Panduan Management Nyeri
Panduan Management Nyeri
DI RS MUHAMMADIYAH BIMA
DISUSUN OLEH :
Website:
Email: rsPKUbima@yahoo.co.id
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH
BIMA
VISI
Menjadikan rumah sakit muhammadiyah bima sebagai perwujudan dari iman dan ibadah
kepada allah subhanahu wata’ala dan sarana amal sholeha
MISI
Menjadikan Rumah sakit Muhammadiyah bima sebagai amal usaha pelayanan
kesehatan yang islami, professional dan bermutu.
Menjadikan rumah sakit muhammadiyah bima sebagai sarana dakwah amar ma’ruf
nahi munkar serta sebagai sarana untuk mewujudkan masyarakat dan keluarga yang
sehat sejahtera ( sakinah)
MOTTO
Cepat, Bermutu, Terjangkau, dan islami..
TUJUAN
Mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi semua lapisan masyarakat dalam
rangka terwujudnya masyarakat utama adil makmur yang di ridhoi oleh allah SWT,
melaui pendekatan pemeliharaan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit ( kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitative)
yang dilaksanakan secara menyeluruh.
Direktur
RS Muhammadiyah Bima
DAFTAR ISI
Halaman judul.......................................................................................................
Visi misi moto dan tujuan ....................................................................................
Kata Pengantar .....................................................................................................
Daftar Isi ................................................................................................................
SK direktur RS Muhammadiyah Bima ..............................................................
BAB I DEFINISI ............................................................................................
BAB II RUANG LINGKUP ...........................................................................
BAB III TATA LAKSANA ..............................................................................
A. ............................................................................................... Mengumpu
lkan Informasi dan Data .............................................................
1. .......................................................................................... Anamnesis
..................................................................................................
2. .......................................................................................... Pemeriksaa
n Fisik ......................................................................................
3. .......................................................................................... Pemeriksaa
n Elektromiografi ...................................................................
4. .......................................................................................... Pemeriksaa
n Sensorik Kuantitatif ...........................................................
5. .......................................................................................... Pemeriksaa
n Radiologi ..............................................................................
6. .......................................................................................... Assesmen
Psikologi ..................................................................................
B. ............................................................................................... Analisa
informasi Dan Data ......................................................................
C. ............................................................................................... Membuat
Rencana Pelayanan Untuk Memenuhi Semua
Kebutuhan Pasien ........................................................................
A. ............................................................................................... Manageme
nt Nyeri Akut ................................................................................
B. ............................................................................................... Manageme
nt Nyeri Kronis .............................................................................
C. ............................................................................................... Manageme
nt Nyeri Pada Pediatrik ...............................................................
D. ............................................................................................... Manageme
nt nyeri Pada Kelompok Usia Lanjut (Geriatri) .......................
LAMPIRAN – LAMPIRAN.................................................................................
Tentang:
Ditetapkan : Bima
Tanggal :
Tepat Tanggal :
Direktur,
RS Muhammadiyah Bima
Dr. H. M. Ali, Sp. PD
Lampiran
SK Direktur RS Muhammadiyah Bima
Nomor :
Tentang : Panduan Management Nyeri di RS Muhammadiyah Bima
BAB I
DEFINISI
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang diakibatkan adanya kerusakan
jaringan yang sedang atau akan terjadi, atau pengalaman sensorik dan emosional yang
merasakan seolah – olah terjadi kerusakan jaringan (International Assosiation for the
study of pain)
Nyeri akut adalah nyeri dengan onset segera da durasi terbatas, memiliki hubungan
temporal dan kausal dengan adanya cedera penyakit.
Nyeri kronik adalah nyeri yang bertahan untuk periode waktu yang lama. Nyeri kronik
adalah nyeri yang terus ada meskipun telah terjadi proses penyembuhan dan sering sekali
tidak diketahui penyebab yang pasti.
Assesmen pasien terdiri dari 3 proses utama:
1. Mengumpulkan informasi dan data : dari anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang/pemeriksaan yang lain
2. Melakukan analisis informasi dan data sehingga menghasilkan suatu diagnosa untuk
mengidentifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan pasien
3. Membuat rencana pelayanan untuk memenuhi semua kebutuhan pasien yang telah
didentifikasi.
