Anda di halaman 1dari 26

2

HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN TEORI PUISI DENGAN

KEMAMPUAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS VIII MTS

MATHLA’UL ANWAR TIGARAKSA KABUPATEN TANGERANG

TAHUN PELAJARAN 2010/1011

I. MASALAH

A. Latar Belakang Masalah

Pengajaran sastra Indonesia pada dasarnya adalah pengajaran apresiasi.

Pengajaran apresiasi sastra tidak dapat dipisahkan dari hakikat pengajaran sastra itu

sendiri, karena sastra itu sendiri merupakan curahan hati, pikiran, dan perasaan

seseorang yang dituangkan ke dalam suatu bahasa yang indah untuk dinikmati dan

dirasakan oleh orang lain, sehingga orang itu dapat merasakan arti dan makna yang

terkandung dalam bahasa sastra tersebut.

Sementara itu Rahmanto (1998:38) mengatakan bahwa “belajar sastra pada

dasarnya adalah belajar bahasa dalam praktek. Belajar sastra harus selalu berpangkal

pada realisasi bahwa setiap karya sastra pada pokoknya merupakan kumpulan kata

yang harus diteliti siswa, ditelusuri, dianalisis, dan diintegrasikan”. Dengan bersastra,

manusia berupaya untuk mengemukakan dan mengekspresikan gagasan serta rasa

keindahan yang dapat dinikmati oleh dirinya sendiri maupun orang lain.

Pengajaran apresiasi salah satunya yaitu menulis puisi sebagai bahan

pengajaran apresiasi sastra. Untuk dapat menulis puisi diperlukan pengalaman dan
2

pengetahuan sastra. Sebagaimana kita ketahui, bahwa pengajaran sastra di sekolah

mempunyai tujuan agar siswa memperoleh pengalaman sastra, yaitu siswa diharapkan

dapat mengapresiasi dan berekspresi langsung melakukan komunikasi dengan hasil-

hasil sastra secara konkret dengan menggunakan penginderaan dan pengimajinasian.

Siswa diharapkan tidak hanya mengapresiasi karya sastra tetapi juga dapat

mengetahui teori-teori puisi dan menngapresiasikan teori-teori tersebut. kegiatan

apresiasi sastra dimaksudkan agar upaya untuk mengembangkan daya cipta siswa.

Berhasilnya pengajaran sastra banyak ditunjang oleh beberapa faktor,

misalnya kurikulum yang meliputi: pengajaran, metode, alat, siswa, dan guru. Guru

dalam hal ini memegang peranan penting. Sehubungan dengan kegiatan ekspresi,

selanjutnya Rusyana (1982:7) menjelaskan bahwa:

“Dalam kegiatan sastra, kita harus pula memberikan perhatian kepada


kegiatan ekspresi ini siswa harus diberi kesempatan dan dorongan untuk
mengutarakan dirinya ke dalam bahasa. Siswa harus sanggup menyusun cerita dan
pengalamannya ke dalam bentuk yang tepat. Baik secara lisan maupun tertulis. Siswa
harus mampu berbicara dan mengarang dengan baik.”
Sesuai dengan tuntutan kurikulum, kegiatan berekspresi sastra harus dapat

memotivasi siswa agar timbul kegairahan dalam mengemukakan gagasannya ke

dalam karya sastra, bukanlah berarti siswa harus menjadi sastrawan. Dengan cara

membimbing siswa dalam kegiatan berekspresi sastra khususnya dalam bidang puisi,

diharapkan siswa dapat tumbuh rasa cintanya pada karya sastra.

Dewasa ini sering terdengar keluhan yang memprihatinkan tentang pengajaran

sastra di sekolah. Pengajaran sastra di sekolah pada saat ini dianggap kurang bermutu
2

hasilnya. Pengajaran sastra di sekolah hanya mengajarkan bermacam teori kesastraan,

tanpa siswa diberi kesempatan untuk mengapresiasi karya sastra itu sendiri. Dalam

hal ini peranan guru sangat penting, karena guru tersebut menjadi salah satu faktor

penting dalam berhasil tidaknya kegiatan proses belajar mengajar terutama dalam

kegiatan apresiasi sastra.

Puisi sebagai salah satu karya seni satra dapat dikaji dari bermacam-macam

aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi itu

adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana

kepuitisan. Dapat pula puisi dikaji jenis-jenis atau ragam-ragamnya, mengingat

bahwa ada beragam-ragam puisi. Begitu pula, puisi dapat dikaji dari sudut

kesejarahannya, mengingat bahwa sepanjang sejarahnya, dari waktu ke waktu puisi

selalu mengalami perubahan, perkembangan. Hal ini mengingat hakikatnya sebagai

karya seni yang selalu terjadi ketegangan antara konvensi dan pembaharuan (inovasi)

(Teeuw dalam Pradopo, 1995:1). Puisi selalu berubah-ubah sesuai dengan evolusi

selera dan perubahan konsep estetiknya (Riffaterre dalam Pradopo, 1995:1).

