Anda di halaman 1dari 5

SISTEM STRUKTUR VERTIKAL

BANGUNAN TINGGI (HIGH RISE BUILDING)

Istilah bangunan tinggi sebenarnya tidak khusus dipakai pada situasi yang berkaitan dengan
ketinggian atau jumlah lantai bangunan. Sebuah bangunan dianggap tinggi ketika analisa
struktur dan perancangannya, dalam beberapa hal, dipengaruhi oleh beban lateral.
Jumlah material yang diperlukan dalam sebuah bangunan tinggi untuk menahan beban
gravitasi hampir linier dengan ketinggiannya. Namun, jumlah material yang sama untuk
menahan beban lateral (utamanya beban angin) akan bertambah sebesar kuadrat kecepatan
angin. Konsep penyaluran beban gravitasi dan beban angin dengan menggunakan dua atau
lebih sistem struktur yang terpisah, memberikan sejumlah fleksibilitas pada rangka eksterior
dan sebuah core dalam dengan pengaku wind-bracing. Hal ini dapat mengurangi berat
bangunan secara signifikan.

Kinerja dan Integrasi Sistem

Integrasi sistem bangunan merupakan serangkaian tindakan untuk menciptakan keseluruhan


fungsi bangunan yang memuat semua sistem dalam bangunan berikut kombinasinya.
Beberapa kriteria integrasi sistem bangunan tersebut meliputi: konservasi energi, kelayakan
fungsional, kekuatan dan stabilitas, keawetan, pengamanan kebakaran, ketahanan terhadap
cuaca, kenyamanan visual dan akustik, serta nilai ekonomis; kesemuanya hanya bisa dicapai
ketika bangunan menunjukkan kinerjanya secara utuh dan terintegrasi. Dengan demikian,
pemahaman terhadap pengaruh masing-masing kombinasi dari sistem-sistem tersebut untuk
mencapai kinerja bangunan menjadi sangat penting.
Ketika bangunan menjadi semakin tinggi, makin canggih dan 'cerdas', integrasi dari beragam
aspek fisiologis, psikologis, sosiologis, ekonomis, dan ketersediaan teknologi sangatlah
diperlukan. Sebuah bangunan harus dapat berunjuk kerja secara fungsional terhadap
perubahan-perubahan lingkungan seperti kelembaban, suhu, pergerakan udara, radiasi,
unsur kimia dan biologi, atau kerusakan lingkungan seperti kebakaran atau bencana banjir.
Bangunan juga harus dapat memenuhi persyaratan hunian ruang-ruang dalamnya terhadap
parameter-parameter eksternal. Secara umum, bangunan tinggi harus dapat menjalankan
fungsinya sebagai berikut:
(1) Kinerja spasial (spatial performance)
(2) Kinerja suhu (temperature performance)
(3) Kualitas udara ruang dalam (indoor air quality)
(4) Kinerja akustik (acoustical performance)
(5) Kinerja visual (visual performance)
(6) Keterpaduan bangunan (building integrity)
Untuk mencapai semua kinerja tersebut diperlukan keterpaduan di antara semua pihak yang
terlibat dalam proses pendirian bangunan; pengembang, perancang, para profesional
bangunan, pihak pabrikasi, maupun para pekerjanya.

Hal-hal yang harus diperhatikan, khususnya dalam perencanaan bangunan tinggi, adalah
sebagai berikut:

MASALAH UTAMA KONSTRUKSI


- Pemikulan Beban - stabilitas yang dikembangkan selama proses konstruksi (pengecualian
untuk temporary works)
- Konstruksi Rangka - meliputi stabilitas, hubungan kaku, pengaku, dan dindind-dinding
geser
- Struktur-struktur Khusus - jembatan, struktur ruang, proses pendirian, kepekaan terhadap
pembebanan-pembebanan tak lazim

KEAMANAN/KESELATAMAN DAN INSTABILITAS KONSTRUKSI


- Batas/ambang Keselematan - dicapai melalui perancangan yang akurat
- Perbedaan Karakteristik - misalnya penggabungan antara konstruksi in-situ dengan pre-
cast pre-stressed

1
- Instabilitas Konstruksi - misalnya dalam pemakaian perancah untuk konstruksi cangkang
atau konstruksi yang menggunakan udara

PERGESERAN STRUKTUR
- Kondisi Tanah - fleksibilitas struktur ketika terjadi pergeseran
- Pengaruh Rancangan dan Pendetailan Bangunan

