukannya.
11. Waterpas
Waterpas merupakan alat untuk menentukan dan mengontrol kedataran
maupun ketegakan bekisting. Alat ini terbuat dari kayu atau logam
(aluminium) dilengkapi nivo tabung berisi cairan dan gelembung udara.
Bekisting dinyatakan vertikal atau horizontal apabila posisi gelembung
udara berada di tengah-tengah.
12. Pensil
Pekerjaan bekisting tidak lepas dari pengukuran panjang, untuk memberi
tanda tertentu pada bekisting diperlukan pensil (tukang), misalnya panjang
elevasi dan sebaginya.
13. Benang
Bahan/alat ini berguna untuk pedoman dalam menentukan kelurusan atau
kedataran titik-titik di antara dua titik yang telah ditentukan
kedudukannya.
2. Job Activity (Aktifitas Pekerjaan)

A. Prosedur
- Multipleks ukuran 122x244 cm2 dibagi menjadi ukuran beberapa bujur
sangkar ukuran 40x40 cm2 dan dibagi dua kemudian pada bagian
tengahnya dipotong setengah lingakaran.
- Kemudian antara bagian multipleks atas dan bawah disambung sehingga
menyerupai tabung dengan menggunakan reng 2/3 dan bagian dalam
dibungkus dengan menggunakan multipleks 1mm atau 3mm, sehingga
hasil cor menjadi mulus.
- Setelah dibuat beberapa set bekisting, bekisting dapat disusun dengan
ketinggian tertentu, dan “dikunci” menggunakan kaso 4/6 agar saat
melakukan pengecoran kolom, bekisting tidak “goyah”, kuncian ini juga
diterapkan agar bekisting nanti bisa dengan mudah dibuka dan
dipindahkan untuk membuat kolom lingkaran berikutnya.

-
Gambar Bekisting Kolom Lingkaran
3. Job Connectivity (Konektivitas Pekerjaan)

1. Project Manager (PM)


PM merupakan jabatan tertinggi pada proyek. Ia merupakan orang yang
paling bertanggung terhadap kelancaran dan berjalannya proyek baik secara
pelaksanaan maupun administrasi. Ia juga bertanggung jawab memastikan
semua divisi berjalan sesuai fungsi dan tugasnya masing-masing.
2. Site Manager (SM)
Pada proses pembangunan konstruksi PM bertanggung jawab atas segala
pekerjaan pada pekejaan proyek, memberikan instruksi kepada tim untuk
mengerjakan dan menyelesaikan proyek.
3. Site Engineer (SE)
Posisi atau jabatan SE bertanggung jawab untuk merealisasikan proyek
yang dalam bentuk visual menjadi aktual, yang artinya SE menjabarkan
softdrawing (gambar kerja) untuk kemudian di realisasikan pada proyek.
Pada beberapa proyek besar SE dibagi menjadi tiga bagian, SE pekerjaan
arsitektur, SE pekerjaan struktur, dan SE pekerjaan mekanik dan elektrik.
4. Quality Control (QC)
Bertanggung jawab atas mutu pekerjaan lapangan, prosedur pekerjaan dan
kulitas material yang digunakan. Apabila dalam pelaksaan pekerjaan
dilapangan tidak sesuai dengan prosedur atau stadard yang digunakan QC
memiliki wewenang untuk menghentikan pekerjaan tersebut.
5. Quality Surveyor (QS)
Bertangging jawab atas alur administrasi pada proyek terutama pada bagian
keuangan proyek seperti, opname pekerjaan (pembayaran mandor/subcont)
dan penagihan ke pemilik proyek (cashflow) dan juga melakukan
perhitungan volume pekerjaan, jadwal pekerjaan, menghitung kebutuhan
meterial.
6. Supervisor (SPV)
Bertanggung jawab untuk mengawasi pekerjaan di lapangan, mengarakan
pekerja dan membantu QC mengawasi atau mengontrol pekerjaan di
lapangan apakah telah sesuai dengan prosedur atau tidak.
7. Drafter
Bertanggung jawab dalam pembuatan softdrawing atau gambar rencana
dengan berkordinasi dengan SE untuk meentukan gambar rencana yag
diperlukan.
8. Surveyor
Bertanggung jawab dalam pekerjaan pengukuran, penentuan elevasi, dan
marking atau letak pada proyek atau bangunan yang akan dikerjakan.
9. Logistic
Bertanggung jawab akan ketersedian material dan kebutuhan dalam proyek
yag berkordinasi langsung dengan QS untuk pengadaan material atau alat
yang dibutukan.
10. Safety
bertanggung jawab atas keselamatan para pekerja proyek, agar tidak terjadi
kecelakaan dalam bekerja, membuat antisipasi maupun mengawasi
langsung para pekerja atau dapat diartikan sebagai pengawas kesehatan dan
kesematan kerja (K3) pada proyek.
Konektivitas Pekerjaan Bekisting Kolom Spiral (Bulat)