Dengan demikian jelaslah salah satu tuntutan dalam pembelajaran sastra

adalah agar siswa tidak hanya dapat menguasai teori-teori sastra (puisi), akan tetapi

lebih dari itu, siswa diharapkan dapat mengaplikasikan teori-teori yang telah

dipelajarinya dengan cara menulis puisi sederhana. Kegiatan menulis puisi ini akan

berdampak positif pada siswa, karena siswa akan dapat mengekspresikan

kemampuannya dalam bidang sastra.


2

Teori puisi yang penulis maksudkan adalah teori puisi yang berupa hakikat

(tema, perasaan, nada, amanat) dan metode puisi (diksi) kata tanya, gaya bahasa,

sudut pandang, rima dan ritma. Sedangkan kemampuan menulis puisi yang

dimaksudkan adalah kemampuan siswa dalam menerapkan teori-teori puisi untuk

diaplikasikan dalam bentuk tulisan karya sastra berbentuk puisi.

Penelitian ini akan menghubungkan penguasaan teori puisi dengan

kemampuan menulis puisi. Berdasarkan hal tersebut, selanjutnya penelitian ini

tertuang dalam bentuk skripsi yang berjudul “Hubungan antara Penguasaan Teori

Puisi dengan Kemampuan menuis Puisi pada Siswa Kelas VIII MTs Mathla’ul Anwar

Tigaraksa Kabupaten Tangerang Tahun Pelajaran 2010/1011”.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan suatu tahap permulaan dari penguasaan

masalah di mana suatu obyek dalam suatu jalinan situasi tertentu dapat kita kenali

sebagai suatu masalah (Suriasumantri, 1999:309).

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah-masalah dalam penelitian ini

diidentifikasi sebagai berikut:

1. Apakah materi pembelajaran apresiasi sastra disampaikan dengan baik oleh guru

bahasa Indonesia di sekolah?


2

2. Bagaimana sikap siswa dalam mempelajarai materi apresiasi sastra tersebut?

3. Apakah guru telah memberikan pembelajaran apresiasi sastra khususnya apresiasi

puisi dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran?

4. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam

mengapresiasi karya sastra, khususnya menulis puisi?

5. Bagaimanakah pemahaman siswa terhadap unsur-unsur pembentuk puisi?

6. Bagaimanakah penguasaan siswa terhadap teori puisi?

7. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam menulis puisi?

8. Apakah terdapat hubungan antara penguasaan teori puisi dengan kemampuan

menulis puisi?

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah yang akan penulis teliti tidak terlalu luas, maka perlu adanya

pembatasan atau ruang lingkup yang jelas. Oleh karena itu, penulis akan membatasi

lingkup permasalahan dalam penelitian ini yaitu:

1. Penguasaan teori puisi Siswa Kelas VIII MTs Mathla’ul Anwar Tigaraksa

Kabupaten Tangerang.

2. Kemampuan menulis Puisi Siswa Kelas VIII MTs Mathla’ul Anwar Tigaraksa

Kabupaten Tangerang

3. Hubungan antara penguasaan teori puisi dengan kemampuan menulis puisi Siswa

Kelas VIII MTs Mathla’ul Anwar Tigaraksa Kabupaten Tangerang.


2

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana penguasaan teori puisi siswa kelas VIII MTs Mathla’ul Anwar

Tigaraksa Kabupaten Tangerang Tahun Pelajaran 2010/1011?

2. Bagaimana kemampuan menulis puisi siswa kelas VIII MTs Mathla’ul Anwar

Tigaraksa Kabupaten Tangerang Tahun Pelajaran 2010/1011?

3. Apakah terdapat hubungan antara penguasaan teori puisi dengan kemampuan

menulis puisi pada siswa Kelas VIII MTs Mathla’ul Anwar Tigaraksa Kabupaten

Tangerang Tahun Pelajaran 2010/1011?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Ingin mengetahui penguasaan teori puisi siswa kelas VIII MTs Mathla’ul Anwar

Tigaraksa Kabupaten Tangerang Tahun Pelajaran 2010/1011.

2. Ingin mengetahui kemampuan menulis puisi siswa MTs Mathla’ul Anwar

Tigaraksa Kabupaten Tangerang Tahun Pelajaran 2010/1011.