Assesmen nyeri merupakan assesmen nyeri yang dilakukan terhadap pasien jika
didapatkan data subjektif dan/atau data objektif bahwa pasien mengalami nyeri
Assesmen nyeri terdiri dari:
1. Assesmen Awal
- Assesmen yang dilakukan pada awal ketika pasien datang ke rumah sakit
- Assesmen yang dilakukan pada awal ketika pasien datang ke rumah sakit
- Tujuan dilakukannya Assesmen awal adalah:
a. Memahami pelayanan apa yang dicari pasien
b. Memilih jenis pelayanan yang terbaik bagi pasien
c. Menetapkan diagnosis awal
d. Memahami respon pasien terhadap pengobatan sebelumnya.
2. Assesmen Ulang
- Assesmen yang dilakukan pada pasien selama proses pelayanan pada interval
tertentu berdasarkan kebutuhan dan rencana pelayanan atau sesuai kebijakan atau
prosedur rumah sakit
- Assesmen ulang merupakan kunci untuk memahami apakah keputusan pelayanan
sudah tepat dan efektif
Management nyeri merupakan implementasi/pelaksanaan dari perencanaan pelayanan
pasien.
BAB II
RUANG LINGKUP
Assesmen dan management nyeri dilakukan untuk semua pasien rawat jalan maupun
rawat inap di Rumah Sakit Muhammadiyah Bima
Assesmen dan management nyeri ini dilakukan oleh dokter dan perawat yang kompeten
sesuai perijinan, undang – undang peraturan yang berlaku.
BAB III
ASSESMEN NYERI
f. Riwayat Alergi
Riwayat alergi makanan, obat dan allergen yang lain jika ada
g. Riwayat Pengobatan
Daftar obat – obatan yang pernah dan sedang dikonsumsi pasien untuk
mengurangi nyeri
Cantumkan juga mengenai dosis, tujuan minum obat, durasi efektifitas, dan
efek samping
Direkomendasikan untuk mengurangi atau memberhentikan obat – obatan
dengan efek samping kognitif dan fisik
b. Status Mental
Nilai orientasi pasien
Nilai kemampuan mengingat jangka panjang, pendek dan segera
Nilai kemampuan kognitif
Nilai kondisi emosional pasien, termasuk gejala – gejala depresi, tidak ada
harapan, atau cemas
c. Pemeriksaan Sendi
Selalu periksa kedua sisi untuk menilai kesimetrisan
Nilai dan catat pergerakan aktif semua sendi, perhatikan adanya keterbatasan
gerak, diskinesis, raut wajah meringis, atau asimetris.
Nilai dan catat pergerakan pasif dari sendi yang terlihat abnormal/dikeluhkan
oleh pasien (saat menilai pergerakan aktif)
Palpasi setiap sendi untuk menilai adanya nyeri
Perhatikan adanya limitasi gerak, raut wajah meringis atau asimetris
Pemeriksaan stabilitas sendi untuk mengidentifikasi adanya cedera ligamen
d. Pemeriksaan Motorik
Nilai dan catat kekuatan motorik pasien dengan menggunakan kriteria di
bawah ini :
Derajat Definisi
5 Tidak terdapat keterbatasan gerak, mampu melawan tahanan
kuat
4 Mampu melawan tahanan ringan
3 Mampu bergerak melawan gravitasi
2 Mampu bergerak nergeser ke kiri dan kanan tetapi tidak
mampu melawan gravitasi
1 Terdapat kontraksi otot (inspeksi/palpasi), tidak menghasilkan
pergerakan
0 Tidak terdapat kontraksi otot
e. Pemeriksaan Sensorik
Lakukan pemeriksaan : sentuhan ringan, nyeri (tusukan jarum – pin prick),
getaran dan suhu.
Nilai adanya refleks Babinski dan Hoffman (Hasil Positif menunjukan lesi
upper motor neuron)
Nilai gaya berjalan pasien dan identifikasi defisit serebelum dengan
melakukan tes dismetrik (tes penggerakan jari – ke – hidung, pergerakan
tumit – ke – tibia), tes disdiadokokinesia dan tes keseimbangan
(Romberg dan Romberg modifikasi)
g. Pemeriksaan Khusus
Terdapat 5 tanda non – organik pada pasien dengan gejala nyeri tetapi tidak
ditemukan etiologi secara anatomi. Pada beberapa pasien dengan 5 tanda ini
ditemukan mengalami hipokondriasis, histerian dan depresi.
