BAB I
PENDAHULUAN
1
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
2. Menentukan dan merencanakan sistem saluran dalam suatu pembuatan produk coran
logam.
3. Mengetahui beberapa proses atau teknik dalam pembuatan cetakan.
4. Mengetahui besaran-besaran atau parameter proses yang terlibat dan berpengaruh
terhadap cetakan yang dibuat.
5. Merencanakan dan membuat barang jadi melalui teknik pengecoran logam.
6. Mengetahui cara-cara pengujian kualitas pasir cetak untuk proses pengecoran logam.
7. Dengan melakukan praktikum ini, diharapkan Mahasiswa (praktikan) memiliki
pengalaman praktek dalam proses produksi/manufaktur melalui proses pengecoran
logam.
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa mampu membuat rancangan dasar observasi: tujuan observasi, subjek
observasi, tempat observasi, waktu observasi, strategi observasi.
2. Mahasiswa mampu menyusun rancangan strategi observasi, melakukan observasi di
lingkungannya baik aspek sosial maupun kondisi laboraturium.
3. Mahasiswa mampu menyusun laporan observasi: analisis, interprestasi dan
penyimpulannya.
1.5 Metodologi
Tahapan dalam penyelesaian laporan praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Study Literature
2
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
3
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
BAB II
TEORI DASAR
4
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
5
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
4. Pasir cetak ditimbun diatasnya dan dipadatkan dengan penumbuk. Diusahakan pola
tidak bergeser.
5. Cetakan dibalik dan diletakkan pada papan cetakan, dan setengah pola lainnya bersama-
sama rangka cetakan untuk kup dipasang diatasnya, kemudian bahan pemisah
ditaburkan dipermukaan pisah dan dipermukaan pola.
6. Batang saluran turun dan pola penambah dipasang kemudian pasir cetak dimasukkan
dan dipadatkan.
Cup dan drag dipisahkan, kemudian pola diambil dan inti dipasang selanjutnya
cup dan drag disatukan lagi.
6
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
7
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
8
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
9
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
10
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
Pasir Silika
Pasir silika memberikan ketahanan panas dan permeabilitas pada pasir. Ukuran besar
butir pasir mempengaruhi sifat-sifat pasir seperti ketahanan panas, permeabilitas, plastisitas
kehalusan permukaan, kekuatan dan segalanya. Butir halus akan menata lebih rapat dengan
yang lain sehingga permeabilitasnya rendah. Tetapi butir halus menghasilkan kekuatan
lebih besar dan kecenderungan cetakan untuk berubah bentuk, serta memberi permukaan
yang halus. Butir pasir yang kasar memberikan permeabilitas yang tinggi, mampu alir yang
baik dan ketahanan panas yang maksimum. Biasanya cetakan pasir mempunyai ukuran
butir 0,1-1 mm.
Besar butir pasir dibedakan menjadi tiga, yaitu: halus, sedang dan kasar. Butir halus
biasanya digunakan untuk benda cor yang rumit. Sedangkan bila benda cor yang dibuat
berukuran besar, sebaiknya digunakan butiran pasir yang kasar sehingga pengeluaran gas-
gas yang timbul selama penuangan berlangsung dengan cepat.
11
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
memecah kwarsit. Semuanya mempunyai bagian utama SiO2 dan terkandung kotoran-
kotoran seperti mika dan felspar. Pasir pantai dan pasir kali terutama berisi kotoran seperti
organik yang banyak
1. Butir bulat terbentuk karena butir-butir itu saling bergesekan berulang-ulang akibat
adanya angin, gelombang atau aliran angin, sehingga menghasilkan bentuk bulat.
Bentuk ini dalam struktur pemadatan mempunyai singgungan yang kecil satu sama lain
sehingga permabilitasnya naik. (Tata Surdia, Kenji Chi Jiwa. Hal 111)
2. Butir bersudut sebagian terjadi karena angular grains saling bergerak dan bertumbukan
sehingga sudutnya pecah dan terbentuklah sub-angular grains. Permabilitas butiran ini
lebih rendah dibanding rounded grains tetapi, kekuatannya lebih baik.
3. Butir bersudut terbentuk karena dekomposisi batu-batuan tanpa adanya gerakan. Ini
berhubungan dengan musim dan aksi glacial. Butir ini mempunyai batas sudut-sudut,
permukaannya hampir datar. Butir ini masih memberi kekuatan yang lebih besar dan
permabilitasnya lebih kecil pada cetakan.