2

3. Ingin mengetahui hubungan antara penguasaan teori puisi dengan kemampuan

menulis puisi pada siswa kelas VIII MTs Mathla’ul Anwar Tigaraksa Kabupaten

Tangerang Tahun Pelajaran 2010/1011.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat:

1. Bagi peneliti dapat menambah wawasan pengetahuan terutama dalam hal

penelitian pendidikan dalam bidang kesusastraan.

2. Bagi siswa dapat menambah wawasan pengetahuan dan meningkatkan penguasaan

teori puisi serta kemampuan menulis puisi.

3. Bagi guru bidang studi bahasa Indonesia dapat menambah informasi dan

pengetahuan tentang tes penguasaan teori puisi dan apresiasi puisi, khususnya

kemampuan menulis puisi, juga dapat memberikan umpan balik terhadap hasil

belajar apresiasi puisi siswa SMP, khususnya siswa kelas VIII SMP.

4. Bagi Kepala Sekolah penelitian ini dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam

penguasaan materi kesusastraan dan dijadikan sebagai masukan yang berharga

serta bahan evaluasi dan tindak lanjut kegiatan pembelajaran di sekolah ini.

II. LANDASAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

A. Landasan Teoritis
2

1. Hakikat Kemampuan Menulis Puisi

Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan komunikasi untuk hidup

bermasyarakat. Sejak kecil mereka telah diajarkan berbicara dan setelah dewasa

mereka pun membutuhkan tempat untuk mencurahkan isi hati dan pikiran. Oleh

sebab itu, mereka membutuhkan alat untuk berkomunikasi, yaitu bahasa. Komunikasi

adalah interaksi sosial melalui pesan (Semi, 1990:37). Dilihat dari sudut keterampilan

berbahasa, kemampuan berbicara seseorang tidak sekedar untuk berkomunikasi,

melainkan juga dipergunakan untuk menyatakan gagasan-gagasan kepada orang lain.

Munandar (1987:17) memberikan batasan bahwa “Kemampuan atau

kesanggupan merupakan kecakapan atau kekuatan seseorang untuk dapat berbuat atau

melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan”.

Pada dasarnya suatu kemampuan sudah ada pada diri seseorang. Hal ini

dikatakan Semiawan (1987:2) bahwa “Kemampuan adalah daya untuk untuk

melaksanakan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Setelah

melalui latihan dan proses belajar, maka kemampuan seseorang akan lebih

terwujud”.

Kemampuan atau kesanggupan merupakan kecakapan atau kekuatan

seseorang untuk dapat berbuat atau melakukan suatu tindakan. Kemampuan

merupakan daya untuk melakukan tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan
2

(Arsjad dan Mukti, 1993:23).Setiap orang memiliki kemampuan dasar, baik yang

dibawa sejak lahir maupun kemampuan yang diperoleh melalui latihan.

Dengan demikian, maka kemampuan merupakan salah satu hal yang harus

dimiliki oleh seseorang, karena kemampuan merupakan faktor penting untuk

menunjang tercapainya tujuan sesuai dengan kondisi yang diharapkan, serta untuk

mengembangkan keterampilan dalam bentuk perilaku nyata.

Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa di sekolah adalah

kemampuan menulis. Dalam hal ini Tarigan (1990:3) mengemukakan bahwa

“Menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk

berkomunikasi secara tidak langsung tidak secara tatap muka dengan orang lain”.

Begitu pula Dwipayana (1994:1) mengemukakan bahwa “Menulis adalah suatu

proses kegiatan pikiran seseorang yang hendak mengungkapkan buah pikiran dan

perasaannya kepada orang lain atau kepada dirinya sendiri dalam tulisan”.

Dengan demikian, menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang digunakan

untuk menyampaikan buah pikiran dan perasaannya kepada orang lain secara tidak

langsung. Untuk kegiatan menulis diperlukan proses.

Masih berhubungan dengan pengertian menulis, Parera (1982:4) mengungkapkan

bahwa “Menulis merupakan suatu proses, maka menulis harus mengalami tahap

prakarsa (ide), tahap pelanjutan, tahap revisi, dan tahap pengakhiran”. Dengan

demikian, kegiatan menulis berarti harus melalui beberapa tahapan. Sejalan dengan

pendapat tersebut, Akhadiah (1996:2) mengatakan bahwa “Menulis merupakan

kegaiatan suatu proses, yaitu proses penulisan”.


2

Hal ini berarti kegiatan menulis dilalui melalui beberapa tahapan. Definisi-

deifinisi tersebut, memperlihatkan pengertian bahwa menulis merupakan suatu

keterampilan berbahasa yang diperlukan untuk berkomunikasi secara tidak langsung

dan memerlukan proses yang harus melalui beberapa tahapan yaitu tahapan

prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi.