Kelima tanda ini adalah :
1) Distribusi nyeri superfisial atau non-anatomik
2) Gangguan sensorik atau motorik non – anatomik
3) Verbalisasi berlebihan akan nyeri (over reactif)
4) Reaksi nyeri berlebihan saat menjalani tes/pemeriksaan nyeri
5) Keluhan akan nyeri yang tidak konsisten (berpindah pindah) saat gerakan
sama dilakukan pada posisi berbeda (distraksi)
5. Pemeriksaan Radiologi
a. Indikasi
Pasien nyeri dengan dengan kecurigaan penyakit degeneratif tulang belakang
Pasien dengan kecurigaan adanya neoplasma, infeksi tulang belakang,
penyakit infamatorik, dan penyakit vaskular
Pasien dengan defisit neurologis motorik, kolon, kandung kemih atau ereksi
Pasien dengan riwayat pembedahan tulang belakang
Gejala nyeri yang menetap > 4 minggu
6. Assesmen Psikologi
a. Nilai mood pasien, apakah dalam kondisi cemas, ketakutan dan depresi.
b. Nilai adanya gangguan tidur, masalah terkait pekerjaan.
c. Nilai adanya dukungan sosial, interaksi sosial.
Indikator tunggal yang paling penting untuk mengetahui intensitas nyeri adalah keluhan
pasien, intensitas nyeri merupakan gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh
pasien. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif, maka pendekatan objektif yang
paling mungkin adalah dengan menggunakan skala nyeri.
Skala nyeri digunakan di RS Muhammadiyah Bima sebagai berikut :
1. Numeric Rating Scale
Indikasi : digunakan pada pasien dewasa dan anak – anak berusia > 9 tahun yang
dapat menggunakan angka untuk melambangkan intensitas nyeri yang
dirasakannya.
Instruksi : pasien akan ditanya mengenai intesitas nyeri yang dirasakan dan
dilambangkan dengan angka antara 0 – 10
0 = tidak nyeri
1-3 = nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitas sehari – hari)
4-6 = nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitas sehari – hari)
7-10 = nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas sehari – hari)
3. Comfort Scale
Indikasi : pasien bayi, anak dan dewasa di ruang rawat intensif/ kamar operasi/
ruang rawat inap yang tidak dapat dinilai menggunakan Numeric Rating Scale
dan Wong Baker Faces Pain Scale
Instruksi : terdapat 9 kategori dengan setiap kategori memiliki skor 1 – 5, dengan
skor total antara 9 – 45
- Kewaspadaan
- Ketenangan
- Distress pernapasan
- Menangis
- Pergerakan
- Tonus otot
- Tegangan wajah
- Tekanan darah basal
- Denyut jantung basal
Pada pasien dalam pengaruh obat anestesi atau dalam kondisi sedasi sedang,
Assesmen dan penanganan nyeri dilakukan saat pasien menunjukan respon
berupa ekspresi tubuh atau verbal akan rasa nyeri.
Comfort scale
Kategori Skor Tanggal/waktu
Assesmen ulang dilakukan pada pasien yang dirawat lebih dari beberapa jam dan
menunjukan adanya rasa nyeri sebagai berikut :
1. Lakukan Assesmen nyeri yang komperhensif setiap kali melakukan kunjungan
/ visite ke pasien
2. Dilakukan pada : pasien yang mengeluh nyeri, satu jam setelah tatalaksana
nyeri setiap empat jam (pada pasien yang sadar/bangun), pasien yang
menjalani prosedur menyakitkan, sebelum transfer pasien dan sebelum pasien
pulang dari rumah sakit
3. Pada pasien yang mengalami kardiak (jantung), lakukan Assesmen ulang
setiap 5 menit setelah pemberian nitrat atau obat – obat intravena
4. Pada nyeri akut/kronik, lakukan Assesmen ulang tiap 30 menit – 1 jam setelah
pemberian obat nyeri
5. Derajat nyeri yang meningkat hebat secara tiba – tiba terutama bila sampai
menimbulkan perubahan tanda vital, merupakan tanda adanya diagnosis
medis atau bedah yang baru (misalnya komplikasi pasca pembedahan, nyeri
neuropatik)
Kategori Skor Tanggal / waktu
b. Nyeri Visceral :
Nosiseptor visceral lebih sedikit dibandingkan somatic, sehingga jika
terstimulasi dan akan menimbulkan nyeri yang kurang bisa dilokalisasi,
bersifat difus, tumpul, seprti ditekan benda berat
Penyebab : iskemi/nekrosis, inflamasi peregangan ligament, spasme otot
polos, distensi organ berongga/lumen
Biasanya disertai dengan gejala otonom, seperti mual, muntah, hipatensi
bradikardi, berkeringat.