4. Butir berkristal dalam beberapa kasus butir ini saling berkaitan dan tidak memisah
ketika diayak. Butir ini mungkin salah satu atau kombinasi dari ketiga butir diatas. Butir
ini tidak baik karena cenderung pecah pada temperature tinggi.
12
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
13
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
Gambar 2.9 Pengaruh Kadar Air dan Kadar Lempung pada pasir diikat Lempung
(Sumber : Tata Surdia, Khenji Chi Jiwa. hal 112)
14
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
Gambar 2.10 Pengaruh Kadar Air dan Bentonit pada pasir diikat Bentonit
(sumber : Tata Surdia, Khenji Chi Jiwa. hal 112)
Kadar air yang membuat kekuatan maksimum dan yang membuat permeabilitas
maksimum pada umumnya tidak sama. Gambar 2.10 menunjukkan antara kadar air,
kekuatan dan permeabilitas dari pasir dengan pengikat bentonit. Kalau kadar air
bertambah, kekuatan dan permeabilitas naik sampai titik maksimum dan menurun kalau
kadar air bertambah terus seperti ditunjukkan gambar 2.10. Untuk pasir dengan pengikat
bentonit, kadar air yang menyebabkan kekuatan basah maksimum dan yang menyebabkan
permeabilitas maksimum sangat berdekatan satu sama lain. (Tata surdia, Kenji Chi Jiwa.
hal 112)
15
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
cetakan dan penguapan air dari permukaan cetakan. Hal terakhir meninggikan kekerasan
permukaan cetakan. Derajat kenaikan kekerasan tergantung pada sifat campuran pasir,
derajat kenaikan kekerasan tergantung pada sifat campuran pasir, derajat pemadatan atau
keadaan sekeliling cetakan (temperature udara luar, kelembaban, dan seterusnya).
Penguapan air membuat permukaan cetaka dari pasir yang dicampur bentonit menjadi
getas. Karena itu laju penguapan air harus diatur.
Kekutan tekan kering dari pasir dengan pengikat lempung mempunyai hubungan
dengan cacat “terpotong“ yang terjadi pada waktu penuangan. Kekuatan tekan kering
cenderung menyebabkan cacat terpotong, sedangkan kekuatan tekan yang berlebihan
membuat pembongkaran yang susah.
16
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
1. Fire clay
Fire clay adalah lempung tahan panas, biasanya didapat dalam tabung batu bara.
Gumpalan-gumpalan hitam keras dijemur dan kemudian dilembutkan dan digunakan dalam
cetakan pasir. Partikel-partikelnya 400x partikel bentonit. Dalam prosentase yang sama,
fire clay memberi kekuatan yang lebih rendah pada cetakan.
2. Bentonit
Bentonit adalah lempung yang paling lazim digunakan karena memberikan pengikatan
yang sangat kuat pada cetakan. bentonit merupakan hasil dekomposisi akibat cuaca dari
debu vulkanik. Bentuknya berupa serbuk putih yang halus.
3. Illete
Illete merupakan dekomposisi dari material yang mengandung silika karena cuaca.
Ini didapat dalam pasir cetak alam. Partikel illete mempunyai ketebalan ± 20 milimicron
dan diameter ± 200 milimicron. Mempunyai penyusutan karena kehilangan air, memberi
kekuatan yang sedang dan temperatur pelunakan 13700C.
4. Koalinite
Koalinite adalah sisa-sisa pelapukan granit dan basalt. Ini mengandung kaolinite
60%, 30% dan quarsa 10%. Partikel ini mempunyai tebal 20 milimicron dan lebar antara
100 ÷ 250 milimicron dan mempunyai karakteristik :
a. Penyusutan karena kehilangan air rendah.
b. Pengembangan karena air sangat rendah.
c. Tidak membentuk gel.
Dalam proses pembentukan ikatan antara pengikat dengan pasir cetak, ada teori
yang menjelaskan :
a. Block and wedge theory
Block and wedge theory didasarkan pada gesekan antar partikel dibawah tekanan.
Partikel-partikel pasir atau pasir lempung bereaksi sebagai penghalang dan penghambat.