Apabila kemampuan menulis yang dimiliki oleh siswa dihubungkan dengan

kegiatan menulis karya sastra, dalam hal ini puisi, maka seorang penulis tersebut

harus mengetahui dan memahami terlebih dahulu apa itu puisi?

Puisi adalah karya sastra yang tergolong dalam jenis sastra imajinatif.

Penggunaan bahasa dalam puisi lebih cenderung pada penggunaan bahasa konotatif.

Oleh karena itu, puisi lebih sulit dipahami dari pada karya sastra yang menggunakan

bahasa bermakna denotatif.

Penggunaan kata konotatif dalam puisi, dimaksudkan agar penyair dapat

menyembunyikan maksud-maksud tertentu dan memiliki keindahan-keindahan

tersendiri. Selain itu, penyusunan puisi, terutama penyusunan kata-kata memiliki

syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak, maupun kata-kata kiasan.

Berkaitan dengan uraian di atas, maka dapat diartikan bahwa puisi adalah

susunan kata-kata hasil ciptaan penyair dengan menepati syarat-syarat tertentu,

menggunakan irama, sajak, dan kata-kata kiasan. Dalam hubungan ini, Tarigan

(1993:4) menjelaskan: Kata puisi berasal dari bahasa Yunani piesis yang berarti

penciptaan. Tetapi arti yang semula ini lama kelamaan semakin dipersempit ruang

lingkupnya menjadi hasil seni sastra, yang kata-katanya disusun menurut syarat-
2

syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata-kata

kiasan.

Berdasarkan analisis teori-teori di atas, maka yang dimaksud dengan

kemampuan menulis puisi dalam penelitian ini adalah kesanggupan seseorang dalam

menyatakan segala macam perasaan atau curahan hati dalam bahasa tulis dengan

menggunakan bahasa yang konotatif dan memenuhi unsur-unsur puisi yakni hakikat

puisi dan metode puisi.

2. Hakikat Penguasaan Teori Puisi

Penguasaan teori puisi merupakan kesanggupan siswa untuk mempelajari

pengetahuan tentang puisi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata Penguasaan

berasal dari kata dasar kuasa yang berarti “kemampuan atau kesanggupan (untuk

berbuat sesuatu)”. Dengan mendapat imbuhan peN-an, kata kuasa berubah menjadi

kata penguasaan yang berarti “pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan

(pengetahuan, keterampilan, kepandaian, dan sebagainya)” (Depdikbud,1989:468).

Pada dasarnya seseorang akan memiliki kesanggupan untuk menggunakan

pengetahuan, keterampilan, dan kepandaian melalui proses belajar dan atihan.

Dengan demikian, jelaslah bahwa penguasaan diperoleh melalui proses belajar dan

latihan.

Berikut ini akan diuraikan pengertian puisi, unsur-unsur puisi, dan jenis-jenis

puisi.
2

a. Pengertian Puisi

Puisi adalah karya sastra yang tergolong dalam jenis sastra imajinatif.

Penggunaan bahasa dalam puisi lebih cenderung pada penggunaan bahasa konotatif.

Oleh karena itu, puisi lebih sulit dipahami dari pada karya sastra yang menggunakan

bahasa bermakna denotatif.

Penggunaan kata konotatif dalam puisi, dimaksudkan agar penyair dapat

menyembunyikan maksud-maksud tertentu dan memiliki keindahan-keindahan

tersendiri. Selain itu, penyusunan puisi, terutama penyusunan kata-kata memiliki

syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak, maupun kata-kata kiasan.

Berkaitan dengan uraian di atas, maka dapat diartikan bahwa puisi adalah

susunan kata-kata hasil ciptaan penyair dengan menepati syarat-syarat tertentu,

menggunakan irama, sajak, dan kata-kata kiasan. Dalam hubungan ini, Tarigan

(1993:4) menjelaskan:

Kata puisi berasal dari bahasa Yunani piesis yang berarti penciptaan. Tetapi
arti yang semula ini lama kelamaan semakin dipersempit ruang lingkupnya
menjadi hasil seni sastra, yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat
tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata-kata
kiasan.

Sesuai dengan bahasa yang digunakan dalam puisi, hingga saat ini batasan

puisi belum diperoleh suatu kepastian. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan

pandangan dan konsep para ahli. Sebagai ancer-ancer mengenai batasan puisi,

Pradopo (1995:7) menjelaskan:


2

Puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang


merangsang imajinasi panca indera dalam susunan berirama. Semua itu
merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan
dengan menarik dan member kesan. Puisi itu merupakan rekaman dan
interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang
paling berkesan.