c. Nyeri Neuropatik
Berasal dari cidera jaringan saraf
Sifat nyeri : rasa terbakar, nyeri menjalar, kesemutan, alodinia (nyeri saat
disentuh), hiperalgesia
Gejala nyeri biasanya dialami pada bagian distal dari tempat cedera
(sementara pada nyeri nosiseptif, nyeri dialami pada tempat cederanya).
Biasanya diderita oleh pasien dengan Diabetes, multiple sclerosis, herniasi
diskus, AIDS, pasien yang menjalani kemoterapi/raditerapi.
b. Berikut adalah algoritma pemberian opioid intermiten (prn) intravena untuk nyeri
akut, dengan syarat :
Hanya digunakan oleh staf yang telah mendapatkan intruksi
Tidak sesuai untuk pemberian analgesik secara rutin di ruang rawat inap biasa
Efek puncak dari dosis intravena dapat terjadi selama 15 menit sehingga
semua pasien harus diobservasi dengan ketat selama fase ini.
ya
tidak
Saat dosis telah diberikan, Apakah diserepkan opioid Minta untuk
lakukan monitor setiap 5
menit selama minimal 20
Gunakan spuit 10 ml
menit ya
Ambil 10 mg Morfin Sulfat dan
Tunggu hingga 30 menit dari
campur dengan NaCl 0,9% hingga
pemberian dosis terakhir
Siapkan NaCl ATA 10 ml (10 mg/ml)
sebelum mengulangi siklus.
Dokter mungkin untuk
meresepkan dosis ulang ya Gunakan spuit 10 ml
Ambil 100 mg pethidin dan campur
dengan NaCl 0,9 % hingga 10 ml (10
tidak observasi
Ya, tapi mg/ml)
telah ya
diberikan nyeri Skor sedasi 0 atau
dosis Minta saran ke dokter senior
total ya tidak Tunda dosis hinga skor
sedasi…………… dan kecepatan
Kecepatan pernapasan > 8 pernapasan > 8 x/menit
ya
Tunggu selama 5 Tekanan Darah sistolik ≥ 100 mmHg tidak Minta saran
ya
Usia pasien > 70 tahun tidak Jika skor nyeri 7 –
10 berikan 2 ml
ya
Keterangan :
Skor nyeri Skor sedasi Catatan:
0 = tidak nyeri 0 = sadar penuh Jika tekanan darah
1 – 3 = nyeri ringan 1 = sedasi ringan, kadang mengantuk sistolik < 100 mmHg :
4 – 6 = nyeri sedang 2 = sedasi sedang, sering secara konstan haruslah dalam rentang
7 – 10 = nyeri berat mengantuk, mudah dibangunkan 30% tekakan sistolik
3 = sedasi beart, samnolen, sukar darah normal pasien (jika
dibangunkan diketahui), atau carilah
S = tidur normal saran/bantuan
OAINS
Gangguan gastrointenstinal : berikan PPI (Proton Pump Inhibitor)
Perdarahan akibat disfungsi platelet : pertimbangkan untuk mengganti
OAINS yang tidak memiliki efek terhadapa agregasi platelet.
e. Non – farmakologi:
Olahraga
Immobilisasi
Pijat
Relaksasi
Stimulasi syaraf transkutan elektrik
6. Pencegahan
a. Edukasi pasien
Berikan informasi mengenai kondisi dan penyakit pasien, serta tatalaksananya
Diskusikan tujuan dari manajemen nyeri dan manfaatnya untuk pasien.
Beritahukan bahwa pasien dapat menghubungi tim medis jika memiliki
pertanyaan/informasi yang diperlukan mengenai kondisinya.