INSTALASI PERALATAN SERVIS


- Hubungan antara penggunaan bangunan dan strukturnya
- Penyediaan Alat-alat Servis - baik secara horisontal maupun vertikal; ducting, ruang
plafon, lubang/saluran pada plat lantai atau balok
- Integrasi Instalasi

2
KONSEP SISTEM STRUKTUR VERTIKAL

Sistem struktur vertikal dapat didefinisikan sebagai penyatuan elemen-elemen yang secara
vertikal tahan terhadap gaya lateral dan secara kaku tertancap ke tanah, serta mampu
menyalurkan beban dari bagian-bagian horisontalnya ke tanah melalui pondasi, atau sistem
struktur yang tugas utamanya mengumpulkan beban dari permukaan-permukaan horisontal
yang terhubung kaku satu dengan yang lain dan menyalurkannya secara vertikal ke bawah.
Dengan demikian, sistem struktur vertikal dapat ditinjau dari aspek-aspek: sistem
pengumpulan beban, sistem penyaluran beban, dan sistem stabilisasi lateral.
Karena ketinggian dan sifatnya yang merupakan gabungan dari sejumlah besar pembebanan
horisontal, stabilisasi leteral merupakan hal yang sangat penting dalam perancangan sistem
struktur vertikal. Dari ketinggian tertentu terhadap tanah, gaya horisontal seringkali menjadi
faktor penentu dalam desain.
Sistem struktur vertikal merupakan instrumen dan pola bagi penentuan konstruksi bangunan
tinggi. Dalam kapasitas ini, sistem ini juga menjadi faktor penentu dalam pembentukan kota
modern.Dalam perancanaan kota, sistem struktur vertikal turut berperan dalam menentukan
dimensi tinggi dari kota tersebut.
Sistem ini mensyaratkan kesinambungan elemen-elemen yang mampu menyalurkan beban
ke tanah; sehingga membutuhkan keseragaman titik pengumpulan beban dari masing-
masing lantai atau bagian. Distribusi titik-titik pengumpulan beban, dengan demikian, tidak
hanya ditentukan berdasarkan pertimbangan efisiensi struktur, namun juga berdasarkan
pemanfaatan atau penggunaan lantai-lantainya.

Sistem struktur vertikal dapat dibedakan atas perbedaan sistem pengumpulan beban pada
masing-masing lantainya. Dalam sistem kompartemen, titik-titik pengumpul beban
didistribusikan merata pada seluruh permukaan lantai, sementara pada sistem bentang-
bebas titik tersebut diletakkan saling tegak lurus, dan pada sistem kantilever, titik tersebut
diletakkan terkumpul pada zona terpusat.
Pada bangunan tinggi, sistem pengumpulan beban memiliki hubungan yang sangat erat
(interlocked) dengan konfigurasi dan organisasi lantainya. Untuk memberikan kondisi yang
sesuai bagi fleksibilitas perencanaan lantai ruangan, perancangan sistem struktur vertikal
juga memberikan kesempatan dalam pengurangan jumlah dan ukuran elemen-elemen yang
digunakan untuk menyalurkan beban secara vertikal.
Karena kebutuhan kesinambungan penyaluran beban vertikal, sistem struktur vertikal pada
umumnya dibentuk oleh kesinambungan unsur-unsur vertikalnya yang juga membentuk
perwajahan (facade)-nya.

3
SISTEM PENAHAN GAYA GRAVITASI

Beban gravitasi merupakan beban yang berasal dari beban mati struktur dan beban hidup
yang besarnya disesuaikan dengan fungsi bangunan. Struktur lantai merupakan bagian
terbesar dari struktur bangunan, sehingga pemilihannya perlu dipertimbangkan secara
seksama, di antaranya:
Pertimbangan terhadap berat sendiri lantai, makin ringan beban lantai, makin berkurang
dimensi kolom dan fondasinya serta makin dimungkinkan menggunakan bentang yang lebih
besar.

4
Kapasitas lantai untuk memikul beban pada saat pekerjaan konstruksi.
Dapat menyediakan tempat/ruang bagi saluran utilitas yang diperlukan.
Memenuhi persyaratan bagi ketahanan terhadap api.
Memungkinkan bagi kesinambungan pekerjaan konstruksi, jika pelaksanaan
pembangunannya membutuhkan waktu yang panjang.
Dapat mengurangi penggunaan alat-alat bantu pekerjaan dalam pembuatan pelat lantai
(perancah - steiger).
Sistem struktur lantai biasanya merupakan kombinasi dari pelat dengan balok induk (girder)
atau anak balok (beam) atau rusuk (rib / joist), yang ketebalannya tergantung pada bentang,
beban, dan kondisi tumpuannya.

Anda mungkin juga menyukai