Unsur-unsur puisi melakukan regulasi diri artinya mempunyai saling

keterkaitan antara unsure yang satu dengan yang lain. Jalinan makna dalam

membentuk kesatuan kesatuan da keutuhan puisi menyebabkan keseluruhan puisi

lebih bermana dan lebih lengkap dari sekedar kumpulan unsur-unsur.

Jika dipaksa harus memberikan definisi puisi, Waluyo (1995:25) membatasi

puisi kira-kira sebagai berikut.

Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan
penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua
kekuatan dan bahasa dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur
batinnya.

Berdasarkan beberapa pengertian puisi menurut para ahli yang sangat sukar

dirumuskan sebagaimana dipaparkan sebelumnya, penulis menyimpulkan, puisi

adalah bentuk karya sastra imajinatif yang lebih cenderung menggunakan bahasa

yang bersifat konotatif, mengekspresikan pemikiran yang yang dapat membangkitkan

perasaan, dalam susunan yang berirama, dan antarunsurnya berkaitan erat dalam

membentuk makna.

b. Unsur-unsur Puisi
2

Sebagaimana karya sastra imajinatif, puisi dibentuk oleh unsur-unsur yang

bersifat padu atau terdapat keterkaitan antarunsur. Unsur-unsur pembentuk puisi,

menurut Situmorang (1983:24) terdiri atas (1) the nature of poetry (hakikat puisi) dan

(2) the method of poetry (metode puisi).

Sependapat dengan Situmorang, dalam hal ini Richard (dalam Waluyo,

1995:24) mengatakan bahwa:

Adanya hakikat puisi untuk mengganti bentuk batin ini puisi dan metode
puisi untuk mengganti bentuk fisik puisi. Diperinci pula bentuk batin yang
meliputi perasaan (feeling), tema (sense), dan amanat (intention). Sedangkan
bentuk fisiik atau metode puisi terdiri dari diksi (diction), kata konkret (the
concrete word), majas atau bahasa figuratif (figurative language), dan bunyi
yang menghasilkan rima dan ritme (rhytme and rhytem).

Selanjutnya, Hartoko (dalam Waluyo, 1995:27) mengatakan bahwa “ada dua

unsur penting dalam puisi, yakni unsur tematik atau unsur semantik puisi dengan

unsur sintaksis puisi. Unsur tematik atau sintaksis menunjukkan ke arah struktur

batin, sedangkan unsur sintaksis menunjukkan ke arah struktur fisik.

Berdasarkan teori-teori di atas, maka yang dimaksud dengan unsur-unsur puisi

terdiri atas hakikat puisi atau bentuk batin puisi dan metode puisi atau bentuk fisik

puisi. Kedua unsur ini masing-masing meliputi perincian tersendiri, dan perincian

tersebut bersifat padu atau terdapat keterkaitan yang erat.

Richard (dalam Situmorang, 1983:12) membedakan dua hal penting yang

membangun puisi, yakni hakikat puisi (the nature of poety) dan metode puisi (the

methode of poety). Kedua hal tersebut, teridiri dari:

1) Hakikat puisi, terdiri atas empat (catur tunggal), yakni:


2

(1) sense = tema - arti


(2) feeling = rasa
(3) tone = nada
(4) intention = tujuan; amanat
2) Metode puisi, terdri atas lima (panca tunggal), yakni:
(1) diction
(2) imagery
(3) the concrete word
(4) figurative language
(5) rhytm and rime

Selanjutnya, unsur pembanguna puisi tersebut diuraikan sebagai berikut:

Sense = tema – arti, Setiap puisi pasti mengandung pokok persoalan (subject

matter) yang hendak dikemukakannya. Tidak ada sanjak (puisi) yang tidak

mempunyai sesuatu yang hendak dikemukakannya. Walaupun sering penyair

menutup-nutupi atau menyelebungi maksud ciptaannya, hingga pembaca harus

bekerja keras untuk menafsirkannya. Tetapi pasti ada sesuatu yang hendak

dikemukakannya. Inilah sense.

Feeling = rasa, yang dimaksud dengan feeling adalah sikap penyair terhadap

subject matter atau pokok persoalan yang terdapat dalam puisinya. Setiap orang

mempunyai sikap, pandangan, watak tertentu dalam menghadapi sesuatu.

Tone = nada, yang dimaksud dengan tone adalah sikap penyair terhadap

pembaca atau terhadap penikmat karya sastra pada umumnya. Sebenarnya hubungan

antara sense, feeling, dan tone ini sangat erat. Bagaimana sikap sang penyair terhadap

pembaca, dapat kita rasakan dari nada ciptaannya, apakah penyair bersikap rendah

hati, angkuh, sugestif, persuasive,, dan lain-lain.