Saat dipadatkan, terjadi desakan berulang-ulang. Gesekan antar partikel ini menghasilkan
ikatan dan tahan terhadap deformasi lebih jauh
17
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
18
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
19
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
Gambar 2.11 ukuran cawan tuang Gambar 2.12 Cawan tuang dengan inti pemisah
(Sumber : Tata Surdia, Kenji Chi Jiwa.Hal 66)
20
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
menjamin rongga cetakan terisi penuh tanpa menimbulkan laps, seams atau mis-run serta
mencegah terjadinya aspirasi gas. Bentuk sprue harus tirus ke bawah dengan tujuan untuk
menghindari terjadinya aspirasi gas dan kerusakan logam. Dasar sprue dibuat lebih besar
dan lebih dalam daripada runner. Bagian yang dibuat lebih dalam dan lebih besar ini
disebut spruewell yang berfungsi untuk menyerap energi kinetik.
(a) Terjadi aspirasi
(b) Tidak ada aspirasi dan turbulensi
21
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
3. Pengalir
Pengalir biasanya mempunyai irisan seperti trapesium atau setengah lingkaran sebab
irisan demikian muadh dibuat pada permukaan pisah, lagi pula pengalir mempunyai luas
pemukaan yang terkecil untuk satu luas irisan tertentu, sehingga lebih efektif untuk
pendinginan logam cair.
Logam cair dalam pengalir masih membawa kotoran yang terapung, terutama pada
permulaan penuangan, sehingga harus dipertimbangkan untuk membuang kotoran tersebut.
Ada beberapa cara untuk itu yaitu sebagai berikut :
1. Perpanjangan pemisah dibuat pada ujung saluran pengalir. Logam cair yang pertama
masuk akan berkumpul disini bersama kotoran yang terbawa (Gambar 2.15).
2. Membuat kolam putaranpada saluran masuk seperti pada Gambar 2.16, logam cair
memasuki kolam secara tanetial dan berputar sehingga kotoran berkumpul ditengah
kolam.
3. Saluran turun bantu seperti ditunjukkan pada Gambar 2.17. Logam cair yang pertama
masuk bersama kotorannya akan tertampung di sini. Saluran turun bantu ini
ditempatkan di tengah-tengah pengalir.
4. Penyaring dipasang seperti Gambar 2.18 kotoran akan ditahan disini kalau logam cair
melalui inti penyaring atau piring saringan dengan lubang-lubang kecil, yang sebaiknya
terbuat dari keramik.
Gambar 2.15 Contoh perpanjangan pengalir Gambar 2.16 Saluran masuk putar
( perangkap kotoran)
(Sumber : Tata Surdia, Kenji Chi Jiwa.hal 67,68)
22
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
4. Saluran Masuk
Saluran masuk dibuat dengan irisan yang lebih kecil daripada irisan pengalir,
agar dapat mencegah kotoran masuk kedalam rongga cetakan. Bentuk irisan saluran
masuk biasanya berupa bujur sangkar, trapesium, segi tiga atai setengah lingkaran
yang membesar kearah rongga cetakan untuk mencegah terkikisnya cetakan.
Kadang-kadang irisannya diperkecil di tengah dan di perbesar lagi ke arah rongga.
Pada pembongkaran saluran turun, irisan terkecil ini mudah diputuskan sehinggga
mencegak kerusakan pada coran.(Gambar 2.19)
23
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
24
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
c. Cara Pencegahan
1. Penghilangan gas dari logam cair dapat dilakukan dengan peniupan gas iner ke dalam
cairan logam, umpamanya gas nitrogen adalah gas yang biasa dipakai untuk maksud
tersebut.
2. Penghilangan gas dengan khlorida.
3. Penghilangan gas dengan fluks, terutama florida dan khlorida dari logam alkali
tanah.
4. Pencairan kembali.
5. Perencanaan yang tidak menyebabkan turbulen pada aliran logam cair. (lihat Gambar
2.21) (a) dan (b).