Pasien dan keluarga dilibatkan dalam menyusun management nyeri (termasuk
penjadwalan mediaksi, pemilihan analgesik, dan jadwal kontrol)
Assessment nyeri
Prioritas utama :
Apakah etiologi nyeri ya
identifikasi dan atasi
bersifat reversible?
etiologi nyeri
tidak
ya
tidak
Follow up / nilai
ulang
4. Assesmen lainnya
a. Assesmen psikologi : nilai, apakah pasien mempunyai masalah psikiatri (depresi,
cemas, riwayat penyalahgunaan obat – obatan, riwayat penganiyayaan secara
seksual/fisik, verbal, gangguan tidur)
b. Masalah pekerjaan dan disabilitas.
c. Faktor yang mempengaruhi:
Kebiasaan akan postur leher dan kepala yang buruk
Penyakit lain yang memperburuk/memicu nyeri kornik pasien
d. Hambatan terhadap tatalaksana:
1) Hambatan kiomunikasi/bahasa
2) Faktor finansial
3) Rendahnya motivasi dan jarak yang jauh terhadap fasilitas kesehatan
4) Kepatuhan [asien yang buruk
5) Kurangnya dukungan dari keluarga dan teman.
2) Nyeri otot
Lakukan skrinning terhadap patologi medis yang serius, faktor psikososial
yang dapat menghambat pemulihan
Berikan program latihan secara bertahap, dimulai dari latihan dasar/awal
dan ditingkatkan secara bertahap
Rehabilitasi fisik :
- Fitenss : angkat beban bertahap, kardiovaskular, fleksibilitas,
keseimbangan
- Mekanik
- Pijat terapi akuantik
Management prilaku :
- Stress/depresi
- Teknik relaksasi
- Perilaku kognitif
- Ketergantungan obat
- Manajemen amarah
Terapi obat
- Anakgesik dan sedasi
- Antidepresan
- Opioid jarang dibutuhkan
3) Nyeri inflamasi
Kontrol inflamasi dan atasi penyebabnya
Obat anti inflamasi utama : OAINS,Kortikosteroid
4) Nyeri mekanis/kompresi
Penyebab yang sering : tumor/kista yang menimbulkan kompresi pada
struktur yang sensitif dengan nyeri, dislokasi, fraktur.
Penanganan efektif : dekomresi dengan pembedahan dan stabilisasi, bidai,
alat bantu
Medikamentosa kurang efektif. Opioid dapat digunakan untuk mengatasi
nyeri saat terapi lain diaplikasikan.
d. Manajemen Level 2
1) Meliputi rujukan ke tim multidisiplin dalam manajemen nyeri dan
rehabilitasinya atau pembedahan (sebagai ganti stimulator spinal atau infus
intratekal)
2) Indikasi: pasien nyeri kronik yang gagal terapi konservatif / mamajemen level
1
3) Biasanya rujukan dilakukan setelah 4 – 8 minggu tidak ada perbaikan dengan
manajemen level 1
Alogoritma Assesmen Nyeri Kronik
Assessment nyeri
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fungsi
ya
Apakah etiologinya dapat ya Atasi nyeri etiologi sesuai
dikoreksi/ diatasi? indikasi
tidak
Assessment lainnya :
PrinsipLevel 1
Manajemen Level 1 :
Rencana perawatan
selanjutnya oleh pasien
Assesmen hasil
C. MANAJEMEN NYERI PADA PEDIATRIK
1. Prevalensi nyeri yang sering dialami oleh anak adalah: sakit kepala kronik, trauma,
sakit perut dan factor psikologi.
2. System nosiseptif pada anak dapat memberikan respons yang berbeda terhadap
kerusakan jaringan yang sama sederajat.
3. Neonatus lebih sensitive terhadap stimulus nyeri
4. Berikut adalah algoritma manajemen nyeri mendasar pada pediatric.
Analgesic Kognitif
Analgesic adjuvant Fisik
anastesi perilaku
4. Implementasi rencana manajemen nyeri
5. pemberian analgesic
a. by the ladder : pemberian analgesic secara bertahap sesuai dengan level nyeri anak
(ringan, sedang, berat)
awalnya beikan analgesik ringan –sedang (level1)
jika nyeri menetap dengan pemberian analgesic level 1, naiklah ke level 2
(pemberian analgesic yang lebih paten)
pada pasien yang mendapat terapi opiod, pemberian parasetamol tetap
diaplikasikan sebagai analgesic adjuvant
analgesic adjuvant:
- merupakan obat yang memiliki indikasi primer bukan untuk nyeri tetapi dapat
berefek analgesic adjuvant sebagai level 1
- pada anak dengan nyeri neuropatik, dapat diberikan analgesic adjuvant sebagai
level 1
- analgesic adjuvant ini lebih spesifik dan efektif untuk mengatasi nyeri
neuropatik.