2

Intention = tujuan; amanat, yang dimaksud dengan intention ialah tujuan

penyair dengan menciptakan sanjak itu. Setiap orang mengerjakan sesuatu selalu

mempunyai tujuan. Walaupun tujuan itu kadang-kadang tidak disadari, tapi jelas

bahwa tujuan itu tetap ada.

Diction = diksi, yang dimaksud dengan diksi adalah pilihan kata yang

biasanya diusahakan oleh penyair dengan secermat dan seteliti mungkin. Disinilah

sering pergumulan penyair, bagaimana ia mimilih kata yang benar-benar

mengandung arti sesuai dengan maksud puisinya, baik dalam arti denotatif maupun

dalam arti konotatif.

Imagery = imagi, daya bayang, seperti sudah dijelaskan di atas bahwa akibat

pilihan kata, jalinan kata yang digunakan penyair, kita tergugah untuk menggunakan

kemampuan melihat, mendengar, dan merasakan secara fantasi (imagi) yakni benda-

benda, bunyi-bunyi, dan perasaan-perasaan yang diungkapkan oleh penyair.

The concrete word = kata-kata yang konkret, yang dimaksud dengan kata-kata

yang konkret adalah kata-kata yang jika dilihat secara denotatif tidak sama menurut

kondisi dan situasi pemakainnya.

Figurative language = pigura bahasa, gaya bahasa, yang dimaksud dengan

figurative language adalah cara yang dipergunakan oleh penyair untuk

membangkitkan dan menciptakan imagery dengan mempergunakan gaya bahasa,

gaya perbandingan, gaya kiasan, gaya pelambangan, sehingga makin jelas makna atau

lukisan yang hendak dikemukakannya, kata-kata biasa sering tidak mampu

melukiskan atau mendukung amanat yang hendak dikemukakan oleh penyair, maka ia
2

pun mempergunakan gaya perbandingan-perbandingan tertentu untuk lebih

menghidupkan dan memantapkan apa yang hendak dikemukakannya.

Rhytm and rime, yang dimaksud dengan rhytm dan rime adalah sajak

(persamaan bunyi). Peranan irama dan rima ini dalam puisi sangat penting dan sangat

erat hubungannya dengan sense, feeling, tone, dan intention. Mengenai irama (ritme)

ini, dapat dikemukakan merupakan totalitas dari tinggi rendah suara, panjang pendek

suara, cepat lambatnya suara waktu membaca atau mendeklamasikan sanjak.

c. Jenis-jenis Puisi

Puisi tergolong karya sastra jenis imajinatif. Pada puisi unsur bahasa

dipergunakan semaksimal mungkin dalam arti, intensitas dan irama serta bunyi

katanya. Bahasa pada puisi adalah bahasa yang berkembang dan multi makna. Oleh

karena itu, maka penggunaan bahasa dalam puisi lebih cenderung bahasa konotatif.

Dalam kaitannya dengan jenis puisi ini, Sumardjo (1997:25) mengemukakan

jenis-jenis puisi adalah sebagai berikut:

1) Puisi Epik, yang termasuk ke dalam kelompo puisi epik yaitu: (1) epos atau wira

cerita, (2) fabel; dan (3) balada.

2) Puisi Lirik, yang termasuk ke dalam kelompok puisi ini adalah: (1) elegy; (2)

hymne; (3) ode; (4) epigram; (5) humor; (6) pastoral; (7) idyl; (8) satire; dan (9)

parody.

3) Puisi Dramatik
2

Berdasarkan analisis teori-teori di atas, maka yang dimaksud dengan

penguasaan teori puisi dalam penelitian ini adalah kesanggupan seseorang untuk

mengetahui dan memahami puisi khususnya tentang teori puisi yang meliputi:

pengertian puisi, hakikat puisi, metode puisi, ragam puisi, gaya bahasa, dan tokoh

puisi.

B. Kerangka Berpikir

Kemampuan menulis puisi adalah kesanggupan seseorang dalam menyatakan

segala macam perasaan atau curahan hati dalam bahasa tulis dengan menggunakan

bahasa yang konotatif dan memenuhi unsur-unsur puisi yakni hakikat puisi dan

metode puisi.

Penguasaan teori puisi adalah kesanggupan seseorang untuk mengetahui dan

memahami puisi khususnya tentang teori puisi yang meliputi: pengertian puisi,

hakikat puisi, metode puisi, ragam puisi, gaya bahasa, dan tokoh puisi.