1. Mandor
Staf kontraktor yang mengawasi pelaksanaan pekerjaan lapangan
serta bertanggung jawab penuh kepada Pelaksana Teknis Lapangan
2. Tukang
Harus ahli dalam bidangnya berdasarkan pengalaman dan cara
kerja yang sederhana
3. Pekerja
Membantu pekerjaan tukang
4. Job Safety (Keselmatan Kerja)

Job safety analysis atau JSA adalah teknik manajemen keselamatan yang
berfokus pada identifikasi bahaya dan pengendalian bahaya yang berhubungan
dengan rangkaian pekerjaan atau tugas yang hendak dilakukan, dimana JSA ini
berfokus pada hubungan antara pekerja, tugas atau pekerjaan, peralatan dan
lingkungan kerja.

• Safety atau K3 dalam pekerjaan pondasi batukali (menerus) sebagai


berikut:

Safety glove (sarung tangan) Safety vest (rompi)


Safety shoes (sepatu boots) Safety helmet (helm proyek)

Fungsi JSA

Dibawah ini terdapat beberapa kegunaan job safety analysis (JSA)


yang dibuat untuk sebagai berikut :

1. Mengenali “hazards” pada suatu pekerjaan.

2. Menaksir kemungkinan untuk merugikan pada orang, peralatan dan


lingkungan dari suatu “hazards”.

3. Memikirkan langkah untuk mengendalikan resiko yang berhubungan


dengan suatu “hazards”.

4. Memeriksa metoda kerja dan mengembangkan suatu prosedur kerja yang


aman.

5. Menyediakan suatu pendekatan yang konsisten kepada semua karyawan


dan kontraktor dengan mematuhi pada manajemen resiko pekerjaan.
Tujuan job safety analysis (JSA)

Adapun tujuan job safety analysis (JSA) memiliki beberapa tujuan


yang diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Penelaahan risiko pada task-task yang ada pada suatu pekerjaan.


Memikirkan cara yang paling safe untuk itu.

2. Pelaku job safety analysis (JSA) harus menyelediki segala jenis hazard
yang terdapat pada masing-masing task.

3. Memikirkan cara untuk mencegah terjadinya cidera, atau kecelakaan.

4. Membantu pembuatan Prosedur Kerja yang safe (SOP).

Kesimpulan mengenai job safety analysis

Job safety analysis (JSA) bermanfaat untuk mengidentifikasi dan


menganalisa bahaya dalam suatu pekerjaan sehingga bahaya pada setiap
jenis pekerjaan dapat dicegah dengan tepat dan efektif.

Selain itu, JSA juga dapat membantu pekerja memahami pekerjaan


mereka lebih baik khususnya memahami potensi bahaya yang ada dan dapat
terlibat langsung mengembangkan prosedur pencegahaan kecelakaan.

Anda mungkin juga menyukai