- Kategori:
analgesik multi tujuan: antidepresan, agonis adrenergenik alfa -2,
kortikosteroid, anestesi topical
analgesik untuk nyeri neuropatik: antidepresan, antikonvulsan, agonis
GABA, anestesi oral-lokal
analgesik untuk nyeri musculoskeletal: relaksan otot, benzodiazepine,
inhibitor osteoklas, radiofarmaka.
b. ‘by the clock’: mengacu pada pemberian analgesik.
pemberian haruslah teratur, misalnya: setiap 4-6 jam (disesuaikan dengan masa kerja
obat dan derajat keparahan nyeri pasien), tidak boleh prn (jika perlu) kecuali episode
nyeri pasien benar benar intermiten dan tidak dapat di prediksi.
c. ‘by the child’: mengacu pada pemberian analgesik yang sesuai dengan kondisi masing
masing individu.
Lakukan monitor dan asesmen nyeri secara teratur
Sesuaikan dosis analgesik jika perlu
d. ‘by the mouth’: mengacu pada jalur pemberian oral.
obat harus diberikan melalui jalur yang paling sederhana, tidak invasive, dan
efektif, biasanya per oral.
Karena pasien takut dengan jarum suntik pasien dapat menyangkal bahwa mereka
mengalami nyeri atau tidak memerlukan pengobatan
Untuk mendapatkan efek analgesik yang cepat dan langsung pemebrian parenteral
terkdang merupaka jalur yang paling efisien
Opioid kurang paten jika diberikan per oral
Sebisa mungkin janga membeerikan obat via intra muscular karena nyeri dan
absorbs obat tidak dapat di andalkan
Infuse kontinu memiliki keuntungan yang lebih dibandingkan dengan IM, IV, dan
subkutan intermiten, yaitu tidak nyeri, mencegah terjadinya penundaan /
keterlambatan pemebrian obta memberikan control nyeri yang kontinu pada anak
Indikasi: pasien nyeri dimana pemeberian per oral dan opioid parenteral intermiten
tidak memberikan hasil yang memuaskan, adanya muntah hebat (tidak dapat
memberikan obat per oral)
e. Analgesik dan anestesi regional : epidural dan spinal
Sangat berguna untuk anak dengan nyeri kanker stadium lanjut yang sulit diatasi
dengan terapi konservatif.
Harus dipantau dengan baik
Berikan edukasi dan pelatihan kepada staf, ketersediaan segera obat-obatan dan
peralatan resusitasi, dan pencatatan akurat mengenai tanda vital / score nyeri
f. Manajemen nyeri kronik
Biasanya memiliki penyebab multiple, dapat melibatkan komponen nosiseptif dan
neuropatik.
Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik menyeluruh.
Pemeriksaan penunjang yang sesuai
Evaluasi factor yang mempengaruhi.
Program terapi: kombinasi terapi obat dan non obat (kognitif, fisik, dan perilaku)
Lakukan pendekatan multidisiplin
g. Berikut adalah table obat-obatan non-opioid yang sering digunakan untuk anak:
Obat dosis Keterangan
Nyeri
0 Tidak nyeri
1 dapat di toleransi
4 Tidak dapat di toleransi (tidak dapat menggunakan telepon, menonton tv, ata
membaca)
Panduan assessment nyeri dan manajemen nyeri dibuat dengan tujuan sebagai
pedoman para tenaga kesehatan RSMB agar dalam proses assessment pasien di
RSMB dapat sesuai dengan panduan yang berlaku hingga dengn proses assessment
yang efektif akan menghasilkan keputusan pelayanan pengobatan pasien yang sesuai
dengan kebutuhan pengobatan pasien
Revisi sebagai bentuk perbaikan dan penyempurnaan akan dilakukan secara periodic,
sehingga panduan ini dapat disesuaikan dengan keadaan dan kondisi perkembangan
RS
Di tetapkan di : Bima
Tanggal : 7 ramadhan 1434 H
Tepat tanggal : 15 juli 2013 M
Direktur,
RS Muhammadiyah Bima
3. Paracetamol
a. Efek analgesik untuk nyeri ringan seadng dan anti –piretik. Dapat dikombinasikan
dengan Opioid untuk memperoleh efek analgesik yang lebih besar
b. Dosis: 10 mg/kgBB/kali dengan pemberian 3-4 kali 500 mg perhari
4. Obat anti-inflamasi Non steroid (OAINS)
a. Efek analgesik pada nyeri akut dan kronik dengan intensitasringan-sedang, anti piretik
b. Kontraindikasi: pasien dengan triad franklin (polip hidung, angiodema< dan urtikaria)
karean sering terjadi anafilaktoid
c. Efek samping: gastrointestinal (erosi/ulkus gaster), disgungsi renal, peningkatan enzim
hati
d. Ketorolac:
- Merupakan satu-satunya OAINS yang tersedia untuk parenteral. Efektif untuk
nyeri sedang – berat.