Kemampuan menulis puisi seseorang dipengaruhi oleh berbagai macam

faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam menulis puisi adalah

faktor penguasaan teori puisi. Dalam hal ini, semakin baik penguasaan puisi

seseorang, maka akan semakin baik pula kemampuan menulis puisinya. Sebaliknya,

seseorang yang tidak mampu menguasai teori puisi dengan baik, maka kemampuan

menulis puisinya pun akan kurang pula. Dengan demikian, maka diduga terdapat

hubungan positif antara penguasaan teori puisi dengan kemampuan menulis puisi.
2

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penguasaan teori puisi siswa kelas VIII MTs Mathla’ul Anwar Tigaraksa

Kabupaten Tangerang Tahun Pelajaran 2010/1011 cukup baik.

2. Kemampuan menulis puisi siswa kelas VIII MTs Mathla’ul Anwar Tigaraksa

Kabupaten Tangerang Tahun Pelajaran 2010/1011 cukup baik.

3. Terdapat hubungan positif antara penguasaan teori puisi dengan kemampuan

menulis puisi pada siswa kelas VIII MTs Mathla’ul Anwar Tigaraksa Kabupaten

Tangerang Tahun Pelajaran 2010/1011.

III. METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Mathla’ul Anwar Tigaraksa Kabupaten

Tangerang.

Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan bulan

Agustus 2010.

B. Metode Penelitian

Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

dengan teknik korelasional. Metode ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran

tentang hubungan penguasaan teori puisi dengan kemampuan menulis puisi. Dalam
2

menggunakan metode ini peneliti berusaha mengumpulkan data, mengklasifikasikan

data, memaparkan data, menganalisis data, dan memberikan simpulan hasil analisis

data.

Sejalan dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini peneliti

menggunakan teknik tes. Teknik tes ini dimaksudkan untuk memperoleh data tentang

penguasaan teori puisi dan kemampuan menulis puisi. Langkah-langkah penggunaan

teknik ini adalah: (a) menyusun kisi-kisi tes, (b) menyusun instrument tes, (c)

memberikan tes, dan (d) menganalisis hasil tes.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 1997:102).

Berdasarkan pengertian ini, sasaran yang akan dijadikan subjek penelitian adalah

seluruh siswa kelas VIII MTs Mathla’ul Anwar Tigaraksa Kabupaten Tangerang

Tahun Pelajaran 2010/1011 sebanyak 200 siswa, yang terbagi menjadi 5 (lima) kelas.

2. Sampel

Sampel merupakan wakil dari keseluruhan subjek penellitian. Untuk sekedar

ancer-ancer mengambil jumlah subjek penelitian (sampel), Arikunto (1997:120)

menjelaskan, bahwa “apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua

sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah

subjeknya besar dapat diambil antara 10-15%, atau 20-25% atau lebih”. Mengingat
2

jumlah subjek penelitian lebih dari 100 orang, maka sampel dalam penelitian

ditentukan sebanyak 40 siswa dengan teknik random sampling (secara acak

sederhana) atau 20% dari populasi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui tes kemampuan

menulis puisi dan tes penguasaan teori puisi. Kriteria penelitian tentang tes tersebut

dibuat sendiri oleh peneiti.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang hasil tes

kemampuan menulis puisi dan data hasil tes penguasaan teori puisi.

E. Instrumen Penelitian

Ada dua instrumen penelitian yang digunakan, yakni instrumen

kemampuan menulis puisi dan instrumen penguasaan teori puisi. Kedua insrumen

tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

1. Kemampuan Menulis Puisi

a. Definisi Konseptual

Kemampuan menulis puisi adalah kesanggupan seseorang dalam menyatakan

segala macam perasaan atau curahan hati dalam bahasa tulis dengan

menggunakan bahasa yang konotatif dan memenuhi unsur-unsur puisi yakni

hakikat puisi dan metode puisi.

b. Definisi Operasional
2

Kemampuan menulis puisi adalah skor yang diperoleh siswa dalam

menuangkan ide atau gagasannya dalam bahasa tulis yang puitis, yang

ditandai dengan kemampuan menggunakan bahasa yang konotatif dan

menampilkan unsur-unsur puisi yakni hakikat puisi dan metode puisi, yang

meliputi: tema, perasaan, amanat, nada, diksi, kata-kata konkret, gaya bahasa,

sudut pandang dan rima serta ritma.

c. Kisi-kisi

Instrumen dalam penelitian ini berupa tes menulis puisi. Kriteria penilaian

kemampuan menulis puisi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1

Kriteria Penilaian Tes Kemampuan Menulis Puisi

No. Aspek yang Dinilai Skor Keterangan


1. Ide atau gagasan yang dikemukakan 0 – 10
2. Ketepatan bentuk puisi 0 – 10
3. Kesesuaian tema 0 – 10
4. Perasaan yang diungkapkan 0 – 10
5. Adanya unsur nada 0 – 10
6. Adanya unsur amanat 0 – 10
7. Ketepatan Diksi atau pilihan kata 0 – 10
8. Penggunaan gaya bahasa 0 – 10
9. Sudut pandang penyair 0 – 10
10. Adanya unsur rima dan ritma 0 – 10
Jumlah 100

