LAPORAN KASUS
Mustika
C131 11 255
PENDAHULUAN
2. PROSES PENUAAN
Penuaan adalah proses yang dinamis dan kompleks yang dihasilkan oleh
perubahan-perubahan sel, fisiologis, dan psikologis. Lanjut usia adalah proses
yang tidak dapat dihindarkan yang berumur 60 tahun ke atas (UU Nomor 13
tentang kesejahteraan lanjut usia).8
Pada awal kehidupan manusia, perubahan dari satu tahap ke tahap yang
lain bersifat evolusional yang berarti bahwa seseorang selalu menuju tahapan
yang lebih sempurna, baik kematangan emosional maupun kesempurnaan
fungsional organ-organ tubuh. Pada tahapan kehidupan lansia justru terjadi
kemunduran sesuai dengan hukum alam, perubahan ini umum dikenal dengan
istilah “menua” (proses penuaan).8 Menua adalah suatu proses menghilangnya
kemampuan jaringan untuk memperbaiki dan mengganti diri serta
mempertahankan struktur dan fungsi normal.9 Seiring perjalanan usia, proses
penuaan pun terus berlangsung dan tubuh akan mengalami perubahan-perubahan
yang menyebabkan involusi dan degradasi jaringan dengan fungsi organ tubuh
mengalami kemunduran baik fisik maupun mental.8
Jadi, pada dasarnya pada proses penuaan akan terjadi perubahan-perubahan
anatomis pada organ-organ tubuh. Dalam kenyataannya sulit untuk membedakan
apakah suatu abnormalitas disebabkan oleh proses menua atau proses penyakit.
Pembedaan ini sangat penting untuk memberikan pelayanan kesehatan yang tepat
pada usia lanjut, karena harus dihindari pemberian obat pada abnormalitas yang
diakibatkan proses menua yang normal. Dengan makin lanjutnya usia, maka
penurunan anatomik dan fungsi organ semakin besar. Peneliti Andres dan Tobin
mengintroduksi hukum 1% yang menyatakan bahwa fungsi organ menurun
sebanyak 1 % setiap tahunnya setelah usia 30 tahun.10
Secara umum, teori penuaan dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
teori genetik dan teori nongenetik.1 Teori genetika merupakan teori yang
menjelaskan bahwa penuaan merupakan suatu proses yang alami di mana hal ini telah
diwariskan secara turun-temurun (genetik) dan tanpa disadari untuk mengubah sel
dan struktur jaringan.10 Teori genetik memfokuskan mekanisme penuaan yang
terjadi pada nukleus sel.1
Teori genetika terdiri dari teori DNA, teori ketepatan dan kesalahan,
mutasi somatik, dan teori glikogen. Pada manusia, berlaku program genetik jam
biologi di mana program maksimal yang diturunkan adalah selama 110 tahun. Sel
manusia normal akan membelah 50 kali dalam beberapa tahun. Sel secara genetik
diprogram untuk berhenti membelah setelah mencapai 50 divisi sel, pada saat itu
sel akan mulai kehilangan fungsinya.10
Teori genetika dengan kata lain mengartikan bahwa proses menua
merupakan hal yang tidak dapat dihindari dan akan semakin terlihat bila usia
semakin bertambah. Teori ini juga bergantung dari dampak lingkungan pada
tubuh yang dapat mempengaruhi susunan molecular.10
Teori nongenetik memfokuskan lokasi di luar nukleus sel, seperti organ,
jaringan, dan sistem. Teori yang berdasarkan nongenetik salah satunya adalah
teori radikal bebas.1
Semua spesies kimia yang mengandung elektron tanpa pasangan disebut
radikal bebas. Teori radikal bebas menerangkan pengaruh suatu elektron bebas