6. Harus pakai pasir yang mempunyai kadar air rendah dan permeabilitas yang sesuai
Gambar 2.21 Saluran turun macam ini harus direncanakan agar tidak menyebabkan
aliran turbulen pada logam
(Sumber : Tata Surdia, Kenji Chi Jiwa.hal 236)
2. Lubang Jarum
a. Ciri-ciri khas
Logam cair dari paduan allumunium mudah teroksidasi. Oksida dalam logam cair
atau yang dihasilkan pada waktu penuangan terkumpul sebagai dros pada permukaan
kup atau di bagian dalam coran.
b. Sebab sebab
1. Oksida allumunium dihasilkan selama peleburan
2. Dros terbawa dalam coran atau terjadi dalam cetakan
3. Kadar air dalam cetakan
25
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
c. Cara-cara pencegahan
1. Perencanaan pengecoran yang dapat menyebabkan turbulensi pada aliran logam cair,
tidak boleh dilaksanakan
2. Pencegahan dengan menghilangkan kotoran harus dilakukan untuk mencegah
terjadinya dros dalam logam cair (lihat Gambar 2.22).
3. Kadar air dalam cetakan arus serendah mungkin. Cetakan pasir kering adala lebih
baik.
26
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
yang terarah atau menggunakan chill, padding. Berbagai bentuk cacat shrinkage yang
sering dijumpai seperti yang diperlihatkan gambar 2.23.
Lain dengan cacat primary shrinkage, secondary shrinkage terjadi dibagian dalam
produk cor dan biasanya timbul pada tempat yang jauh dari riser (pengumpan). Cacat
shrinkage yang terjadi pada bagian dalam produk cor akan mengurangi tegangan produk
cor. Cacat ini teridentifikasi pada saat produk cor dilakukan proses pemesinan.
27
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN
(a) (b)
Gambar 3.1 (a). Bentuk rangka cetakan/flesh, (b). Pola dinding cetakan/flesh
28
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
b . Pembuatan Model
Model menggunakan relief dari Alumunium / Al yang dibentuk sesuai dengan
bentuk benda yang dibuat, seperti pada contoh gambar.
Gambar 3.3 Pemasangan pola dan penimbunan kembali dengan pasir silika
29
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
Pada pemasangan fidher dan risher jangan lupa harus di lapisi dengan grafit ini
dimaksudkan agar pada saat pelepasan fidher dan riser tidak lengket dengan pasir, setelah
pasir penuh pada pangkal fidher dibuatkan saluran dengan cara dikeruk agar
mempermudah laju penuangan cairan alumunium.
(a) (b)
Gambar 3.4 (a ). Proses pemasangan risher dan fidher , (b). Hasil pemasangan risher dan fidher
Setelah pemasangan risher dan fidher jadi kemudian cetakan di jemur hingga pasir
silika benar benar kering, ini dimaksudkan agar pasir silika menjadi kering dan benar benar
keras, kemudian setelah itu dilakukan pelepasan risher dan fidher, dan cetakan pasir siap
untuk dilakukan penuangan cairan alumunium.
30
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
Jika tungku sudah sampai pada suhu yang kita inginkan (700-800°C) sekitar + 20
menit maka masukan logam aluminium sekitar 1 kg dan akan cair dalam jangka waktu
sekitar 20 menit.
Jika sudah cair tambah logam aluminium sekitar 1 kg dan tunggu hingga cair
sekitar 10 menit. Setelah cair kembali masukan logam aluminium kembali sekitar 1 kg dan
tunggu sekitar 10 menit sampai benar benar cair.
31
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
Setelah itu masukkan serbuk cover all dan serbuk digaser untuk mengangkat terak dan
udara yang terperangkap didalam logam cair dari aluminium.Selanjutnya logam cair
diambil menggunakan ladel dan tuangkan ke dalam cetakan (fidher).
(a) (b)
Gambar 3.8 (a). Penuangan Logam Cair, (b). Proses pendinginan
Saat penuanganyan harus sekali tuang agar logam cair tidak sampai beku,jika
beku maka hasilnya tidak akan menyatu.Setelah itu tunggu sekitar 3 sampai 5 menit hingga
benar- benar beku. Cetakan kemudian dibalik dan pukul menggunakan palu sampai semua
pasir rontok. Kemudian ambil benda hasil coran dengan penjepit dan bersihkan
32
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
menggonakan sikat kikir.Setelah itu lakukan pendinginan menggunakan media air atau
dibiarkankemudian analisa hasilnya.
e . Tahap Pembongkaran cetakan
Setelah menunggu pembekuan logam proses yang dilakukan selanjutnya adalah
pembongkaran. Pembongkaran di lakukan di suatu wadah, cetakan di balik kemudian
dinding cetakan di pukul-pukul sampai pasir rontok dan hasil tuangan terlepas dari cetakan.