- Bermanfaat jika terdapat kontraindikasi oipiod atau dikombinasikan dengan
Opioid untuk mendapata efek sinergistik dan meminimalisasi efek samping
Opioid (depresi pernapasan, sedasi, stasis gastrointestinal). Sangat baik untuk
terapi Multi-analgesik.
6. Anti konvulsan
a. Carbamazepine: efeektif untuk nyeri neuropatik. Efek samping : somnolen, gangguan
berjalan, pusing. Dosis: 400-1800 mg?hari( 203 Kli perhari). Mulai dengan dosis kecil
( 2X100 mg), ditingkatkan perminggu hingga dosis efektif.
b. Gabapentin: merupakan obat pilihan utama dalam mengobati nyeri neuropatik. Efek
samping minimal dan ditoleransi dengan baik. Dosis: 100-4800 mg/hari (3-4 kali
sehari)
9. Tramadol
a. Merupakan analgesik yang lebih paten daripada OAINS oral, dengan efek samping
yang lebih sedikit/ringan. Berefek sinergetik dengan medikasi OAINS.
b. Indikasi: efektif untuk nyeri akut dan kronik intensitas sedang(nyeri kanker,
osteoarthritis, nyeri punggung bawah neuropati DM, fibromyalgia, neuralgia pasca-
herpetik, nyeri pasca operasi.
c. Efek samping:: pusing, mual, muntah, latergi, konstipasi
d. Jalur pemberian: intravena, epidural, rectal, dan oral
e. Dosis tramadol oral: 3-4 kali 50-100 mg (perhari). Dosis maksimal: 400 mg dalam 24
jam
f. Titrasi: terbukti meningkatkan toleransi pasien terhadap medikasi, terutama digunakan
pada pasien nyeri kronik dengan riwayat toleransi yang buruk terhadap pengobatan
atau memiliki risiko tinggi jatuh
10. Opioid
a. Merupakan analgesik paten (tergantung-dosis) dan efeknya dapat ditiadakan oelhh
Nalokson
b. Contoh Opioid yang sering digunakan: Morfin, sufentanil, merperidin.
c. Dosis Opioid disesuaikan pada setiap Individu gunakanlah titrasi
d. Adikasi terhadap Opioid sangat jarang terjadi bila digunakan untuk penatalaksanaan
nyeri akut
e. Efek samping:
-Depresi pernapasan, dapat terjadi pada:
Overdosis: pemberian dosis besar, akumulasi akibat pemberian secara infuse,
opioid long acting.
Pemberian sedasi bersamaan (benzodiazepine, antihistamin, antimetik tertentu)
Adanya kondisi tertentu: gangguan elektrolit, hipovolemia, uremia, gangguan
respirasi dan peningkatan tekanan intracranial
Obstructive sleep apnoes atau obstruksi jalan nafas intermiten
-Sedasi: adalah indicator yang baik untuk dan dipantau dengan menggunakan skor
sedasi, yaitu:
- 0 = sadar penuh
- 1 = sedasi ringan, kadang mengantuk, mudah dibangunkan
- 2 = sedasi sedang, sering secara konstan mengantuk, mudah
dibangunkan
- 3 = sedasi berat, somnolen, sukar dibangunkan
- S = tidur Normal
- System saraf pusat:
- Euphoria, halusinasi, miosis, kekakuan otot
- Pemakai MAOI: pemberian petidin dapat menimbulkan koma
- Toksisitas metabolit;
- Petidin (Norpetidin) menimbulkan tremor, twitching, mioklonus multifocal,
kejang
- Petidin tidak boleh digunakan lebih dari 72 jam untuk penatalaksanaan
nyeri pasca bedah.