yang tidak berpasangan, bersifat sangat rektif dan tidak stabil. Radikal bebas akan
bergabung dengan apa saja yang ada di sekitarnya yang menyebabkan kerusakan
sel. Proses inilah yang dapat menyebabkan perubahan-perubahan fisiologis
maupun biologis dalam proses penuaan serta tidak jarang menimbulkan resiko
munculnya berbagai macam penyakit (Hardianto Wibowo, 2002:246).8
Radikal bebas merupakan contoh produk sampah metabolisme yang dapat
menyebabkan kerusakan apabila terjadi akumulasi. Normalnya radikal bebas akan
dihancurkan oleh enzim pelindung, namun beberapa berhasil lolos dan
berakumulasi di dalam organ tubuh. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan
seperti kendaraan bermotor, radiasi, sinar ultraviolet, mengakibatkan perubahan
pigmen dan kolagen pada proses penuaan. Ketika radikal bebas menyerang
molekul, akan terjadi kerusakan membran sel. Penuaan diperkirakan karena
kerusakan sel akumulatif yang pada akhirnya mengganggu fungsi.10
4. Manajemen fisioterapi
Manajemen fisioterapi dapat terbagi menjadi 3 tahap yaitu pada tahap
a. Zona Akut (berlangsung selama 6-10 hari
b. Zona Recovery (berlangsung 6-8 pekan)
c. Zona nekrotik (berlangsung selama >8 pekan)
PEMERIKSAAN FISIOTERAPI
Nama pasien : Tn. A.L
Usia : 75 tahun
Alamat : Polman Sulawesi Barat
Agama : islam
Status : Pensiunan
Kondisi umum pasien:
1. TD : 140/80 mmHg
2. DN : 88 x/menit
3. Pernafasan : 20x/menit
4. Suhu : 36°C
CHIEF OF COMPLAINT :
Lemah separuh badan sebelah kanan
HISTORY :
Terjadi sejak 6 bulan yang lalu. Awalanya pasien beraktivitas seperti biasa. Pada
saat masuk shlat magrib tiba-tiba pasien jatuh pingsan dan saat pasien sadarkan
diri pasien tidak mampu menggerakkan separuh badan sebelah kanan. Riwayat
Hipertensi (+), riwayat Jantung (-), riwayat Asam Urat (+).
ASIMETRI
1. Inspeksi statis :
a. Pasien Nampak cemas.
b. Posisi duduk : normal
c. Pasien berdiri : kurva dari tulang vertebra terlihat kyfosis.
d. Pasien baring : cenderung tidur terlentang dengan alignment tubuh yang
tidak lurus/miring.
2. Inspeksi Dinamis :
a. Pasien dating derngan memakai kursi roda.
b. Saat berjalan terlihat pincang dan dan menggunakan alat bantu berupa
tongkat.
c. Pola nafas normal.
d. Pasien dapat transfer dan ambulasi dengan bantuan.
3. Tes Orientasi :
a. Pasien diminta untuk mengangkat ekstremitas superior
IP : Pasien sulit menggerakkan ekstremitas superior dekstra
b. Pasien diminta untuk mengangkat ekstremitas inferior
IP : Pasien mampu, namun perlahan menggerakkan ekstremitas inferior
dekstra
c. Pasien diminta untuk miring ke kiri dan ke kanan.
IP : Pasien masih kesulitan melakukannya.
d. Pasien diminta untuk duduk dari posisi tidur terlentang.
IP : pasien tidak dapat melakukannya.
4. Palpasi
a. Nyeri tekan (-)
b. Spasme (-)
c. Oedem (+) pada fingers dan toes dextra
e. Suhu : hangat pada bagian udemnya
RESTRICTIF:
1. ROM :
2. ADL
Pasien mengalami gangguan ADL (walking, eating, toileting, self care,
dressing and sex.).
3. Pekerjaan dan rekreasi
Semenjak sakit, pasien tidak dapat lagi melakukan aktivitasnya sehari-hari.
TISSUE IMPAIRMENT :
Jaringan yang mengalami kerusakan/gangguan adalah:
1. Neurogen : UMN
2. Muskulotendinogen: weakness otot ekstremitas superior dan inferior
dekstra.