Pada pembongkaran ini harus hati – hati karena demi keamanan hasil tuangan di jatuhkan
ke tempatnya agar tidak mengenai dan menimbulkan kecelakaan karena waktu
pembongkaran hasil tuangan masih panas.
f. Tahap pembersihan
Setelah di bongkar kemudian hasil tuangan di ambil menggunakan alat penjapit
dan bersihkan pasir – pasir yang menempel pada hasil tuangan dengan kuas, skrup kecil
dan sikat besi. Kemudian bersihkan dengan air selain itu juga mempercepat pendinginan.
g. Tahap Inspeksi
Hasil tuangan yang sudah bersih dari kotoran, di inspeksi dengan teliti dengan
mencari bagian yang cacat. Kemudian cari sebab kecacatan itu dan bandingkan coran
dengan perbandingan pasir yang digunakan untuk mencetak.
33
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
Dari gambar 3.10 di atas dapat di lihat beberapa kecacatan proses pengecoran
yang di sebabkan karena beberapa faktor diantaranya:
1. Cacat lubang jarum
34
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
Menurut buku pengecoran logam-Tata Surdia, bahwa Ciri-ciri khas lubang jarum
adalah lubang dimana permukaan dalamnya halus dan berbentuk bola. Ukuran cacat
lubang jarum adalah di bawah 1 sampai 2 mm sangat kecil dan berbentuk seperti bekas
tusukan jarum.
Sebab-sebab dari cacat lubang jarum antara lain logam cair yang teroksidasi,
temperatur penuangan yang rendah, penuangan yang terlalu lambat, cetakan pasir yang
kurang kering, permeabilitas yang kurang sempurna, serta terlalu banyak gas yang timbul
dari cetakan. Adapun cara pencegahannya antara lain dengan memasang saluran turun pada
tempat yang benar dan menuangkan logam cair bertemperatur cocok dengan kecepatan
yang cukup cepat proses pengalirannya, usahakan jumlah gas menjadi sekecil mungkin.
(Sumber: Buku Teknik Pengecoran Logam, Tata Surdia, halaman 217, 218)
2. Cacat pembengkakan
35
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
Menurut bukuteknik pengecoran logam-Tata Surdia, ciri khas dari cacat ekor tikus
adalah merupakan cacat permukaan, pasir dari permukaan cetakan mengembang dan logam
cair masuk di bawah permukaan bagian tersebut. Jika pasir disingkirkan, terlihat rongga
lurus seperti pembuluh. Karena bentuknya seperti ekor tikus, maka cacat ini disebut cacat
ekor tikus. Adapun sebab cacat ini antara lain karena ketahanan panas dari pasir yang
rendah, pelapisan grafit yang terlalu tebal, penumbukan pasir cetak yang kurang, pelapisan
parting yang terlalu tebal. Adapun cara pencegahannya antara lain ujung saluran turun
tidak boleh menyentuh cetakan atau inti. Karena itu logam cair harus diisikan dari bagian
bawah bentuk pola.
(Sumber: Buku Teknik Pengecoran Logam, Tata Surdia, halaman 222, 223)
36
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari keseluruhan kegiatan praktikum dan analisa hasil praktikum maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Dari kegiatan praktikum yang sudah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwadalam
pengecoran logam, rongga cetak pada cetakan sangat mempengaruhi permukaan
hasil coran.
Pola/model yang terbuat dari benda jadi hasil akhirnya belum tentu sama atau
lebih baik dari pola yang di bentuk dari benda jadi
Jenis pasir yang digunakan berpengaruh terhadap kualitas hasil cetakan
Pencampuran pasir silika + bentonite + air sangat berpengaruh terhadap kualitas
cetakan.
Temperatur saat penuangan Al cair sangat berpengaruh terhadap hasil cetakan
4.2 Saran
Ruang diskusi kurang memadai, karena meja tidak ada.
Kurangnyaalat keselamatan kerja sehingga perlu untuk ditambah lagi.
37
Praktikum Proses Produksi I/ Pengecoran Logam
DAFTAR PUSTAKA
38