- Pemberian morfin kronik: menimbulkan gangguan fungsi ginjal, terutama
pada pasien usia > 70 tahun.
- Efek kardiovaskular:
- Tergantung jenis, dosis, dan cara pemberian: status volume intravaskuler:
serta level aktivitas simpatetik
- Morfin menimbulkan vasodilatasi
- Petidin menimbulkan takikardi
- Gastrointestinal:
Mual, munta. Terapiuntuk mual dan muntah: hidrasi dan pantau tekanan darah
dengan adekuat, hindari pergerakan berlebihan pasca bedah, atasi kecemasan
pasien, obat antiemetic.
(dosis
rendah)
24
(dosis tinggi)
Efek samping:
- Ekstrapiramidal ++ ++ - +
- Anti – koolinergik - + - +
- Sedasi + + - +
Frekuensi Tiap 4-6 Tipa 4-6 jam Tiap 12 jam Tiap 6-8 jam
jam
Jalur pemberian Oral, I,V. I,V. I,M Oral, I,V Oral, I,M.
I,M
f. Pemberian Oral:
- Sama efektifnya dengan pemberian parenteral pada dosis yang sesuai.
- Digunakan secara setelah pasien dapat mentoleransi medikasi oral.
g. Injeksi intramuscular:
- Merupakan rute parenteral standar yang sering digunakan
- Namun, injeksi menimbulkan nyeri dan eektifitas penyerapannya tidak dapat
diandalkan
- Hindari pemberian Via Intramuskular sebisa mungkin.
h. Injeksi subkutan
i. Injeksi intravena:
- Pilihan parenteral utama setelah pembedahan major dapat digunakan sebagai
bolus atau pemberian terus – menerus (melalui infuse)
- Terdapat resiko depresi pernapasan pada pemberian yang tidak sesuai dosis
j. Injeksi supraspinal
- Lokasi mikroinjeksi terbaik: mesencephalic periaqueductal gray (PAG)
- Mekanisme kerja: memblok respons nosiseptif di otak
- Opioid Intraserebroventrikuler digunakan sebagai pereda nyeri pada pasien
kanker.
k. Injeksi spinal (epidural, intratekal):
- Secara selektif mengurangi keluarnya neurotransmitter di neuron kornudorsalis
spinal
- Sangat efektif sebagai analgesik
- Harus dipantau dengan ketat
l. Injeksi perifer:
- Pemberian opioid secara langsung ke saraf perifer menimbulkan efek anestesi
local (pada konsentrasi tinggi)
- Sering digunakan pada: sendi lutut yang mengalami inflamasi
Rumah Sakit Muhammadiyah Bima
Rumah Sakit Muhammadiyah
Bima
Rumah Sakit Muhammadiyah
Bima
Rumah Sakit Muhammadiyah Bima
Assessment Maternitas Rumah Sakit Muhammadiyah Bima
Assessment Maternitas Rumah Sakit Muhammadiyah
Bima
Assessment Maternitas Rumah Sakit Muhammadiyah
Bima
Assessment Maternitas Rumah Sakit Muhammadiyah Bima
Assessment Medical Bedah Rumah Sakit Muhammadiyah
Bima
Assessment Anak Rumah Sakit Muhammadiyah Bima
Assessment Anak Rumah Sakit Muhammadiyah Bima
Rumah Sakit Muhammadiyah Bima
Rumah Sakit Muhammadiyah Bima
Assessment Maternitas Rumah Sakit Muhammadiyah Bima
Assessment Maternitas Rumah Sakit Muhammadiyah Bima
Assessment Maternitas Rumah Sakit Muhammadiyah Bima
Assessment Anak Rumah Sakit Muhammadiyah Bima
Assessment Anak Rumah Sakit Muhammadiyah Bima
Assessment Anak Rumah Sakit Muhammadiyah Bima
Assessment Medical Bedah Rumah Sakit Muhammadiyah Bima
Assessment Medical Bedah Rumah Sakit Muhammadiyah Bima
Assessment Medical Bedah Rumah Sakit Muhammadiyah Bima