3. Osteoarthrogen: -
4. Psokoge : Cemas
PEMERIKSAAN SPESIFIK
1. VAS (Pada shoulder)
Nyeri diam :3
Nyeri gerak :7
Nyeri tekan :5
2. Tes sensorik
a. Tes rasa nyeri (tajam, tumpul)
b. Tes rasa raba (halus, kasar)
c. Tes beda titik (1 titik atau 2 titik)
d. Tes rasa posisi (lurus, bengkok)
IP : Normal
3. Tes Refleks
Refleks biceps (C5-6), triceps (C6-8), KPR (L2-4), dan APR (S1-2)
Tingkat Jawaban Refleks
Tingkatan Interpretasi
- Tidak ada reflex sama sekali
± Kurang jawaban, jawaban lemah
+ Jawaban normal
++ Jawaban berlebihan, reflex meningkat
4. Pemeriksaan sensomotorik
a. Non Equilibrium
Hasil :
IP :
b. Equilibrium
Hasil :
IP :
5. Tes Stabilitas (bridging)
Hasil : pasien mampu melakukan dengan baik
IP : Normal
8. MMSE
Hasil :5
IP : Definite gangguan kognitif
DIAGNOSIS:
Gangguan aktivitas fungsional gerak tubuh ekstermitas dekstra akibat hemiparese
ec NHS (non haemoragic stroke) 6 bulan yan
PROBLEMATIK FT
a. Problematik Primer : kelemahan separuh tubuh sebelah kanan
b. Problematik Sekunder
1) Penurunan rasa percaya diri
2) Nyeri pada bahu kanan
3) Kelemahan otot lengan dan tungkai sebelah kiri
4) Gangguan keseimbangan
5) Gangguan kognitif
6) Resiko limitasi ROM dan kontraktur otot
c. Problematik Kompleks
Gangguan ADL berjalan.
BAB IV
PEMBAHASAN
TUJUAN PENANGANAN FT
Penanganan FT yang diberkan terkait dengan kondisi pasien bertujuan untuk:
1. Tujuan Jangka Panjang
Meningkatkan kualitas hidup dengan mengoptimalkan kapasitas fisik dan
kemampuan fungsional pasien.
2. Tujuan Jangka Pendek
a. Meningkatan rasa percaya diri.
b. Mengurangi nyeri
c. Meningkatkan kekuatan otot
d. Mencegah limitasi ROM dan kontraktur
e. Meningkatkan keseimbangan
f. Meningkatkan ADL
PROGRAM FT
Berikut adalah program FT yang dapat diberikan:
No Problematik FT Modalitas Dosis
1. Penurunan RPD, cemas Komunikasi F : Tiap x terapi
terapeutik FT I : penderita tetap fokus
T : motivasi
T : 3 menit
EVALUASI
Setelah di lakukan intervensi Fisioterapi tidak didapatkan peningkatan yang
signifikan, hanya pasien merasakan nyeri pada bahunya berkurang.
- Nyeri (Post)
Nyeri diam :4
Nyeri gerak :7
Nyeri tekan :5
- Nyeri (Pre)
Nyeri diam :3
Nyeri gerak :7
Nyeri tekan :3
DOKUMENTASI
MODIFIKASI
Mengikuti perubahan patofisiologi dan hasil evaluasi : indeks Barthel, frekuensi
pernapasan dan laboratorium, sehingga dosis latihan dapat ditingkatkan jika
kondisi pasien makin membaik. Modifikasi program FT yang dapat diberikan
yaitu ADL exercise seperti latihan berdiri dan berjalan terkait dengan aktivitas
keseharian pasien serta AFPR Outbond.
KEMITRAAN
Fioterapis dapat mengembangkan kolaborasi/kemitraan dengan profesi lain dalam
memberikan penanganan terhadap kondisi pasien. Hal ini dilakukan berdasarkan
kebutuhan pasien. Dalam penanganan pasien ini, FT bermitra dengan dokter (ahli
jantung, interna, patologi klinik, radiologi, dll) dan perawat yang menangani
pasien.
EDUKASI/HOME PROGRAM
1) Menjelaskan kepada pasien mengenai pola hidup sehat, seperti konsumsi
makanan yang bergizi (rendah kalori) dan menghindari stress.
2). Memberikan edukasi kepada pasien tentang cara bangun dari posisi tidur
(teknik perlindungan sendi).
3) Memberikan contoh untuk melakukan latihan secara mandiri (aktif exercise)
untuk menghindari terjadinya kekakuan otot
4) Latihan keseimbangan berdiri dan latihan berjalan
DAFTAR PUSTAKA