2. Penguasaan Teori Puisi


2

Berikut ini akan dikemukakan tentang definisi konseptual, definisi

operasional, dan kriteria penilaian peguasaan teori puisi.

a. Definisi Konseptual

Penguasaan teori puisi adalah kesanggupan seseorang untuk memahami

pengetahuan tentang puisi, khususnya teori puisi yang ditandai meliputi

pengertian puisi, hakikat puisi, metode puisi, ragam puisi, gaya bahasa, dan

tokoh puisi..

b. Definisi Operasional

Penguasaan teori puisi adalah skor yang diperoleh siswa dalam tes memahami

teori puisi yang ditandai dengan kemampuan menjawab pertanyaan-

pertanyaan teori puisi, meliputi pengertian puisi, hakikat puisi, metode puisi,

ragam puisi, gaya bahasa, dan tokoh puisi.

c. Kisi-kisi

Instrumen penelitian penguasaan teori puisi dibuat dalam bentuk soal pilihan

ganda sebanyak 25 butir soal. Adapun kisi-kisi tes penguasaan teori puisi

tersebut sebagai berikut.

Tabel 2

Kisi-kisi Tes Penguasaan Teori Puisi


2

No. Indikator Nomor Butir Soal Jumlah Ket.


Soal
1. Pengertian puisi 1, 2, 3 3
2. Hakikat puisi 4,5,6,7,8,9,23 7
3. Metode puisi 11, 16, 17, 18, 19 5
4. Ragam puisi 12, 13, 14, 15, 20, 24 6
5. Gaya bahasa puisi 21, 22, 25 3
6. Tokoh puisi 10 1
Jumlah 25

F. Teknik Pengolahan data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah kerja sebaga berikut:

1. Mengambil secara random (acak) sampel penelitian sehingga memperoleh

sampel sebanyak 40 siswa kelas VIII MTs Mathla’ul Anwar Tigaraksa

Tangerang Kabupaten Pandeglang Tahun Pelajaran 2010/1011.

2. Menentukan nilai penguasaan teori puisi dan kemampuan menulis puisi

berdasarkan kriteria yag telah ditentukan. Hal ini dilakukan dengan cara

menjumlahkan skor yang diperoleh siswa.

3. Nilai skor penguasaan teori puisi dan kemampuan menulis puisi kemudian

diurut mulai dari terendah sampai dengan tertinggi.

4. Hasil dari penelitian dianalisis dengan menggunakan rumus Korelasi Product

Moment sebagai berikut:

n (∑ XY ) −(∑ X )( ∑ Y )
2 2
rXY = √{n ∑ X −(∑ X ) }{n ∑ Y −(∑ Y ) }
2 2

Keterangan:
2

n = Sampel penelitian

rXY = Koefisien korelasi antara penguasaan teori puisi (X)

dengan kemampuan menulis puisi (Y)

G. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik dalam penelitian ini sebagai berikut:

Ho : rXY = 0

H1 : rXY > 0

Keterangan:

Ho = Tidak terdapat hubungan positif antara penguasaan teori puisi (X)

dengan kemampuan menulis puisi (Y)

H1 = Terdapat hubungan positif antara penguasaan teori puisi (X)

dengan kemampuan menulis puisi (Y)


2

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsyad dan Sakura Ridwan. 1996. Pembinaan


Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Aminudin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Aglesindo.

Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Standar Isi KTSP. Jakarta:


Depdiknas.

Dwipayana, Gatot. 1994. Petunjuk Mengarag dan Menyusun Karya Tulis. Surabaya:
Arkola.

Munandar, Utami S., 1987. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.
Jakarta: Gramedia.

Pradopo, Rachmad Djoko. 1995. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.

Rosadi, Ayip. 1991. Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia. Bandung: Bina Cipta.

Rusyana, Yus. 1982. Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Gamitan Pendidikan.
Bandung: Dipenogoro.

Semiawan, Cony R., 1987. Memupuk Bakat dan Minat Kreativitas Sekolah
Menengah. Jakarta: Gramedia.

Situmorang, BP. 1983. Puisi dan Metodologi Pengajarannya. Ende-Flores: Nusa


Indah.

Sumardjo, Jakob dan Saini K.M., 1987. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramdeia
Pustaka Utama.

Tarigan, Henry Guntur. 1990. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Angkasa.

Waluyo, Herman J., 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai